BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Risiko yang melekat pada suatu kegiatan investasi menyebabkan pentingnya penyajian informasi oleh perusahaan yang diharapkan dapat mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor. Informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dapat dipercaya, relevan, dan transparan karena informasi tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi investor, kreditor, dan pengguna informasi lainnya. Keputusan investasi yang hanya berfokus pada informasi financial yang terdapat pada laporan keuangan tidak akan menjamin bahwa keputusan investasi yang dilakukan telah tepat. Fenomena yang menyebabkan bangkrutnya perusahaan Enron dan Worldcom telah memberikan bukti bahwa perusahaan yang selalu menyajikan informasi financial dalam bentuk laporan keuangan yang sangat baik belum menjamin kesinambungan usaha suatu perusahaan. Menurut Holland (2002), informasi financial tidak cukup menjadi dasar bagi investor dalam memberikan penghargaan terhadap perusahaan, karena lebih didominasi oleh output yang menunjukkan kinerja tentang penciptaan nilai. Pengungkapan mengenai informasi-informasi nonfinancial dianggap lebih relevan dan transparan sebagai bentuk pertimbangan dalam pembuatan keputusan (Anisa, 2012). Salah satu informasi yang sangat diperlukan oleh investor adalah informasi yang berkaitan dengan profil risiko perusahaan dan pengelolaan atas risiko 1
2 tersebut. Kompleksnya risiko yang muncul dari internal ataupun eksternal perusahaan dapat mengganggu tingkat profitabilitas perusahaan, sehingga perusahaan yang tidak memiliki manajemen risiko yang baik akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan kesinambungan usaha perusahaan. Liputan 6 news tertanggal 26 Januari 2012 mempublikasikan salah satu fenomena risiko bisnis pada lembaga perbankan di Indonesia yaitu kasus fraud yang dilakukan oleh karyawan internal Citibank. Fenomena fraud tersebut merupakan salah satu contoh risiko internal yang dihadapi oleh perusahaan akibat lemahnya manajemen risiko perusahaan (enterprise risk management). Kasus fraud tidak hanya terjadi di lembaga keuangan bank dan nonbank tetapi juga terjadi di perusahaan-perusahaan nonkeuangan seperti contohnya kasus fraud yang terjadi di PT. Kimia Farma, Tbk yang dipublikasikan berdasarkan siaran pers Bapepam tertanggal 27 Desember 2002. Risiko internal tersebut dapat dikurangi apabila perusahaan menerapkan Enterprise Risk Management (ERM) melalui perancangan pengendalian internal yang baik. ERM pada fungsi audit internal merupakan pengatur dan pengawas pengendalian internal. ERM adalah suatu strategi yang digunakan untuk mengevaluasi dan mengelola risiko. Committee of Sponsoring Organizations (COSO) pada bulan September 2004 mempublikasikan ERM sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen perusahaan, yang diimplementasikan dalam setiap strategi perusahaan dan dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bagi perusahaan agar dapat mencapai tujuan perusahaan. ERM merupakan kumpulan pandangan mengenai risiko dari sudut pandang operasional maupun strategis dan merupakan proses
3 yang mendukung pengurangan ketidakpastian serta mempromosikan eksploitasi peluang. Forum Kustodian Sentral Efek Indonesia (2008) mendefinisikan ERM sebagai pendekatan yang komprehensif untuk mengelola risiko-risiko perusahaan secara menyeluruh, meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengelola ketidakpastian, meminimalisir ancaman, dan memaksimalkan peluang. ERM bertujuan untuk menciptakan sistem atau mekanisme dalam suatu organisasi sehingga risiko yang dapat merugikan organisasi atau perusahaan dapat diantisipasi dan dikelola untuk tujuan meningkatkan penilaian perusahaan. Implementasi ERM dalam suatu perusahaan akan dapat membantu mengontrol aktivitas manajemen sehingga perusahaan dapat meminimalisir terjadinya fraud yang dapat merugikan perusahaan. Outsiders cenderung mengalami kesulitan dalam menilai kekuatan dan risiko perusahaan yang sangat financial dan kompleks sehingga diperlukan adanya disclosure atas risiko tersebut kepada outsiders. Disclosure memberikan implikasi bahwa keterbukaan merupakan basis kepercayaan publik terhadap manajemen di dalam sistem korporasi. ERM disclosure merupakan satu solusi untuk membantu mengembalikan kepercayaan publik. ERM disclosure merupakan faktor penting dalam pelaporan keuangan perusahaan karena dapat menginformasikan tentang pengelolaan risiko yang dilakukan oleh perusahaan, serta efek dan dampaknya terhadap masa depan perusahaan. Perusahaan dapat memberikan informasi secara financial dan nonfinancial kepada pihak luar tentang profil risiko melalui ERM disclosure. ERM disclosure juga berfungsi sebagai sinyal komitmen perusahaan untuk manajemen risiko (Hoyt dan Liebenberg, 2011).
4 Perusahaan-perusahaan di Indonesia yang telah diwajibkan untuk mengungkapkan ERM adalah lembaga keuangan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 11/ 25/ PBI/ 2009 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum dan berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 14/ 35/ DPNP tanggal 10 Desember 2012 perihal Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia. Peraturan tersebut mengharuskan Perbankan untuk menyusun dan mengungkapkan implementasi manajemen risiko paling kurang mencakup aspek risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategik, dan risiko kepatuhan. PBI ini bertujuan untuk meningkatkan manajemen risiko pada industri perbankan. Penerapan ERM pada perusahaan nonkeuangan juga dinilai penting karena perusahaan nonkeuangan juga memiliki proses bisnis yang kompleks, yang mengakibatkan munculnya tantangan risiko bisnis yang harus dihadapi oleh perusahaan tersebut. ERM disclosure pada perusahaan nonkeuangan juga telah diatur dalam Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor: Kep 134/ BL/ 2006 dan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-431/ BL/ 2012 Tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik, tetapi dalam ketentuan tersebut tidak tercantum secara spesifik luas pengungkapan yang diwajibkan sehingga instrumen yang diungkapkan masih bersifat sukarela. Perusahaan keuangan memiliki ketentuan yang lebih ketat terkait ERM disclosure daripada perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
5 Pentingnya ERM disclosure bagi keputusan investasi oleh para investor akan berdampak pada semakin tingginya nilai perusahaan-perusahaan yang mampu mengungkapkan instrumen ERM yang lebih luas. Pengungkapan yang lebih luas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dibandingkan perusahaan lain karena telah menerapkan prinsip transparansi (Rustiarini, 2012). Secara teoritis setiap perusahaan akan berupaya untuk memberikan informasi yang dapat berpengaruh pada peningkatan nilai perusahaan. ERM disclosure secara lebih luas dan spesifik yang penting bagi investor akan menjadi strategi untuk peningkatan nilai perusahaan, namun meskipun demikian penelitian yang dilakukan oleh Syifa (2013) menunjukkan bahwa ERM disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI masih tergolong rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kesadaran perusahaanperusahaan manufaktur di Indonesia untuk menerapkan dan mengungkapkan ERM masih tergolong rendah bahkan data menunjukkan bahwa masih terdapat perusahaan manufaktur yang tidak menerapkan dan mengungkapkan ERM meskipun permintaan tentang ERM disclosure oleh investor semakin tinggi. Perusahaan manufaktur merupakan salah satu jenis perusahaan nonkeuangan yang memiliki proses bisnis yang sangat kompleks sehingga dengan adanya hasil penelitian tersebut menyebabkan timbulnya pertanyaan tentang pentingnya ERM dan ERM disclosure bagi perusahaan nonkeuangan. Kelonggaran ketentuan ERM disclosure pada perusahaan nonkeuangan menjadikannya cenderung untuk hanya menyajikan informasi risiko secara umum dan kurang terperinci.
6 Pengungkapan informasi nonfinancial yang juga penting adalah pengungkapan aset tidak berwujud. Para pelaku bisnis menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan sumber daya berwujud yang dimiliki, namun lebih kepada inovasi, sistem informasi, dan knowledge sumber daya manusia yang dimiliki. Berkembangnya teknologi informasi di era modern ini juga ikut memicu pertumbuhan knowledge based company, karena knowledge digunakan sebagai kekuatan dalam persaingan bisnis (Wibowo, 2009). Sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan telah menciptakan nilai tambah dan keunggulan bersaing pada perusahaan modern (Chen et al., 2005). Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dipergunakan untuk mengelola sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis yang akan memberikan keunggulan bersaing (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Pengakuan aset tak berwujud dalam sistem akuntansi tidak cukup. Beberapa unsur dari aset tak berwujud tidak dapat dimasukkan dalam laporan keuangan karena masalah identifikasi, pengakuan, dan pengukurannya. Menurut Guthrie dan Petty (2000), salah satu pendekatan yang digunakan untuk menilai dan mengukur aset pengetahuan sebagai salah satu komponen dari aset tak berwujud adalah modal intelektual (intellectual capital). Intellectual Capital (IC) telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern. Heng (dalam Sangkala, 2006) mengartikan IC sebagai aset berbasis pengetahuan dalam perusahaan yang menjadi kompetensi inti perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing. Kesadaran bahwa IC berperan penting bagi
7 pertumbuhan perusahaan membuat semakin besarnya perhatian perusahaan terhadap pengelolaan IC. Di Indonesia fenomena mengenai IC mulai berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud (Yuniasih dkk., 2010). Aturan tersebut seharusnya dapat mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk melaporkan sumberdaya perusahaan yang berbasis pengetahuan. Penyajian sumber daya dalam neraca perusahaan sebagian besar dalam bentuk aset fisik atau financial. Penguasaan perusahaan atas pengetahuan dan teknologi pada umumnya tidak diikuti dengan laporan yang memadai atas penguasaan ilmu pengetahuan tersebut. Faktor utama yang menyebabkan hal tersebut adalah karena IC merupakan aset tidak berwujud sehingga sulit untuk mewujudkannya dalam bentuk suatu rekening. Salah satu alternatif yang diusulkan adalah dengan memperluas pengungkapan aset tidak berwujud melalui IC disclosure (Sir et al., 2010). IC disclosure merupakan salah satu informasi relevan untuk mengurangi asimetri informasi antara emiten dan berbagai partisipan di pasar modal. Informasi IC merupakan salah satu informasi penting yang dibutuhkan oleh investor karena informasi IC dapat membantu investor untuk menilai kapabilitas perusahaan dalam menciptakan kekayaan dimasa datang dengan lebih baik. IC dilaporkan dalam laporan tahunan perusahaan sebagai disclosure atas laporan keuangan (Goh dan Lim, 2005). Pelaporan IC yang tidak disajikan atau terbatas disajikan kepada pihak eksternal akan berdampak pada kurangnya informasi bagi investor tentang pengembangan sumber daya tak berwujud
8 perusahaan sehingga akan menyebabkan persepsi investor tentang risiko perusahaan menjadi lebih tinggi. Akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan mengakui IC sebagai kunci penentu penggerak nilai perusahaan dalam era Ekonomi Baru (Bontis, 2001). Barney (1991) berpendapat bahwa keunggulan kompetitif perusahaan yang berkelanjutan dalam era Ekonomi Baru bergantung pada sumber daya IC yang dimiliki perusahaan. Signalling theory menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan bagi keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangan perusahaan sangat diminati investor dan pemegang saham khususnya jika informasi tersebut merupakan berita baik ( good news). Informasi yang mengandung good news dapat berdampak pada reaksi pasar pada waktu informasi tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar yang positif terhadap good news tersebut akan mendorong semakin tingginya harga pasar saham. Harga pasar saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi karena nilai perusahaan dapat tercermin dari harga pasar sahamnya. Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan karena akan berdampak pada peningkatan kemakmuran bagi para pemegang saham (Haruman, 2008). Perusahaan akan melakukan upaya maksimal untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan. Verecchia dalam Basamalah dan Jermias ( 2005) menyatakan bahwa dari sudut pandang ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang mengungkapkan ERM dan IC yang lebih luas mengindikasikan bahwa perusahaan
9 tersebut memiliki keunggulan bersaing dan akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga pasar saham sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Secara teoritis, semakin luas instrumen ERM disclsoure dan IC disclosure suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin meningkat karena pasar akan memberikan apresiasi kepada perusahaan tersebut, dan pasar akan bereaksi positif yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan. ERM disclosure dan IC disclosure pada penelitian ini diukur dengan menggunakan indeks pengungkapan untuk mengukur luasnya instrumen ERM disclosure dan IC disclosure masing-masing perusahaan. Pada penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan Tobin s Q. Penelitian tentang manajemen risiko perusahaan yang dilakukan oleh Hoyt et al. (2008), menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan ERM dengan nilai perusahaan. Tahir dan Razali (2011), menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif tetapi tidak signifikan antara ERM dengan nilai perusahaan. Penelitian tentang ERM disclosure yang dihubungkan dengan nilai perusahaan bagi perusahaan nonkeuangan masih sangat jarang dilakukan di Indonesia sehingga dampak nyata dari ERM disclosure terhadap nilai perusahaan belum banyak dibuktikan secara konkret berdasarkan hasil-hasil penelitian. Pentingnya ERM disclosure dalam meningkatkan nilai perusahaan harus dibuktikan secara konkret melalui hasil-hasil riset untuk dapat mendorong peningkatan kesadaran manajemen akan pentingnya ERM disclosure, sehingga penelitian mengenai ERM disclosure menarik untuk diteliti di Indonesia.
10 Penelitian mengenai IC juga sangat menarik karena IC merupakan aset tak berwujud ( intangible assets) namun merupakan salah satu aset yang vital bagi perusahaan, karena memiliki manfaat untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan menciptakan nilai perusahaan sehingga akan mencapai keunggulan kompetitif (Yuniasih et al., 2010). Abdolmohammadi (2005) membuktikan bahwa jumlah pengungkapan komponen modal intelektual dalam laporan tahunan berpengaruh signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar perusahaan. Hasil penelitian tersebut memiliki arti bahwa perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak komponen modal intelektual dalam laporan tahunannya cenderung memiliki nilai kapitalisasi pasar yang lebih tinggi. Jacub (20 12) melakukan pengujian yang menunjukkan bahwa IC dan IC disclosure berpengaruh posistif dan signifikan pada nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Boedi (2008) menemukan hasil bahwa IC disclosure dalam laporan tahunan tidak mempengaruhi kapitalisasi pasar perusahaan. Widarjo (2011) menemukan hubungan yang positif antara IC disclosure dan nilai perusahaan setelah penawaran umum saham perdana. Ukuran perusahaan diasumsikan memiliki efek langsung terhadap nilai perusahaan, karena perusahaan besar akan diuntungkan dari segi skala ekonomis, market power, dan akses terhadap sumberdaya dibandingkan perusahaan kecil (Pfeffer dan Salancik, 1978; Roberson dan Park, 2007), oleh karena itu penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol untuk mengendalikan pengaruh ukuran perusahaan pada model penelitian agar hasil penelitian tidak bias. Penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2010-2014. Penelitian
11 ini berfokus pada perusahaan nonkeuangan pada periode tersebut untuk mengendalikan perbedaan yang mungkin timbul akibat perbedaan regulasi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. a. Apakah Enterprise Risk Management disclosure berpengaruh pada nilai perusahaan? b. Apakah Intellectual Capital disclosure berpengaruh pada nilai perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Enterprise Risk Management disclosure pada nilai perusahaan. b. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Intellectual Capital disclosure pada nilai perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yaitu sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembuktian yang dapat memperkuat teori yang telah ada, dan memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu
12 pengetahuan mengenai signalling theory, ERM disclosure, dan IC disclosure. Penelitian ini juga secara khusus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh ERM disclosure dan IC disclosure pada nilai perusahaan. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati pasar dan pemegang saham khususnya jika informasi tersebut merupakan berita baik ( good news). ERM disclosure dan IC disclosure merupakan good news yang sangat diminati oleh pasar karena informasi tersebut berkaitan dengan komitmen suatu perusahaan dalam mengelola risiko dan berkaitan dengan sumber daya pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan dalam menciptakan keunggulan bersaing sehingga kedua informasi tersebut merupakan faktor penunjang tercapainya tujuan organisasi yang mampu mendorong peningkatan performance perusahaan. ERM disclosure dan IC disclosure dapat dijadikan sebagai signal positif karena kedua informasi tersebut sangat penting bagi keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Pengumuman informasi yang merupakan good news bagi pasar akan berdampak pada peningkatan harga saham dan peningkatan volume perdagangan saham yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan bagi manajemen bahwa semakin banyak penerapan ERM yang dilakukan oleh perusahaan dan semakin tinggi kepemilikan
13 IC dalam perusahaan dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan, serta dapat dijadikan acuan atau dasar untuk melakukan perbaikan dalam hal perluasan instrumen ERM disclosure dan IC disclosure sebagai upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan. 1.4.2.2 Bagi Stakeholder Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak eksternal perusahaan mengenai kelengkapan instrumen-instrumen pengungkapan yang terdapat dalam ERM disclosure dan IC disclosure sehingga berdasarkan informasi tersebut pengambilan keputusan investasi oleh investor akan semakin tepat, dan berdasarkan pengetahuan ini pasar akan dapat bereaksi secara efisien. Pengetahuan pasar tentang informasi good news berupa ERM disclosure dan IC disclosure yang baik akan berdampak pada reaksi positif berupa peningkatan harga saham dan peningkatan volume perdagangan saham yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan bagi pemegang saham berupa peningkatan nilai kepemilikan saham bagi pemegang saham perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi regulator mengenai pentingnya informasi ERM dan IC, sehingga dapat dijadikan dasar dalam pembuatan regulasi yang berkaitan dengan pelaporan ERM dan IC sekaligus mengatur tentang instrumen pengungkapan yang wajib dilaporkan oleh perusahaan untuk memperkecil adanya asimetri informasi. Pembuat kebijakan dapat melakukan review terhadap ERM disclosure dan IC disclosure yang tepat dan akurat, sehingga dapat segera ditetapkan sebuah standar agar investor dapat
14 melakukan analisis yang tepat dalam menentukan nilai dan prospek perusahaan. 1.4.2.3 Bagi Kalangan Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan, pengetahuan, dan dapat digunakan sebagai acuan, bahan kajian teoritis serta referensi dalam penelitian selanjutnya.