Jurnal Konseling dan Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Konseling dan Pendidikan

Jurnal Konseling dan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA MELALUI LAYANAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG

Vipi Nandiya 1), Neviyarni 2), Khairani 3)

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KEADAAN LINGKUNGAN FISIK SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

HUBUNGAN KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

UPAYA MENGOPTIMALKAN BIMBINGAN KONSELING UNTUK MENGATASI PERILAKU MENYIMPANG SISWA (SISWA YANG MEROKOK DI SEKOLAH)

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan di lahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

Jurnal Konseling dan Pendidikan

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya Pemerintah dalam rangka menunjang lajunya

Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia. Volume 3 Nomor 1, 2017, Hlm Akses Online :

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

FAKTOR PENYEBAB PELANGGARAN DISIPLIN PADA SISWA SMP NEGERI 19 KOTA JAMBI

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

KEPATUHAN SISWA TERHADAP DISIPLIN DAN UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKANNYA MELALUI LAYANAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

PENDAHULUAN. SMA Muhammadiyah 3 Tulangan Sidoarjo adalah suatu institusi. pendidikan yang telah berdiri 29 tahun. SMA tersebut telah terakreditasi A

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

Jurnal Konseling dan Pendidikan

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

ARTIKEL ILMIAH KERJASAMA GURU PEMBIMBING DENGAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 22 JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN TUGAS- TUGAS PELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

INTERAKSI SOSIAL SISWA BERPRESTASI DALAM BELAJAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING JURNAL ILMIAH

PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN. Anik Marijani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai dua sifat yang saling

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

Jurnal Konseling dan Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

Interaksi Sosial Siswa dengan Kelompok Teman Sebaya di Sekolah dan Implikasinya terhadap Pelayanan BK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia seutuhnya mampu menciptakan dan mampu memperoleh. kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya berkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DI SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI OLEH : S U S A N T O NIM.

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

Transkripsi:

Jurnal Konseling dan Pendidikan ISSN Cetak: 2337-6740 - ISSN Online: 2337-6880 http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 2 Nomor 2, Juni 2014, Hlm 9-13 dan Info Artikel: Diterima 05/06/2014 Direvisi 12/06/2014 Dipublikasikan 30/06/2014 Ikatan Konselor Indonesia (IKI) Perilaku Bolos Siswa dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMP N 1 Pasaman) Elsi Novarita Universitas Negeri Padang Abstract Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan untuk pengembangan kemampuan dan potensi siswa. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan menerapkan aturan yang harus dipatuhi oleh siswa, namun kenyataannnya ada siswa yang melanggar peraturan sekolah salah satunya yaitu membolos. Bolos merupakan ketidak hadiran peserta didik di sekolah tanpa izin. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang perilaku bolos siswa di sekolah. Penelitian ini berbentuk deskriptif. Subjek penelitian ini 27 siswa yang bolos sekolah. Alat pengumpulan data berbentuk angket dan data dianalisis menggunakan teknik persentase melalui bantuan program Microsoft Office Excel. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bentuk perilaku bolos siswa adalah siswa sangat banyak meninggalkan sekolah tanpa izin dan meninggalkan sekolah dengan alasan yang dibuat-buat, faktor yang menyebabkan siswa bolos sekolah sangat banyak bersumber dari individu sendiri dan faktor yang lain banyak bersumber dari keluarga dan sekolah, implikasi layanan bimbingan dan konseling dilihat dari layanan informasi dan layanan konseling perorangan kurang banyak terlibat dalam pengentasan siswa yang membolos. Keyword: Bolos Copyright 2014 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselor Indonesia - All Rights Reserved Indonesian Institute for Counseling and Education (IICE) Multikarya Kons PENDAHULUAN Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk membantu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui pendidikan dapat diwujudkan generasi muda yang berkualitas, baik dalam bidang akademis, religius maupun sosial. Dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 yaitu: Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari kutipan di atas terkandung makna bahwa pendidikan itu menjadikan manusia seutuhnya yaitu Harkat Martabat Manusia (HMM) yang terwujud secara penuh melalui pengembangan kelima dimensi kemanusian dengan mengaktifkan pancadaya secara optimal (Prayitno,1997). 9

Dalam hal ini, lembaga yang berperan adalah sekolah. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal harus menyelenggarakan pendididikan yang berkualitas untuk pengembangan kemampuan dan potensi siswa salah satu wujudnya dari hasil belajar siswa. Selanjutnya, sebagai lembaga pendidikan sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam sekolah di samping mengajarkan berbagai keterampilan dan kepandaian kepada siswanya. Selanjutnya sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder (Sarlito Wirawan, 2012:150). Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah sekolahnya. Sejalan dengan itu sekolah juga merupakan organisasi sosial yang menyediakan layanan pembelajaran bagi siswa. Sebagai organisasi sosial, sekolah merupakan sistem terbuka karena mempunyai hubungan (relasi) dengan lingkungan. Menurut Semiawan (2012) lingkungan adalah segala sesuatu di luar individu (ekstern al) dan merupakan sumber informasi yang diperolehnya melalui panca indranya. Salah satu lingkungann yang terbukti sangat berperan dalam pembentukan kepribadian murid adalah sekolah. Dalam hal ini siswa sekolah menengah pertama (SMP) yang memasuki periodee t ugas perkembangan remaja memerlukan bimbingan dan bantuan untuk mencapai kontribusi yang positif untuk perkembangan jiwanya. Menurut Elida Praytitno (2006:6) masa remaja merupakan salah satu periode dalam rentangan kehidupan manusia. Periode remaja adalah periode dimana individu meninggalkan masa kanak-kanaknya dan mulai memasuki dewasa. Oleh karena itu periode remaja dapat dikatakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa transisi terdapat beberapa kemungkinan yang dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecendrungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang akan menjadi perilaku yang mengganggu (Ekowarni,1993). Apabila hal ini dibiarkan dan didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang adaa di masyarakat maupun di sekolah yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja. Istilah kenakalan remaja merujuk pada berbagai perilaku, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti berbuat onar di sekolah), status pelanggaran (melarikan diri dari rumah), hingga tindakan kriminal (pencurian). Dalam proses belajar mengajar muncul perilaku siswa yang mengganggu di lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap diri sendiri dan ada juga yang berpengaruh terhadap orang lain. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan satu orang guru BK pada hari Sabtu tanggal 10 Maret 2012 di SMP N 1 Pasaman ada siswa kelas VII, VIII dan IX yang pernah merokok dan membolos. Kemudian hasil wawancara peneliti pada hari Senin tanggal 12 Maret 2012 dengan 5 orang siswa yang pernah merampas dalam artian memaksa meminta uang adik kelasnya. Dari keterangan siswa tersebut mereka hanya merampas uang adik kelas sebanyak Rp 5000,-. Selanjutnya hasil observasi peneliti pada hari Senin tanggal 30 April 2012 adanyaa siswa yang melanggar peraturan sekolah yaitu siswa laki-laki memakai celana sekolah yang berwarna dongker model pensil dan adanya siswa yang membolos atau cabut dari sekolah. Hal ini (siswa yang membolos) dilakukan siswa pada jam pertama dengan guru bidang studi biologi dan masuk kembali pada jam kedua, dengan siswa tersebut masuk pada jam kedua maka mengganggu proses belajar mengajar siswa di dalam kelas dan mengganggu konsentrasi siswa yang sedang belajar dan guru yang sedang mengajar. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada hari Rabu tanggal 2 Mei 2012 adanyaa siswa kelas VIII yang berkelahi yaitu sama-sama siswa perempuan. Perilaku siswa yang mengganggu proses belajar mengajar diatas disebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan yang dilakukan siswa di atas perlu menjadi persoalan yang dikaji oleh personil sekolah sebab jika tidak dikaji maka remaja akan melakukan kejahatan seperti tindakaan kriminal yaitu perampokan dan tindakan yang biasanya tidak dianggap kriminal yaitu membolos. Dalam hal ini, siswa yang membolos juga menjadi persoalan yang perlu dikaji oleh personil sekolah, sebab banyak dampak yang bisa merugikan diri siswa. Siswa yang membolos akan mudah nantinya terjerumus ke hal yang melanggar norma hukum seperti narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya. 10

METODOLOGI Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini 27 siswa yang membolos. Prosedur yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah dengan mengadministrasikan angket kepada subjek penelitian. Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan teknik persentase. HASIL Berdasarkan temuan penelitian tentang perilaku bolos siswa dan implikasinya terhadap layanan BK dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Keseluruhan Perilaku Bolos Siswa Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbngan Dan Konseling No Aspek yang diteliti % K 1 Siswa meninggalkan sekolah tanpa izin 87,7 SB Siswa meninggalkan 2 sekolah dengan 88,8 SB alasan yang dibuat-buat 3 bersumber dari 78,4 SB individu sendiri 4 bersumber dari 67,8 B keluarga 5 bersumber dari 73,0 B sekolah 6 Layanan informasi 31,1 KB 7 Layanan konseling perorangan 29,0 KB Berdasarkan tabel 1 di atas dikemukakan pembahasan tentang bentuk bolos yang dilakukan siswa yang dibagi menjadi dua indikator yaitu siswa meninggalkan sekolah tanpa izin dan siswa meninggalkan sekolah dengan alasan yang dibuat-buat, hasil analisis data dilapangan menyatakan bahwa siswa dikategorikan sangat banyak meninggalkan sekolah tanpa izin dan meninggalkan sekolah dengan alasan yang dibuat-buat. Menurut Elizabeth Hurlock (1978:140) jenis bolos yang dilakukan siswa berupa siswa meninggalkan sekolah tanpa izin dan siswa meninggalkan sekolah dengan alasan yang dibuat-buat. Siswa pergi sesuka hati mereka tanpa diketahui oleh guruu atau kepala sekolah dan mereka juga meninggalkan sekolah pada jam pelajaran sambil mengeluh meresa tidak enak badan atau orang tua menyuruh cepat pulang. Selanjutnya faktor penyebab siswa bolos sekolah dilihat dari tiga indikator yaitu siswa sangat banyak bolos sekolah bersumber dari individu sendiri, sedangkan faktor lainnya siswa banyak bolos sekolah bersumber dari faktor keluarga dan sekolah. 11

Menurut Ali Imron (2011:84) faktor penyebab siswa bolos sekolah ada tiga yaitu: 1. bersumber dari individu sendiri yaitu terjadinya perkelahian antar siswa dan prestasinya lemah. 2. bersumber dari keluarga yaitu kedua orang tua bekerja sehingga pengawasan orang tua terhadap siswa kurang dalam hal pendidikan, adanya masalah dilingkungan keluarga dan letak rumah yang jauh dari sekolah. 3. bersumber dari sekolah yaitu lokasi sekolah tidak menyenangkan, fasilitas sekolah yang kurang memadai, suasana sekolah kurang kondusif dan bimbingan guru kepada siswa kurang, baik secara kelompok maupun secara individual. IMPLIKASI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu pelayanan yang dapat mengatasi permasalahan yang dialami siswa dan dapat memandirikan sikap siswa menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada bab pertama terlihat sebagian siswa SMP N 1 Pasaman ada yang melakukan kenakalan remaja salah satunya adalah bolos sekolah dan hal ini juga terlihat pada identifikasi masalah pada bab pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku bolos siswa di sekolah dilihat dari bentuknya, siswa sangat banyak meninggalkan sekolah tanpa izin dan meningalkan sekolah dengan alasan yang dibuat-buat. Hal ini diharapakan, melalui layanan bimbingan dan konseling dapat membantu siswa yang sangat banyak bolos melakukan perilaku bolos menjadi tidak banyak bolos. Dalam pelaksanaan praktekk bimbingan dan konseling, semua jenis layanan dalam bimbingan dan konseling dapat mengarahkan siswa yang membolos menjadi siswa yang rajin dan taat pada peraturan sekolah. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008:38) bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri untuk di manfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya dimasa akan datang. Berdasarkan tabel 1 implikasi layanan bimbingan dan konseling dilihat dari layanann informasi dan layanan konseling perorangan kurang banyak terlibat dalam pengentasan siswa yang bolos sekolah. Sesuai dengan peran guruu BK di sekolah sebagai salah satu pendidik yang bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa, maka guruu BK harus memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa yang bolos sekolah agar menjadi siswa yang taat pada peraturan yang berlaku di sekolah. Namun, layanan yang bisa diberikan oleh guru BK dalam permasalahan ini adalah a. Layanan informasi Layanan informasi sangat penting dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Layanan ini berfungsi untuk memberikan informasi yang dibutuhkan siswa. Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999:259) mengemukakan Layanan informasi yaitu bertujuan dengan memberikan informasi kepada individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang di perlukan untuk menjalani tugas atau kegiatan. Penerapan layanan informasi yang dilaksanakan oleh guru BK bisa dengan topik akibat perilaku bolos sekolah. Dalam pemberian topik ini, guru BK harus bisa memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dipahami siswa dan cara penyampainnya juga menarik perhatian siswa agar siswa cepat memahaminya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Layanan konseling perorangann Prayitno (2004:1) mengemukakan layanan konseling perorangan merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien. Penerapan layanan konseling perorangan yang dilaksanakan guru bimbingan dan konseling (BK) memberikan bantuan kepada siswa yang sedang melaksanakan konseling perorangan secara langsung berupa arahan dan meyakinkan siswa bahwa perilaku bolos yang dilakukan siswa itu salah dan dampak perilaku bolos bisa mempengaruhi hasil belajar. 12

PENUTUP Berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan tentang perilaku bolos siswa, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bentuk perilaku bolos siswa adalah siswa sangat banyak meninggalkan sekolah tanpaa izin dan meninggalkan sekolah dengan alasan yang dibuat-buat 2. menyebabkan siswa bolos sekolah sangat banyak bersumber dari individu sendiri dan faktor yang lain banyak bersumber dari keluarga dan sekolah. 3. Implikasi layanan bimbingan dan konseling dilihat dari layanan informasi dan layanan konseling perorangan kurang banyak terlibat dalam pengentasan siswa bolos sekolah DAFTAR PUSTAKA Ali, Imron. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara Dewa, Ketut.S. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Rineka Cipta Ekowarni. 1993. Prilaku Menyimpang.http:// damandiri.co.id di akses tanggal 3 oktober 2012 Elida, Prayitno. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja.Padang:Angkasa Raya Elizabeth, Hurlock. 1978.Perkembangan anak. Jakarta:Erlangga Prayitno. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama.Padang:Universitas Negri Padang Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta:PT.Rineka Cipta Prayitno.2004. Seri Layanan Konseling L1-L9.Padang:Universitas Negri Padang Sarlito Wirawan. 2012. Psikologi Remaja.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada Semiawan.2012.Pengertian Lingkungan.http://blogspot.com di akses tanggal 3 Otober 2012 13