LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 5 Tahun 2000 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG

dokumen-dokumen yang mirip
20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN GELUMBANG KABUPATEN MUARA ENIM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

WALIKOTA BANJARMASIN

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 34 TAHUN : 2000 SERI : D. 24 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 1996

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 12 Tahun 1998 TENTANG REVISI RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA KAWASAN INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 39 TAHUN : 2000 SERI : D.29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 1997

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAROS NOMOR 1 TAHUN 1995

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 5 Tahun 2000 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 5 TAHUN 2015 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 8 Tahun 2000 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 42 TAHUN : 2000 SERI : D.32 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 26 TAHUN 1998

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2002 T E N T A N G PENGELOLAAN PASAR

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 5 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR: 37 TAHUN : 2000 SERI : D.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 24 TAHUN 1996

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 5

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 2 TAHUN 2002 IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUARA ENIM NOMOR : 18 TAHUN 1992 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KABUPATEN TINGKAT II MUARA ENIM

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 9 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 4

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2003 TENTANG PENGEMBANGAN PEMANFAATAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 1999 T E N T A N G KETERTIBAN DAN KEBERSIHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 5 Tahun 2000 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 23 TAHUN 2000 T E N T A N G RENCANA TATA RUANG WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kota Tangerang dengan memanfaatkan ruang wilayah secara serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pertahanan keamanan, perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat, maka Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan arahan dalam pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu yang dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha; c. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang; d. bahwa Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 19 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan sehingga perlu di ganti; e. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, b, c dan d, maka perlu menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang dengan Peraturan Daerah.

2 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, TLN Nomor 3209); 2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Nomor 1992 Nomor 115, TLN Nomor 5301); 3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 18, TLN Nomor 3518); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, TLN Nomor 3839); 5. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, TLN Nomor 3886); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, TLN Nomor 3660); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 96, TLN Nomor 3721); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, TLN Nomor 3952); 9. Keputusan Presiden Nomor 64 Tahun 1986 tentang Pengendalian Penggunaan Tanah dan Ruang Udara di Sekitar Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta (Lembaran Negara Tahun 1986); 10. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); 11. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 14 Tahun 1994 tentang Pola Dasar Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang. Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH

3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Tangerang; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Tangerang; 3. Walikota adalah Walikota Tangerang; 4. Dewan adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang; 5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya; 6. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak; 7. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang; 8. Rencana Tata Ruang adalah hasil proses perencanaan tata ruang; 9. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional; 10. Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional dan serta memiliki ciri tertentu; 11. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan; 12. Kawasan Budi Daya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan; 13. Strategi Pengembangan adalah langkah-langkah penataan ruang dan pengelolaan kota yang perlu dilakukan untuk mencapai visi dan misi pembangunan kota yang telah ditetapkan; 14. Kawasan Sedang Berkembang adalah kawasan yang diarahkan untuk meningkatkan potensi pertumbuhan/perkembangan kawasan sesuai dengan arahan fungsi ruang utama yang telah ditetapkan; 15. Kawasan yang perlu didorong perkembangannya, kawasan berpotensi untuk berkembang dengan pesat namun terdapat hal-hal yang menghambat perkembangannya sehingga perlu didorong pertumbuhannya, dengan membuka akses dan melengkapi sarana dan prasarana yang memadai; 16. Kawasan perlindungan tata air, merupakan kawasan yang perlu dilindungi agar tidak terjadi kerusakan yang dapat berakibat timbulnya gangguan pada sistem tata air, kawasan umumnya dialokasikan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air; 17. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP), merupakan kawasan yang mengamankan kegiatan penerbangan yang berlangsung di Bandara Soekarno- Hatta; 18. Peremajaan Kawasan/Lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan mengadakan penataan/perbaikan secara menyeluruh dalam rangka pembaharuan struktur fisik dan fungsi; 19. Kawasan Permukiman adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan permukiman atau tempat tinggal/hunian beserta prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur;

20. Perbaikan Lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan untuk memperbaiki struktur lingkungan yang telah ada dan dimungkinkan melakukan pembongkaran terbatas guna penyempurnaan pola fisik prasarana yang telah ada; 21. Pemeliharaan Lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan untuk mempertahankan kualitas suatu lingkungan yang sudah baik agar tidak mengalami penurunan kualitas lingkungan; 22. Pembangunan Baru adalah pola pengembangan kawasan pada areal tanah yang masih kosong dan atau belum pernah dilakukan pembangunan fisik; 23. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri; 24. Industri Selektif adalah kegiatan industri yang kriteria pemilihannya disesuaikan dengan kondisi Kota Tangerang sebagai kota jasa, yakni industri yang hemat lahan, hemat air, tidak berpolusi dan menggunakan teknologi tinggi; 25. Kawasan Industri dan atau Pergudangan adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan industri dan atau pergudangan beserta fasilitas penunjangnya; 26. Sistem Pusat Kegiatan adalah kawasan-kawasan yang diarahkan bagi pemusatan berbagai kegiatan baik campuran maupun spesifik, yang memiliki fungsi strategi dalam menarik berbagai kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi dan budaya serta kegiatan pelayanan kota yang menurut hirarkhinya terdiri dari sistem pusat kegiatan utama berskala kota, regional, nasional dan internasional, sistem sub pusat yang berskala lokal dan sub-sub pusat yang berskala lingkungan; 27. Pusat Kegiatan Komoditas Khusus adalah pusat kegiatan yang bersifat khusus yang berkaitan dengan suatu komoditi tertentu sehingga menjadi tempat yang khas bagi Kota Tangerang; 28. Kegiatan Pertanian, meliputi lahan basah/sawah, kebun campuran serta pertanian tanaman hias; 29. Kawasan Khusus adalah kawasan yang diprioritaskan pembangunannya dalam rangka mendorong pertumbuhan kota ke arah yang direncanakan atau menanggulangi masalah-masalah yang mendesak; 30. Bagian Wilayah Kota (BWK) adalah bagian-bagian wilayah kota yang merupakan kesatuan fungsional pelayanan; 4 BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 (1) Ruang lingkup Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah mencakup strategi dan struktur pemanfaatan ruang daerah sampai dengan batas ruang daratan dan ruang udara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, meliputi : a. Asas dan tujuan; b. Kebijakan dan strategi pengembangan tata ruang; c. Struktur dan pola pemanfaatan ruang; d. Pengendalian pemanfaatan ruang.

5 BAB III ASAS DAN TUJUAN Bagian Pertama A s a s Pasal 3 Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini, disusun berasaskan : a. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan; b. Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum. Bagian Kedua Tujuan Penataan Ruang Pasal 4 Tujuan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf a Peraturan Daerah ini, yaitu : a. Terumuskannya kebijaksanaan Pokok Pemanfaatan Ruang di Daerah; b. Terselenggarakannya Pemanfaatan Ruang Wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup sesuai dengan kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, kemampuan masyarakat dan pemerintah, serta kebijakan pembangunan nasional dan daerah; c. Terwujudkannya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sebesar-besarnya sumber daya manusia; d. Terselenggarakannya pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan kawasan budi daya; e. Terwujudkannya kehidupan masyarakat yang sejahtera. BAB IV KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TATA RUANG Bagian Pertama Kebijakan Pengembangan Tata Ruang Pasal 5 (1) Untuk pencapaian tujuan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Peraturan Daerah ini, ditetapkan kebijaksanaan pengembangan tata ruang; (2) Kebijaksanaan pengembangan tata ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, adalah sebagai berikut : a. Memantapkan fungsi Daerah sebagai pusat industri, pergudangan, perdagangan dan jasa, permukiman dan pariwisata; b. Mengembangkan kota dalam rangka mewujudkan otonomi daerah; c. Mengembangkan partisipasi para pelaku pembangunan, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dalam penataan ruang;

d. Mengendalikan jumlah penduduk daerah pada tahun 2010 sebanyak-banyaknya 2.706.327 jiwa serta diatur sebaran penduduknya sesuai daya dukung dan daya tampung ruang tiap bagian wilayah kotanya; e. Mengatur dan mengendalikan pemanfaatan ruang dengan cara mendorong, menstabilkan dan membatasi perkembangan sesuai tipologi masalah dan potensi perkembangan tiap wilayah kota; f. Mengusahakan keterpaduan pembangunan dan pembinaan wilayah dengan daerah-daerah di sekitar daerah; g. Mengurangi dan menghilangkan daerah-daerah rawan banjir dan rawan kemacetan lalu lintas secara sistematis dan berkelanjutan; h. Mempersiapkan Sub Bagian Wilayah Kota (Sub BWK) menjadi Bagian Wilayah Kota (BWK); i. Melestarikan fungsi dan keserasian lingkungan hidup di dalam penataan ruang dengan mengoptimalkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. 6 Bagian Kedua Strategi Pengembangan Tata Ruang Pasal 6 (1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Peraturan Daerah ini, ditetapkan strategi pengembangan tata ruang; (2) Strategi pegembangan tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, adalah sebagai berikut : a. Mengendalikan pertumbuhan dan penyebaran penduduk di setiap wilayah Kecamatan sebagai berikut : - Membatasi perkembangan penduduk di Kecamatan Ciledug, Jatiuwung dan Tangerang; - Menampung perkembangan penduduk daerah dan limpahan penduduk DKI secara terencana di Kecamatan Batuceper, Benda dan Cipondoh. b. Meningkatkan potensi pertumbuhan dan atau perkembangan kawasan sedang berkembang dengan fungsi utama sebagai pusat permukiman, industri, perdagangan dan jasa, serta pariwisata terutama di Kecamatan Tangerang, Jatiuwung dan Ciledug dengan meningkatkan kelengkapan dan kualitas fasilitas penunjangnya; c. Mengembangkan dan mengoptimalkan penataan ruang berdasarkan tipologi kawasan; d. Mendorong pertumbuhan kawasan yang perlu didorong perkembangannya dengan membuka akses dan melengkapi kawasan dengan sarana dan prasarana yang memadai terutama di Kecamatan Cipondoh; e. Membatasi perkembangan ke wilayah di sekitar Bandara Soekarno Hatta serta menstabilkan wilayah atau kawasan tersebut untuk keselamatan penerbangan; f. Mengarahkan perkembangan ke wilayah bagian tenggara daerah (Kecamatan Cipondoh) yang potensial untuk pengembangan permukiman secara terarah dan bertahap; g. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan yang buruk dan padat di bagian kota tertentu sehingga diperoleh lingkungan perkotaan yang baik; h. Meremajakan kawasan pusat kota dan permukiman di kawasan sekitar industri; i. Mengembangkan sistem prasarana dan sarana kota yang berintegrasi dengan sistem regional;

j. Mempercepat pembangunan/perbaikan saluran drainase terutama pada lokasi titik banjir serta pengendalian permukiman baru untuk mengatasi masalah banjir; k. Mempercepat pembangunan dan peningkatan jalan arteri dan kolektor, pengaturan lalu lintas barang dan penumpang, lalu lintas regional dan lokal, serta peningkatan pelayanan angkutan umum antara pusat-pusat kegiatan untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas; l. Mengendalikan pencemaran ke sungai Cisadane serta pengembangan di sekitar Situ Cipondoh untuk menjamin ketersediaan air baku serta pengembangan pariwisata; m. Melindungi kawasan perlindungan tata air agar tidak terjadi kerusakan dan dapat difungsikan sebagai ruang terbuka hijau; n. Mempertahankan dan mengembangkan ruang terbuka hijau di setiap Kecamatan baik sebagai sarana kota maupun untuk keseimbangan ekologi kota; o. Mengembangkan pusat kota sebagai pusat primer; p. Mengembangkan sub pusat di Cimone, Ciledug, Cipondoh dan Batuceper serta sub-sub pusat di Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Periuk, Kecamatan Cibodas, Kecamatan Larangan, Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Pinang, Kecamatan Neglasari dan Kecamatan Benda. 7 BAB V STRUKTUR DAN POLA PEMANFAATAN RUANG WILAYAH Bagian Pertama Struktur Pemanfaatan Ruang Wilayah Paragraf 1 Umum Pasal 7 (1) Rencana struktur pemanfaatan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf c Peraturan Daerah ini, diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan komponen utama pembentuk ruang; (2) Komponen utama pembentuk ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, meliputi kebijakan : a. Persebaran penduduk; b. Rencana pengembangan kawasan hijau; c. Rencana pengembangan kawasan permukiman; d. Rencana pengembangan industri dan pergudangan; e. Rencana pengembangan perdagangan dan jasa; f. Rencana pengembangan kawasan khusus. Paragraf 2 Persebaran Penduduk Pasal 8 (1) Untuk mewujudkan persebaran penduduk sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) huruf d Peraturan Daerah ini, maka ditetapkan kebijakan jumlah penduduk di masing-masing Kecamatan;

(2) Jumlah Penduduk di masing-masing Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, adalah sebagai berikut : a. Jumlah penduduk di Kecamatan Tangerang pada tahun 2010 dibatasi sebanyak-banyaknya 251.206 jiwa; b. Jumlah penduduk di Kecamatan Karawaci pada tahun 2010 dibatasi sebanyakbanyaknya 337.199 jiwa; c. Jumlah penduduk di Kecamatan Jatiuwung pada tahun 2010 dibatasi sebanyakbanyaknya 282.343 jiwa; d. Jumlah penduduk di Kecamatan Periuk pada tahun 2010 dibatasi sebanyakbanyaknya 150.046 jiwa; e. Jumlah penduduk di Kecamatan Cibodas pada tahun 2010 dibatasi sebanyakbanyaknya 269.177 jiwa; f. Jumlah penduduk di Kecamatan Ciledug pada tahun 2010 dibatasi sebanyakbanyaknya 193.643 jiwa; g. Jumlah penduduk di Kecamatan Larangan pada tahun 2010 dibatasi sebanyakbanyaknya 248.332 jiwa; h. Jumlah penduduk di Kecamatan Karang Tengah pada tahun 2010 dibatasi sebanyak-banyaknya 183.301 jiwa; i. Jumlah penduduk di Kecamatan Cipondoh pada tahun 2010 dibatasi sebanyakbanyaknya 236.461 jiwa; j. Jumlah penduduk di Kecamatan Pinang pada tahun 2010 dibatasi sebanyakbanyaknya 191.489 jiwa; k. Jumlah penduduk di Kecamatan Batuceper pada tahun 2010 dibatasi sebanyakbanyaknya 137.633 jiwa; l. Jumlah penduduk di Kecamatan Neglasari pada tahun 2010 dibatasi sebanyakbanyaknya 142.710 jiwa; m. Jumlah penduduk di Kecamatan Benda pada tahun 2010 dibatasi sebanyakbanyaknya 82.887 jiwa; Paragraf 3 Rencana Pengembangan Kawasan Hijau Pasal 9 Rencana pengembangan kawasan hijau adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan jalur hijau di sepanjang kawasan sempadan sungai, sempadan jalan dan sempadan kereta api; 2. Menata taman hutan kota di Kecamatan Tangerang dan taman-taman lingkungan yang tersebar di seluruh kota; 3. Mempertahankan lahan pemakaman dan lapangan olah raga yang ada; 4. Mengembangkan kegiatan pertanian untuk mengisi kekosongan pemanfaatan kegiatan pada lahan-lahan tidur akibat belum terbebaskannya atau dibangunnya lahan tersebut untuk kegiatan perkotaan lainnya dengan batas waktu tertentu; 5. Mendorong pengembangan areal budi daya tanaman hias dan kebun campuran di semua wilayah yang potensial, terutama di Kecamatan Ciledug dan Cipondoh; 6. Mengamankan ruang terbuka hijau di sekitar kawasan keselamatan operasi penerbangan Bandar Udara Soekarno Hatta terpadu dengan budi daya pertanian. Paragraf 4 Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pasal 10 Rencana pengembangan kawasan permukiman dilakukan dengan cara : 1. Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman kumuh; 8

2. Mendorong pengembangan peremajaan lingkungan terutama pada lingkungan yang terlalu padat dan kondisi lingkungannya tidak memadai; 3. Mengembangkan kawasan permukiman baru tipe menengah dan kecil terutama di Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Pinang, Kecamatan Ciledug dan Kecamatan Karang Tengah; 4. Mendorong pengembangan permukiman penunjang industri berupa pembangunan kamar/rumah susun dengan tingkat efisiensi pengisian terutama di Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Periuk, dan Kecamatan Cibodas; 5. Mengusahakan Pemerintah Daerah bersama masyarakat dan atau swasta menyediakan permukiman melalui bantuan subsidi antar kelompok masyarakat maupun antar sektor; 6. Melengkapi fasilitas umum dan sosial di kawasan-kawasan permukiman; 7. Mendorong pengembangan kawasan permukiman secara vertikal dan memperkecil perpetakan lahan untuk penyediaan perumahan golongan menengah-bawah yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Paragraf 5 Rencana Pengembangan Industri dan Pergudangan Pasal 11 Rencana pengembangan kawasan industri dan pergudangan adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan kegiatan industri di Kecamatan Jatiuwung, Batuceper dan Tangerang; 2. Mengembangkan industri kecil/rumah tangga dengan prioritas pada kegiatan yang telah tumbuh dan potensial untuk dikembangkan dalam rangka perluasan kegiatan ekonomi rakyat; 3. Membatasi pengembangan kegiatan industri di sepanjang tepi sungai Cisadane; 4. Mengarahkan kegiatan industri yang berlokasi didekat permukiman hanya untuk jenis industri kecil dan tidak polutif terutama di Kecamatan Batuceper, Kecamatan Neglasari, Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Pinang, Kecamatan Karang Tengah dan Kecamatan Larangan; 5. Mengarahkan kawasan pergudangan yang dapat menunjang kegiatan industri dan perdagangan terutama di Kecamatan Batuceper, Kecamatan Neglasari, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Periuk dan Kecamatan Cibodas. Paragraf 6 Rencana Pengembangan Perdagangan dan Jasa Pasal 12 Rencana pengembangan perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut : 1. Membentuk hirarkhi pelayanan kegiatan perdagangan dan jasa yang mendukung terciptanya sistem pusat, sub pusat dan sub-sub pusat yang direncanakan; 2. Mengembangkan pelayanan skala lingkungan dengan sebarannya mengikuti sebaran permukiman; 3. Mengembangkan perdagangan khusus yang dapat menjadi daya tarik Daerah; 4. Melengkapi pusat-pusat kegiatan perdagangan dengan fasilitas parkir yang memadai; 5. Mengalokasikan kebutuhan ruang untuk kegiatan jasa perkantoran sebagai langkah antisipasi pergeseran kegiatan ini dari Jakarta. 9

10 Paragraf 7 Rencana Pengembangan Prasarana dan Utilitas Pasal 13 Rencana pengembangan Jaringan transportasi darat terdiri dari : a. Jaringan jalan arteri primer : 1) Menghubungkan Jakarta Merak melalui Kecamatan Tangerang; 2) Menghubungkan Kecamatan Ciledug dengan Bandara Soekarno-Hatta; 3) Menghubungkan Serpong dengan Bandara Soekarno-Hatta melalui Kecamatan Tangerang; 4) Menghubungkan Kecamatan Tangerang dengan Jakarta Barat. b. Jalan Kereta Api yang menghubungkan Tangerang ke Duri dengan jalur rel ganda; c. Terminal terpadu antara angkutan jalan dan angkutan kereta api dikembangkan di Kecamatan Cipondoh; d. Stasiun Kereta Api di pusat kota dan dikembangkan di lokasi terminal terpadu; e. Mengarahkan penyediaan sarana dan prasarana peti kemas/dry Port untuk kegiatan penunjang industri dan kelengkapan fasilitas Bandara Soekarno-Hatta di Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Periuk, Kecamatan Cibodas dan Kecamatan Batuceper; f. Bandar Udara berlokasi di Kecamatan Benda yang berfungsi sebagai Bandara Udara Internasional (Bandara Soekarno-Hatta). Prasarana sumber air dan air bersih : Pasal 14 a. Pengembangan prasarana sumber air dan air bersih bagi masyarakat diarahkan untuk mencapai tujuan meningkatkan cakupan pelayanan air bersih pada sektor rumah tangga dengan memprioritaskan pelayanan pada permukiman padat dengan kondisi air tanah buruk; b. Pengembangan prasarana air bersih dengan sumber air baku dari sungai Cisadane dan sumber air permukaan lainnya; c. Pembatasan pengambilan air tanah dangkal secara bertahap; d. Perluasan daerah resapan air melalui penambahan ruang terbuka hijau. Pasal 15 Pengembangan prasarana pengendalian banjir dan drainase : a. Normalisasi sungai-sungai yang melintasi Daerah; b. Melakukan operasi dan pemeliharaan sarana drainase; c. Menata manajemen daerah aliran sungai serta meningkatkan manajemen persampahan. Pasal 16 Pengembangan prasarana dan sarana sanitasi dan persampahan : a. Pengembangan prasarana air limbah diarahkan untuk meminimalkan tingkat pencemaran pada badan air tanah, serta meningkatkan sanitasi kota melalui pembangunan IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja) dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah);

b. Pembangunan IPLT di Rawa Kucing; c. Pemindahan TPA yang ada sekarang ke lokasi baru di Desa Jatiwaringin Kabupaten Tangerang; d. Membuka alternatif kerjasama pemerintah dan swasta guna peningkatan pelayanan sistem pengelolaan persampahan. Pengembangan sektor listrik dan gas : Pasal 17 a. Pengembangan jaringan energi listrik dan distribusi tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat; b. Pemerataan pelayanan penerangan jalan umum pada seluruh lingkungan permukiman dan peningkatan kualitas penerangan jalan umum pada jalan protokol, jalan penghubung, taman serta pusat-pusat aktivitas masyarakat; c. Pengembangan pelayanan dan penambahan jaringan distribusi gas terutama di kawasan industri, perdagangan dan jasa serta rumah susun; 11 d. Pengembangan jaringan telekomunikasi yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan yaitu kantor pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa, industri dan pergudangan, permukiman penduduk, kawasan rekreasi dan fasilitas umum serta sosial; e. Penambahan dan pembangunan sentral-sentral telepon baru; f. Perluasan pengadaan telepon umum dan peningkatan pelayanan warung telekomunikasi di kawasan permukiman padat penduduk. Paragraf 8 Rencana Pengembangan Kawasan Khusus Pasal 18 Pengembangan kawasan khusus diarahkan pada bagian wilayah yang memiliki peranan dan fungsi strategis bagi pengembangan kegiatan ekonomi sosial, budaya dan lingkungan kota dan/atau menanggulangi masalah-masalah yang mendesak, meliputi : a. Sepanjang Sungai Cisadane. 1. Pengembangan kawasan sepanjang sungai Cisadane sebagai kawasan wisata, perlindungan tata air dan sumber air baku; 2. Mengarahkan kawasan ini sebagai waterfront City yang akan menjadi ciri utama Daerah; b. Situ Cipondoh. 1. Pengembangan Situ Cipondoh sebagai kawasan rekreasi; 2. Mempertahankan fungsi Situ sebagai pengendali banjir, irigasi dan cadangan air baku; c. Pusat Kota. Pengembangan pusat kota diarahkan untuk kegiatan pusat pemerintahan, komersial, bisnis, perumahan, taman dan rekreasi. d. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan. 1. Penggembangan kawasan ini diarahkan untuk pengembangan terbatas dengan pengendalian ketat;

2. Pemanfaatan kawasan-kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar Bandar Udara diarahkan untuk kegiatan pertanian, Tempat Pemakaman Umum (TPU) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Bagian Kedua Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Paragraf 1 Umum Pasal 19 Untuk mewujudkan struktur pemanfaatan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 Peraturan Daerah ini, maka pola pemanfaatan ruang wilayah terdiri dari : a. Kawasan Hijau; b. Kawasan Permukiman; c. Kawasan Perdagangan dan Jasa; d. Kawasan Industri dan Pergudangan; e. Kawasan Khusus. Paragraf 2 Pemanfaatan Ruang Kawasan Hijau Pasal 20 Pemanfaatan ruang kawasan hijau dilakukan melalui : a. Penghijauan kawasan sempadan sungai, sempadan jalan dan jalur hijau lainnya dengan tanaman peneduh; b. Mengembangkan pertanian di sekitar kawasan keselamatan operasi penerbangan Bandar Udara dengan memanfaatkan saluran irigasi yang ada; c. Pengembangan budi daya tanaman hias dan tanaman produktif terutama di Kecamatan Ciledug dan Kecamatan Larangan; d. Penataan hutan kota sebagai tempat rekreasi; e. Pengadaan ruang terbuka hijau di kawasan permukiman padat penduduk. Paragraf 3 Pemanfaatan Ruang Kawasan Permukiman Pasal 21 Pemanfaatan ruang kawasan permukiman adalah sebagai berikut : a. Pembangunan dan peningkatan rumah susun sederhana untuk masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah serta pekerja industri di Kecamatan Jatiuwung dan Batuceper; b. Perbaikan bangunan rumah dan lingkungan di kawasan permukiman kumuh melalui swadaya masyarakat terutama di Kecamatan Batuceper, Kecamatan Neglasari, Kecamatan Tangerang, Kecamatan Jatiuwung dan Kecamatan Benda; c. Pembangunan kawasan Permukiman baru skala menengah-kecil di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Ciledug; d. Pengadaan perumahan penunjang kegiatan pusat kota di Kecamatan Tangerang; e. Pengadaan Pengembangan Perumahan terbatas dengan pengendalian ketat di Kecamatan Batuceper, Kecamatan Neglasari dan Kecamatan Benda. 12

13 Paragraf 4 Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdagangan dan Jasa Pasal 22 Pemanfaatan ruang kawasan perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut : a. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa yang mendukung terciptanya sistem pusat, sub pusat dan sub-sub pusat yang direncanakan berupa : 1) Koridor (memita) mengikuti jalan utama kota; 2) Mengelompok, membentuk pusat kota, sub pusat, sub-sub pusat serta pusatpusat kegiatan dan/atau komoditas khusus; 3) Menyebar di lingkungan permukiman untuk fasilitas perdagangan dan jasa skala lingkungan. b. Pembangunan kembali pasar Ciledug; c. Pembangunan terminal terpadu di Kecamatan Cipondoh; d. Pembangunan pasar induk di Tanah Tinggi dan Cipondoh/Poris Plawad; e. Pengembangan pusat-pusat kegiatan komoditas khusus diarahkan pada lokasi potensial yang telah menunjukan kecenderungan berkembangnya kegiatan yaitu antara lain : 1) Pusat garmen diarahkan di Kecamatan Cipondoh; 2) Pusat atau pasar loak diarahkan di jalan Sitanala; 3) Pusat atau pasar sisa eksport diarahkan di sekitar pusat daerah wisata terutama di sepanjang tepi sungai Cisadane; 4) Pusat tanaman hias diarahkan di Kecamatan Ciledug. Paragraf 5 Pemanfaatan Ruang Kawasan Industri dan Pergudangan Pasal 23 Pemanfaatan ruang kawasan industri dan pergudangan adalah sebagai berikut : a. Pengembangan kawasan industri di Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Cibodas, Kecamatan Periuk, Kecamatan Batuceper, Kecamatan Neglasari, Kecamatan Tangerang, Kecamatan Karawaci, Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Larangan dan Kecamatan Pinang; b. Pembangunan pergudangan yang menunjang kegiatan industri di Kecamatan Batuceper, Kecamatan Neglasari, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Periuk dan Kecamatan Cibodas; c. Penataan industri kecil termasuk penyediaan pengelolaan limbah di Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Pinang dan Kecamatan Larangan; d. Penataan industri yang berlokasi di dekat permukiman dan/atau sungai Cisadane dengan penyediaan fasilitas pengolahan limbah terutama di Kecamatan Tangerang; e. Penataan kawasan industri di Kecamatan Batuceper menjadi kawasan industri selektif. Paragraf 6 Pemanfaatan Ruang Kawasan Khusus

14 Pasal 24 Pemanfaatan ruang kawasan khusus adalah sebagai berikut : a. Sepanjang sungai Cisadane difungsikan sebagai perlindungan tata air dan sumber air baku serta kawasan wisata; b. Situ Cipondoh difungsikan sebagai pengendali banjir, irigasi, dan cadangan air baku serta kawasan rekreasi; c. Pusat kota difungsikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, komersil, bisnis, perumahan, taman dan rekreasi; d. Sekitar Bandar Udara Soekarno Hatta difungsikan sebagai kawasan keselamatan operasi penerbangan. BAB VI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Pasal 25 (1) Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf d Peraturan Daerah ini, didasarkan atas arahan-arahan sebagaimana dimaksud dalam Bab IV Bagian Kedua tentang Strategi Pengembangan Tata ruang; (2) Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, kawasan hijau, kawasan permukiman, kawasan industri dan pergudangan, kawasan perdagangan dan jasa, dan kawasan khusus, dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban dalam pemanfaatan ruang termasuk terhadap tata guna tanah, tata guna air dan tata guna sumber daya alam lainnya. Pasal 26 (1) Pengendalian pembangunan fisik di kawasan budi daya dilakukan melalui kewenangan perijinan yang ada pada instansi Pemerintah Daerah; (2) Pelaksanaan tindakan penertiban dilakukan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan atas rencana tata ruang wilayah; (3) Pemantauan dan pencegahan segala kegiatan pembangunan yang bertentang dengan Peraturan Daerah ini, diserahkan pada Camat setempat dengan kewajiban dalam waktu selambat-lambatnya 3 x 24 jam melaporkannya kepada Walikota. Pasal 27 Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat ijin dari Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT Bagian Pertama Hak Masyarakat

15 Pasal 28 Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Daerah, masyarakat berhak : a. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; b. mengetahui secara terbuka Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah, Rencana Rinci Tata Ruang Kecamatan, Rencana Teknik Ruang Kota, dan Rencana Tata Letak Bangunan; c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang; d. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang. Pasal 29 (1) Untuk mengetahui Rencana Tata Ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf b Peraturan Daerah ini, masyarakat dapat mengetahui dari Lembaran Daerah, melalui pengumuman atau penyebarluasan oleh Pemerintah Daerah pada tempattempat yang memungkinkan masyarakat mengetahui dengan mudah; (2) Pengumuman atau penyebarluasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, diketahui masyarakat dari penempelan/pemasangan peta Rencana Tata Ruang yang bersangkutan pada tempat-tempat umum, Kantor Kelurahan dan kantor-kantor yang secara fungsional menangani rencana tata ruang tersebut. Pasal 30 (1) Dalam menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat pertataan ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 Peraturan Daerah ini, pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan atau kaidah yang berlaku; (2) Untuk, menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, menikmati manfaat ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, yang dapat berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan, atau pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 31 (1) Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan status tanah dan ruang udara semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah dan semua rencana tata ruang dengan hirarkhi yang lebih rendah, diselenggarakan dengan cara musyawarah antara pihak yang berkepentingan dengan tetap memegang hak masyarakat; (2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, maka penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

16 Bagian Kedua Kewajiban Masyarakat Pasal 32 Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Daerah, masyarakat wajib : a. berperan serta dalam memelihara kualitas ruang; b. berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pasal 33 (1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan; (2) Peraturan dan kaidah pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, estetika lingkungan, lokasi dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang. Bagian Ketiga Peran Serta Masyarakat Pasal 34 Dalam pemanfaatan ruang di daerah peran serta masyarakat dapat berbentuk : a. pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan peraturan perundangundangan, agama, adat atau kebiasaan yang berlaku; b. bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan yang mencakup lebih dari satu wilayah kota; c. penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah dan rencana tata ruang kawasan yang meliputi lebih dari satu wilayah kota; d. perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah yang telah ditetapkan; e. bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan ruang dan/atau; f. kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pasal 35 (1) Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan di daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 Peraturan Daerah ini dilakukan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku; (2) Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dikoordinasikan oleh Walikota.

17 Pasal 36 Dalam pengendalian pemanfaatan tata ruang peran serta masyarakat dapat berbentuk : a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan yang meliputi lebih dari satu wilayah kota, termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan, pemanfaatan ruang kawasan dimaksud dan/atau; b. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban pemanfaatan ruang Pasal 37 Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 Peraturan Daerah ini, disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Walikota dan pejabat yang berwenang BAB VIII KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN Pasal 38 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 11 butir 3 dan 4, pasal 24, 27 dan 32 butir c Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebesar-besarnya Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran; Pasal 39 Penyidikan terhadap pelanggaran pasal 38 Peraturan Daerah ini, dilaksanakan oleh Penyidik Umum dan/atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Pasal 40 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut pada pasal 39 Peraturan Daerah ini, mempunyai wewenang dan kewajiban melaksanakan penyidikan sebagai berikut : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian serta melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung-jawabkan. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. 18 BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 41 Rencana struktur pemanfaatan ruang wilayah sebagaimana dimaksud pasal 7, rencana alokasi pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pasal 19 dan rencana jaringan jalan sebagaimana dimaksud pasal 13 digambarkan dalam peta wilayah sebagaimana tercantum dalam lampiran (gambar 1, 2 dan 3) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 42 Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini, berfungsi sebagai matra ruang dari pada dasar pembangunan daerah untuk penyusunan rencana pembangunan daerah. Pasal 43 Rencana Tata Ruang Wilayah daerah digunakan sebagai pedoman bagi : a. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kecamatan pada skala 1 : 5.000, Rencana Teknik Ruang Kota pada skala 1 : 1.000 dan Rencana Tata Bangunan dan lingkungan pada skala 1 : 1.000; b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antara wilayah daerah serta keserasian antar sektor; c. Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat; d. Pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan pembangunan; e. Perumusan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang di wilayah daerah. Pasal 44 (1) Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kecamatan sebagaimana dimaksud pada pasal 43 huruf a Peraturan Daerah ini, ditetapkan dengan Keputusan Walikota dengan persetujuan DPRD; (2) Rencana Teknik Ruang Kota, Rencana Prasarana Wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 huruf a Peraturan Daerah ini, ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

19 Pasal 45 Ketentuan mengenai penataan ruang udara dan ruang bawah tanah akan diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 46 (1) Jangka waktu berlakunya Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah sampai dengan tahun 2010 sejak Peraturan Daerah ini diundangkan; (2) Peninjauan kembali dan atau penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, dapat dilakukan dalam waktu 5 (lima) tahun sekali. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 47 Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua rencana tata ruang wilayah dan ketentuan yang berkaitan dengan penataan ruang di daerah tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 48 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 19 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 1996 Nomor 3) dinyatakan tidak berlaku lagi; (2) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan oleh Walikota. Pasal 49 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tangerang.

20 Ditetapkan di T a n g e r a n g. Pada tanggal 20 Nopember 2000. WALIKOTA TANGERANG Cap/ttd Drs. H. MOCHAMAD THAMRIN Diundangkan di Tangerang. Pada tanggal 28 Nopember 2000 SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG Cap/ttd Drs. H. ACHMAD SUDJAI Pembina Tk.I NIP. 010 047 670 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2000 NOMOR 5 SERI C C :/Doc.Huk/Raperda/RTRW/Com.A-Huk/00