DAT~ PERBANDINGAN PENENTUAN POLA ALIRAN SURAKART A MENGGUNAKAN AKTIVIT AS TRITIUM AIR ITANAH DAERAH ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

POLA DINAMIKA AIR TANAH DI DAERAH BEKASI BERDASARKAN ANALISIS 14 RADIOISOTOP C. D.A. Siregar dan Satrio

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian. I.2. Latar Belakang

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi,

Jurnal APLIKASI ISSN X

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN ISSN Suratman dad Agus Sulistyono Puslitbang Teknologi Maju BATAN, Yogyakarta.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Daerah penelitian saat ini sedang mengalami perkembangan pemukiman

PENENTUAN AKTIVITAS TRITIUM DAN KARBON-14 DENGAN METODA PENGUKURAN DUAL LABEL ABSTRACT

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi

BAB II DASAR TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN

senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan

Gambar 3 Hidrostratigrafi cekungan airbumi Jakarta (Fachri M, Lambok MH dan Agus MR 2002)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KELOMPOK

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses

HIDROGEOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TAMBANG

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

3,28x10 11, 7,10x10 12, 5,19x10 12, 4,95x10 12, 3,10x xviii

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas

SUMBERDAYA HIDROGEOLOGI

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti, M.Sc. Teknik Geologi

APLIKASI GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN POTENSI AKUIFER AIR TANAH: STUDI KASUS DI KECAMATAN MASARAN, KEDAWUNG DAN SIDOHARJO, KABUPATEN SRAGEN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Curah Hujan (mm) Debit (m³/detik)

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN I.1

Penentuan Zonasi Kawasan Imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) Subang yang ada di Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyelidikan potensi air tanah skala 1: atau lebih besar

HIDROSFER. Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI

STUDI HIDROGEOLOGI DAN POTENSI RESAPAN AIR TANAH DAERAH PUNCRUT DAN SEKITARNYA, BANDUNG TUGAS AKHIR

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan,

KONTRUKSI SUMUR BOR AIRTANAH DALAM PADA SUMUR X DESA NYEMOK, KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya airtanah terbentuk akibat adanya proses siklus hidrologi

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil.

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

DAERAH ALIRAN SUNGAI

TANAH UN11JK DARI STUD! <"1 ANALISIS 14C D!ALAM CUPLIKAN DAERAH SEMENAN]UNG MURIA RADIOEKOLOGI ABSTRACT PENDAHULUAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang esensial bagi kebutuhan rumah tangga, pertanian,

BAB I PENDAHULUAN. Airtanah merupakan salah satu komponen dari siklus hidrologi yang ada di

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

UNJUK KERJA PENCUPLIK AKTIF TRITIUM DI UDARA MENGGUNAKAN ABSORBEN SILIKA GEL

Pemanfaatan Citra landsat 8 dan SIG untuk Pemetaan Kawasan Resapan Air (Lereng Barat Gunung Lawu)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan,

Transkripsi:

Wisjachudin Faisal, dkk. ISSN 0216-3128 PENENTUAN POLA ALIRAN SURAKART A MENGGUNAKAN AKTIVIT AS TRITIUM AIR ITANAH DAERAH DAT~ PERBANDINGAN Wisjachudin Faisal, Agus Sulistyono Puslitbang Teknologi Maju BATAN, Yogyakarta. Kirbani Sri Brotopuspito FMIPA,UGM Yogyakarta Budi Legowo Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta ABSTRAK PENENTUAN POLA AURAN AIR TANAH DAERAH SURAKARTA MENGGUNAKAN DATA PERBANDINGAN AKTIVITAS TRITIUM. Telah dilakukan penentuan pola aliran air tanah di daerah Surakarta berdasarkan pengukuran aktivitas tritium dalam aliran air tanah di /3 lokasi. Aktivitas tritium dalam air tanah ditentukan dengan menggunakan alar LSC (Liquid Scintillation Counter) Tri-Carb 2700TR Pengukuran dengan aktivitas optimum dilakukan pada perbandingan volume sampel dengan pengelip 7,4.- /2,6 pada tegangan operasi 0,5-4,5 key. Hasil pengukuran tertinggi diperoleh pada lokasi Hotel Lor /n yaitu sebesar /,66 dpm dan terendah di lokasi Kadipiro yaitu sebesar 0,03 dpm. Dari data tersebut menunjukkan bahwa aliran air tanah berasal dari bagian barat menuju arah timur kola Surakarta ' ABSTRACT DETERMINATION OF GROUNDWATER FLOWS PATTERN IAr SURAKARTA REGION USING THE ACTIVITY RATIO OF TRITIUM. Tritium activity analysis on groundwater samples has been carried out at 13 different locations in Surakarta regency in order to determine the groundwater flow pattern. Tritium activity in the groundwater is measured by LSC (Liquid Scintillation Counter) Tri-Carb 2700TR Measurement of the optimum activity is done on sample volume ratio with cocktail 7,4..12,6 in operation D,S -4,5 ke V. The highest result fulfilled in the location of Lor In Hotel for 1566 dpm and the lowest is in the location of Kadipiro for 0,03 dpm. Those data have shown that groundwater flow come from western area to eastern area of Surakarta city. PENDAHULUAN A sal-usui air tanah merupakan salah satu informasi yang sangat renting dalam rangka pelestarian daerah imbuh (recharge area). Penelusuran asal-usul air tanah dapat dilakukan dengan menentukan pola alirannya, sehingga dapat diperkirakan keberadaan daerah imbuhnya. Pola aliran dapat diketahui dengan menentukan perbandingan umur air tanah. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan perbandingan umur air tanah adalah memanfaatkan radioisotop alami. Kandungan isotop alam yang bersifat radioaktif dapat memberikan informasi tentang waktu tinggal air tanah di dalam akuifer, sehingga umurnya dapat diperkirakan. Tritium merupakan salah satu radioisotop yang dapat digunakan untuk menentukan perbandingan umur dengan cara mengukur besarnya konsentrasi yang tersisa dalam air tanah. Terjadinya variasi kandungan isotop alam stabil dalam populasi air tanah memberikan informasi tentang asal-usul air tanah, daerah resapan dan daerah imbuhnya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan menentukan perbandingan umur air tanah dengan cara membandingkan umur tritium dari air tanah Daerah Kodya Surakarta untuk mengetahui pola pergerakan dan letak daerah imbuhnya. Gambaran umum tentang daerah penelitian menunjukkan bahwa secara regional daerah penelitian terrnasuk dalam wilayah Kodya Surakarta yang merupakan daerah aliran sungai Bengawan Solo. Secara Geografis daerah penelitian terletak lebih kurang di 110045' - 1110 15' BT serta 70 3D, -70 45' LS termasuk dalam cekungan Solo yang berada diantara dua gunungapi. yaitu Gunung Lawu di bagian timur dan Gunungapi Merapi di bagian barar). Posisi ini mempengaruhi proses resapan dan pol a aliran air tanah daerah penelitian. Sedangkan secara geohidrologi penelitian terdiri dari batuan vulkanik dan sedimen. Formasi-formasi batuan tersebut dipengaruhi oleh struktur geologi, seperti perlipatan dan patahan yang terjadi sepanjang daerah aliran sungai dan daerah Surakarta bagian utara2). Proslding Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl2002

160 ISSN 0216-3128 Wisjachudin Faisal, dkk Kondisi areal seperti ini cukup baik untuk meresapkan air hila didukung dengan kerapatan struktur, porositas, permiabilitas dan parameter geohidrologi yang sesuai. Todd3) menyatakan bahwa struktur sesar. dapat membentuk rekahanrekahan yang dapat mengalirkan air ke dalam tanah, hal ini terjadi pada batuan yang bersifat padu dan kompak. Sedangkan struktur perlipatan akan membentuk sayar lipatan yang dapat mempengaruhi kerniringan aliran air tanah sehingga dapat diperkirakan ke arah mana air tanah akan terkumpul. Air hujan yang jatuh ke bumi, sebagian terinfiltrasi kedalam tanah dan sebagian lagi akan mengalir sebagai air permukaan. Hampir di semua formasi batuan daerah Surakarta dapat dijumpai air tanah, kecuali dalam satuan batuan tersier yang terdiri dari batu lempung, batugamping napalan, breksi dan konglomerat dari gunungapi tua4). Batuan yang dapat menjebak air dapat bertindak sebagai akuifer (lapisan pembawa air), yang secara umum air yang masuk melalui proses infiltrasi akan dikandung dalam ruang antar butir dan rekahan3), Daerah penelitian termasuk dalam cakupan wilayah cekungan Solo yang memiliki karakter akuifer yang baik karena terdapat di daerah aliran sungai Bengawan Solo serta berada di antara gunungapi Merapi dan gunung Lawu. Secara umum akuifer yang termasuk dalam cekungan ini merupakan lapisan endapan hasil aktivitas gunungapi yang mengapitnya serta sebagian lainnya merupakan endapan aluvial. Bekerjanya struktur patahan dan lipatan di daerah penelitian mempengaruhi terbentuknya porositas sekunder dalam formasi batuan. Di daerah dataran Solo, terutama yang terdapat di sepanjang pinggir aliran sungai Bengawan Solo, air tanah bebasnya bermutu kurang baik dan berasa asin. Sedangkan di perbukitan bagian utara yang tersusun oleh batuan dari formasi Notopuro, air tanah dangkalnya di jumpai di daerah-daerah cekungan dengan tadah yang tidak luas sehinga potensinya keci13). Air tanah dalam Kodya Surakarta berada pada lapisan formasi Notopuro dan formasi Kabuh, yaitu pada lapisan pasir.. pasir tufaan, tufa pasiran dan lempung pasiran. Dari arsip DGTL Bandung4) tercatat, air tanah dalam Kodya Surakarta terdapat pada kedalaman 20-200 meter. Secara umum data bor menunjukkan tekanan air yang bernilai negatif hanya beberapa sumur yang dibuat pada zaman Belanda memiliki harga muka air tanah statis di atas muka tanah. Secara umum semakin ke arah perbukitan mas air tanahnya semakin dalam, tapi jika dibuat kesamaan garis kedalaman mas akan terlihat bahwa mas terdalam terletak di daerah dengan pengambilan air tanah yang intensif di sekitar barat daya Surakarta. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menentukan pol a aliran air tanah dan perkiraan letak daerah imbuhnya. Murdionol) melakukan uji pemompaan pacta bebarapa sumurbor yang berada di daerah Surakarta dan Sragen, hasil penelitiannya menunjukkan adanya aliran dati perbukitan utara Surakarta dan aliran dati daerah gunung Lawu di bagian timur menuju daerah terendah cekungan Solo dengan kedalaman akuifer antara 100-200 meter. Untuk aliran dati gunungapi Merapi di bagian barat dan dati sub catchment bagian selatan di daerah Wonogiri belum di tentukan. Pola aliran yang lebih lengkap diperlihatkan pacta hasil pengkajian potensi dan distribusi zona tataguna air tanah daerah Surakarta dan sekitarnya oleh tim DGTL Bandung4), yang menggunakan data kedalaman mas sumur bor untuk pemetaan aliran air tanah. Dari garis kesamaan peta kontur kedalaman mas membentuk lingkaran dan menunjukkan penurunan di bagian pusatnya, sehingga membentuk kerucut terbalik. Hal ini menandakan telah dilakukan pangambilan air tanah secara intensif di daerah tersebut yang mengakibatkan terjadinya aliran dari berbagai penjuru menuju pusat kerucut. Adapun 13 lokasi sebagai daerah penelitian adalah sebagai berikut: Manahan (A), Bank Mandiri (B), Kadipiro (C), Randusari II (D), Jurug (E), Plesungan(F), Ngadisono (G), Hotel Lorin (H), Pedaringan (I), Randusari 1 (J), Balapan (K), RSUD dr. Meowardi (L), Mojosongo III (M) Seperti diketahui bahwa dalam siklus hidrologi, air yang sampai permukaan bumi sebagian akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImlah Penelltian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Juni 2002

Wisjachudin Faisal, dkk ISSN 0216.3128 161 ~ sebagian lagi akan menjadi air limpasan (run off) yang mengalir ke sungai, laut serta mengisi danau dan air permukaan lainnya. Air yang masuk ke dalam tanah akan mengisi ruang antar butir formasi batuan serta mengalaini pergerakan di dalamnya, ini yang disebut sebagai air tanah. ' Lapisan geologi atau formasi batuan yang bersifat permiabel sehingga dapat menghimpun dan melewatkan air tanah ini disebut dengan akuifer. Di alam tritium terdapat pada lapisan atmosfer teratas sebagai hasil interaksi sepalasi sinar kosmik dengan nitrogen menurut reaksi, 14N+ In -712C+ 3H 7 0 6 1 Tritium di alam ditemukan dalam bentuk HTO dengan kecepatan produksi 0,25 atom cm-2 detik-1, sekitar 2/3 terjadi di stratosfer dan 1/3 di troposfer. Tritium sebagai salah satu isotop hidrogen bersifat radioaktif, secara kimia sarna dengan hidrogen yang memiliki kelebihan netron dalam inti atomnya. Dengan waktu paruh 12,26 tahun, inti tritium secara spontan akan menjadi inti helium disertai emisi zarah ~-, menurut reaksi peluruhan sebagai berikut : ~H -? ~He+ f3 +v Zarah ~- yang dipancarkan da1am pe1uruhan tritium mempunyai ditribusi tenaga antara 0-18,6 ke V dan tenaga rerata sebesar 5,7 key. Da1am sik1us hidro1ogi tritium masuk ke da1am daur air bumi bersama air hujan. Proses infi1trasi membawa tritium bersama air hujan menuju daerah jenuh menjadi air tanah. Pada air tanah tertekan fungsi waktu tingga1 mempengaruhi ni1ai aktivitas tritium yang be1um menga1ami proses disintegrasi. Besarnya aktivitas tritium da1am air tanah bisa digunakan sebagai indikator umur yang menunjukkan waktu tingga1 air da1am tanah. Aktivitas suatu radionuklida pada saat t ada1ah cacah disintegrasi persatuan waktu yang terjadi pada saat t. Jika aktivitas saat t di1ambangkan sebagai A, dan aktivitas saat t = 0 ada1ah Ao maka 1aju pe1uruhan dapat ditu1is sebagai berikut.1 - A -)./, '., -oe (1) A adalah tetapan peluruhan radioaktif. Laju peluruhan suatu radio nuklida juga dapat dinyatakan secara karakteristik dalam tetapan waktu paro, yang merupakan waktu yang dibutuhkan suatu radionukluida untuk meluruh menjadi setengahnya. Jika AI = 1/2 Ao maka eo,", = 112 atau -At = In 112 sehingga waktu paro suatu radio nuklida dapat dituliskan sebagai TI/2=(ln2)A.=O,693/)" (.2) Jika T 1/2 adalah waktu paro suatu radio nuklida maka persamaan (I) dapat dituliskan kembali sebagai berikut. r if A, = Aoe 3) ~,':",' 'i:,--- -, ~ ".,.,),, --:;-,.....c*iii::fz:t;c /~ ',/~4' ;;:;-~~~' -.~~~~~ ~.~..l;;:t,~{,~ ~, ~;~:*~~;,..;;!:~~~~tt;::..'i;o "-~'~i;.\ '=~' ;" Gambar 2. Tritium dalam siklus hidrologi (www.awiligar.com) Pacta pertanggalan air tanah dengan metode tritium, pendekatan kualitatif digunakan untuk membedakan air tua (sebelum pengujian nuklir) dan air yang mendapat kontribusi presipitasi terbaru. Pacta peri ode sekarang umur air tanah diasumsikan sebagai umur presipitasi tanpa pengaruh pengujian nuklir. Perbandingan harga aktivitas tritium dua sampel dapat pacta peri ode presipitasi yang sarna dapat digunakan untuk melakukan penelusuran pol a aliran air tanah. Air tanah dengan aktivitas lebih besar memiliki umur lebih muda yang berasal dari proses infiltrasi air hujan terbaru. Pacta daerah yang mengalami proses pengambilan air tanah lebih besar dibanding proses imbuhnya, aktivitas tritiumnya cenderung lebih kecil. Pacta akuifer yang homogen dengan kemenerusan yang baik, aliran air tanah berasal dari daerah dengan umur air tanah muda menuju daerah dengan umur air tanah yang lebih tua. TATAKERJA Bahan I. CaCz (Teknis) 2. Sampel air tanah 13 lokasi (Surakarta) 3. Pengelip Cair Ultima Gold LL T (Packard) 4. Tritiated Water (Packard) 5. Dead Benzene (Merck) ~ -O.693tITI/: rl~\_i1c.~ Prosldlng Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl 2002

162 ISSN 0216-3128 Wisjachudin Faisal, dkk Alat 1. Benzene Synthesizer (Task.lnc.USA) 2. LSC Tri-Carb 2700rR (Packard) 3. Gelas Vial 20 rnl (Packard) 4. Alat Gelas dan Pemipet (Pyrex) Cara Kerja Dua liter air tanah sumur dalam diambil dati lokasi yang telah ditentukan oleh ahli geologi dan geohidrologi yaitu: Manahan, Bank Mandiri, Kadipiro, Randusari II, Jurug, Plesungan, Ngadisono, Hotel Lorin, Pedaringan, Randusari I Balapan, RSUD dr. Meowardi, Mojosongo III, dengan cara dipompa sehingga air tanah dati sumur dalam keluar air tersebut dibiarkan tumpah (tidak ditampung) selama :t 10-15 menit, setelah itu air yang keluar ditampung dalam botol plastik sebanyak 2 liter. Karena kandungan tritium di dalam air sangatlah sedikit sehingga kandungan tritium tersebut perlu diperkaya dengan cara 200 ml sampel air tanah direaksikan dengan 40 gram kalsium karbida disintesis menjadi benzen dengan alat Benzene Synthesizer. adapun prosesnya adalah sebagai berikut : 2H2O + CaC2 ~ C2H2 + Ca(OHh 3 C2H2 + Katalisator Krom Alumina -+ C~6 Sebelum dilakukan pencacahan terhadap sampel dilakukan lebih dahulu optimasi antara benzen dengan pengelip (Ultima Gold LL T) dan optimasi daerah operasi pencacahan menggunakan alat LSC Tri-Carb 2700TR. Oari basil optimasi tersebut dilakukan lebih dahulu efisiensi deteksi dengan cara disiapkan sebanyak volume optimum benzen mati (tidak mengandung tritium) ditambahkan tritium yang telah diketahui aktivitasnya (2 mikroliter) dimasukkan ke dalam vial gelas ukuran 20 ml kemudian diberi larutan pengelip cair (Ultima Gold LL T) sebanyak volume basil optimasi. Setelah itu baru dilakukan pencachan sampel sesuai basil optimasi menggunakan cara yang sarna yaitu menggunakan LSC Tri-Carb 2700TR. HASIL DAN PEMBAHASAN Cuplikan air tanah hasil pengayaan benzen dicacah menggunakan cacah kelip cair pada kondisi optimal untuk mengurangi pengaruh yang tidak dikehendaki, sehingga diperoleh nilai cacah optimal. Kondisi optimal dicapai pada nilai cacah cuplik yang besar dengan cacah latar yang rendah. Dengan melakukan variasi volume cuplikan dan bahan pengelip serta tegangan kcrja bisa diperolch nilai volume dan tegangan kerja optimal dari alat. Kondisi optimal pencacahan dicapai pada perbandingan volume pengelip Ultima Gold LL T dan cuplikan sebesar 12,6 : 7,4 dalam botol vial kaca 20 mi. Pencacahan dilakukan pada daerah kerja optimal dengan aras bawah 0,5 key dan aras atas 4,5 key, karena pada daerah kerja yang lebih rendah (0-0,5) ke V, terdapat ban yak derau yang dakibatkan oleh perangkat elektronik alat cacah, sedangkan pada daerah kerja yang lebih tinggi (4,5-18,6) ke V, cacah latar sangat dipengaruhi oleh isotop yang memiliki tenaga lebih besar dari tritium Cuplikan air tanah dicacah menggunakan alat cacah kelip cair LCS Tri-Carb 2700 TR pada kondisi optimal pencacahan, selama 100 menit dengan 20 kali pengulangan tiap sampel. Dari data pada Tabel 1 dapat dihitung efisiensi deteksi : ~ xl 00% = 31.33 % AS! As,= 1306,75 dpm, Cs/ = Cacah standar tritium = (Cs-Cb) = 409,38 cpm Dari data efisiensi deteksi ini akan dapat dihitung aktivitas dari masing-masing sampel seperti terlihat pada Tabel 2. Tabell. Cacah Rerata Cuplikan Air Tanah No INama Sampel Cs Cb Internal Standar Manahan (A) Bank Mandiri (B) Kadipiro (C) Randusari II (0) Jurug (E) Plesungan(F) Ngadisono (G) Hotel Lorin (H) Pedaringan (I) Randusari I (J) Balapan (K) RSUO dr. Meowardi (L) Mojosongo III (M) : Cacah cuplikan : Cacah Background Cs-Cb (cpm) 409,38 0,47 0,0] 0,32 0,49 0,52 0,08 0,23 --- 0,]2 0,2] Besar kecilnya nilai konsentrasi tritium dalam cuplikan air tanah tersebut dipengaruhi oleh waktu edar dan proses imbuhan air dalam tanah. Perbandingan nilai konsentrasi ini digunakan untuk menentukan rota aliran air tanah di daerah penelitian. Dengan asumsi tanah yang homogen isotropis dan kondisi akuifer yang baik, secara Prosldlng Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Dasar Ilmu Pengetahuan don Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl2002

~ Wisjachudin Faisal, dkk. --- umum air tanah mengalir dari daerah dengan nilai aktivitas besar menuju daerah yang memiliki nilai aklivitas lebih kecil5j. Nilai aktivitas yang besar mengindikasikan adanya proses imbuhan air baru basil pretisipasi air hujan yang baik pada daerah tersebut, sebaliknya nilai aktivitas kecil menunjukkan adanya aktivitas eksploitasi dan eksplorasi yang berlebihan sehingga mengganggu keseimbangan air tanah setempat. Tabel 2. Data harga aktivitas dari masing-masing sampel AcupUkaa c. -Cb -I~TU \ No Sampel dari Sumur (cpm) (dpm) (tri_t~ unit) 1 Manahan (A) 0,47 1,50 46,84 2 Kadipiro (B) 3 Randusari 11 ( C) 4 Jurug (0) 5 Plesungan (E) 6 Ngadisono (F) 7 Hotel Lorin (0) 8 Pedaringan(H) 9 Randusari 1 (1) 10 Balapan (J) 11 RSUO dr. Meowardi (K) 12 Mojosongo lli(l) '13I Cs Cb Bank Mandiri(M) 0,01 0,32 0.49 0,52 0,08 0,23 0,12 0.21 : Cacah cuplikan : Cacah Background 0,03 1,02 1,12 1,56 1.12 1,66 0.26 0,77 0,73 0,38 0,67 0,77 1,00 31,89 34,88 48,83 34,88 51,82 7,97 23,92 33,92 11,96 20,93 23,93 Untuk menentukan pola aliran dilakukan pemetaan aktivitas tritium dalam TU (tritium unit) dengan program surface mapping system Surfer versi 7.0 dibuat dalam bentuk kontur 2 dimensi (20) dan 3 dimensi (30) dengan smoothing kurva menggunakan interpolasi kriging dan inverse distance. Oua metode interpolasi ini dilakukan dengan tujuan memperoleh garis kontur yang baik untuk diinterpretasi. Interpretasi dilakukan pada peta dengan nilai aktivitas dalam TU yang sarna (iso tritium unit). Pola aliran air tanah akan bergerak melintang graris kontur iso tritium unit dari daerah dengan nilai TU tinggi menuju daerah dengan nilai TU yang lebih rendah. Oari kontur 20 iso tritium memperlihatkan pola aliran yang berasal dari arah barat menuju pusat kala Surakarta. Pol a aliran ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan gunung api Merapi yang memberi kontribusi air imbuhan pada daerah landaian barat kola Surakarta. Klosurklosur tertutup dengan nilai TV semakin kecil menuju pusatnya pada beberapa tempat merupakan akibat dari adanya esplorasi dan eksploitasi air tanah yang berlebihan di daerah-daerah tersebut. Pengambilan air tanah yang berlebihan pada ISSN 0216-3128 Gambar 3. Kontur 3D iso tritium unit dengan interpolasi kriging daerah-daerah tertentu akan menimbulkan penurunan muka air tanah berbentuk kerucut terbalik (cone of depression) dan menyebabkan air tanah di sekitarnya akan mengalir menuju satu tempat saja. Pola aliran air tanah yang bersesuaian dengan kontur 2D iso tritium unit diperlihatkan oleh kontur yang merniliki tinggi muka air tanah (peizometric) yang sarna atau sering disebut kontur isohyps. e Isohypse merupakan garis khayal yang menghubungkan titiktitik yang memiliki kesamaan nilai energi petensial. Aliran air tanah mengalir dati titik dengan energi potensial besar memotong tegak lurus garis kontur 3) Pendekatan terjadinya penurunan bidang peizometrik bisa dilakukan dengan membuat kontur 3D iso tritium unit. I~, -.-J-- Gambar 3. Kontur 3D iso tritium unit dengan interpolasi kriging Gambar.3 memperlihatkan pola cekungan yang dalam pada daerah dengan nilai TV kecil, hal ini mengindikasikan penurunan bidang peizometrik yang besar pada daerah tersebut. Kondisi demikian hila terjadi pada daerah yang meiliki akuifer tertekan dengan pengurung lempung seperti daerah Surakarta, sangat potensial mengakibatkan terjadinya amblesan tanah (land subsidence). Dengan pendekatan kontur isohypse, interpretasi Gambar 3 menunjukkan pola aliran yang seragam arah barat Surakarta. Pola aliran yang tidak menentu terjadi pada sisi timur laut daerah penelitian. Hal ini sangat mungkin terjadi karena adanya aktivitas industri dan suplai air minum kola dari daerah tersebut untuk kola Surakarta, juga proses imbuhan yang dipengaruhi oleh sungai Bengawan Solo dan gunung Lawu di sisi Timur kola Surakarta. Dengan interpolasi inverse distance, lebih jelas terlihat adanya pola aliran air tanah yang terpisah di daerah perbukitan utara Surakarta. Kontur berbentuk pematang dengan landaian di Prosldlng Pertemuan den Presentasilimiah Penelltlan Oasar Ilmu Pengetahuan den Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl2002

164 ISSN 0216.3128 Wisjachudin Faisal, dkk kedua sisinya menggambarkan adanya bidang pisah aliran air tanah. Pacta daerah tersebut diketahui terdapat struktur patahan yang melintang antara bukit utara Surakarta dan daerah Sragen selatan. Adanya struktur patahan pacta suatu daerah bisa menjadi tempat resapan air yang baik sekaligus menjadi bidang pisah aliran air tanah yang sangat potensiap). KESIMPULAN Dari interpretasi data perbandingan aktivitas tritium dapat disimpulkan bahwa Aliran air tanah berasal dati bagian barat menuju arah timur kota Surakarta. PUS TAKA I. EDIWAN, Laporan Penyerta : Peta Zona Kerentanan Gerakan Daerah Lereng Barat G. Lawu, Jawa Tengah, Arsip Direktorat Geologi Tata Lingkungan (DGTL) (1988). 2. MURDIONO, Penyelidikan Hidrogeologi Daerah Surakarta dan Sragen, Laporan, Departemen Pertambangan dan Energi, DGTL sub. Direktorat Hidrogeologi, Bandung (1972). 3. TODD, K. D., Groundwater Hydrology, Second Edition, University of California, Berkeley (1980). 4. ANONIM, Pengkajian Potensi dan Distribbsi Zona Tataguna Air tanah Daerah Ko'dya Surakarta, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, Laporan, Departemen Pertambangan dan Energi, DGTL, sub Direktorat Hidrogeologi, Bandung (1991). 5. FONTES, J. CH., Dating of Groundwater (Guidebook on Nuclear Techniquesin Hydrology), International Atomic Agency, Vienna (1983). TANYAJAWAB Sunardjo...Bagaimana cara melakukan sampling dalam penelitian ini, terutama pacta daerah aliran yang deras. Wisyachudin Faisal.Caranya : 2 liter air tanah sumur dalam diambil dari lokasi yang tidak ditentukan dengan cara dipompa sehingga air tanah dari sumur dalam keluar dan dibiarkan tumpah selama (10-15) menit. Setelah itu air yang keluar ditampung dalam botol piascik sebanyak 2 liter. Dari 2 liter tersebut diambil sebanyak 40 gram CaC2. Kemudian disintesis menjadi C~6 (benzen) Prosldlng Pertemuan den Presentasilimiah Penelltlan Oasar IImu Pengetahuan den Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl :2002