Emby Minarwati 1. Kata Kunci : implementasi, pelayanan administrasi terpadu kecamatan (paten) Kecamatan Long Ikis.

dokumen-dokumen yang mirip
KECAMATAN COBLONG PROSEDUR MUTU PELAYANAN SURAT PINDAH. No. Dok : PM SIEPEL - 03 No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 12 September 2011 TIDAK DIKENDALIKAN

KECAMATAN COBLONG PROSEDUR MUTU PELAYANAN SKTS/ PINDAH DATANG. No. Dok : PM SIEPEL - 04 No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 12 September 2011

KECAMATAN COBLONG PROSEDUR MUTU PELAYANAN KK. No. Dok : PM SIEPEL - 02 No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 12 September 2011 TIDAK DIKENDALIKAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 03 Tahun : 2010 Seri : E

EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK DALAM BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BANDA ACEH NOMOR TAHUN 2017

STANDAR PELAYANAN Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banda Aceh

KECAMATAN COBLONG PROSEDUR MUTU PELAYANAN KTP. No. Dok : PM SIEPEL - 01 No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 12 September 2011 TIDAK DIKENDALIKAN

Satuan Kerja : KECAMATAN BANCAK

PELAKSANAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DI KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA

STUDI TENTANG PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI DESA BUKIT MAKMUR KECAMATAN KALIORANG KABUPATEN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME TEKNIS PELAYANAN DI KELURAHAN DAN KECAMATAN KOTA YOGYAKARTA

KECAMATAN COBLONG PROSEDUR MUTU

PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) KECAMATAN TAMBAK KABUPATEN BANYUMAS

PENERAPAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DALAM RANGKA STANDARISASI MANAJEMEN PELAYANAN DI KECAMATAN TAMAN, KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT

Peraturan Bupati Nomor 35 Tahun Oleh : BAGIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SETDA KABUPATEN MOJOKERTO

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2011

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA NO 35 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DI KOTA SAMARINDA

Pelayanan Pengurusan Akta Kelahiran 1. Sistem Mekanisme dan Prosedur Pelayanan Akta Kelahiran

BUPATI BULUNGAN. Jalan Jelarai Tanjung Selor Kaltim, Telp. (0552) , Fax (0552) 21009

PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN STANDAR PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KABUPATEN CILACAP

KEPUTUSAN CAMAT SUMUR BANDUNG KOTA BANDUNG No. 10 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK KECAMATAN SUMUR BANDUNG KOTA BANDUNG CAMAT SUMUR BANDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA KECAMATAN SINDANG

PELAKSANAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DI BIDANG NON PERIJINAN DI KANTOR KECAMATAN BONTANG UTARA KOTA BONTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAYANAN KARTU IDENTITAS ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

SPP DAN SOP PENERBITAN KTP ELEKTRONIK (KTP-el) TEKO LANGSUNG CETAK DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KAB. PONOROGO TAHUN 2016

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERBITAN KK BARU DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI BENGKAYANG, PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

SPP DAN SOP PENERBITAN KTP ELEKTRONIK (KTP-el) TEKO LANGSUNG CETAK DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KAB. PONOROGO TAHUN 2016

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2007 TENTANG

STANDAR PELAYANAN PUBLIK SURAT PINDAH ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN ANTAR PROVINSI.

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA MIKRO BUPATI SEMARANG,

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG

Standar Pelayanan Permohonan Pindah Penduduk Antar Propinsi/Kabupaten

DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA SINGKAWANG PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 20 TAHUN 2013

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

2. Persyaratan pelayanan

1. Camat 2. Sekertaris Kecamatan 3. Kasubbag Umum dan Kepegawaian 4. Petugas Layanan. Komputer Printer Buku Register Kendali Surat

HALAMAN PERSETUJUAN PENERBITAN ARTIKEL EJOURNAL

Kata Pengantar. Pacitan, Januari 2015 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN PACITAN

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

KOTA PONTIANAK KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PONTIANAK NOMOR 22 TAHUN 2015

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mensejahterahkan masyarakat atau warga negara.pelayanan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN LEGALISIR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA HOTEL PADA

BAB I PENDAHULUAN. untuk perencanaan pembangunan berkelanjutan. Selama ini data

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN GANGGUAN (HO) PADA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PALANGKA RAYA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN CAMAT TEGALDLIMO NOMOR 188/ 28 /KEP/ /2017 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG DISPENSASI DALAM PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK WARGA NEGARA INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BADAN PELAYANAN PERIZINAN

STANDAR PELAYANAN KECAMATAN MANGUHARJO KOTA MADIUN TAHUN 2017

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 13 WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III PELAYANAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL TERHADAP MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG TERHADAP PEMBUATAN KARTU KELUARGA

KARTU KELUARGA BAGI WNI

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG

DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA BANJARMASIN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH (IPPT) PADA

Pelayanan Pengurusan Akta Kematian 1. Sistem Mekanisme dan Prosedur Pelayanan Akta Kematian

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

7. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 Tahun 2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) PADA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam penelitian ini adalah orang-orang yang telah dipilih menjadi sampel

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR KECAMATAN RAMBATAN Jln. Raya Pasar Rambatan Telp. (0752) Kode Pos 27271

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) PADA

Pelayanan Pengurusan Akta Perkawinan Sistem Mekanisme dan Prosedur Pelayanan Akta Perkawinan a. Sistem Mekanisme Pelayanan Akta Perkawinan

DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA MAKASSAR

BUPATI WONOGIRI PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN PERIZINAN DI KECAMATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 177 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENINGKATAN PEMBERIAN PELAYANAN PADA MASYARAKAT TENTANG AKTE KELAHIRAN DAN AKTE KEMATIAN SERVICE ON DELIVERY

PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA PONTIANAK

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KEMATIAN PLUS

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 24 TAHUN 2006

STANDAR PELAYANAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BULELENG

Hal 1. SPP UPT Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Ponorogo

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyangkut peristiwa hukum dalam lembaran negara yang berupa surat sejak

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) / IZIN PERLUASAN USAHA INDUSTRI (IPUI) PADA

WALIKOTA PROBOLINGGO

Transkripsi:

ejournal Pemerintahan Integratif, 2017, 5 (1): 25-36 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2017 IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DI KANTOR KECAMATAN LONG IKIS KABUPATEN PASER Emby Minarwati 1 Abstrak Artikel penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan peraturan menteri dalam negeri nomor 4 tahun 2010 tentang pelayanan administrasi terpadu kecamatan (PATEN) di kantor Kecamatan Long Ikis yang meliputi tentang pelayanan KTP, KK, pemberian izin IMB dan SITU serta faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan peraturan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Narasumber pada penelitian ini terdiri dari 6 (Enam) orang yang terdiri dari Camat Long Ikis, Sekretaris Camat, Kasi Pemerintahan dan Kependudukan serta 3 orang masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah, PATEN sudah dilaksanakan. Dilihat dari prosedur dan persyaratan dalam pelayanan nonperizinan dan perizinan dapat dikatakan berjalan dengan baik. Namun perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat serta perlu dilakukan pendataan dari pihak kecamatan kepada masyarakat yang belum memiliki surat izin bangunan dan tempat usaha. Kata Kunci : implementasi, pelayanan administrasi terpadu kecamatan (paten) Kecamatan Long Ikis. Pendahuluan Perkembangan teknologi membawa pengaruh yang sangat besar di dalam perkembangan dan kesiapan suatu negara khususnya dalam menghadapi persaingan global saat sekarang ini. Perkembangan teknologi tidak hanya di bidang teknologi seperti: komputer, televisi, dan alat elektronik lainnya, tetapi juga di bidang mekanik, kimia, bahkan pelayanan publikpun ikut mengalami perkembangan. Pemerintah melakukan beragam cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik termasuk pelimpahan sebagian kewenangan Bupati dan Walikota kepada para Camat. Pelimpahan sebagian kewenangan ini sesungguhnya merupakan suatu hal yang mendesak untuk dilakukan agar pelaksanaan pembangunan berjalan dengan baik. Apalagi jika hal tersebut 1 Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: embyminarwati03@gmail.com

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 1, 2013: 25-36 dikaitkan dengan pelaksanaan program pelayanan administrasi terpadu seperti yang diatur dalam Permendagri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) demi terwujudnya kualitas pelayanan publik yang efektif, efisien dan berkualitas menjadi salah satu ciri dari tata kelola pemerintah yang baik (good governance). Mengacu pada Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu tugas Camat adalah melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintah desa atau kelurahan. Berdasarkan Undang-Undang ini, secara filosofis otonomi daerah dan desentralisasi bertujuan untuk demokrasi dan kesejahteraan. Sementara itu, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pada Pasal 9 ayat (1) ditetapkan bahwa dalam rangka mempermudah penyelenggaraan berbagai bentuk pelayanan publik, dapat dilakukan penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu. Sistem pelayanan terpadu sesungguhnya merupakan inovasi manajemen dalam rangka mendekatkan, mempermudah dan mempercepat pelayanan terhadap publik atau masyarakat. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 2010 PATEN sebagai pelayanan administrasi terpadu kecamatan adalah mewujudkan Kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat dan menjadi simpul pelayanan bagi kantor/badan pelayanan terpadu di kabupaten/kota. Dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang proses pengelolaannya, mulai dari permohonan sampai ketahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat melalui satu loket pelayanan. Warga cukup menyerahkan berkas kepetugas meja/loket pelayanan, duduk menunggu sejenak, kemudian dipanggil untuk menerima dokumen yang sudah selesai. Setelah itu melakukan pembayaran (bila ada tarif yang harus dibayar). Pembayaran biaya pelayanan pun dilakukan dan dicatat secara transparan, karena semua tercatat dan dilaporkan. Selain itu, persyaratan untuk memperoleh pelayanan, besarnya biaya dan waktu untuk memproses pun ada standarnya. PATEN di sini merupakan kebijakan makro karena berasal dari pusat sehingga bisa diterapkan secara menyeluruh diwilayah yang ada di Indonesia. Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) untuk mempermudah dan mendekatkan pemerintah kepada masyarakat, khususnya dalam pelayanan publik. Dengan PATEN, untuk mengurus pelayanan perijinan dan non perijinan yang berskala kecil, masyarakat tidak perlu lagi sampai ke Kantor Kabupaten karena adanya PATEN dapat menghemat waktu dan biaya dalam pemenuhan pelayanan yang diinginkan masyarakat. PATEN masih memiliki kekurangan karena masih dijumpai beberapa orang yang belum tahu mengenai PATEN, hal ini dikarenakan karena konteks dari kebijakan yang tidak terlalu umum sehingga kebijakan PATEN belum menyeluruh diketahui oleh masyarakat. Hal ini mempengaruhi kurang terlaksananya PATEN secara optimal. Penyelenggaraan PATEN kepada masyarakat merupakan fungsi yang harus diemban pemerintah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan, sebagai tolak ukur terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Jenis 26

Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2010 (Emby) penelitian yang akan diteliti adalah pelayanan perizinan berupa pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan pelayanan nonperizinan berupa pelayanan kepengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) yang ada di kantor kecamatan Long Ikis. Dengan adanya peraturan PATEN ini penulis akan mendeskripsikan mengenai tingkat keefektifan dan efesieni dari pelayanan PATEN, kemudian tingkat kecepatan dalam memproses pelayanan dan biaya dalam melakukan pelayanan tersebut. Selain itu, apakah dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat yang melakukan pengurusan pelayanan tersebut sekaligus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di era new public management yang selanjutnya berkembang menjadi new public service. Dengan kata lain, posisi pemerintah sebagai penyelenggaraan pelayanan publik berubah dari dilayani menjadi melayani. Berkenaan dengan pemaparan diatas, maka penulis akan melakukan penelitian yang mendalami masalah yang terjadi di wilayah Long Ikis sehingga akan diketahui implementasi PATEN di lokasi tersebut. Dalam penelitian ini, penulis akan mengangkat judul Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Kerangka Dasar Teori Implementasi Menurut Usman (2002:70) implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Menurut Weimer dan Vining dalam Subarsono (2005:103), ada tiga kelompok variabel besar yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu program, yakni : 1) Logika kebijakan adalah agar suatu kebijakan masuk akal (reasonable) dan mendapat dukungan teoritis. Dengan kata lain bahwa logika dari suatu kebijakan seperti halnya hubungan logis dari suatu hipotesis. Artinya bahwa isi dari suatu kebijakan harus mencakup berbagai aspek yang memungkinkan kebijakan tersebut dapat diimplementasikan pada tataran praktis. 2) Lingkungan tempat kebijakan dioprasikan adalah lingkungan tempat suatu kebijakan dioprasikan akan mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan tersebut. Yang dimaksud dalam lingkungan ini mencakup lingkungan sosial, politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan dan fisik atau geografis. Suatu kebijakan dapat berhasil diimplementasikan di suatu daerah tertentu, tetapi ternyata dapat terjadi kegagalan dalam implementasi di suatu daerah karena kondisi lingkungan yang berbeda. 3) Kemampuan implementor kebijakan adalah keberhasilan suatu kebijakan dapat dipengaruhi oleh tingkat kompetensi dan keterampilan dari para implementor kebijakan. 27

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 1, 2013: 25-36 Kebijkan Menurut Anderson (dalam Islamy, 2009:17) mengungkapkan bahwa kebijakan adalah a purpose course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of concern (serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu). Menurut Anderson (dalam Agustino, 2012:7) kebijakan publik adalah serangkaian kebijakan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan. Konsep kebijakan ini menitikberatkan pada apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Dan hal ini yang membedakan kebijakan dari suatu keputusan yang merupakan pilihan diantara beberapa alternatif yang ada. Pada dasarnya untuk merumuskan serta mengimplementasikan suatu kebijakan memerlukan suatu kerangka kerja yang sistematis dan efisien. Kerangka kerja kebijakan publik itu sendiri ditentukan oleh beberapa variabel yaitu: 1) Tujuan yang akan dicapai. Ini menyangkut kompleksitas tujuan yang akan dicapai. Apabila tujuan kebijakan semakin kompleks, maka semakin sulit mencapai kinerja kebijakan. Sebaliknya, apabila tujuan kebijakan semakin sederhana maka semakin mudah untuk mencapainya. 2) Prefensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan. Suatu kebijakan yang mengandung berbagi variasi nilai akan jauh lebih sulit untuk dicapai disbanding dengan suatu kebijakan yang hanya mengejar satu nilai. 3) Sumberdaya yang mendukung kebijakan. Kinerja suatu kebijakan akan ditentukan oleh sumberdaya finansial, material dan infrastruktur lainnya. 4) Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan. Kualitas dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh kualitas para aktor yang terlibat dalam proses penetapan kebijakan. Kualitas tersebut akan ditentukan dari tingkat 5) pendidikan, kompetensi dalam bidangnya, pengalaman kerja dan integritas moralnya. 6) Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, politik tempat kebijakan tersebut diimplementasikan. 7) Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi yang digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan akan mempengaruhi kinerja dari suatu kebijakan. Strategi yang digunakan dapat bersifat top-down approach atau bottom-up approach, otoriter atau demografi. (Subarsono, 2006:7) Pelayanan Sinambela (2010:3), pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan 28

Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2010 (Emby) dengan kehidupan manusia. Menurut Suparlan (2000:35), pelayanan adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun non materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri. Lanjut Moenir (2005:47) menjelaskan bahwa pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Menurut sinambela (2006:6) pelayanan publik adalah memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara Negara. Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrasi) harusnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, kebutuhan dalam hal ini bukan kebutuhan yang sesunggunya diharapkan oleh masyarakat dan salah satunya adalah kebutuhan akan sehat. Menurut Fredericson (dalam Pasolong, 2008:6) menjelaskan konsep publik dalam lima perspektif, yaitu: 1) Publik sebagai kelompok kepentingan, yaitu publik dilihat sebagai manifestasi dari interksi kelompok yang melahirkan kepentingan masyarakat. 2) Publik sebagai pemilih yang rasional, yaitu masyarakat terdiri atas individuindividu yang berusaha memenuhi kebutuhan dan kepentingan sendiri. 3) Publik sebagai perwakilan kepentingan masyarakat, yaitu kepentingan publik diwakili melalui suara. 4) Publik sebagai konsumen, yaitu konsumen sebenarnya tidak terdiri individuindividu yang tidak berhubungan satu sama lain, namun dalam jumlah yang cukup besar mereka dianggap sebagai publik. 5) Publik sebagai warga Negara, yaitu warga Negara dianggap sebagai publik karena partisipasi masyarakat sebagai keikutsertaan warga Negara dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintah dipandang sesuatu yang lebih penting. Menurut Moenir (dalam Wijayanto, 2007:88-119), menyatakan bahwa dalam pelayanan umum terdapat beberapa faktor pendukung yang penting, antara lain; 1) Faktor kesadaran Dengan adanya kesadaran pada pegawai atau petugas, diharapkan mereka melaksanakan tugas dengan penuh keikhlasan, kesungguhan dan disiplin. Kesadaran akan menjiwai tingkah laku dan perbuatan selanjutnya. 2) Faktor aturan Aturan adalah perangkat dalam segala tindakan dan perbuatan orang. Dalam organisasi kerja aturan dibuat oleh manajemen sebagai pihak yang berwenang mengatur segala sesuatu yang ada diorganisasi kerja tersebut. 3) Faktor organisasi Organisasi pelayanan yang dimaksud disini adalah mengorganisir fungsi pelayanan, baik dalam bentuk maupun mekanisme yang akan berperan dalam mutu dan kelancaran pelayanan. 4) Faktor pendapatan 29

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 1, 2013: 25-36 Pada dasarnya pendapatan harus dapat memenuhi kebutuhan hidup, baik untuk dirinya maupun keluarga, kebutuhan hidup yang semakin meningkat disuatu pihak, kurang dapat diimbangi dengan pendapatan yang relative rendah, sehingga menyebabkan perubahan pola ketenagakerjaan. 5) Faktor kemampuan dan keterampilan Dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai maka pelaksanaan tugas/pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, cepat dan memenuhi keinginan semua pihak, baik manajemen itu sendiri maupun masyarakat. 6) Faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan Sarana pelayanan adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan dan tugas berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu. Administrasi Menurut Sondang P. Siagian (2004:2) administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Lain halnya dengan Herbert A. Simon (1999:3) yang mendefinisikan administrasi sebagai kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Sama halnya yang dikemukakan oleh The Liang Gie (1993:9) administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu. Berbicara tentang Administrasi, Siagian (2001:267) membedakan Administrasi menjadi dua pengertian yaitu: 1) Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan-kegiatan ketatausahan yang menyangkut korespondensi, penyusunan laporan dan kearsipan. 2) Administrasi dalam arti luas adalah keseluruhan tugas penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang didasarkan pada rasional tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan sarana dan prasarana tertentu pula. Dari beberapa uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa administrasi merupakan segala rangkaian kegiatan yang terencana yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan atas dasar efektif, efisien dan rasional dengan satu cara. PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) memberikan pengertian bahwa PATEN adalah penyelenggaraan pelayanan publik di kecamatan yang proses pengelolaannya, mulai dari permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. Satu tempat disini berarti cukup melalui satu meja/loket pelayanan di kecamatan. 30

Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2010 (Emby) Metode Penelitian Sesuai dengan judul yang diteliti, yaitu Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser maka jenis penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif, yaitu penelitian yang memaparkan atau menggambarkan semua peristiwa penelitian yang di peroleh dari lapangan sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan pada perumusan masalah. Hasil Penelitian dan Pembahasan KTP (Kartu Tanda Penduduk) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser, diketahui implementasi Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) telah dijalankan di Kantor Kecamatan Long Ikis pada akhir tahun 2014, sekitar kurang lebih 2 tahun berlangsung hingga sekarang. Dan pelaksanaannya sudah mencapai 89%. Segala jenis pelayanan perizinan dan nonperizinan telah dilaksanakan melalui satu loket pelayanan sesuai dengan ketentuan yang ada berdasarkan Standar Operasional Pelayanan (SOP) yang ada di Kantor Kecamatan Long Ikis. Untuk masyarakat yang hendak mengurus E-KTP, adapun yang menjadi persyaratan yang harus dilengkapi : 1) Pengantar dari RT 2) Pengantar kepala desa 3) Mengisi formulir pembuatan KTP 4) Melampirkan fotocopy KK 5) Bagi pendatang luar kabupaten Paser membawa rekomendasi dari Catatan Sipil 6) Penduduk asli membawa bukti otentik 7) Foto warna 2 lembar ukuran 3X4 CM Syarat syarat tersebut merupakan persyaratan administrasi dalam pengurusan E-KTP, persyaratan ini juga merupakan ketentuan yang ada di dalam lampiran peraturan Bupati Paser Nomor 37 Tahun 2012 tentang standar pelayanan perizinan dan nonperizinan PATEN pada Kecamatan se-kabupaten Paser dan telah disempurnakan melalui pedoman penyelenggaraan pelayanan yang ada di kecamatan Long Ikis. Setelah melengkapi persyaratan yang ada maka pemohon akan memberikan persyaratan kepada petugas kecamatan. Menurut Kasi Pemerintahan kecamatan Long Ikis : Pemohon mencari informasi pada petugas informasi kemudian setelah itu petugas loket menulis register berkas untuk memeriksa kelengkapannya. Kemudian kepala seksi memverifikasi berkas tersebut kemudian berkas dibawa menuju operator komputer untuk dicetak fotonya. Kalau disini alat perekam E-KTP rusak jadi kita sampai keverifikasi berkas, kalau sudah lengkap akan antar ke Grogot untuk mendapatkan pelayanan perekaman E- KTP. Kalau pada saat alatnya masih bagus setelah berkas itu lengkap baru 31

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 1, 2013: 25-36 masuk kepencetak dalam komputer. Tapi kalau sekarang masyarakat yang pergi ke kabupaten, masyarakat membawa berkas, kita verifikasi, beri pengantar terus mereka sendiri yang membuat. (Wawancara, 22 Juni 2016) Dalam pembuatan KTP, dari pihak kecamatan akan memberikan surat pengantar kepada masyarakat yang kemudian akan di teruskan dan di buatkan oleh dinas catatan sipil. Proses perekaman dan pencetakan dilakukan di dinas catatan sipil. KK (Kartu Keluarga) Pelayanan yang selanjutnya adalah pelayanan KK. Kartu Keluarga (KK) adalah kartu identitas keluarga yang memuat tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga serta identitas anggota keluarga. Menurut Camat Long Ikis : Proses penerbitan KK nyaris sama dengan KTP namun untuk KK itu ada ditambah dengan akta nikah, pengantar dari RT, kepala Desa dibarengi akta nikah dan akta kelahiran. (Wawancara, 22 Juni 2016) Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pembuatan KK (kartu keluarga) tidak jauh berbeda dengan persyaratan pembuatan E-KTP. Namun kali ini masyarakat tidak perlu pergi sendiri ke Dinas Catatan Sipil untuk mendapatkan Kartu Keluarga melainkan dari pihak kecamatanlah yang akan menguruskan ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sedangkan masyarakat dipersilahkan menunggu sekitar 1-5 hari kerja. Namun jika masyarakat memiliki keperluan yang sangat mendesak maka masyarakat dipersilahkan untuk pergi sendiri ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk dapat mengurusnya sendiri. Adapun yang menjadi persyaratan dalam membuat Kartu Keluarga (KK) yang harus dilengkapi : 1) Pengantar dari RT 2) Mengisi formulir F1.06 dan F1.03 3) Foto akta nikah/ijazah/akta kelahiran 4) KK lama 5) Pengantar dari kepala Desa/Lurah 6) Melampirkan surat pindah (bagi pindah datang) Berdasarkan SOP dalam kepengurusan KK harus melalui kecamatan kemudian pihak kecamatan akan membuatkan surat pengantar yang kemudiian surat pengantar beserta berkas pemohon tadi akan diserahkan ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk diterbitkan Kartu Keluarga tersebut. Lama pemrosesan Kartu Keluarga (KK) di kecamatan tidak berlangsung terlalu lama, sama seperti pemrosesan KTP, tergantung dari seberapa banyak antrian yang ada pada hari tersebut. Jika tidak banyak antrian maka lama pemrosesan akan berlangsung lebih cepat. 32

Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2010 (Emby) IMB (Izin Mendirikan Bangunan) Salah satu dari program pelayanan PATEN bidang peizinan adalah IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Pelayanan yang dilakukan di kantor Camat Long Ikis mengenai izin IMB yaitu hanya untuk bangunan semi permanen dan permanen yang tidak bertingkat. Untuk bangunan yang bertingkat akan diurus oleh kabupaten. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Camat Long Ikis : Masyarakat membuat permohonan ke Desa kemudian ditentukan peruntukannya untuk apa, ukurannya berapa, bangunannya permanen atau semi permanen, tingkat atau satu lantai. Nah kalau satu lantai cukup di Kecamatan, kalau dua lantai harus ke Kabupaten atas rekomendasi dari kecamatan. (Wawancara, 22 Juni 2016) Seperti hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengurus izin IMB bangunan bertingkat tidak bisa diproses di kecamatan melainkan harus ke kabupaten. Pihak kecamatan hanya melayani pengurusan perizinan IMB tidak bertingkat. Hal tersebut telah menjadi peraturan yang ada di kecamatan Long Ikis. Untuk masyarakat yang hendak mengurus izin mendirikan bangunan ada beberapa persyaratan/prosedur yang harus dilengkapi : Untuk masyarakat yang hendak mengurus izin mendirikan bangunan ada beberapa persyaratan/prosedur yang harus dilengkapi : 1) Mengisi belanko permohonan 2) Foto copy surat tanah dilegalisir 3) Lunas PBB 4) Gambar bangunan 5) Izin tetangga Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser, diketahui untuk pelayanan perizinan yang dilakukan di kantor Camat Long Ikis mengenai izin IMB yaitu hanya untuk bangunan semi permanen dan permanen yang tidak bertingkat. Untuk bangunan yang bertingkat akan diurus oleh kabupaten. Untuk mengurus izin IMB bangunan bertingkat tidak bisa diproses di kecamatan melainkan harus ke kabupaten. Pihak kecamatan hanya melayani pengurusan perizinan IMB tidak bertingkat. Hal tersebut telah menjadi peraturan yang ada di kecamatan Long Ikis. Setelah pelaksanaan pemberkasan dan survei lapangan maka akan adanya retribusi untuk pengurusan izin mendirikan bangunan (IMB) tersebut. Biaya retribusi dihitung berdasarkan tingkat penggunaan jasa retribusi IMB yang diukur berdasarkan pengkajian Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Tingkat Bangunan (KTB), Koefisien Fungsi Bangunan (KFB) dan Besar Harga Bangunan (BHB). Setelah dilakukan perhitungan oleh petugas maka pemohon akan diberikan slip setoran retribusi dan harus dibayarkan melalui petugas loket khusus pembayaran dan akan disetorkan kepada DISPENDA (Dinas Pendapatan Daerah) yang kemudian akan menjadi pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Paser. 33

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 1, 2013: 25-36 SITU (Surat Izin Tempat Usaha) SITU merupakan surat pemberian izin tempat usaha kepada seseorang atau badan usaha yang sengaja dibuat untuk memperoleh izin sebuah usaha disebuah tempat/lokasi usaha agar tidak menimbulkan gangguan atau kerugian pada semua pihak terkait. Adapun Kasi Pemerintahan dan Kependudukan mengungkapkan bahwa : Kalau SITU kurang lebih sama prosesnya dengan IMB. Kita verifikasi berkas dari pemohon tersebut kemudian akan dilakukan pengecekan lapangan kemudian setelah itu akan dilakukan proses pemberkasan. Hanya saja SITU ini tidak ada retribusinya dan sifatnya gratis, namun kalau IMB ada retribusinya. Karena SITU dan IMB memiliki kesamaan yaitu harus adanya pemeriksaan lapangan jadi kira kira paling lambat 1 minggu dan paling cepat 1 hari. Karena jika pada hari itu ada orang yang mengurus SITU dan kita tidak ada kerjaan bisa langsung mengecek lapangan dan selesai pada hari itu juga dan kalau Camat dan Sekcam ada, istilahnya dalam keadaan normatif. (Wawancara, 22 Juni 2016) Seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak Kusaeri (Kasi Pemerintahan) bahwa proses pembuatan SITU kurang lebih menyerupai pembuatan IMB. Adanya proses pengecekan lapangan namun ada hal yang membedakan yaitu jika SITU tidak ada biaya retribusinya sedangkan IMB ada. Butuh kurang lebih 1 minggu lamanya untuk pemrosesan SITU namun jika pemohon datang mengurus pada saat tidak ada antrian maka lama pemrosesan akan lebih singkat. Kemudian kembali lagi jika Camat dan Sekcam berada di kantor atau sedang dinas luar. Sebelum mengurus SITU pemohon harus terlebih dahulu melengkapi persyaratan yang ada agar pemrosesan dapat segera dilakukan oleh petugas. Berikut merupakan persyaratan yang harus dilengkapi oleh pemohon : 1) Permohonan tertulis bermaterai Rp. 6000 kepada Camat (blanko pemohon disediakan) 2) Fotocopy IMB tempat usaha 3) Isian data perusahaan yang dimohonkan izin (blanko isian disediakan) 4) Fotocopy KTP yang masih berlaku 1 lembar 5) Fotocopy nomor pokok wajib ajak pemohon 1 lembar 6) Stop map 2 (dua) lembar dan stop map plastik 2 (dua) lembar 7) Izin tetangga 8) Berita acara pemeriksaan lapangan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser, diketahui untuk pelayanan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) proses pembuatannya kurang lebih menyerupai pembuatan IMB. Ada proses pengecekan lapangan namun ada hal yang membedakan yaitu kalau SITU tidak ada biaya retribusinya sedangkan IMB ada. Sebelum mengurus SITU pemohon harus terlebih dahulu melengkapi persyaratan yang ada agar pemrosesan dapat segera dilakukan oleh petugas. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) ini memiliki lama pemrosesan kurang lebih 3 hari lamanya. Dan memiliki masa berlaku hingga 34

Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2010 (Emby) 5 tahun lamanya. Dan tidak perlu dibawa ke kabupaten untuk membuatnya melainkan cukup di kecamatan saja. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan dari fokus penelitian yaitu Implementasi Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 4 tahun 2010 Tentang Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser dapat disimpulkan beberapa kesimpulan seperti berikut : Implementasi Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang PATEN di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser a. Pelayanan Nonperizinan Prosedur dan persyaratan dalam pelayanan nonperizinan KTP dan KK di kantor kecamatan Long Ikis dapat dikatakan berjalan dengan baik. Dapat dilihat dari prosedur pelayanan KTP dan KK memiliki alur yang sederhana, tidak berbelit - belit dan mudah dipahami oleh masyarakat yang mengurus pelayanan nonperizinan. Hal tersebut dikarenakan prosedur pelayanan di kantor kecamatan Long Ikis kini telah menerapkan program pelayanan satu loket/satu pintu selama kurang lebih 2 tahun hingga sekarang. Sehingga kini masyarakat yang hendak mengurus pelayanan hanya tinggal menyerahkan berkas pada satu loket pelayanan saja dan mengambil berkas yang telah diproses juga pada satu loket tersebut. b. Pelayanan perizinan Secara garis besar prosedur dan persyaratan pelayanan perizinan dalam IMB dan SITU sama halnya dengan pelayanan bidang nonperizinan. Karena baik pelayanan bidang nonperizinan dan perizinan keduanya telah menerapkan program satu pintu/satu loket pelayanan. Sehingga penyerahan dan pengambilan berkas berada pada satu loket saja. Surat izin yang dikeluarkan oleh kecamatan adalah izin IMB tingkat satu dan SITU. Untuk izin IMB tingkat 2 dilakukan oleh Dinas Perizinan yang letaknya di kabupaten dan pihak kecamatan hanya memberikan surat rekomendasi yang selanjutnya masyarakat itu sendirilah yang pergi ke Dinas Perizinan di kabupaten untuk mendapatkan surat izin IMB tingkat 2 tersebut. Faktor yang menghambat dalam implementasi program PATEN di kantor kecamatan Long Ikis kabupaten Paser a. Tidak adanya sosialisasi tentang program PATEN tersebut tehadap masyarakat. b. Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan PATEN di kantor kecamatan Long Ikis masih belum maksimal. Fasilitas seperti komputer, printer, ruangan yang nyaman, pengeras suara, meja dan loket khusus bendahara penerimaan uang masih belum ada. Sehingga pelaksanaan pelayanan menjadi kurang maksimal. 35

ejournal Pemerintahan Integratif, Volume 5, Nomor 1, 2013: 25-36 c. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memiliki surat izin IMB dan SITU. Sehingga mengakibatkan sampai saat ini masih terdapat bangunan dan tempat usaha belum memiliki surat izin IMB dan SITU. Rekomendasi 1. Dalam Adanya bantuan dari pemerintah kabupaten sehingga pemerintah tidak hanya sekedar memberikan program dari pemerintah namun ikut memberi subsidi dan berpartisipasi dalam terlaksananya progrsm PATEN tersebut. 2. Perlu adanya sosialisasi tentang program PATEN tersebut agar dapat diketahui oleh masyarakat. 3. Perlu dilakukan pendataan dari pihak kecamatan kepada masyarakat yang belum memiliki surat izin bangunan dan tempat usaha. Dengan demikian pihak kecamatan akan membantu memberikan pengarahan kepada masyarakat yang belum memiliki surat izin IMB dan SITU. Daftar Pustaka Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Islamy, Irfan. 1999. Kebijakan Publik. Jakarta : penerbit Universitas Terbuka Nugroho, Riant. 2004. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo Siagian, Sondang P, 2001, Kerangka Dasar Ilmu Administrasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara Widjaja, AW, 2002, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Wiriadihardjo, Moeftie. 1991. Pedoman Administrasi Umum. Jakarta: Balai Pustaka Pasolong, Haebani. 2008. Teori Admnistrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Yappika. Peraturan Mentri dalam negeri No 4 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-teori-adalah-definisi.html (diakses 29 Maret 2016) https://emayasila.wordpress.com/2012/10/17/teori-pelayanan/ (diakses 29 Maret 2016) 36