BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak 1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari beberapa ahli antara lain: a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh wajib pajak atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. b. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksanakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo 2011). c. Waluyo (2010) mendefinisikan pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan Pemerintah.
13 B. Fungsi Pajak Mardiasmo (2011) membagi dua fungsi pajak, yaitu: a. Fungsi Keuangan Negara (budgetair) Pajak sebagai sumber dana bagi Pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. b. Fungsi Mengatur (regulerend) Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. C. Penggolongan Pajak Jenis-jenis pajak yang dikenakan dapat digolongkan menjadi tiga golongan (Mardiasmo 2011) antara lain: 1. Menurut golongannya; a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. 2. Menurut sifatnya; a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
14 3. Menurut lembaga pemungutnya; a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. D. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak menurut Widyaningsih (2013) dapatdibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. OfficialAssessment System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assessment System : a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus. b. Wajib pajak bersifat pasif. c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2. Self Assesment System Sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak terutang. Sistem ini memberikan peluang kepada wajib pajak untuk jujur dan tanggung jawab akan kewajiban pajaknya. Petugas perpajakan hanya
15 berfungsi sebagai pembina dan pengawas pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak. 3. WithholdingSystem Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. E. Pajak Daerah 1. Pajak Daerah a. Dasar Hukum Pajak Daerah 1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2) Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan. b. Pengertian Pajak Daerah Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemaksuran rakyat (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 Ayat 10). c. Sumber-sumber Penerimaan Daerah 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD);
16 2) Dana Perimbangan; 3) Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak; 4) Dana Alokasi Umum (DAU); 5) Dana Alokasi Khusus (DAK); 6) Pinjaman Daerah (pembiayaan); 7) Lain-lain penerimaan yang sah; 8) Hibah; dan 9) Dana darurat lainnya. d. Jenis Pajak Daerah Sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 2 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut jenis-jenis pajak daerah: 1) Jenis Pajak Provinsi, terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan e. Pajak Rokok. 2) Jenis Pajak Kabupatn/Kota, terdiri atas: a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan;
17 f. Pajak Mineral Bukan Logam dan batuan; g. Pajak Parkir; h. Pajak Air tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. e. Jenis dan Tarif Pajak Daerah 1) Pajak Hotel, tarif paling tinggi 10%, 2) Pajak Restoran, tarif paling tinggi 10%, 3) Pajak Hiburan, tarif paling tinggi 75%, 4) Pajak Reklame, tarif paling tinggi 25%, 5) Pajak Penerangan Jalan, tarif paling tinggi 3%, 6) Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan, tarif paling tinggi 25%, 7) Pajak Parkir, tarif paling tinggi 30%, 8) Pajak Air Tanah, tarif paling tinggi 20%, 9) Pajak Sarang Burung Walet, tarif paling tinggi 10%, 10) Pajak Bumi dan Bangunan, tarif paling tinggi 5%, 11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, tarif paling tinggi 5%. f. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah 1) Pemungutan pajak tidak boleh diborongkan.
18 2) Setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. 3) Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dibayar dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang. Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan (karcis dan nota perhitungan). 4) Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan. F. Pajak Hiburan 1. Dasar Hukum Pajak Hiburan a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. b. Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan. c. Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 71 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan.
19 2. Pengertian Pajak Hiburan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 6 Tahun 2010, Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. 3. Penyelenggara Hiburan Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 6 Tahun 2010, penyelenggara hiburan adalah perorangan atau badan yang menyelenggarakan hiburan baik untuk dan atas nama sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya. 4. Wajib Pajak Hiburan Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 6 Tahun 2010 pasal 1, Wajib Pajak Hiburan adalah Orang Pribadi atau Badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. 5. Subjek Pajak Hiburan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 6 Tahun 2010 pasal 3, Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati Hiburan.
20 6. Objek Pajak Hiburan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 6 Tahun 2010 pasal 3 (2), Objek Pajak adalah jasa penyelenggara hiburan yang dipungut bayaran. Hiburan yang dimaksud adalah : a. Tontonan film; b. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana; c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya; d. Pameran; e. Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya; f. Sirkus, akrobat, dan sulap; g. Permainan bilyar, golf, dan bolling; h. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan; i. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan j. Pertandingan olah raga. 7. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Hiburan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 6 Tahun 2010 pasal 4, dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara Hiburan. Jumlah uang yang seharusnya diterima termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Hiburan. Lebih lanjut, Tarif Pajak Hiburan berdasarkan Peraturan daerah Kabupaten Karanganyar
21 Nomor 6 Tahun 2010 pasal 5, ditetapkan sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Khusus untuk Hiburan berupa : a. Pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan ditetapkan sebesar 40%(empat puluh persen). b. Hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). G. Petunjuk Pelaksanaan Pajak Hiburan Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 71 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan. a. Masa Pajak Daerah Masa Pajak adalah 1 (satu) bulan kalender yang ditetapkan oleh Kepala Dinas yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terutang. b. Tata Cara Penetapan Pajak 1) Setiap Wajib Pajak mengisi SPTPD. 2) Petugas pada Dinas peneliti dan memverifikasi SPTPD sebagaimana dimaksud pada angka 1 kemudian mencatat dalam kartu data. 3) Bagi wajib pajak baru setelah dilakukan pendataan akan diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) sebagai bukti telah mendaftar sebagai wajib pajak.
22 4) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud pada angka 1, Kepala Dinas menatapkan pajak terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Hiburan. c. Kriteria Wajib Pajak dan Penentuan Besaran Omzet serta Tata Cara Pembukuan atau Pencatatan 1) Dinas melakukan pendataan/ survey lapangan terhadap kegiatan penyelenggaran hiburan di wilayah daerah untuk menentukan Wajib Pajak. 2) Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. 3) Kepala Dinas secara jabatan dapat menentukan kewajiban Wajib Pajak untuk melakukan pembukuan dan pencatatan setelah dilakukan penelitian di lapangan. 4) Tata cara pembukuan atau pencatatan wajib pajak sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan 3 diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas. 5) Tata cara pemeriksaan pembukuan oleh petugas pajak diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas. d. Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, Tempat Pembayaran, Angsuran, dan Penundaan Pembayaran Pajak 1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.
23 2) Pembayaran pajak disetor ke Kas Daerah melalui Pembantu Bendahara Khusus Penerimaan Dinas /loket-loket yang telah ditunjuk sesuai waktu yang ditetapkan dengan menggunakan SSPD. 3) Kepala Dinas atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, karena : a. Adanya kesulitan likuiditas wajib pajak; b. Alasan lain yang dapat dipertanggung jawabkan. 4) Permohonan Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran sebagaimana dimaksud pada angka 3 (tiga) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Kepala Dinas baik sebelum atau sesudah jatuh tempo masa pajak dengan dilampiri : a. Fotokopi identitas Wajib Pajak; b. Fotokopi laporan keuangan wajib pajak/ dokumen lain yang menunjukkan kesulitan likuiditas wajib pajak; c. Dokumen pendukung lainnya. 5) Penundaan Pembayaran dan pembayaran secara angsuran pajak sebagaimana dimaksud angka 3 diberikan paling lama 2 (dua) bulan dan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan. 6) Keputusan terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 4 dikeluarkan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh hari) setelah diterimanya permohonan.
24 e. Tata Cara Pengembalian Pembayaran Pajak 1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak kepada Kepala Dinas secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya : a. Nama dan alamat Wajib Pajak; b. Masa pajak; c. Besarnya kelebihan pembayaran pajak; d. Alasan yang jelas. 2) Kepala Dinas melakukan pemeriksaan atas permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada Angka 1. 3) Kepala Dinas dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada Angka 1, harus memberikan keputusan. f. Pengawasan 1) Untuk melaksanakan fungsi penertiban, pengawasan dan pengendalian yang melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak, Kepala Dinas membentuk Tim Penertiban, Pengawasan dan Pengendalian Pajak Hiburan. 2) Tugas Tim sebagaimana dimaksud pada angka 1 sebagai berikut: a. Melakukan penertiban pemungutan pajak hiburan; b. Melakukan inventarisasi kegiatan hiburandi daerah;
25 c. Memantau kegiatan penyelenggaraan hiburan terkait masalah pajak hiburan; d. Melakukan usaha/tindakan lain terkait pajak hiburan sesuai peraturan perundang-undangan.