BAB 1 PENDAHULUAN. X.K.6 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tingkat efektifitas dan efesiensinya, dengan demikian maka setiap rupiah dana

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan membuat perusahaan-perusahaan melakukan perluasan

BAB I PENDAHULUAN. pemakai informasi lainnya, maka risk management disclosure haruslah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1876 yang coba dikawinkan dengan teknologi komunikasi tanpa kabel

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Dana memegang peranan yang sangat penting, sebab tanpa adanya dana yang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi akan menjadi keinginan para pemilik modal. pengelolaan keuangan (financial management). Penilaian kinerja adalah

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu sektor pendukung untuk kelangsungan suatu industri yaitu

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure pada

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% di BEI adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam kaitannya dengan kegiatan operasi perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Secara historis peranan seorang manajer keuangan mengalami. perkembangan. Semula tugas manajer keuangan hanya sebatas pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian politik di Eropa dan kebijakan moneter USA, semua perusahaan

A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN MANAJEMEN RESIKO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama dengan mendirikan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. penting, tidak hanya bagi pihak internal tetapi juga bagi pihak eksternal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia sebagai perusahaan yang go publik (emiten) yang semakin bertambah

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang semakin berubah. Perusahaan menyampaikan informasi melalui

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis tahun , perusahaan perusahaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari perusahaan melakukan usahanya

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memberikan manfaat bagi stakeholdernya.stakeholder yang dimaksud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia membutuhkan kajian teori sebagai berikut: khusunya informasi tersebut merupakan berita baik (good news).

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh calon investor sebelum melakukan investasi adalah memastikan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat di indonesia pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN UKDW. melalui Foreign Direct Investment (FDI). Investor menganggap bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kepentingan (stakeholders). Bagi pihak internal seperti pemilik, direksi atau

BAB I PENDAHULUAN UKDW. persaingan yang dihadapi. Meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dapat

ANALISA PENGARUH TOTAL HUTANG JANGKA PENDEK, HUTANG JANGKA PANJANG DAN INVESTASI TERHADAP TERHADAP LABA PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnis

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

PENDAHULUAN. perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan oleh para investor dan kreditor (Haruman, 2008). Brigham dan Borolla (2011) dalam Bernandhi (2013).

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. nilai perusahaan meningkat. Masalah struktur modal merupakan masalah yang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan ekonomi banyak berpengaruh pada dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawabannya kepada pihak penyedia dana. Dana dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dihadapi. Penerapan sistem risk management merupakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. informasi sehubungan dengan transaksi-transaksi yang terjadi selama periode. tertentu (Prastiwi, Yuniarta, dan Darmawan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dapat dipercaya, relevan, dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola. mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi.

Transkripsi:

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bapepam dan LK telah menerbitkan satu peraturan yaitu Peraturan Nomor X.K.6 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Penerbitan peraturan ini mencabut Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-134/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten dan Perusahaan Publik dan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-40/BL/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan di Bursa Efek di Negara Lain. Sehingga penyampaian laporan keuangan menjadi wajib bagi perusahaan yang go public. Penyempurnaan Peraturan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi dalam laporan tahunan Emiten dan Perusahaan Publik sebagai sumber informasi penting bagi pemegang saham dan masyarakat dalam membuat keputusan investasi. Dalam peraturan tersebut antara lain diatur mengenai kewajiban penyampaian bentuk, dan isi laporan tahunan. Lebih banyak pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan menyebabkan semakin banyak pula informasi yang perlu diungkapkan.

17 Informasi yang diungkapkan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan, dan transparan, karena informasi tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan bagi pengguna informasi tersebut khususnya pihak investor. Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Karena risiko yang melekat ini, maka informasi yang disajikan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor. Dengan demikian, maka diperlukan pengungkapan (disclosure) yang memadai (Sudamarji, 2007 dalam Fathimiyah dkk, 2011). Pengungkapan (disclosure) memberikan implikasi bahwa keterbukaan merupakan basis kepercayaan publik terhadap manajemen di dalam sistem korporasi. Dengan kata lain, kualitas mekanisme corporate governance seharusnya dapat dilihat dari tingkat keterbukaan atau transparansi (Fathimiyah dkk, 2011). Banyak peneliti yang mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang memperburuk kondisi Indonesia pada saat krisis tahun 1997 adalah lemahnya corporate governance. Hal ini ditandai dengan kurang transparannya pengelolaan perusahaan. Manajemen risiko dimulai dari adanya kesadaran manajemen menyadari bahwa risiko itu pasti ada di dalam suatu perusahaan. Penerapan manajemen risiko yang baik harus memastikan bahwa organisasi tersebut mampu memberikan perlakuan yang tepat terhadap risiko yang akan mempengaruhinya (Amran et al., 2009). Informasi mengenai manajemen risiko sangat berguna bagi para pemangku kepentingan, khususnya bagi para investor. Informasi ini berguna bagi investor untuk melakukan analisis risiko agar pengembalian yang diharapkan dapat

18 terpenuhi. Manajemen risiko mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk good corporate governance. Risk management disclosure dapat diartikan sebagai pengungkapan atas risiko-risiko yang telah dikelola perusahaan atau pengungkapan atas bagaimana perusahaan dalam mengendalikan risiko yang berkaitan di masa mendatang. Risk management disclosure berpotensi memiliki manfaat untuk para analis, investor, dan stakeholders (Amran et al., 2009). Berdasarkan pengertian diatas, risk management disclosure dapat diartikan sebagai pengungkapan atas risiko-risiko yang telah dikelola perusahaan atau pengungkapan atas bagaimana perusahaan dalam mengendalikan risiko di masa mendatang. Risk management disclosure berpotensi memiliki manfaat untuk para analis, investor dan stakeholder. Disclosure memberikan implikasi bahwa keterbukaan merupakan basis kepercayaan publik terhadap manajemen di dalam sistem korporasi. Dengan kata lain, kualitas mekanisme corporate governance seharusnya dapat dilihat dari tingkat keterbukaan atau transparansi (Lins dan Warnock, 2004). Sebagai dasar pengambilan keputusan investor, kreditor dan pengguna informasi lainnya, maka informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan, dan transparan. Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Karena risiko yang melekat ini, maka informasi yang disajikan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor. Dengan demikian, maka diperlukan pengungkapan (disclosure) yang memadai (Sudarmadji, 2007).

19 Oorschot (2009), beberapa tahun lalu pengungkapan risiko masih bersifat sukarela, khususnya yang berkaitan dengan instrumen finansial. Di Indonesia, pengungkapan risiko oleh perusahaan manufaktur merupakan salah satu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yang secara ekplisit diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia 50 (PSAK 50) revisi 2010, tujuan dari pengungkapan adalah menyediakan informasi guna meningkatkan pemahaman mengenai signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas serta membantu penilaian jumlah waktu dan tingkat kepastian arus kas masa mendatang. Selain itu, terdapat pula pada peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) tahun 2009 tentang penerapan manajemen risiko dengan tujuan agar dapat mengantisipasi dan menangani risiko secara efektif dan efisien. Pentingnya pelaporan terhadap risiko telah dimulai awal tahun 1998 dan fokus dalam risk disclosure meningkat sejak munculnya introduction International Financial Reporting Standard 7 (IFRS 7), 1 Januari 2007 (Kruk, 2009). Di tahun 2007 dunia dilanda krisis keuangan internasional yang disebut krisis kredit dan saat itu ketertarikan terhadap pengungkapan risiko pun semakin meningkat (Oorschot, 2009). Amran et al., 2009 melakukan penelitian perusahaan non-keuangan di Malaysia, mengungkapkan ada asosiasi positif antara size dan tingkat pengungkapan risiko. Pada penelitian Andini (2011), hasil penelitiannya menunjukkan ukuran perusahaan dan waktu berpengaruh positif signifikan dan meningkat signifikan,

20 sedangkan profitabilitas dan leverage berpengaruh tidak signifikan, maka risk management disclosure masih rendah dan perlu ditingkatkan untuk kedepannya. Dengan demikian, struktur kepemilikan yang meliputi kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi domestik, kepemilikan institusi asing, kepemilikan publik (Hapsoro, 2007) yang merupakan mekanisme pengawasan dari corporate governance, dimana mekanisme ini dapat mengontrol perusahaan manufaktur lebih optimal, sehingga dapat menurunkan konflik kepentingan (conflict of interest) yang disebabkan oleh masalah keagenan antara pemilik dan manajer. Selain itu, dapat mengurangi asimetri informasi yang menyebabkan kerugian bagi stakeholder, terutama investor. Laporan keuangan dan pengungkapannya penting dan berarti bagi manajemen sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tata kelola dan kinerja perusahaan kepada stakeholder (Healy dan Palepu, 2001). Kepemilikan manajemen adalah pihak manajerial dalam suatu perusahaan yang secara aktif berperan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan perusahaan. Pihak-pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan (Fathimiyah et al, 2011). Manajemen sangat berperan dalam menjalankan kelangsungan usaha suatu perusahaan. Dimana, manajemen tidak hanya berperan sebagai pengelola perusahaan saja melainkan juga berperan sebagai pemegang saham. Manajemen akan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan usaha yang telah dilakukannya dengan melakukan pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan. Prosentase kepemilikan saham manajerial suatu perusahaan yang semakin tinggi menyebabkan semakin besar pula tanggung

21 jawab manajemen dalam mengambil suatu keputusan sehingga risk management disclosure pun menjadi semakin tinggi (Dampsey dan Laber, 1993). Kepemilikan institusi domestik adalah kepemilikan saham oleh pihakpihak yang berbentuk institusi, seperti bank, perusahaan asuransi, dana pensiun dan intitusi lainnya (Wahidahwati, 2002). Peningkatan kepemilikan institusi domestik menyebabkan kinerja manajemen diawasi secara optimal sehingga manajemen menghindari perilaku yang merugikan principal. Semakin besar prosentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi akan menyebabkan usaha monitoring semakin efektif, karena dapat mengendalikan perilaku oprtunistik yang dilakukan manajemen. Dengan tingkat kepemillikan yang tinggi akan mengurangi agency cost pada perusahaan serta penggunaan hutang oleh manajemen. Adanya kontrol ini akan menyebabkan manajemen menggunakan hutang pada tingkat yang rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan financial risk (Crutchley, 1999). Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6 kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia. Pertumbuhan yang pesat dari kepemilikan asing akan membuat perusahaan asing mengalami tekanan dari masyarakat sekitar (Ramadhan, 2010 dalam Rakchmawati 2011). Kepemilikan publik adalah kepemilikan saham perusahaan oleh masyarakat umum atau atau oleh pihak luar (Istiqomah, 2010). Adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi

22 kelengkapan pengungkapan (Disclosure) oleh perusahaan. Hal ini karena, semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan akan semakin luas. Di lain pihak, ada dorongan bagi manajemen untuk selektif dalam melakukan pengungkapan informasi karena pengungkapan informasi mengandung biaya. Manajemen hanya akan mengungkapan informasi jika manfaat yang diperoleh dari pengungkapan melebihi biaya pengungkapan informasi tersebut (Marwata, 2001). Mekanisme pengawasan dari corporate governance yang terdiri dari struktur kepemilikan yang meliputi kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi domestik, kepemilikan institusi asing, kepemilikan publik (Hapsoro, 2007) dan ukuran perusahaan, dimana mekanisme ini dapat mengontrol perusahaan lebih optimal, sehingga dapat menurunkan konflik kepentingan (conflict of interest) yang disebabkan oleh masalah keagenan antara pemilik dan manajer. Kepemilikan manajemen adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen. Kedudukan manajer dengan pemegang saham dapat disejajarkan dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. (Hapsoro, 2007), mengungkapkan bahwa Kepemilikan institusi domestic merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain). Kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia (Fathimiyah dkk, 2011). Kepemilikan

23 publik adalah proporsi kepemilikan saham pada akhir tahun yang dimiliki oleh masyarakat umum (bukan institusi signifikan). Kepemilikan publik memiliki arti penting dalam memonitor manajemen serta mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal dalam perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diartikan besar kecilnya sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut, baik itu sumber daya modal ataupun sumber daya manusia yang dimilikinya. Besar (ukuran) perusahan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar (Sudarmadji dan Ardi Murdoko, 2007). Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin banyak informasi yang akan diungkapkannya. Serta semakin detail pula hal-hal yang akan diungkapkan karena perusahaan besar dianggap mampu untuk menyediakan informasi tersebut. Banyak penelitian terdahulu yang mengungkapkan struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan perusahaan seperti Kumala Dewi (2009) yang menyatakan bahwa porsi saham publik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan laporan keuangan. Puspitasari, (2009) meneliti hubungan ukuran perusahaan dan porsi kepemilikan saham publik dengan tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan. Serta Fathimiyah dkk, (2011) yang meneliti tentang pengaruh srtuktur kepemilikan terhadap risk management disclosure. Namun di Indonesia sendiri, penelitian tentang pengungkapan manajemen risiko masih sedikit. Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk menunjang jalannya aktifitas perusahaan, baik itu perusahaan manufaktur ataupun perusahaan jasa. Dana dapat diperoleh perusahaan dari pemilik perusahaan maupun dari pihak luar perusahaan.

24 Dalam usaha pemenuhan kebutuhan pendanaan yang memang dibutuhkan oleh perusahaan, peranan manajer dalam hal ini sangat penting dalam menjalanlan keputusan - keputusan pendanaan yang tentu saja dengan mempertimbangkan tingkat efektifitas dan efesiensinya, dengan demikian maka setiap rupiah dana yang tertanamkan didalam aktiva harus dapat dipergunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi atau rentabilitas yang maksimal, efesiensi dari setiap penggunaan dana akan berimplikasi dalam penentuan besar kecilnya return yang dihasilkan dari investasi tersebut, perusahaan harus selektif dalam mengalokasikan dana yang tersedia, karena pada umumnya jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi lebih banyak dari pada jumlah yang tersedia, maka dari itu pihak manajemen perlu mengusahakan agar dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan biaya (cost of capital) yang minimal dan syarat - syarat yang menguntungkan. Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, mengenai penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal ratarata minimal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal eksternal yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban

25 biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal. Kekeliruan dalam pengambilan keputusan pendanaan ini akan berakibat biaya yang di tanggung tidak minimal. Pada prinsipnya dalam pemenuhan dana perusahaan dapat disediakan dari dua sumber yaitu pihak intern maupun ekstern perusahaan, sumber pendanaan intern perusahaan merupakan sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dari dalam perusahaan, misalnya dana dari investasi pemilik perusahaan, ataupun dari dana yang berasal dari keuntungan yang tidak dibagi kepada para pemegang saham. Sumber dana ekstern adalah sumber dana yang dihimpun dari luar perusahaan, misalnya emisi saham baru, penjualan obligasi maupun pinjaman dari pihak lain (Bank). Dana yang terhimpun baik dari intern ataupun ekstern perusahaan akan terangkum dalam struktur modal perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (1992) Struktur modal perusahaan merupakan bauran ataupun perpaduan dari hutang, saham preferen, dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan. Penggunaan dana yang tepat sangat berperan dalam menunjang kelangsungan perusahaan dalam pencapaian tujuan. Dalam memenuhi kebutuhan dana yang dibutuhkan untuk menunjang kelancaran aktivitas perusahaan, maka terdapat berbagai model alternatif yang dapat ditempuh dalam pemenuhan kebutuhan modal perusahaan yaitu apakah akan menggunakan modal sendiri ataupun modal pinjaman. Dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan penggunaan pinjaman atau hutang akan menghasilkan keuntungan atau dapat berdampak pada kerugian yang

26 tentu saja berasal dari resiko penggunaan hutang. Dari hutang tersebut akan menimbulkan beban yang bersifat tetap yaitu beban bunga dan pokok pinjaman yang akan harus dibayar. Di lain pihak hutang merupakan sumber dana dapat digunakan untuk mendanai aktivitas perusahaan dalam usahanya menghasilkan laba. Selain itu beban bunga yang harus dibayar pun dapat digunakan sebagai elemen pengurang pajak penghasilan nantinya. Dalam keadaan demikian, manajer dalam mengoperasikan perusahaan tidak hanya berfokus pada kelangsungan hidup perusahaan, tetapi juga harus berfokus pada laba dan resiko yang menyertai. Perlu diketahui bahwa keputusan berhutang yang dilakukan oleh manajer keuangan berpengaruh terhadap laba dan resiko. Perusahaan seharusnya mengetahui apakah return yang diharapkan dapat tercapai atau tidak, yang berarti perusahaan harus mengenali segala elemen resiko dalam setiap proses pengambilan keputusan, dimana resiko dapat didefenisikan sebagai variabilitas return dari apa yang diharapkan. Dalam teori manajemen keuangan, akan selalu ada trade-off antara resiko dan return. Jika resiko suatu investasi tinggi, maka return yang akan dihasilkan akan berbanding lurus, begitu juga sebaliknya. Maka, para manajer harus mengetahui resiko untuk dipertimbangkan dalam menilai dan memutuskan suatu keputusan investasi. Pemahaman akan penilaian trade-off antara resiko dan return ini akan membentuk landasan komposisi struktur modal dalam usaha memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham.

27 Menurut Weston dan Copeland (1992), menyatakan bahwa ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap digunakan dalam struktur modal perusahaan dinamakan leverage keuangan. Konsep leverage sangat penting untuk menunjukkan analisis keuangan dalam melihat trade off antara resiko dan tingkat keuntungan dari berbagai sudut keputusan yang terbaik. Ini merupakan tugas manajer keuangan agar dapat membuat perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan. Seperti yang telah di singgung bahwa hutang ( yang menimbulkan leverage keuangan) yang diganakan dalam pendanaan perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi, berinvestasi, dan mengembangkan usahanya, Akan tetapi bagaikan mata pisau yang bersisi dua leverage keuangan juga akan menimbulkan resiko bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage keuangan yang tinggi dapat berakibat adanya kesulitan keuangan (financial distress) untuk dapat menyelesaikan kewajiban hutangnya. Dengan kata lain leverage keuangan meiliki dampak baik dan buruk bagi perusahaan,dapat menyebabkan perusahaan menjadi berkembang lebih baik (kinerja baik), akan tetapi juga dapat mengakibatkan kemunduran bagi perusahaan (kinerja buruk) bahkan dapat berakibat pada kondisi kepailitan atau bangkrut. Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012, karena maraknya pengungkapan manajemen risk maupun Good Corporate Governance di perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia, memuat penelitian terhadap perusahaan menjadi relevan untuk dilakukan.

28 Sementara itu penelitian tentang struktur kepemilikan terhadap risk management disclosure belum banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji struktur kepemilikan dan risk management disclosure dalam annual reports yang mengacu pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode disclosure index study yang hasilnya berupa score. Score dari pengukuran risk management disclosure kemudian diuji terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu : Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusi Domestik, Kepemilikan Institusi Asing, Kepemilikan Publik, leverage dan ukuran perusahaan (Size). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Manajemen Resiko (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Go Public). 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Kepemilikan Manajemen berpengaruh tehadap Risk Management Disclosure? 2. Apakah Kepemilikan Institusi Domestik berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure? 3. Apakah Kepemilikan Institusi Asing berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure?

29 4. Apakah Kepemilikan Publik berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure? 5. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure? 6. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure? 7. Bagaimana Tingkat kepatuhan Risk Management Disclosure? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan Manajemen berpengaruh tehadap Risk Management Disclosure. 2. Untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan Institusi Domestik berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure. 3. Untuk mengatahui pengaruh Kepemilikan Institusi Asing berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure. 4. Untuk mengatahui pengaruh Kepemilikan Publik berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure. 5. Untuk mengatahui pengaruh Leverage berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure. 6. Untuk mengatahui pengaruh Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure. 7. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Risk Management Disclosure.

30 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat pada berbagai pihak, diantaranya : a. Kontribusi Praktis Bagi para investor, baik investor potensial atau analis, hasil penelitian ini dapat memberi masukan memberikan informasi mengenai Pengaruh Struktur Kepemilikan, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Manajemen Resiko Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public. Bagi pihak manajemen perusahaan, dapat memberikan masukan mengenai informasi Pengaruh Struktur Kepemilikan, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Manajemen Resiko. Bagi manajer investasi, sebagai bahan dalam memberikan dan menyikapi fenomena yang terjadi sehubungan dengan pengaruh Pengaruh Struktur Kepemilikan, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Manajemen Resiko. b. Kontribusi Teoritis Bagi akademisi, hasil penelitian ini mampu mengembangkan model yang mempengaruhi pengungkapan manajemen resiko. c. Kontribusi Kebijakan Bagi para peneliti di bidang Akuntansi dan keuangan, penelitian ini diharapkan mampu menjadi dasar atau acuan untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik dan semakin reliable yang berkaitan dengan pengungkapan manjemen resiko.

31 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Peneliti menjadikan perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia dan ekstraktif peraih peringkat The Indonesia Most Trusted Company Corporate Governance Perception Index (IMTC CGPI) tersebut sebagai obyek penelitian karena jenis perusahaan tersebut paling kompleks transaksinya sehingga lebih mudah terjadi peluang oportunitas manajemen yang bisa mempengaruhi kinerja keuangan dan pengungkapan manajemen resiko sehingga sangat penting adanya struktur kepemilikan serta untuk tujuan homogenitas data sehingga hasil pengolahan data lebih representatif.