BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN. yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Presiden Republik Indonesia,

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

Sistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998

KLIPPING BANK OLEH : NUR. FRATIWI KELAS : X IPS 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JENIS, PERIZINAN, PENDIRIAN DAN KEPEMILIKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU No. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

RUANG LINGKUP PERBANKAN KOMPUTERISASI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN, MANAJEMEN, 2 SKS

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1992 TENTANG BANK UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank lainnya. Menurut Manurung dan Manurung (2009: 7) mendefinisikan

2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2004

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LIKUIDASI BANK DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pengertian Likuidasi Bank menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Lembaga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 62 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BANK PEMBANGUNAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat.

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

UU 10/1998, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

BAB II BANK SEBAGAI PENYALUR KREDIT. bahwa bank berasal dari bahasa Italia, banca yang berarti bence yaitu suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta, hasil

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Soal Pilihan Ganda Bab Perbankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bank sebagaimana dirumuskan pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 7 Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA. Belanda. Pada masa itu De javasche Bank, NV didirikan di Batavia pada tanggal

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank merupakan salah satu lembaga

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1992/31, TLN 3472]

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG

PENDAHULUAN PENGERTIAN BANK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK, BANK INDONESIA, DAN OTORITAS JASA KEUANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Azas-Azas Perbankan. Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS, SH, MH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 39

BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT. E. Latar Belakang dan Pengertian Prinsip Kehati-Hatian

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

Kata Kunci : Kliring, Operasional dan Perbankan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN F. Pengertian Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang ( kredit ) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya. Di Indonesia bank diatur di dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, yang selanjutnya disebut dengan UUP. Dalam UUP ini dinyatakan bahwa Pengertian Bank adalah: lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan usaha swasta, badan usaha milik negara, bahkan lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan bagi semua sektor perekonomian 9. Tidak jauh berbeda dengan rumusan tersebut, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian bank adalah sebagai berikut: 10. 9 Hermansyah, Op.,Cit, hal 7. 10 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2008, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.

Bank adalah : suatu badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Pengertian bank yang lain, dapat juga ditemui dalam Kamus istilah Hukum Fockema Andreae mengatakan bahwa bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang kepada pihak ketiga. Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga. 11 Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada pihak-pihak yang membutuhkan dalam bentuk kredit dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 12 G. Dasar Hukum Perbankan Hukum Perbankan Indonesia merupakan hukum yang mengatur masalah perbankan yang berlaku sekarang di Indonesia. Dengan demikian berarti akan membicarakan aturan-aturan perbankan yang masih berlaku sampai saat ini. Menyangkut sumber hukum mengenai bidang Perbankan Indonesia, maksudnya menyangkut sumber hukum materil maupun sumber hukum formil. Sumber 11 Hermansyah, Op.,Cit, hal 8. 12 Ibid, hal 8.

hukum dalam arti materil adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu sendiri 13. Sedangkan sumber hukum formil itu tidak hanya terbatas pada sumber hukum tertulis, dimungkinkan adanya sumber hukum yang tidak tertulis. Sumber hukum formil di Indonesia, selalu menempatkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber utama. Sumber hukum formil mengenai bidang perbankan tersebut antara lain : 14 1. Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 33) 2. Ketetapan Majelis Permusyarakatan Rakyat 3. Undang-Undang Pokok di bidang perbankan dan Undang-Undang pendukung sektor ekonomi dan sektor lainnya yang terkait seperti : a. Peraturan pokok yaitu Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang- Undang No.7 Tahun 1992. b. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan. c. Undang-Undang No. 24 Tahun 1999 Tentang Lalu lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. d. Peraturan pendukung yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab-Undang-Undang Hukum Dagang serta Undang-Undang lain yang berkaitan dan banyak hubungannya dengan kegiatan perbankan, misalnya ; 13 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, hal 6-8. 14 Ibid, hal 9.

1) Undang-Undang yang mengatur badan usaha seperti Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah, Undang-Undang No. 1 Tahun 1969 Tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara, Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian yang diubah menjadi Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian, Undang- Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang diubah menjadi Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. 4. Peraturan Pemerintah Peraturan pelaksana dari Undang-Undang Perbankan seperti : 1) Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 1998 Tentang Program Rekapitulasi Bank Umum. 2) Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1999 Tentang Badan Penyehatan Perbankan Nasional 3) Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1999 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Perwakilan dari Kantor Cabang yang berkedudukan di Luar Negeri. 4) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha Pembubaran dan Likuidasi Bank. 5) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank.

6) Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1999 Tentang Pembelian Saham Bank Umum. 7) Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1999 Tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1992 Tentang Bank Umum sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1998, Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1992 Tentang Perkreditan Rakyat dan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 Tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. 8) Peraturan Pemerintah lainnya. 5. Keputusan Presiden (Keppres) dan Instruksi Presiden a. Keputusan Presiden No. 5 Tahun 1984 Tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia. b. Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1998 Tentang Jaminan terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum. H. Asas, Fungsi dan Tujuan Bank 1. Asas-Asas Perbankan Norma hukum tidak lahir dengan sendirinya, pembuatan suatu norma hukum selalu dilatar belakangi oleh dasar-dasar filosofi tertentu. Itulah yang dinamakan dengan asas hukum. Semakin tinggi tingkatannya, asas hukum itu

semakin abstrak dan sifatnya umum serta memiliki jangkauan kerja yang lebih luas guna menaungi norma hukumnya. 15 Rachmadi Usman dalam bukunya Aspek Hukum Perbankan di Indonesia menyebutkan bahwa asas-asas hukum perbankan Indonesia terdiri dari asas-asas berikut ini: 16 a. Asas Demokrasi Ekonomi Asas demokrasi ekonomi ditegaskan dalam Pasal 2 UUP, bahwa dalam melakukan usahanya bank berasaskan pada demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip-prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi yang dijalankan perbankan Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Perekonomian disusun atas usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. 2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 3) Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. 4) Sumber kekayaan dan keuangan negara dipergunakan dengan permufakatan lembaga perwakilan rakyat, dan pengawasan terhadap kebijakan ada pada lembaga perwakilan rakyat pula. 5) Perekonomian daerah dikembangkan secara serasi dan seimbang antar daerah dalam satu kesatuan perekonomian nasional dengan 15 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal 13. 16 Ibid, hal 13.

mendayagunakan potensi dan peran serta daerah secara optimal dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara dan ketahanan nasional. 6) Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 7) Hak milik perseorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat. 8) Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga dikembangkan sepenuhnya dalam batas yang tidak merugikan kepentingan umum. Pada demokrasi ekonomi yang berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Pancasila, para pelaku kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya lembaga perbankan dilarang melakukan kegiatan yang bertentangan dengan demokrasi ekonomi Indonesia, kegiatan-kegiatan itu yang dilarang diantaranya adalah: 17 a) Penerapan sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktur ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia. b) Penerapan sistem etatisme, adalah sistem di mana negara dan aparaturnya bersifat dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unitunit ekonomi di luar sektor negara. 17 Ibid, hal 15.

c) Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial. b. Asas Kepercayaan Asas kepercayaan adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dan nasabahnya. Bank pada dasarnya bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan di bank atas dasar kepercayaan dari nasabah terhadap pihak bank. Kemauan masyarakat untuk menyimpan sebagian uangnya di bank, semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperoleh kembali oleh nasabah pada waktu yang diinginkan atau sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan dengan disertai imbalan berupa bunga. Hilangnya kepercayaan nasabah terhadap bank dapat menimbulkan ketidak percayaan nasabah lagi dalam menyimpan uang nya di bank. c. Asas Kerahasiaan Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Kerahasiaan ini adalah untuk kepentingan bank sendiri karena bank memerlukan kepercayaan masyarakat yang menyimpan dananya di bank. Masyarakat hanya akan mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila bank menjamin bahwa tidak akan ada penyalahgunaan pengetahuan bank tentang nasabah dan simpanannya.

d. Asas Kehati-hatian Asas kehati-hatian adalah asas yang mensyaratkan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehatihatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya. 18 2. Fungsi Perbankan Pasal 3 UUP dinyatakan di dalamnya bahwa, Fungsi utama Perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, dari ketentuan ini tampak bahwa fungsi utama bank adalah sebagai lembaga inter mediasi antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of fund). 3. Tujuan Perbankan Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata berorientasi ekonomi, tetapi juga berorientasi kepada hal yang non ekonomi seperti masalah menyangkut stabilitas nasional yang mencakup antara lain stabilitas politik dan stabilitas sosial. 19 Mengenai tujuan Perbankan diatur dalam Pasal 4 UUP dinyatakan Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. 18 Zulfi Diane Zaini, Indepedensi Bank Indonesia dan Penyelesaian Bank Bermasalah, Bandung : Keni Media, 2012, hal 56. 19 Hermansyah, Op.,Cit, hal 20.

I. Jenis Bank dan Kegiatan Usaha Bank 1. Jenis bank Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam UUP. Tetapi di antara UUP yang lama dengan UUP yang baru terdapat beberapa perbedaan pengaturan jenis bank. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi bank, serta kepemilikan bank. Dalam UUP 1967, jenis bank dapat dibedakan dari segi fungsi dan segi pemilikannya. Jenis bank berdasarkan fungsinya terdiri dari 4 macam jenis bank, yaitu : 20 a. Bank Sentral Bank Sentral adalah Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar 1945. b. Bank Umum Bank Umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya memberikan kredit jangka panjang. c. Bank Pembangunan Bank Pembangunan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan jangka panjang dibidang pembangunan. 20 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Raja Grafindo, 2011, hal 35.

d. Bank Tabungan Bank Tabungan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam surat berharga. Dilihat dari segi pemilikannya terdapat 5 ( lima ) jenis bank, yaitu : 21 a) Bank Milik Pemerintah, dimana baik akte pendirian maupun modalnya dari pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula, seperti : (1) Bank Negara Indonesia 46 ( BNI ) (2) Bank Rakyat Indonesia ( BRI ) (3) Bank Tabungan Rakyat ( BTN ) Sedangkan bank milik Pemerintah Daerah ( Pemda ) terdapat didaerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi, seperti : (1) BPD DKI Jakarta (2) BPD Jawa Barat (3) BPD Jawa Tengah (4) BPD Jawa Timur (5) BPD Sumatera Utara (6) BPD Sumatera Selatan (7) BPD Sulewesi Selatan (8) BPD Lainnya. 21 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Jakarta : Djambatan, 1996, hal 1.

b) Bank Milik Swasta Nasional, dimana bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungan swasta pula, seperti : 1) Bank Muamalat 2) Bank Central Asia 3) Bank Bumi Putera 4) Bank Danamon 5) Bank CIMB Niaga 6) Bank Internasional Indonesia ( BII ) c) Bank Milik Koperasi, dimana kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi, seperti : Bank Umum Koperasi Indonesia d) Bank Milik Asing, dimana cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri, seperti : 1) Bank of America 2) Bank of Tokyo 3) Bangkok Bank 4) City Bank e) Bank Milik Campuran, kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia, seperti : 1) Bank Danamon

2) Bank CIMB Niaga 3) Bank HSBC Namun dalam UUP 1992 tampaknya jenis bank hanya dilihat dari segi fungsinya saja. Hal ini diatur dalam Pasal 5 butir ( 1 ) yang terdiri dari : a) Bank Umum, yaitu bank dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b) Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan bentuk lainnya, yang dipersamakan dengan itu. Sedangkan dalam UUP 1998, kelembagaan bank ditata dalam struktur yang lebih sederhana menjadi 2 jenis. Perbedaan jenis bank ini ditegaskan dalam Pasal 5 UUP yang menurut jenisnya, bank terdiri dari : 22 a) Bank Umum Bank Umum adalah bank pencipta uang giral. Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Kegiatan tertentu itu antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah atau pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan pembangunan perumahan. Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 22 Hermansyah, Op.,Cit, hal 3.

b) Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dengan sendirinya Bank Perkreditan Rakyat bukan bank pencipta giral, sebab Bank Perkreditan Rakyat tidak ikut memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Kegiatan Usaha Bank Sebagai lembaga yang berorientasi bisnis, bank juga melakukan berbagai kegiatan, sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan perbankan yang paling pokok adalah membeli uang dengan cara menghimpun dana dari masyarakat luas. 23 Kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pemberian pinjaman atau kredit. Menurut ketentuan Pasal 6 UUP, kegiatan usaha Bank Umum yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; b. Memberikan kredit; c. Menerbitkan surat pengakuan hutang; 23 Kasmir, Op.,Cit, hal 42.

d. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya: 1) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama dari pada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud; 2) Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud; 3) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah; 4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI); 5) Obligasi; 6) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; 7) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; 8) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah; 9) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya; 10) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga; Bank Umum dilarang melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 UUP, yaitu :

a. Melakukan penyertaan modal kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dan huruf c ; b. Melakukan usaha perasuransian ; c. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha. Adapun kegiatan usaha yang dapat dilakukan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), sebagaimana diatur dalam Pasal 13 UUP antara lain : a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; b) Memberikan kredit; c) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), seperti deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada Bank lain. Bank Perkreditan Rakyat dilarang melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 UUP, yaitu : a. menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran ; b. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing ; c. melakukan penyertaan modal ; d. melakukan usaha perasuransian ; e. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

J. Pembinaan dan Pengawasan Bank Kegiatan perbankan yang dilakukan sehari-hari, baik oleh bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat tidak terlepas dari berbagai kesalahan. Kesalahan dapat terjadi karena sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu, agar dunia perbankan dapat berjalan dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap segala aktivitas yang dilakukan oleh dunia perbankan. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap dunia perbankan di Indonesia dilakukan oleh Bank Indonesia. 24 Mengenai Pembinaan dan pengawasan Bank diatur dalam Pasal 29 s/d 37 UUP. Di dalam Pasal 29 butir ( 1 ) yang dimaksud Pembinaan adalah upaya yang dilakukan dengan cara menetapkan peraturan yang menyangkut aspek : 1. Kelembagaan; 2. Kepemilikan; 3. Kepengurusan; 4. Kegiatan usaha; 5. Pelaporan; 6. Aspek lain mengenai kegiatan operasional bank. Pelaksanaan pengawasan meliputi pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan, pengawasan tidak langsung dalam bentuk pengawasan melalui penelitian, analisis dan evaluasi laporan bank. 67. 24 Wijanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Inonesia, Jakarta : Grafiti, 1997, hal

Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan Bank Indonesia dengan menetapkan kesehatan bank yang meliputi aspek kecukupan modal, kualitas aset, kesulitan manajemen, likuiditas, yaitu kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar hutang, rentabilitas, yaitu untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Serta solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh hutang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Kemudian pihak perbankan wajib memelihara kesehatan bank tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku, wajib menyampaikan semua informasi yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia dan wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi, yang dilakukan nasabah melalui bank. 25 Demikian pula Bank Indonesia berhak untuk memeriksa semua catatan dan berkas-berkas yang ada baik secara berkala maupun setiap waktu jika diperlukan. Perbankan wajib pula menyampaikan kepada Bank Indonesia tentang laporan keuangannya, baik berupa neraca, laporan laba rugi tahunan ataupun laporan perubahan modal dalam waktu dan bentuk yang telah ditetapkan. Laporan keuangan yang disampaikan ini hendaknya telah diaudit oleh akuntan publik. 25 Kasmir, Op., Cit, hal 58.

Apabila menurut penilaian Bank Indonesia suatu bank mengalami kesulitan dan membahayakan kelangsungan hidupnya, maka Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar : 26 1. Pemegang saham menambah modal 2. Pemegang saham mengganti dewan komisaris atau direksi bank 3. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya. 4. Melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain. 5. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kegiatan. 6. Bank menyerahkan pengelolahan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain. 7. Bank menjual sebagian atau seluruhnya harta atau kewajiban kepada bank atau pihak lain. Kemudian apabila tindakan diatas tidak mampu untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank dan menurut penilaian Bank Indonesia dapat membahayakan sistem perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha dan memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) guna membubarkan badan hukum dan membentuk tim likuidasi. Oleh karena itu, pembinaan perbankan perlu terus dijalankan agar pihak perbankan selalu mematuhi rambu-rambu yang telah ditetapkan. Pembinaan ini juga ditujukan untuk kepentingan kemajuan bank itu sendiri agar jangan 26 Abdulkadir Muhammad, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2004, hal 92.

menderita kerugian. Pembinaan yang dijalankan juga agar tetap konsisten sehingga dalam pelaksanaan dilapangan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tetapi pada akhir November 2008 Perbankan Nasional kembali diguncang kasus Bank Century karena diannggap berpotensi memicu krisis global, menyusul kalah kliring yang dihadapinya. Krisis yang dihadapi Bank Century disebabkan karena permasalahan internal bank tersebut dan lemahnya pengawasan Bank Indonesia. Permasalahan internal tersebut karena adanya penipuan yang dilakukan oleh pihak manajemen bank terhadap nasabah menyangkut : 27 1. Peneyelewangan dana nasabah hingga Rp.2,8 Triliun ( nasabah Bank Century sebesar Rp.1,4 Triliun dan nasabah Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia sebesar Rp. 1,4 Triliun). 2. Penjualan reksa dana fiktif produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia. Dimana produk tersebut tidak memiliki izin BI dan Bappepam. Kedua permasalahan tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi nasabah Bank Century. Dimana mereka tidak dapat melakukan trasnsaksi perbankan dan uang mereka pun untuk sementara tidak dapat dicairkan. Dalam upaya penyelamatan kasus Bank Century ini telah diputuskan pemerintah tahun lalu bersama Bank Indonesia. Biaya penyelamatan Bank Century hanya sekitar Rp. 1,3 Triliun yang disetujui oleh DPR, belakangan ketahuan uang dari kantong negara harus dikuras Rp.6,7 Triliun. Namun pemerintah dan Bank Indonesia menyatakan dalam proses penyembuhan bank ini, 27 http://darmawanachmad.wordpress.com/2010/02/27/pembinaan-dan-pengawasanperbankan.

pemerintah harus menyuntikkan dana untuk memenuhi syarat kesehatan bank. Akhirnya biaya penyelamatan membengkak berlipat-lipat dari yang disetujui DPR. Jelas bahwa masalah kasus Bank Century disebabkan lemahnya Bank Indonesia mengawasi pengoperasian Perbankan Nasional, sehingga merugikan keuangan Negara. Bank Indonesia dinilai lalai dalam pengawasan, sehingga Direksi dan pemilik Bank Century sejak Tahun 2005 leluasa melarikan dana milik nasabah ke luar negeri melalui penerbitan Obligasi fiktif. Kemudian DPR merasa dilangkahi pemerintah, karena pemerintah dan DPR hanya bersepakat mengeluarkan dana sebesar 1,3 Triliun, nyatanya Rp. 6,7 Triliun. Pengambil alihan Bank Century oleh pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan tidak memiliki konsep yang jelas dan akan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Dana yang dikeluarkan Lembaga Penjamin Simpanan dalam upaya penyehatan Century yang mencapai Rp. 6,7 Triliun, kemungkinan dana tersebut tidak akan bisa kembali pada nasabah. Dengan melihat sistem pengawasan perbankan pada Bank Indonesia seharusnya dijalankan dengan akuntabilitas, transparan, responbilitas, sehingga kasus Bank Century tidak akan terjadi, untuk kedepannya diharapkan kepada Bank Indonesia harus benar-benar berperan sebagai lembaga independen sebagaimana diiamanatkan Undang-Undang, dan tidak terpangaruh pada tekanan politik, pengawasan Bank Indonesia benar benar diperlukan demi terciptanya dunia perbankan yang sehat 28. 28 http://erwan29680.wordpress.com/2009/12/06/fungsi-pengawasan-bank-indonesia.