FAKTOR KONDISI DAN HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN SELIKUR (Scomber australasicus) DI LAUT NATUNA YANG DIDARATKAN DI PELANTAR KUD KOTA TANJUNGPINANG

dokumen-dokumen yang mirip
Abstrak. Kata Kunci : Ikan ekor Kuning, pertumbuhan, laju mortalitas, eksploitasi. Abstract

Study Programme of Management Aquatic Resource Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD Tanjungpinang

Length-Weight based Stock Assessment Of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis ) Landed at Tarempa Fish Market Kepulauan Anambas

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

Study Programme of Management Aquatic Resources Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

KAJIAN STOK IKAN LAYANG (Decaterus ruselli) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI PASAR IKAN TAREMPA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

Hardiyansyah Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,

The study of Sardinella fimbriata stock based on weight length in Karas fishing ground landed at Pelantar KUD in Tanjungpinang

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TERI PEKTO (Stolephorus Waitei) DI PERAIRAN BELAWAN KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

3. METODE PENELITIAN

Raja Hasnawati, Andi Zulfikar and Tengku Said Raza'i

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Growth Analysis and Exploitation rate of Tuna Fish (Auxis thazard) landed on Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

3. METODE PENELITIAN

Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

2. METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN STOK KEPITING BAKAU (Scylla sp) DI EKOSISTEM PESISIR KAMPUNG GISI DESA TEMBELING KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

3.3 Pengumpulan Data Primer

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Growth and the Rate of Catch of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis Cantor 1849) Landed on Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

KAJIAN STOK RAJUNGAN (Portunus pelagicus) BERDASARKAN HUBUNGAN LEBAR BERAT DAN MORTALITAS PADA TEMPAT PENDARATAN IKAN DI DESA KAWAL KABUPATEN BINTAN

Stock assesment of portunus crab (Portunus pelagicus). Landed on Pengudang village of Bintan Diskiet

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

Estimasi parameter populasi ikan lencam (Lethrinus lentjan) di sekitar perairan Kotabaru (P. Laut) Kalimantan Selatan

structure Population of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta Catch in Pancana Waters, Barru District

3. METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI UDANG KELONG (Penaeus merguiensis) DI PERAIRAN KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

STUDI PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN SELAR KUNING

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

BAB III METODE PENELITIAN. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

KAJIAN STOK KERANG DARAH (Anadara granosa) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI DAERAH KOLONG KABUPATEN KARIMUN

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

3. METODE PENELITIAN

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DINAMIKA POPULASI IKAN

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA

STRUKTUR POPULASI KEPITING BAKAU (Scylla Serrata) DIPERAIRAN TELUK KOTANIA DUSUN WAEL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

STOCK ASSESSMENT OF CRAB crab (Portunus Palagicus) BASED LONG WEIGHT IN RED LAND IN THE VILLAGE daratkan acacia DISTRICT BINTAN Riau Islands Province

PEMANTAUN PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) DI PERAIRAN PESISIR PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

3. METODE PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

KAJIAN STOK SUMBERDAYA IKAN SELAR (Caranx leptolepis Cuvier, 1833) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN SIDIK FREKUENSI PANJANG

KAJIAN STOK CUMI-CUMI (loligo sp) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI DAERAH KAWAL PANTAI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

EVALUASI TINGKAT EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN GULAMAH (Johnius sp) BERDASARKAN DATA TPI PPS CILACAP

Panca Setia Kurniawati Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH. Andi Zulfikar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

3. METODE PENELITIAN

Muhammad Syahrir R. Keywords: fish growth pattern, allometric, isometric, condition factor, Muara Ancalong, Muara Bengkal.

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

The Growth and Exploitation of Tamban (Sardinella albella Valenciennes, 1847) in Malacca Strait Tanjung Beringin Serdang Bedagai North Sumatra

BAB III METODE PENELITIAN

PARAMETER POPULASI IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) DI PERAIRAN LAUT JAWA BAGIAN TIMUR

Mortalitas Ledhyane Ika Harlyan

KAJIAN STOK SUMBER DAYA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PERAIRAN SELAT SUNDA NUR LAILY HIDAYAT

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

MODEL PERTUMBUHAN IKAN BERONANG LINGKIS (Siganus canaliculatus) HASIL TANGKAPAN SERO DI PERAIRAN KEPULAUAN SELAYAR

KAJIAN ASPEK PERTUMBUHAN POPULASI POKEA (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) DI SUNGAI POHARA SULAWESI TENGGARA 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PERTUMBUHAN, LAJU EKSPLOITASI, DAN POLA REKRUTMEN IKAN BARONANG (Siganus canaliculatus Park, 1797) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

KAJIAN STOK IKAN SWANGGI (Priacanthus tayenus Richardson, 1846) DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

PERBANDINGAN RASIO KELAMIN, MORTALITAS DAN PERTUMBUHAN IKAN NOMEI (Harpadon nehereus) YANG BERASAL DARI HASIL PENANGKAPAN NELAYAN JUATA KOTA TARAKAN

HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT IKAN

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: ISSN:

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Ikan kuniran (Upeneus moluccensis).

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Sardinella sp. merupakan kelompok ikan-ikan pelagis kecil, dari famili

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

2. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Terisi Menurut Richardson (1846) (2010) klasifikasi ikan terisi (Gambar 2) adalah sebagai berikut :

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TONGKOL

Analisis Parameter Dinamika Populasi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara

KAJIAN PERTUMBUHAN IKAN BONTI-BONTI (Paratherina striata Aurich, 1935) DI DANAU TOWUTI, SULAWESI SELATAN

MORFOMETRI DAN KOMPOSISI ISI LAMBUNG IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) YANG DIDARATKAN DI PANTAI PRIGI JAWA TIMUR

Transkripsi:

1 FAKTOR KONDISI DAN HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN SELIKUR (Scomber australasicus) DI LAUT NATUNA YANG DIDARATKAN DI PELANTAR KUD KOTA TANJUNGPINANG CONDITION FACTOR AND HEAVY LENGTH RELATIONSHIP SELIKUR'S FISH (Scomber australasicus) AT NATUNA'S OCEANIC ONE THAT IS LANDED AT PELANTAR KUD TANJUNGPINANG'S CITY Endiawan Setyo Nugroho 1), T. Efrizal 2), A. Zulfikar 2) Programme Study of Management Aquatic Resources Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji Email : fikp@umrah.ac.id Abstrak Penelitian ini dilakukan di Pelantar KUD, Kota Tanjungpinang dengan wilayah penagkapan dari Laut Natuna. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji stok ikan selikur di Perairan Laut Natuna yang didaratkan di pelantar KUD Kota Tanjungpinang melalui frekuensi panjang, berat dan pola pertumbuhan, menentukan laju mortalitas dan eksploitasi dan mengkaji Faktor Kondisi Ikan Selikur di Laut Natuna yang di daratkan di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang. Metode pengambilan sampel menggunakan metode random sampling. Sebaran frekuensi panjang ikan selikur berkisar antara 14,5-38,9 cm dan kelompok ukuran yang mendominasi adalah 27 cm. Laju mortalitas total (Z) ikan selikur 9,175 per tahun dengan laju mortalitas alami (M) sebesar 1,429 per tahun, mortalitas penangkapan (F) sebesar 7,746 per tahun, laju eksploitasi 0,844 per tahun. Faktor kondisi tertinggi pada tanggal 9 Februari 2013 sebesar 1,238 sedangkan yang terendah pada tanggal 16 Maret sebesar 0,967. Kata Kunci :Ikan Selikur, pertumbuhan, laju mortalitas dan faktor kondisi. Abstract This research is done at Pelantar KUD Tanjungpinang's district City, Tanjungpinang city with territorial fishing of Salt Natuna Sea. The aim of this research is to assess Scomber australasicus amezent at Natuna's sea that is landed at pelantar KUD Tanjungpinang's City througha length frequency, weight and growth pattern, determining mortalitas and Scomber australasicus exploitation and assess is Condition Factor of Scomber australasicus at that at landed at Pelantar KUD Tanjungpinang City. Samples taking method use random sampling methodickey word:selikur's fish, growth, mortalitas's runaway speed and condition factor. Spread fishes elongated frequency ranging Scomber australasicus among 14.5 38.9 cm and measure group that dominates is 27 cm. mortalitas's speed full scale (Z) Scomber australasicus is 9.175 per year with mortalitas's speed experiences (M ) as big as 1.429 per year and mortalitas is arrest (F ) as big as 7.746 per year and exploitation speed is 0.844 per year. Supreme condition factor is on the fifteenth 9th February 2013 as big as 1.238 meanwhile one are contemned on the fifteenth 16th March as big as 0.967. Key word : Scomber australasicus, Growth, mortalitas speed, exploitation and condition factor. 1 Student of Aquatic Resource Management Programme Study 2 Lecture of Aquatic Resource Management Programme Study

2 PENDAHULUAN Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi laut yang sangat besar di mana 96 % nya merupakan lautan (DKP-KEPRI, 2011). Kepulauan Riau memiliki potensi laut yang sangat besar contohnya ikan selikur. Ikan selikur adalah salah satu bentuk sumberdaya alam yang bersifat renewable atau mempunyai sifat dapat pulih. Sifat sumberdaya seperti ini menimbulkan beberapa konsekuensi, antara lain tanpa adanya manajemen akan menimbulkan gejala eksploitasi berlebihan (over exploitation), investasi berlebihan (over investment), dan tenaga kerja berlebihan (over employment). Disamping itu informasi mengenai kondisi stok ikan selikur di Kota Tanjungpinang belum ada. Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan suatu studi mengenai stok ikan di Kepulauan Riau khususnya Tanjungpinang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji stok ikan selikur di Laut Natuna yang didaratkan di pelantar KUD Kota Tanjungpinang melalui frekuensi panjang, berat dan pola pertumbuhan, menentukan laju mortalitas dan eksploitasi ikan selikur dan mengkaji faktor kondisi ikan selikur di Laut Natuna yang di daratkan di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui stok ikan selikur di Laut Natuna yang di daratkan di pelantar KUD Kota Tanjungpinang. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan Ikan selikur dan dapat menjadi bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Satria et al. (2002) ikan selikur diklasifikasikan sebagai berikut : Family : Scombridae Sub Family Ordo Class Genus Spesies : Scombrinae : Perciformes : Actinopterygii : Selikur : Scomber australasicus METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan April 2013 yang berlokasi di palantar KUD Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Alat dan bahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1. Alat dan Bahan beserta kegunaannya No Alat Kegunaan 1 Alat Tulis Mencatat data penelitian 2 Camera Digital Dokumentasi 3 Timbangan 2 kg Mengukur berat ketelitian 0.5 gr dari objek penelitian 4 Penggaris 30 cm ketelitian 0.1 cm Mengukur panjang ikan Bahan Kegunaan 5 Ikan Selikur Objek penelitian 6 Data Sheet Data sekunder 7 Formulir Data sekunder Kuisioner 8 Literatur-literatur yang mendukung penelitian Data sekunder Pengambilan contoh ikan dilakukan 8 kali selama 2 bulan dengan interval waktu pengambilan data 6 hari sekali sebanyak 75 ekor/pengambilan sampel. Total target ikan adalah 600 ekor selama 2 bulan, kemudian data dianalisis menggunakan bantuan software FISAT II Ver 1.1.0 yang dikeluarkan oleh FAO-ICLARM dan secara manual. Analisis data yang dilakukan mencakup sebaran frekuensi panjang. Sebaran frekuensi panjang didapatkan

3 dengan menentukan selang kelas, nilai tengah kelas, dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang. Kelompok ukuran ikan selikur dipisahkan dengan menggunakan metode Bhattacharya. Metode ini pada dasarnya terdiri atas pemisahan sejumlah distribusi normal, masing-masing mewakili suatu kohort ikan, dari distribusi keseluruhan, dimulai dari bagian sebelah kiri dari distribusi total. Begitu distribusi normal yang pertama telah ditentukan, ia disingkirkan dari distribusi total dan prosedur yang sama diulangi selama hal ini masih mungkin dilakukan untuk memisahkan distribusi-distribusi normal dari distribusi total (Sparre dan Venema, 1999). Plot Ford-Walford merupakan salah satu metode paling sederhana dalam menduga persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama (Sparre dan Venema, 1999). L t = L ( 1 e [ K ( t-t0 )] ) L t adalah panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu), L adalah panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan (per satuan waktu), t 0 adalah umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol. Untuk t 0 sama dengan nol. Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol dapat diduga secara terpisah menggunakan persamaan empiris Pauly (Pauly, 1983) : log (-tg) = 0,3922 0,2752(logL ) 1,038(log K) Hubungan panjang berat digambarkan dalam dua bentuk yaitu isometrik dan alometrik (Hile 1936 dalam Effendie, 1997). W = a L b Jika dilinearkan melalui transformasi logaritma, maka diperoleh persamaan : Log W = Log a + b Log L Faktor kondisi yaitu keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka berdasarkan pada data panjang dan bobot. Nilai faktor kondisi (K) dapat dihitung dengan rumus berikut (Effendie 2002): K = W al b K adalah faktor kondisi, W adalah bobot ikan contoh (gram), L adalah panjang ikan contoh (mm), a dan b adalah konstanta regresi. Laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980) dalam Sparre & Venema (1999) sebagai berikut : Ln M = - 0.0152-0.279*Ln L + 0.6543*Ln K + 0.463*Ln T + 0.6543*Ln K + 0.463*Ln T) M= e (- 0.0152-0.279*Ln L Keterangan: M = mortalitas alami L = panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy K = koefisien pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy T = rata-rata suhu permukaan air (0C) Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan : F = Z -M Laju eksploitasi ditentukan dengan membandingkan mortalitas penangkapan (F) terhadap mortalitas total (Z) (Pauly, 1984) :

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan selikur yang diamati selama penelitian berjumlah 600 ekor masingmasing 225 ekor pada bulan Februari dan 375 ekor pada bulan Maret. Panjang minimum dan panjang maksimum ikan selikur adalah 14,5 cm dan 38,9 cm. keterwakilan ikan contoh yang di ambil, dan kemungkinan terjadi tekanan penangkapan yang tinggi. Spesies yang sama pada lokasi yang berbeda akan memiliki pertumbuhan yang berbeda pula karena perbedaan faktor luar maupun faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut. Jumlah ikan contoh yang digunakan dalam analisis parameter pertumbuhan sebanyak 600 ekor. Hasil pemisahan kelompok ukuran dengan menggunakan metode Bhattacharya menunjukkan bahwa ikan contoh terdiri atas tiga kelompok ukuran seperti ditampilkan pada gambar 2. (a) (b) Gambar 1. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Selikur Setiap Bulan (a) Bulan Februari (b) Bulan Maret Berdasarkan grafik di atas terlihat adanya perbedaan selang kelas panjang tertinggi dibulan Febuari terletak pada selang kelas 24 cm dan 26 cm dengan frekuensi 47 ekor, pada bulan Maret selang kelas panjang tertinggi terletak pada 26 cm dengan frekuensi 113 ekor. Menurut Allen et al., dalam Harmiyati (2009), panjang total maksimum mencapai 50 cm. Perbedaan ini dapat di jelaskan oleh beberapa kemungkinan yaitu perbedaan lokasi pengambilan ikan contoh, Gambar 2. Kelompok ukuran panjang ikan selikur dari perairan Natuna Hasil analisis kelompok ukuran ikan di atas memiliki panjang rata-rata, jumlah populasi dan indeks separasi seperti disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Sebaran kelompok ukuran ikan Selikur di Pelantar KUD No Lt (cm) Jumlah Populasi (N) Stdev (S) Indeks Separasi (I) 1 18,909 123 1,569-2 24,840 412 1,00 4,6 3 29,659 58 1,084 4,6 Total 593 Menurut Hasselblad (1966), McNew dan Summerfelt (1978) serta Clark (1981) dalam Sparre dan Venema (1999) menjelaskan bahwa indeks separasi merupakan kuantitas yang relevan terhadap studi bila dilakukan kemungkinan bagi suatu pemisahan yang berhasil dari dua komponen

5 yang berdekatan, bila indeks separasi kurang dari dua (I<2) maka tidak mungkin dilakukan pemisahan di antara dua kelompok ukuran karena terjadi tumpang tindih yang besar antar kelompok ukuran tersebut. Berdasarkan Tabel 2 di atas, nilai indeks separasi dari hasil analisis pemisahan kelompok ukuran ikan selikur sebesar 4,6 dan 4,6. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pemisahan kelompok ukuran ikan selikur dapat diterima dan digunakan untuk analisis selanjutnya. Hasil analisis parameter pertumbuhan ikan selikur yaitu koefisien pertumbuhan (K) dan panjang infinitif (L ) serta umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol (t0) disajikan pada Tabel 3 Tabel 4. Parameter pertumbuhan berdasarkan model von Bertalanffy (K, L, t 0 ). No Parameter Nilai 1 2 3 4 5 a b K (pertahun) LINF t 0 9,476 0,812 1,250 50-0,894 Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy yang terbentuk untuk ikan selikur adalah Lt=50(1-e [-0,104(t+0,862)] ). Panjang total maksimum ikan yang tertangkap di Laut Natuna dan didaratkan di pelantar KUD Kota Tanjungpinang adalah 50 cm. Kurva pertumbuhan ikan selikur di Laut Natuna dan di daratkan di pelantar KUD Kota Tanjungpinang disajikan pada Gambar 3 dengan memplotkan umur (bulan) dan panjang teoritis ikan (cm) sampai ikan berumur 60 bulan. Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Ikan Selikur Pada saat ikan berumur 60 bulan, secara teoritis panjang total ikan adalah 49.908 cm. Berdasarkan kurva di atas terlihat bahwa laju pertumbuhan ikan selikur tidak sama selama rentang hidupnya. Ikan yang berumur muda memiliki laju pertumbuhan lebih cepat dibandingkan ikan yang berumur tua ini dikarenakan ikan yang berumur tua kekurangan makanan berlebih untuk pertumbuhan karena digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan (Zamani et al., 2011). Kurva di atas juga menyatakan bahwa pada populasi ikan selikur akan mendekati nilai L pada saat mencapai umur 40 bulan dan akan mencapai nilai L pada saat mencapai umur 60 bulan. Walaupun dengan laju pertumbuhan yang kecil, namun ikan tetap akan mengalami pertumbuhan panjang bahkan dalam kondisi faktor lingkungan yang tidak mendukung. Peningkatan ukuran panjang umumnya tetap berlangsung walaupun ikan mungkin dalam keadaan kekurangan makanan (Busacker et a.,l dalam Harmiyati, 2009). Jadi untuk selanjutnya perlu dilakukan kajian terhadap tingkat makanan, seberapa jauh pengaruh makanan terhadap pertumbuhan ikan selikur. Analisis hubungan panjang berat menggunakan data panjang total dan berat basah ikan contoh untuk melihat pola pertumbuhan individu ikan selikur di Luat Natuna yang di daratkan di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang. Hubungan panjang berat ikan selikur disajikan pada Gambar 4.

6 Gambar 4. Hubungan Panjang Berat Ikan Selikur Dari hasil analisis hubungan panjang berat diketahui bahwa persamaan hubungan panjang berat ikan selikur adalah W= 0,213 X L 2,052 dengan kisaran nilai a sebesar -1,545 nilai q sebesar 0,213 dan nilai b sebesar 2,052. Dari nilai b yang diperoleh dan setelah dilakukan uji t (α=0,05) terhadap nilai b tersebut diketahui bahwa ikan selikur memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif, artinya pertambahan panjangnya lebih cepat dari pada pertambahan berat, maka tolak H0 yaitu b 3.(Effendie 1997). Dari hasil analisis hubungan panjang berat diketahui bahwa persamaan hubungan panjang berat ikan selikur adalah W= 0,213 X L 2,052 dengan kisaran nilai a sebesar -1,545 nilai q sebesar 0,213 dan nilai b sebesar 2,052. Dari nilai b yang diperoleh dan setelah dilakukan uji t (α=0,05) terhadap nilai b tersebut diketahui bahwa ikan selikur memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif, artinya pertambahan panjangnya lebih cepat dari pada pertambahan berat, maka tolak H0 yaitu b 3.(Effendie 1997). Menurut Bagenal dalam Habibun (2011), faktor-faktor yang menyebabkan nilai b selain perbedaan spesies adalah faktor lingkungan, berbedanya stok ikan dalam spesies yang sama, tahap perkembangan ikan, jenis kelamin, tingkat kematangan gonad, bahkan perbedaan waktu dalam hari karena perubahan isi perut. Moutopoulos dan Stergiou dalam Kharat et al., in Harmiyati (2009), menambahkan bahwa perbedaan nilai b juga dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah dan variasi ikan yang diamati. Menurut Effendie (1997), apabila nilai b sama dengan 3 (tiga) menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya atau pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya. Apabila nilai b yang didapatkan lebih besar dari 3 (tiga) maka ikan tersebut dalam keadaan gemuk (montok), dimana pertambahan berat lebih cepat dari pada pertambahan panjangnya, sedangkan apabila nilai b yang diperoleh lebih kecil dari pada 3 (tiga) maka ikan tersebut berada dalam kondisi kurus, dimana pertumbuhan panjang lebih cepat dari pada pertumbuhan beratnya. Menurut Pandu (2011), Pengamatan hubungan panjang berat ikan selikur diperairan Kepulauan seribu ternyata diperoleh hasil bahwa ikan selikur termasuk dalam kategori ikan yang pertumbuhannya pertambahan panjang ikan lebih cepat dibanding pertambahan berat. Hal ini sama dengan pengamatan hubungan panjang berat dari Laut Natuna yang diperoleh bahwa ikan selikur di Laut Natuna tersebut memiliki pertambahan panjang ikan lebih cepat dibanding pertambahan berat. Menurut Effendie (1997), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, diantaranya adalah faktor dalam dan faktor luar yang mencakup jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah makanan yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor kualitas air, umur, dan ukuran ikan serta matang gonad. Pada suatu stok yang telah dieksploitasi perlu untuk membedakan mortalitas akibat penangkapan dan mortalitas alami. Menurut King (1995) laju mortalitas total (Z) adalah penjumlahan laju mortalitas penangkapan (F) dan laju mortalitas alami (M) sehingga ketiga jenis mortalitas tersebut perlu dianalisis. Pendugaan konstanta laju mortalitas total (Z) ikan selikur dilakukan dengan kurva hasil

7 tangkapan yang dilinierkan berbasis data panjang. Kurva hasil tangkapan yang dilinierkan berbasis data panjang yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 5. Kurva hasil tangkapan yang dilinierkan berbasis data panjang Untuk pendugaan laju mortalitas alami ikan selikur digunakan rumus empiris Pauly (Sparre & Venema, 1999) dengan suhu rata-rata permukaan Laut Natuna 28 o C (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau, 2011). Hasil analisis dugaan laju mortalitas dan laju eksploitasi ikan selikur dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Laju mortalitas dan laju eksploitasi ikan selikur Laju Nilai a 11,900 b -9,175 Laju Mortalitas Total (z) 9,175 Laju Mortalitas Alami (M) 1,429 Laju Mortalitas Penangkapan (F) 7,746 Laju Eksploitasi (E) 0,844 Dari Tabel 5 dapat kita lihat nila Laju Mortalitas Total (z) adalah 9,175 per tahun. Laju Mortalitas Alami (M) adalah 1,429 per tahun. Laju Motalitas Penangkapan (F) adalah 7,746 per tahun dan Laju Eksploitasi (E) adalah 0,844 per tahun. Mortalitas alami dipengaruhi oleh pemangsaan, penyakit, stress pemijahan, kelaparan, dan usia tua (Sparre dan Venema, 1999). Menurut Pauly (1980) dalam Sparre dan Venema (1999), yang mempengaruhi nilai mortalitas alami adalah faktor panjang maksimum (L ) dan laju pertumbuhan serta faktor lingkungan yaitu suhu rata-rata permukaan. Menurunnya laju mortalitas alami dapat disebabkan oleh semakin berkurangnya ikan-ikan yang tumbuh hingga berusia tua dan meningkatnya aktifitas penangkapan. Tingginya laju mortalitas penangkapan dan menurunnya laju mortalitas alami menunjukkan dugaan terjadinya growth overfishing yaitu berkurangnya jumlah ikan tua (Sparre dan Venema 1999). Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa laju mortalitas penangkapan (F) lebih besar dibandingkan laju mortalitas alami (M). Hal ini menunjukkan bahwa faktor kematian ikan selikur lebih banyak diakibatkan oleh aktivitas penangkapan. Faktor kondisi dapat menunjukan keadaan ikan baik dilihat dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan reproduksi. Rata-rata faktor kondisi ikan selikur bervariasi untuk setiap pengambilan data. Adapun Faktor Kondisi Ikan Selikur di Laut Natuna yang di Daratkan di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang setiap minggunya dapat dilihat pada Gambar 6 dan Tabel 6. Gambar 9. Faktor Kondisi Ikan Selikur di Peraiaran Laut Natuna Yang di Daratkan di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang

8 Tabel 6. Faktor Kondisi Ikan selikur di Laut Natuna yang di daratkan di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang Februari Maret 09-Feb 1,238 02-Mar 1,074 16-Feb 1,027 09-Mar 1,002 23-Feb 1,006 16-Mar 0,967 23-Mar 1,030 30-Mar 1,103 Rata-Rata 1,090 Rata-Rata 1,035 Jumlah 3,271 Jumlah 5,176 Pada ikan Selikur, faktor kondisi tertinggi pada waktu 9 Februari 2013 sebesar 1,238 pernyataan ini dapat diduga bahwa ikan selikur di Laut Natuna yang didaratkan di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam mempertahankan hidupnya dan memanfaatkan makanan di sekitarnya. Sedangkan yang terendah pada waktu 16 Maret sebesar 0.967. Rendahnya nilai faktor kondisi tersebut dapat disebabkan karena ikan-ikan yang masih muda belum mempunyai kemampuan hidup yang baik di tempat hidupnya dan dapat diduga pula karena kalah bersaing mendapatkan makanan dengan ikan yang lebih tua Rata-Rata faktor kondisi ikan selikur pada bulan Februari adalah 1,090 dan jumlahnya adalah 3,271. Sedangkan pada bulan Maret Rata-ratanya adalah 1,035 dan jumlahnya 5,176 (Pandu, 2011) Faktor kondisi tinggi pada ikan menunjukkan ikan dalam perkembangan gonad, sedangkan faktor kondisi rendah menunjukkan ikan kurang mendapat asupan makanan. Faktor kondisi juga akan berbeda tergantung jenis kelamin ikan, musim atau lokasi penangkapan serta faktor kondisi juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad dan kelimpahan makanan (King, 1995). Nilai faktor kondisi ikan Selikur di suatu perairan bervariasi. Variasi nilai faktor kondisi tergantung pada makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonad (Effendie 2002). Apabila dalam suatu perairan terjadi perubahan yang mendadak dari kondisi ikan itu situasinya lebih memungkinkan untuk cepat diselidiki. Apabila kondisinya kurang baik, mungkin populasinya terlalu padat dan sebaliknya bila kondisinya baik mungkin terjadi pengurangan populasi atau tersedia makanan yang mendadak. Banyaknya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah rasio pemberian pakan dan berat ikan. Pakan yang diberikan tidak dapat menunjang untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh maka pertumbuhan akan terhambat bahkan berhenti sama sekali. Hendaknya pakan sesuai dan tidak berlebihan. Seringkali untuk mendapatkan pertumbuhan yang bagus harus biaya yang lebih untuk makanan tetapi pemanfaatannya oleh ikan sangat rendah sehingga tidak ekonomis. KESIMPULAN Sebaran frekuensi panjang ikan selikur (Scomber australasicus) di Laut Natuna yang di daratkan di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang berkisar antara 14,5-38,9 cm dan kelompok ukuran yang mendominasi adalah 27 cm dengan persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy ikan selikur yang terbentuk adalah Lt=50(1- e [-0,104(t+0,862)] ). Pola pertumbuhan ikan selikur di Laut Natuna yang di daratkan di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang adalah bersifat Allometrik Negatif, Maka TOLAK H0, yaitu b=2.0527 dimana pertambahan panjang lebih cepat dari pada pertambahan berat. Laju mortalitas total (Z) ikan selikur 9,175 per tahun dengan laju mortalitas alami (M) sebesar 1,429 per tahun dan mortalitas penangkapan (F) sebesar 7,746 per tahun dan laju eksploitasi 0,844 per tahun.

9 Sehingga dapat di ketahui bahwa kematian ikan selikur di Laut Natuna yang di daratkan di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang sebagian besar di akibatkan oleh aktifitas penangkapan (F) sebesar 7,746 per tahun yang berati tinggi nya aktifitas penangkapan. Berdasarkan hasil analisis hubungan panjang berat serta mortalitas dan laju ekploitasi yang di peroleh di ketahui bahwa ikan selikur di Laut Natuna yang di daratkan di Pelantar KUD Kota Tanjungpinang sudah mengalami kondisi tangkap lebih (overfishing) karena adanya aktifitas penangkapan yang di duga lebih lanjut termasuk kondisi growth overfishing. Pada ikan Selikur, faktor kondisi tertinggi pada waktu 9 Februari 2013 sebesar 1,238 sedangkan yang terendah pada waktu 16 Maret sebesar 0.967. Rata-Rata faktor kondisi ikan selikur pada bulan Februari adalah 1,090 dan jumlahnya adalah 3,271. Sedangkan pada bulan Maret Rataratanya adalah 1,035 dan jumlahnya 5,176. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Efrizal, M. Si dan Bapak Andi Zulfikar S. Pi, MP atas segala bimbingan. Keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan do a dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA Effendie MI. 1997. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hlm. Effendi H. 2002. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumbedaya dan lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hlm. Harmiyati D. 2009. Analisis hasil tangkapan sumberdaya ikan ekor kuning (Caesio cuning) yang didaratkan di PPI Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 71 hlm. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau. 2011, Alat Tangkap dan Hasil Tangkapan Ikan. 16 h. King M. 1995. Fisherie s biology; assessment & management. Fishing News Books in UK. 341 p. Pandu M. 2011. Laju Eksploitasi dan Variasi Temporal Keragaan Reproduksi Ikan Selikur (Scomber australasicus) Betina di Pantai Utara Jawa. IPB. Bogor. 61 hlm. Pauly, D. 1983. Studying Single Species Dynamic in a Tropical Multispecies Contex, p 33. 70. in Pauly & G.I Murphy (editor). Theory and management of Tropical Fisheries. Proceedings of the ICLARM/CSRIO, Workshop on the Theory & Management of Tropical Multispecies Stocks. Pauly, D. 1984. Fish Population Dynamics in Tropical Waters:A Manual for Use with Programmable Calculators. Manila: ICLARM. 325 h. Satria A. 2002. Desentralisasi Pengelolaan Wilayah Laut (Belajar dari Pengalaman Jepang). Prosiding Lokakarya Regional Pulau Sulawesi tentang Desentralisasi Pengelolaan Wilayah Laut. Lembaga Studi dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisr dengan Partnership for Governance

10 Reform in Indonesia dan PT. Pustaka Cesindo. Jakarta. Sparre P dan SC Venema. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis buku-i manual (Edisi Terjemahan). Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 438 hlm. Zamani. 2011. Modul praktikum biologi perikanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48 hlm.