BAB V PENUTUP A. Kesimpulan PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang beroperasi di wilayah Minas menjalankan social investment sebagai bentuk corporate social responsibility terhadap masyarakat sekitar operasi. Social investment menjadi bentuk pengejawantahan nilai-nilai yang terkandung di dalam The Chevron Way, yang mendepankan prinsip menghormati hukum, menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM), melindungi lingkungan dan memberi manfaat kepada seluruh masyarakat di tempat operasi. Mengacu pada filosofi The Chevron Way, Chevron memenuhi tujuh tanggung jawab yang diembannya, yakni etika bisnis dan transparansi, praktek bisnis dan hubungan industrial, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja/ healt, environment, and safety (HES), hak asasi manusia (HAM), investasi sosial (social investment) dan pengembangan masyarakat, integrasi dengan rantai pengadaan barang dan jasa, dan konsultasi dengan pemangku kepentingan. Social investment CPI merupakan bentuk investasi perusahaan dalam mensupport bisnis utama (produksi minyak) agar terjaga dan terlindungi dari singgungan-singgunan yang bisa datang dari masyarakat atau elemen-elemen lain, makanya di CPI bagian yang menangani ini adalah bagian PGPA (policy, government, and public affairs) atau dikenal dengan sebutan public relations (PR) dikebanyakan perusahaan. Tugas bagian ini adalah menjalankan fungsi-fungsi hubungan dengan seluruh stakeholders perusahaan, yang meliputi komunikasi, kegiatan kehumasan (termasuk CSR), hubungan dengan pemerintah, masyarakat, media, LSM, serta stakholders lainnya. Social investment sudah dilaksanakan oleh CPI semenjak pertama kali keberadaannya di Riau. CSR CPI selalu berevolusi dari waktu ke waktu, hal ini sebagai bentuk sensitifitas perusahaan dalam melihat kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan daerah di tempat beroperasi. Sebelum menggunakan social investment corporate social responsibility (CSR) perusahaan dikenal dengan istilah CD (community development) dengan fokus pada pengembangan 126
infrastruktur. Fokus pada hal tersebut dilakukan karena kondisi Riau ketika itu belum maju dari segi infrastruktur. Kemudian pada perkembangannya terjadi evaluasi terhadap program-program CD yang ditandai juga dengan perubahan manajemen perusahaan (Caltex menjadi Chevron) serta perubahan daerah (semakin maju) maka pada tahun 2005, CSR perusahaan menggunakan terma CE (community engagement) atau pelibatan masyarakat. CE ini mencakup dua bentuk yakni, community development (CD) dan community relations (CE). CD perusahaan meliputi tiga sasaran utama yakni, pendidikan, kesehatan dan ekonomi, sedangkan CR menitikberatkan hubungan (relasi) dalam bentuk pemberian bantuan-bantuan yang sifatnya responsif melalui pengajuan-pengajuan proposal dari masyarakat. Pada tahapan selanjutnya, perusahaan semakin berkembang diikuti juga dengan perkembangan kondisi Provinsi Riau yang lebih berkembang dari sebelumnya, maka tanggung jawab sosial CPI bermetamorfosa kembali dengan menggunakan terma social investment. Pada bentuk inilah aspek investasi ditekankan dalam menjalankan CSR. Perusahaan mengurangi bentukbentuk program yang sebelumnya banyak berbentuk karikatif dan mengedepanakan kerjasama dan prinsip kesetaraan untuk membangun kapasitas masyarakat, sehingga berimplikasi juga pembangunan daerah secara keseluruhan untuk jangka panjang. Social investment yang dilaksanakan oleh CPI merupakan tanggung jawab sosial perusahaan yang berfokus pada tiga bidang strategis, yakni basic human need (kebutuhan dasar manusia), education and vocational training (pendidikan dan pelatihan), economic development (pengembangan ekonomi), kemudian pada bidang-bidang lain seperti seni dan budaya lokal, perlindungan lingkungan dan tanggap bencan alam. Seluruh bidang tersebut bersifat menyeluruh dan menjangkau semua elemen masyarakat di Minas dengan bentuk kemitraan dan kesetaraan. Perusahaan dan masyarakat memiliki peran tersendiri, tetapi tidak bisa untuk bergerak masing-masing. Perusahaan dan masyarakat melalui social investment menjalin hubungan kemitraan dalam pembangunan daerah yang berkelanjutan. 127
Social investment menjadi upaya perusahaan untuk memantik mentalitas dan kompetensi masyarakat, sehingga menghilangkan ketergantungan yang berlebihan. Program social investment di bidang-bidang strategis tertentu dirancang dengan target paling maksimal lima tahun, jika lima tahun masyarakat masih ketergantungan dengan program maka CPI akan mengevaluasi program dan mengevaluasi tim yang merancang program tersebut. Bagi CPI dibutuhkan kualifikasi-kualifikasi SDM yang mumpuni untuk merancang program social investment yang tepat sasaran berdasarkan manajemen sistem keunggulan operasi (operational excellence management system/ OEMS). Kriteria-kriteria kompentesi SDM yang dimiliki CPI merupakan upaya jangka panjang mengantisipasi perubahan yang ada di masyarakat, lingkungan operasi dan pemerintahan daerah. Kompetensi ini harus dimiliki perusahaan untuk dapat mejalankan rencana jangka panjang social investment, yakni berubahnya taraf hidup masyarakat dengan acuan pada tahun 2020 fokus perusahaan 30-40% di bidang kampung tengah economic development tercapai. Perekonomian masyarakat menjadi investasi penting dibanding dengan bidang-bidang lain (tidak menghilangkan fokus lainnya, hanya saja dikurangi), karena jika melalui program social investment CPI masyarakat memiliki mental untuk berusaha dan berkembang, maka ketergantungan masyarakat lama-kelamaan bisa dikurangi. Jika masyarakat mandiri secara ekonomi maka, kebutuhan-kebutuhan lain akan mudah untuk terpenuhi. Social investment dijalankan berdasarkan kebutuhan masyarakat, bukan pada keinginan. Untuk mengetahui hal tersebut perusahaan melakukan social mapping dan need assesstment. Perusahaan melakukan survei kampung dan FGD (focus group discussion) dengan melibatkan beragam unsur untuk melihat sasaran-sasaran tertentu yang harus dikembangkan dan diperhatikan. Selain investasi sosial dengan bentuk-bentuk yang strategis, CPI juga memberikan bantuan spontan dalam rangka menjaga relasi dengan stakeholders, bentuk ini sama dengan community relations yang sebelumnya dijalankan. Bantuan melalui proposal-proposal yang diajukan masyarakat tidak dihilangkan, melainkan pengurangan jenis dan alokasi dana yang harus diberikan. 128
Masyarakat memiliki respon positif dan negatif terhadap social investment yang dijalankan CPI. Kondisi masyarakat Minas yang heterogen menimbulkan resistensi dalam pemaknaan social investment CPI, tetapi mayoritas masyarakat memandang Chevron yang dahulunya Caltex menjalankan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat sekitar, terutama bagi masyarakat asli, yakni suku sakai. Eksistensi suku Sakai di Minas diakui oleh perusahaan melalui beragam program, terutama di bidang pendidikan seperti beasiswa anak asuh Sakai, karena pendidikan masyarakat Sakai masih jauh tertinggal dibanding masyarakatmasyarakat lain di Provini Riau. Keberadaan CPI di Minas tidak berjalan mulus, banyak singgungansinggungan yang timbul dalam relasi antara masyarakat dengan perusahaan. Singgungan-singgungan ini muncul pada beberapa persoalan, dan masyarakat sangat mengaitkan erat permasalahan ini dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Singgungan yang ada di tengah-tengah masyarakat dan perusahaan adalah permasalahan pipa yang ada dekat dengan jalan utama (tepi jalan), permasalahan tanah/ lahan konsensi dan akses ke pemukiman masyarakat. Permasalahan pipa bagi masyarakat merupakan salahsatu faktor terbesar yang menghalangi pembangunan Minas, karena dengan keberadaan pipa-pipa perusahaanm, infrastruktur seperti rumah, toko atau lainnya tidak bisa dibangun. Kemudian permasalahan lahan konsensi, di mana masyarakat banyak menduduki lahan-lahan kosong yang ada di Minas, lahan kosong ini sebenarnya merupakan wilayah CPI (melalui kontrak dengan pemerintah), akan tetapi tidak digunakan, kosong dan hanya menjadi batasan-batasan pengelolaan. Masyarakat datang dan membangun rumah atau kedai, sehingga terjadi gejolak dengan perusahaan, bahkan pada titik tertentu lari ke ranah hukum untuk menyelesaikannya. Kemudian bagi masyarakat terjadi ketidakseimbangan perbaikan jalan antara perusahaan dengan masyarakat. Titik-titik persimpangan tertentu yang merupakan akses masuk bagi masyarakat (ke pemukiman) dan perusahaan (wilayah operasi) tidak diaspal/ disemenisai, sedangkan lewat sedikit dari pemukiman masyarakat menuju lokasi dilakukan pengaspalan. 129
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan di atas, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, yakni : 1. Penelitian ini berfokus pada praktik tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar wilayah operasi saja, bukan tanggung jawab perusahaan PT. Chevron Pacific Indonesia secara umum yang meliputi tujuh unsur tanggung jawab seperti pada gambar 3.5 pada halaman 63. Tanggung jawab sosial perusahaan atau social investment di CPI hanya menjadi salah satu part dalam tanggung jawab korporat secara keseluruhan. Mungkin untuk peneliti berikutnya dapat menelisik bagian ini secara utuh, agar dapat menjelaskan tanggung jawab korporat CPI secara utuh pula. 2. Penelitian ini dilakukan di Minas, Provinsi Riau sehingga dapat saja menghasilkan temuan lain, jika mengkaji corporate social investment perusahaan afiliasi Chevron lainnya sekalipun yang ada di Indonesia. Hal ini karena CPI melaksanakan social investment menilik kondisi masyarakat dan daerah tertentu, yang mana Indonesia memiliki masyarakat yang heterogen. Akan tetapi hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam melihat praktik tanggung jawab sosial perusahaan yang bergerak pada bidang ekstraktif di Indonesia. 3. Penelitian ini juga dapat dikembangkan bagi peneliti selanjutnya dengan mengkaji lebih dalam satu diantara tiga fokus utama social investment tersebut. Kebanyakan penelitian-penelitian di Indonesia mendeskripsikan secara umum praktik-praktik corporate social responsibility. Hal ini ditujukan agar dapat melihat gambaran secara detail dan kajian yang komprehensif mengenai bidang-bidng yang menjadi fokus utama CSR perusahaan. 130