Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Indonesia Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAN EVALUASI KAPASITAS PENAMPANG SUNGAI SAMPEAN BONDOWOSO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS 4.1

Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik

BAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

KAJIAN KAPASITAS SUNGAI LOGAWA DALAM MENAMPUNG DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN PROGRAM HEC RAS

KAJIAN GENANGAN BANJIR SUNGAI MUKE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN UPAYA PENGENDALIANYA

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA

STUDI PENGENDALIAN BANJIR KALI PEKALEN KABUPATEN PROBOLINGGO

Gambar 1.1 DAS Ciliwung

NORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK

PERENCANAAN NORMALISASI SUNGAI KEMUNING KABUPATEN SAMPANG PULAU MADURA TUGAS AKHIR

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL

LATAR BELAKANG. Terletak di Kec. Rejoso, merupakan salah satu dari 4 sungai besar di Kabupaten Pasuruan

KAJIAN SISTEM DRAINASE PATUKANGAN-PEGULON KABUPATEN KENDAL

ANALISIS KAPASITAS DRAINASE PRIMER PADA SUB- DAS SUGUTAMU DEPOK

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

PENGENDALIAN DEBIT BANJIR SUNGAI LUSI DENGAN KOLAM DETENSI DI KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN TUBUH EMBUNG ROBATAL, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG

BAB III METODOLOGI Rumusan Masalah

KAJIAN PENGARUH PENGALIHAN ALIRAN DARI STADION UTAMA TERHADAP GENANGAN TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BATANG LUBUH KABUPATEN ROKAN HULU PROPINSI RIAU

PERENCANAAN PENGENDALIAN BANJIR KALI BANGILTAK DAN KALI WRATI DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN NORMALISASI TUGAS AKHIR

PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI

Studi Pengendalian Banjir Sungai Cimanuk dengan Menggunakan Retarding Basin pada Hilir Bendungan Jatigede di Provinsi Jawa Barat

ABSTRAK. Kata Kunci: debit banjir, pola aliran, saluran drainase sekunder, Mangupura. iii

Evaluasi Pengendalian Banjir Sungai Jragung Kabupaten Demak

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

ABSTRAK Faris Afif.O,

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS HIDROLIKA ALIRAN SUNGAI BOLIFAR DENGAN MENGGUNAKAN HEC-RAS HYDROLIC ANALYSIS OF BOLIFAR RIVER FLOWS WITH USING HEC-RAS

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi

ANALISIS BANJIR WAY BESAI DENGAN MODEL MATEMATIS UNSTEADY FLOW MENGGUNAKAN SOFTWARE HEC - RAS. Harijadi1)

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah atau disebut sebagai underground river, misalnya sungai bawah tanah di

Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan dilakukan bertempat di kolam retensi taman lansia kota bandung.

STUDI PERENCANAAN SALURAN BANJIR (FLOODWAY)

TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA DRAINASE UNTUK PENANGGULANGAN BANJIR PADA RUAS JALAN GARUDA SAKTI DI KOTA PEKANBARU MENGGUNAKAN SOFTWARE HEC-RAS

NORMALISASI KALI KEMUNING DENGAN CARA PENINGGIAN TANGKIS UNTUK MENGURANGI LUAPAN AIR DI KABUPATEN SAMPANG MADURA JAWA TIMUR

Analisis Drainasi di Saluran Cakung Lama Akibat Hujan Maksimum Tahun 2013 dan 2014

ANALISIS PENGARUH BACK WATER (AIR BALIK) TERHADAP BANJIR SUNGAI RANGKUI KOTA PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGENDALIAN BANJIR KALI WRATI KABUPATEN PASURUAN

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN PENANGGULANGAN BANJIR MENGGUNAKAN SOFTWARE HEC RAS (Studi Kasus Situ Cilangkap) Citra Adinda Putri Jurusan Teknik Sipil Fakultas

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PERSEMBAHAN... III PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI...

PEMODELAN HIDROLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI TUKAD PAKERISAN DENGAN SOFTWARE HEC-HMS TUGAS AKHIR

ANALISA PENGENDALIAN BANJIR KALI CILIWUNG RUAS JEMBATAN MT. HARYONO PINTU AIR MANGGARAI

STUDI PENGENDALIAN BANJIR KOTA TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB I PENDAHULUAN. siklus hidrologi dengan mengembalikan limpasan sungai ke laut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Besai yang terletak

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE

GENANGAN DI KABUPATEN SURABAYA

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

SURAT KETERANGAN PEMBIMBING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

RINGKASAN 1.A. Q max = [ISSN: ] 17

EVALUASI TINGGI MUKA AIR KALI MUNGKUNG SRAGEN TERHADAP ELEVASI BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO

EVALUASI SISTEM DRAINASE DI WILAYAH KAMPUS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM, RIAU ABSTRACT

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

Bab III Metodologi Analisis Kajian

PERENCANAAN PENINGKATAN KAPASITAS FLOODWAY PELANGWOT SEDAYULAWAS SUNGAI BENGAWAN SOLO

Analisis Hidrologi untuk Pendugaan Debit Banjir dengan Metode Nakayasu di Daerah Aliran Sungai Way Besai

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

EVALUASI DAN SIMULASI POLA OPERASI BENDUNG GERAK TEMPE PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

REHABILITASI BENDUNG SINOMAN DI KALI BRANGKAL UNTUK MENGATASI BANJIR DI DESA SOOKO, KOTA MOJOKERTO TESIS

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODA ANALISIS

STUDI PERENCANAAN PELIMPAH EMBUNG KRUENG RAYA KELURAHAN KRUENG RAYA KECAMATAN MESJID RAYA KABUPATEN ACEH BESAR

[ ( ) I t = intensitas hujan jam-jaman (mm/jam) R= curah hujan rancangan (mm/hari) T= waktu hujan efektif (menit)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

ANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN PENANGANAN BANJIR SUNGAI BERINGIN SEMARANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM LONG STORAGE

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA

ANALISIS VOLUME TAMPUNGAN KOLAM RETENSI DAS DELI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN BANJIR KOTA MEDAN

PERENCANAAN NORMALISASI KALI TUNTANG DI KABUPATEN DEMAK DAN KABUPATEN GROBOGAN

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

PERENCANAAN TUBUH EMBUNG BULUNG DI KABUPATEN BANGKALAN TUGAS AKHIR

PENGENDALIAN BANJIR DAS DOLOK PENGGARON PADA SUNGAI BABON

Transkripsi:

STUDI PERENCANAAN RETARDING BASIN DI KALI GUNUNG MADDAH SEBAGAI USAHA UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KOTA SAMPANG, MADURA Andri Puji Wahyudi 1, Very Dermawan 2, Dian Sisinggih 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Indonesia Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia Email: andripujiwahyudi@gmail.com ABSTRAK Kali Gunung Maddah merupakan salah satu anak sungai Kamoning yang mempunyai peran besar dalam menyumbang debit banjir ke Kali Kamoning. Pada saat hujan dengan intensitas tinggi bersamaan dengan datangnya air laut pasang, terjadilah luapan air Kali Kamoning di daerah Kabupaten Sampang. Berbagai studi yang bertujuan untuk mencari solusi penanggulangan banjir di Kota Sampang telah banyak dilakukan dan menghasilkan alternatif penanggulangan banjir, di mana salah satunya adalah dengan retarding basin. Debit banjir yang akan direduksi adalah debit banjir Subdas Gunung Maddah. Studi ini mencoba meninjau seberapa besar tampungan sementara mereduksi ketinggian muka air banjir di Desa Gunung Maddah. Desa gunung Maddah adalah salah satu desa yang mempunyai ketinggian muka air banjir nomor dua di kota sampang. Simulasi dilakukan dengan menggunakan aplikasi program HEC-RAS 4.1.0. Simulasi dilakukan terhadap kondisi alur sungai saat ini (eksisting) dan kondisi dengan adanya retarding basin. Sungai dan retarding basin dihubungkan dengan sebuah bendung samping. Hasil analisa menunjukkan pengendalian banjir dengan retarding basin dengan kala ulang 2 (dua) tahun menghasilkan penurunan muka air rata-rata sebesar 1,48 m diatas tanggul Kali Gunung Maddah atau turun rata-rata 52,24% Tampungan efektif retarding basin berdasarkan hasil simulasi adalah 1.060.362 m 3. Ketinggian air di tampungan sementara adalah 6,40 m. Selanjutnya, air akan dikeluarkan menggunakan pintu sorong setelah banjir surut. Kata Kunci : banjir, tampungan sementara,bendung samping, dan tampungan ABSTRACK Gunung Maddah river is a one of the Kamoning river branches which gives high flood discharge. At the time of high intensity rainfall with the arrival of tides, there was a overflowing of Kamoning river in Sampang city. Various studies aimed to find a solution for flood control in sampang city have already done and resulted many alternatives for flood control, one of it s is design retarding basin. Flood discharge will be reduced is the flood discharge from Gunung Maddah Sub-Watershed. This study conducted to review amount of the storage will reduce the flood water level in the Gunung Maddah Village. Gunung Maddah village is second highest village of flood water level in Samapng city.. Simulations is using HEC-RAS 4.1.0 software on the condition current river channel (without retarding basin) and condition with a retarding basin. The Gunung Maddah river and retarding basin connected with a side weir. The analysis showed that the flood control with retarding basin using two years period of resulted a decrease the average water level of 1,48 m above Gunung Maddah river leeve or 52,24% in average. The effective storage of retarding basin based on result of simulation is 1.060.362 m 3. The water level in retarding basin is 6,40 m. Furthermore, discharge will be released using the sluice gate after flood decreased. Key words : flood, retarding basin, side weir, and storage

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai mempunyai fungsi yang sangat besar dalam kehidupan manusia, baik sebagai sumber daya air, maupun sebagai pembuangan alami yang membawa air buangan dari lahan pertanian, perumahan maupun air hujan yang melimpas dipermukaan tanah. Karena sungai berfungsi sebagai saluran pembuang, sungai harus mampu membawa sejumlah air yang besarnya dipengaruhi oleh faktor hujan, buangan dari pertanian, buangan dari rumah tangga dan faktor pengaliran maupun hilir sungai yang berupa danau atau laut. Kota Sampang terletak di bagian timur Pulau Madura dengan elevasi rata-rata hampir sama dengan muka air laut pasang (+0,3 m). Pada saat hujan dengan intensitas tinggi bersamaan dengan datangnya air laut pasang, terjadilah luapan air Kali Kamoning di daerah Kabupaten Sampang. Hal ini salah satunya disebabkan karena terbatasnya kapasitas pengaliran Kali Kamoning. Daerah Aliran Sungai (DAS) Kamoning mempunyai luas 345,5 km 2 dan panjang alur sungai utama ±58.10 km, yaitu Kecamatan Sampang, Kedungdung Omben dan Robatal. 1.2. Identifikasi Masalah Kali Kamoning mengalir membelah Kota Sampang dan setiap tahun memberikan kontribusi debit banjir yang mengakibatkan kerugian jiwa dan harta benda masyarakat yang berada di Kota Sampang. Kali Gunung Maddah adalah anak sungai Kali Kamoning yang memberikan debit banjir yang lumayan besar. Bencana banjir terjadi sebagai akibat tingginya curah hujan yang turun, kondisi penampang anak sungai kamoning yaitu Kali Gunung Maddah yang tidak mampu menampung debit banjir yang ada. Berdasarkan data yang diperoleh dari BNPB yang terkena dampak banjir akibat luapan Kali Gunung Maddah dan Kali Kamoning pada Desember 2013 adalah Kelurahan Dalpenang, Kelurahan Rongtengah, Desa Gunung Sekar, Desa Gunung Maddah, Desa Tanggumong, Desa Kamoning, Desa Pangelan, Desa Banyumas, Desa Panggung, Desa Paseyan, Kecamatan Kota Sampang, Kabupaten Sampang. Tinggi muka air di daerah yang terkena dampak banjir adalah sebagai berikut: 1. Paseyan = ±1,20 m 2. Panggung = ± 1,00 m 3. Banyumas = ± 0,50 m 4. Pangelen = ± 0,50 m 5. Kamoning = ± 0,50 m 6. Tanggumong = ± 0,80 m 7. G. Maddah = ± 1,80 m 8. G. Sekar = ±0,50 m 9. Rongtengah = ± 1 m 10. Dalpenang = ± 2,00 m Kerugian yang ditimbulkan akibat dari bencana banjir ini berupa 712 unit rumah rusak, sawah 30,4 Ha di 4 Desa dan 3 Kelurahan terendam banjir. Diperkirakan kerugian total akibat banjir mencapai 8,7 milyar(www.republika.co.id). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu perencanaan sistem pengendalian banjir di Kota Sampang, Madura. Sistem pengendalian banjir bisa direncanakan menggunakan tampungan sementara. 1.3. Tujuan Tujuan dari studi ini adalah untuk medesain tampungan sementara sebagai penampung debit banjir dari subdas Gunung Maddah. Sehingga, keberadaannya dapat

mengurangi ketinggian muka air di Desa Gunung Maddah, Kota Sampang. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Dalam suatu perencanaan dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar perencanaan, agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pada bab ini menyajikan teori dari berbagai sumber yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan. 2.2. Analisis Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai kapan terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya, dan hubungan dengan lingkungannya terutama dengan makhluk hidup. Hidrologi dianalisis untuk membuat keputusan dan menarik kesimpulan pada fenomena hidrologi berdasarkan sebagian data hidrologi yang dikumpulkan. Dalam studi ini, untuk merencanakan retarding basin, analisis hidrologi yang terpenting adalah menentukan debit banjir rencana. Beberapa tahapan analisis hidrologi adalah sebagai berikut: Gambar 1 Proses Hidrologi 2.3. HEC-RAS HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran di sungai, River Analysis System (RAS), yang dibuat oleh Hydrologic Engineering Center (HEC) yang merupakan satu divisi di dalam Institute for Water Resources (IWR), di bawah US Army Corps of Engineers (USACE). HEC-RAS merupakan model satu dimensi aliran permanen maupun tak permanen (steady and unsteady one-dimensional flow model) (Anonim 1, 2010:3-4).

Gambar 2 Diagram Alir HEC-RAS Dalam studi perencanaan ini, analisa profil aliran menggunakan aliran tidak permanen karena akan menghitung penelusuran banjir di sungai sebelum adanya tampungan dan setalah adanya tampungan. Sedangkan untuk syarat batas menggunakan hidrograf aliran dari Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Nakayasu, sedangkan kondisi batas hilir menggunakan stage hydrograph, karena pemodelan diasumsikan terjadi banjir pada daerah hilir. 2.4. Bendung Samping (Side Weir) Bendung dan pelimpah yang mempunyai pucuk sejajar dengan aliran utama ada kalanya digunakan dalam teknik dan sesuai dengan hal itu, bangunan ini dinamakan bendung samping (side weirs) atau pelimpah luapan samping (side channel spillway). Bendung samping ialah suatu cara yang umum dalam penuangan kelebihan aliran dalam sistem penyaluran kotoran dan digunakan secara luas untuk pengelak hujan deras (Raju, 1986:258). Untuk suatu bendung samping yang dipasang pada saluran trapesium (Gambar 2). Gambar 3 Bangunan Bendung Samping Sumber : Anonim 2 (1986:170) Debit melalui lebar awal dx dari bendung samping adalah Sumber : Anonim 2 (1986:172). qx = ƞ. Δx (h-w) 3/2. Δx (2-1) Bentuk dari bendung samping menggunakan ambang lebar. dengan: qx = debit dengan lebar dx (m 3 /dt) ƞ = koefisien debit A = luas penampang sungai (m 2 ) W = tinggi bendung samping (m) h = kedalaman muka air diatas bendung samping (m) 2.4.1. Ambang Lebar (Broad Crested Weir) Bangunan ambang lebar dianjurkan karena bangunan ini kokoh dan mudah dibuat. Karena bisa mempunyai berbagai bentuk mercu, bangunan ini mudah disesuaikan dengan tipe saluran apa saja. Persamaan debit yang melewati ambang lebar adalah sebagai berikut (Telford, 2003:53). Untuk ambang lebar, faktor profil pada bendung bisa diestimasi dari persamaan berikut ini (Telford, 2003:52). ƞ = 1 0,064 (L/ho) (2-2) untuk 0 < L/ho < 2,5 ƞ = 0,84 untuk L/ho 2,5 (2-3)

menghitung debit keluaran (Anonim 2, 1986:55). Q = k. µ.a.b. (2-5) dengan: Q = debit pelepasan (m 3 /dt) K = faktor aliran tenggelam (0,7) h1 = tinggi muka air di hulu pintu diatas ambang (m) a = bukaan pintu (m) b = lebar pintu (m) g = percepatan gravitasi (m/dt 2 ) μ = koefisien debit (Gambar 4) Gambar 4 Bendung ambang lebar Sumber : Tracy (1957:3) 2.5. Tampungan Sementara (retarding basin) Kolam tampungan sementara adalah suatu bangunan/konstruksi yang berfungsi untuk menampung sementara air yang berasal dari sungai, dan selanjutnya akan dilepas kembali. Tampungan sementara harus bisa menampung debit banjir yang akan lewat. Dimensi kolam penampungan didasarkan pada perhitungan volume yang akan masuk ke dalam tampungan sementara. Untuk mencari volume tampungan yang akan ditampung dapat menggunakan rumus di bawah ini (Triatmodjo, 2010:191). V =(Qt+Qt+1)(Tt + Tt+1)x0,5x3600 (2-4) dengan: Qt = debit (m 3 /dt) Tt = waktu (jam) 2.6. Pintu Keluaran Perhitungan besarnya debit pelepasan pada tampungan sementara menggunakan pintu sorong, karena debit banjir yang lewat akan ditampung terlebih dahulu dan dilepas setelah banjir mengalami penurunan (surut). Berikut persamaan untuk Gambar 5 Koefisien µ Sumber : Anonim 3 (1986:55) 3. METODOLOGI STUDI 3.1. Kondisi Daerah Studi Kabupaten Sampang terletak pada 113 0 08 113 0 39 Bujur Timur dan 06 0 05 07 0 13 Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.233,33 Km 2. Batas wilayah Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Laut Jawa; Sebelah Timur : Kabupaten Pamekasan; Sebelah Selatan : Selat Madura; Sebelah Barat : Kabupaten Bangkalan. Kondisi geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan dan semakin kearah utara

5,124 3,051 1,983 1,021 1,015 1,917 3,159 5,3 8 4 m 1 m 2 m 3 m 1 m 2 m 4 m 5,039 4,879 2,154 3,203 4,923 4,913 0+200 4,7 7 5,837 3,081 2,105 0+300 4,765 4,802 3,207 2,104 0+400 4,607 4,687 4,672 4,461 2,192 3,496 4,415 4,378 4,4 0 3,591 2,894 2,012 4,495 0+500 4,578 0+700 4,425 4,289 3,263 4,667 4,498 0+800 4,846 4,724 4,739 4,176 2,404 2,163 4,634 4,624 4,6 7 4,732 0+900 2,72 4,439 4,747 4,6 7 5,151 5,121 1+100 5,321 5,221 1+200 5,174 5,119 5,164 5,026 1+300 4,763 4 m 2 m 3 m 2 m 5,177 5,344 5,244 2,836 1+400 tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering. 3.1.1. Lokasi Daerah Studi Lokasi studi berada pada subdas Gunung Maddah. Lokasi tampungan terletak pada Kali Gunung Maddah, Desa Gunung Maddah, Sampang, Madura. Adapun batas-batas dari Desa Gunung Maddah adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Desa Panggung Sebelah Selatan : Desa Taddan Sebelah Barat : Kelurahan Rongtengah dan Banyuanyar Sebelah Timur : Desa Banjartalela Gambar 6 Rencana Retarding Basin Sumber : Bakosurtanal, 2015 3.2. Pengumpulan Data Dalam menganalisa suatu masalah diperlukan adanya berbagai data untuk menunjang analisa. Data-data yang dibutuhkan digolongkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Sedangkan, Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (instansi terkait). Pada studi ini, pengumpulan data pada perencanaan retarding basin ini terdiri dari 2 bentuk data yaitu data primer dan data sekunder. Berikut adalah data-data studi ini. - Kondisi lingkungan sekitar - Peta topografi - Peta tata guna lahan - Geometri sungai - Curah hujan harian dari 2 pos hujan selama 13 tahun (2001-2013) - Peta lokasi adminstratif 3.3. Langkah Penyelesaian Studi Hasil dari data yang diperoleh digabungkan dan dianalisa dengan baik. Langkah-langkah analisis disusun secara sistematis sehingga mempermudah dalam penyelesaiannya. Berikut langkah-langkah dalam perencanaan retarding basin. 1. Analisa Peta Topografi : Data topografi digunakan untuk perencanaan/desain bangunan bendung samping samping menuju tampungan sementara. 2. Analisa Geometri Sungai : Data geometri sungai digunakan untuk mengetahui kemampuan kapasitas eksisting sungai dalam menampung debit banjir. 3. Perencanaan tampungan dan bendung samping: 1. Melakukan uji konsistensi dari hasil data curah hujan 2. Didapatkan curah hujan rerata daerah menggunakan poligon thiessen 3. Analisa frekuensi dengan metode Log Person III, dan Gumbel 4. Dilakukan uji distribusi yaitu uji smirnov-kolmogorof dan uji chisquare 5. Debit rancangan metode HSS Nakayasu 6. Melalakukan analisis penelusuran banjir tanpa tampungan

7. Desain bendung samping dan tampungan semnetara 8. Melakukan analisis penelusuran banjir dengan adanya tampungan 9. Mendesain pintu keluaran 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Hidrologi Dasar perencanaan bangunan air adalah debit banjir rencana. Debit banjir rencana di sungai atau saluran alamiah dihitung dengan beberapa kala ulang tertentu misalnya 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun yang dapat dialirkan tanpa membahayakan lingkungan sekitar dan komponen bangunan air yang terdapat di sepanjang sungai. Dalam studi ini terdapat 2 stasiun hujan yang dianalisis dari tahun 2001-2013. Gambar 6 merupakan pengaruh 2 stasiun hujan di lokasi studi. Gambar 8 Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan Berdasarkan gambar 8 tersebut diuji distribusi dengan metode log person III, dan Gumbel. Dari 2 metode tersebut digunakan distribusi yang cocok menggunakan uji chi-square dan uji smirnovkolmogorof. Berikut adalah data curah hujan rancangan terbaik dari 2 metode. Gambar 9 Hujan dan Debit Rancangan Gambar 7 Pengaruh 2 stasiun hujan Gambar 10 HSS Nakayasu

Elevation (m) 4.2. Analisa Profil Aliran Eksisting Sungai Untuk mengetahui kapasitas eksisting sungai, maka digunakan bantuan paket program Hec-RAS. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ketinggian muka air pada saat terjadi debit banjir. Untuk mengetahui muka air banjir perlu dilakukan analisa kapasitas eksisting dari Kali Gunung Maddah. Kapasitas eksisting sungai menggunakan aliran tidak permanen. 4.2.1. Peniruan Hidaraulika (Syarat Batas) Data aliran yang diperlukan dalam hitungan aliran tidak permanen (unsteady flow) dalam studi ini adalah hidrograf debit di batas hulu serta rating curve pada batas hilir. Berikut adalah hasil dari analisa profil aliran tanpa retarding basin. 10 8 6 4 2 0 Gunung Maddah Plan: rating curve 23/06/2015 Gunung Maddah GM -2 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Main Channel Distance (m) Legend EG Max WS WS Max WS Gambar 11 Analisa Profil Aliran Q 2th Hasil wawancara warga pada tanggal 25 Desember 2014, banjir tertinggi di Desa Gunung Maddah ± 1,5 m yang terjadi pada tahun 2013. Selain itu, BNPB menyatakan bahwa pada tahun 2013 Desa Gunung Maddah mengalami banjir sebanyak 3 kali. Banjir tertinggi ±1,8 m. Berdasarkan data tersebut kala ulang yang cocok adalah kala ulang 2 tahun, mengingat seringnya banjir yang terjadi di Desa Gunung Maddah. Selanjutnya kala uang 2 tahun yang akan Ground Left Levee Right Levee direduksi menggunakan tampungan sementara. 4.3. Tampungan Sementara Tampungan sementara direncanakan karena debit banjir tidak bisa langsung dibuang dan dialirkan ke sungai/laut. Reduksi banjir tergantung luas lahan dari tampungan. Posisi dari tampungan adalah sebagai berikut. Gambar 12 Sketsa Pemodelan Tampungan 4.3.1. Bendung Samping Bendung samping (side weir) digunakan untuk mengalihkan sebagian aliran air dari Kali Gunung Maddah menuju tampungan sementara. Bendung samping ditempatkan di tebing sungai. Berikut adalah hasil dimensi bendung samping menggunakan demarchi 24. Lebar adalah 5,00 m, panjang bendung 2,64 m dan tinggi bendung samping adalah 0,80 m. 4.4. Analisa Profil Aliran dengan Tampungan Penelusuran banjir kembali dilakukan menggunakan paket program HEC-RAS 4.1.0 dengan adanya struktur penghubung bendung samping menuju tampungan semenetara. Hal ini dilakukan mengguna-

Elevation (m) kan lateral structure agar aliran bisa masuk melalui bendung samping. 4.4.1. Peniruan Geometri Peniruan geometri yang dilakukan dalam simulasi ini mengacu pada penelusuran banjir Kali Gunung Maddah tanpa tampungan. Peniruan geometri diawali dengan area tampungan, dan selanjutnya bendung samping. Data dari tampungan dan bendung samping dapat dilihat di bawah ini. - Bendung Samping berjarak 30 m ke arah hilir dari potongan melintang 1+300 (13), mercu bendung berada pada elevasi +3,44 m, sayap kiri dan kanan masing-masing berada pada elevasi +5,2 m dengan lebar 2,64 m dan panjang 5,00 m. - Bendung samping berada pada tebing sebelah kanan - Kawasan area tampungan memiliki luas sebesar 18 ha dan berada pada elevasi +0,50 m. 4.4.2. Peniruan Hidraulika (Syarat Batas) Syarat batas simulasi aliran melewati bendung samping mirip dengan syarat batas simulasi aliran analisa profil aliran tanpa tampungan. Hanya saja, pada studi ini diperlukan tambahan syarat awal (initial condition) elevasi muka air di tampungan sementara. Elevasi tambahan sebagai syarat awal berada pada +0,50 m. Gambar 10 adalah hasil dari analisa profil aliran dengan tampungan sementara. 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Gunung Maddah Plan: rating curve 14/06/2015 Gunung Maddah GM -1 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Main Channel Distance (m) Gambar 13 Analisa Profil Aliran dengan Tampungan Q 2th Legend EG Max WS WS Max WS Berdasarkan Gambar 13, dengan adanya kolam tampungan banjir mengalami penurunan muka air. Penurunan muka air ±1,48 m dari ketinggian semula dan tampungan sementara dapat mengurangi banjir sebesar 52,24%. 4.4.3. Volume Tampungan Efektif Perencanaan tampungan sementara didasarkan pada hitungan hidraulika aliran pada paket program HEC-RAS 4.1.0. Volume tampungan efektif dapat dicari dengan cara mengetahui debit yang akan lewat pada bendung samping yang didapat dari HEC-RAS. Gambar 14 Analisa Profil Aliran dengan Tampungan Q 2th Jadi, volume tampungan efektif yang digunakan adalah sebesar 1060362 m 3. Total tampungan yang tersedia adalah 1152000 m 3. Tampungan yang masih tersedia 91638 m 3. Ground Left Levee Right Levee

Stage (m) Flow (m3/s) 7 6 5 4 3 2 1 Plan: 14jun Storage Area: Retarding Basin 0 2400 0600 1200 1800 22Sep2008 23Sep2008 Time Gambar 15 Hubungan Q dan h dalam Tampungan Dari Gambar 15 dapat diketahui ketinggian tampungan berada pada elevasi +6,40 m dengan tampungan mulai terisi pada elevasi +0,50 m. Debit puncak yang tereduksi oleh tampungan sementara adalah 38,45 m 3 /dt. 4.5. Pintu Keluaran Pintu sorong digunakan sebagai pintu keluaran pada tampungan sementara (retarding basin) karena kemudahan dalam operasinya. Pintu sorong akan dibuka secara manual setelah banjir surut. Data: Lebar Pintu Sorong = 1,00 m Jumlah Pintu = 1 buah Elevasi Ambang Pintu = +2,29 Lebar tanggul = 0,20 m Elevasi Tanggul Outlet = +3,64 Gambar 16 Hubungan debit dan bukaan pintu sorong 40 30 20 10 0-10 Legend Stage Net Inflow 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari beberapa penjelasan dari bab sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Debit banjir rancangan Metode Nakayasu dilakukan dengan beberapa kala ulang. Debit kala ulang ulang 2 tahun sebesar 55,480 m 3 /dt. Debit kala ulang ulang 5 tahun sebesar 68,903 m 3 /dt. Debit kala ulang ulang 10 tahun sebesar 77,643 m 3 /dt. Debit kala ulang ulang 25 tahun sebesar 89,920 m 3 /dt. Debit kala ulang ulang 50 tahun sebesar 96,771 m 3 /dt. Debit kala ulang ulang 100 tahun sebesar 104,927 m 3 /dt. Debit kala ulang ulang 200 tahun sebesar 113,164 m 3 /dt dan Debit kala ulang ulang 1000 tahun sebesar 131,975 m 3 /dt. 2. Dimensi bendung samping (side weir) yang akan mengalihkan aliran sungai menuju tampungan sementara adalah sebagai berikut. Panjang bendung sebesar 2,64 m, lebar sebesar 5,00 m dan tinggi bendung samping sebesar 0,80 m. 3. Volume tampungan efektif yang digunakan sebagai tampungan sementara (retarding basin) adalah sebagai berikut. Volume total dari tampungan sementara adalah 1152000 m 3. Volume tampungan efektif yang digunakan adalah sebesar 1.060.362 m 3. Jadi, masih ada 91638 m 3 tampungan yang tersisa. Tampungan sementara dapat mengurangi debit banjir yang akan masuk ke Kali Kamoning sebesar 35,85 m 3 /dt. Ketinggian muka air banjir yang berada di Desa Gunung Maddah akan berkurang 52,24% dari ketinggian banjir awal.

5.2. Saran 1. Untuk menanggulangi banjir di Kecamatan Sampang perlu adanya pembenahan total dari hulu sampai hilir. Hal ini harus dilakukan karena banjir yang terjadi lebih dari 10 kali setiap tahunnya. Upaya non struktur dan struktur dapat dilakukan seiring berjalannya waktu. Upaya struktur lainnya adalah sebagai berikut. - Perencanaan Floodway - Perencanaan Embung/waduk - Normalisasi sungai 2. Tampungan sementara bisa digunakan sebagai intake sebagai aliran irigasi atau bahan baku air minum, mengingat daerah ini merupakan daerah kering ketika musim kemarau datang. 3. Perilaku masyarakat terkait dengan membuang sampah sembarangan perlu dilakukan pendekatan sosial agar sungai tidak terhalang oleh sampah. Weirs. Washington D.C:Geological Survey Circular 397 7. Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi Terapan. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Beta Offset. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim 1. 2010. HEC-RAS (River Analysis System). USA: Hydrologic Engineering System. 2. Anonim 2. 1986. Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi. Bandung: CV Galang Persada. 3. Anonim 3, 1986. Standar Perencanaan Irigasi. Bandung: CV Galang Persada. 4. Ranga Raju.K.G. 1981. Flow Through Open Channels. Terjemahan Yan Piter Pangaribuan. Jakarta: Erlangga 5. Telford, T. 2003. Hydraulic Design Of Side Weir. Cetakan Pertama London. Thomas Telford LTD. 6. Tracy, J.H. 1957. Discharge Characteristic Of Broad-Crested