PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL, 9 SEPTEMBER 2008

dokumen-dokumen yang mirip
PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL 18 JULI 2006

Selasa, 7 Pebruari 2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rabu, 24 September 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN

Assalamu'alaikum Wr. Wb; Salam Sejahtera bagi kita semua; Yth. Saudara Pimpinan Rapat Para Anggota Dewan, dan hadirin yang kami hormati;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Disampaikan oleh : ANTARINI MALIK Nomor Anggota : A-424

berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 memerlukan waktu yang cukup

Pimpinan, Anggota Dewan, dan hadirin yang kami hormati,

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RAKYAT REPUBLIK INDONESI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP RANCANGAN UNDANG - UNDANG

Assalamu alaikum Wr. Wb Selamat Malam dan Salam sejahtera bagi kita semua

Nomor Anggota : A-356 Assalamualaikum Wr. Wb., Salam Sejahtera bagi kita semua, Om Swastiastu MERDEKA!!!

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PANDANGAN PRESIDEN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI RANCAN RANCANGAN

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

Bismillahirrahmanirrahim PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DPR RI Tentang RANCANGAN UNDANG-UNDANG OMBUDSMAN RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL

BAHAN RAPAT KERJA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI RI, MENTERI DALAM NEGERI RI DAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI DENGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Salam sejahtera bagi kita semua.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis (Lemba

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAPAT AKHIR PRESIDEN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TABUNGAN PERUMAHAN RAKYAT. Tanggal 23 Februari2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua.

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA

PROVINSI BALI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN UNDANG UNDANG RANCANGAN UNDANG UNDANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI RANCANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENGADAAN BARANG DAN JASA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Keterangan Pers Bersama, Presiden RI dan Ketua DPR RI, Pertemuan Konsul.., Jakarta, 22 Februari 2016 Senin, 22 Pebruari 2016

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH

Assalamu'alaikum Wr.Wb Salam Sejahtera

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Makassar

LAPORAN SINGKAT TIMUS/TIMSIN RUU TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KOMISI II DPR RI

Transkripsi:

LAPORAN KOMISI III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/ PENGAMBILAN KEPUTUSAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL, 9 SEPTEMBER 2008

LAPORAN KOMISI III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II / PENGAMBILAN KEPUTUSAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT PARIPURNA Selasa, 9 September 2008 Assalamu'alaikum Wr.Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang terhormat Saudara Pimpinan Rapat Paripurna; Yang terhormat para Anggota DPR RI; Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM selaku Wakil Pemerintah; dan hadirin yang kami muliakan. Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas perkenan-nya kita dapat menghadiri Rapat Paripurna dalam keadaan sehat wal'afiat, guna Pengambilan Keputusan/Pembicaraan Tingkat II terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Ombudsman Republik Indonesia. Pimpinan dan Peserta Rapat yang kami hormati, Rancangan Undang-Undang tentang Ombudsman Republik Indonesia merupakan Rancangan undang-undang yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang selanjutnya diajukan melalui Ketua DPR RI kepada Presiden dengan nomor surat RU.02/4427/DPR RI/2005 pada tanggal 30 Juni 2005, untuk dibicarakan dengan Presiden dalam sidang DPR RI guna mendapatkan persetujuan bersama.

Selanjutnya, melalui Surat Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor R.64/Pres/8/2005 tanggal 25 Agustus 2005, Pemerintah telah menunjuk dan menugaskan Menteri Hukum dan HAM sebagai wakil Pemerintah bersama DPR-RI guna membahas Rancangan Undang-undang tersebut. Berdasarkan hasil keputusan Rapat Badan Musyawarah, telah diputuskan dan menugaskan kepada Komisi III DPR-RI untuk melakukan pembahasan terhadap RUU Ombudsman Republik Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa keberadaan Komisi Ombudsman Nasional di Indonesia dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 tahun 2000. Dibentuknya Komisi Ombudsman Nasional adalah guna membantu dalam pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme serta meningkatkan perlindungan hakhak masyarakat agar memperoleh pelayanan umum, keadilan dan kesejahteraan secara lebih baik. Pengawasan pelayanan yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan merupakan unsur penting dalam upaya menciptakan pemerintahan yang baik, bersih, dan efisien serta sekaligus merupakan implementasi prinsip demokrasi yang perlu ditumbuhkembangkan dan diaplikasikan guna mencegah dan menghapuskan penyalahgunaan wewenang oleh aparatur penyelenggara negara dan pemerintahan. Penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik hanya dapat tercapai dengan peningkatan mutu aparatur penyelenggara negara dan pemerintahan serta penegakan asas-asas pemerintahan umum yang baik. Untuk penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan upaya meningkatkan pelayanan publik serta penegakkan hukum diperlukan keberadaan lembaga pengawas eksternal yang secara efektif mampu mengontrol tugas penyelenggara negara dan pemerintahan. Terkait dengan hal tersebut diatas maka masyarakat memiliki peranan dalam proses membangun penegakan hukum untuk memperoleh keadilan, karena mereka adalah bagian, dan juga sasaran, dari keadilan itu sendiri. Masyarakat adalah komponen yang semestinya merasakan keadilan, dan bukan sebaliknya, menjadi obyek serta korban ketidakadilan. Masyarakat memiliki hak untuk melakukan pengawasan karena penyelenggaraan pemerintahan dan penyelenggaraan negara pada hakikatnya didasarkan atas mandate yang diberikan rakyat melalui pemilihan umum. Pengawasan oleh Ombudsman adalah pengawasan riil, yaitu pengawasan untuk memperoleh pelayanan sebaik-baiknya dari aparatur Pemerintah.

Untuk lebih mengoptimalkan fungsi, tugas, dan wewenang Komisi Ombudsman Nasional, perlu dibentuk undang-undang tentang Ombudsman Republik Indonesia sebagai landasan hukum yang lebih jelas dan kuat. Hal ini sesuai pula dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang salah satunya memerintahkan dibentuknya ombudsman dengan undang-undang. Akhirnya kita sepakat, dalam rangka memperkokoh keberadaan Komisi Ombudsman Nasional sebagai lembaga pengawas eksternal atas penyelenggaraan negara, maka perlu dibentuk Undang-Undang. Menyadari hal itu Komisi III DPR-RI segera melakukan kegiatan pengkajian dan penelitian serta mengadakan rapat-rapat guna membahas dan merumuskan dengan hati-hati terhadap setiap permasalahan yang terdapat dalam Rancangan Undangundang tersebut. Secara kronologis jalannya rapat dan beberapa masalah yang berkembang, dapat kami laporkan sebagai berikut : 1. Pembahasan DIM RUU tentang Ombudsman RI mulai dilaksanakan tanggal 28 Pebruari 2007 Masa Sidang 2006-2007, yang kemudian dilanjutkan kembali pada masa-masa sidang berikutnya. 2. Sebelum melakukan pembahasan lebih lanjut, pada tanggal 7 Pebruari 2007, PANJA terlebih dahulu mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum dengan para pakar yaitu Prof.Dr.Romly Atmasasmita, Prof.Dr.Miftah Toha, H.Zain Badjeber, Roy V Solomo, Ketua Lembaga Ombudsman Daerah Yogyakarta dengan agenda penyampaian beberapa saran, pendapat dan masukan dalam rangka persiapan pembahasan RUU tentang Ombudsman R 3. Pembahasan RUU tentang Ombudsman dilakukan oleh Panitia Kerja sebanyak 13 (tiga belas) kali rapat dan oleh Tim Perumus dilakukan rapat-rapat sebanyak 6 (enam) kali rapat. Pembahasan Rapat Panja maupun Rapat Tim Perumus dilaksanakan secara konsinyiring, dimana pembahasannya dilakukan dari pagi hingga malam hari. 4. Selanjutnya kami sampaikan beberapa materi dari RUU tentang Ombudsman yang bersifat substansi, diantaranya sebagal berikut: 1. Dalam rancangan undang-undang ini mengatur mengenai Fungsi, Tugas dan Wewenang dari Ombudsman. Salah satu kewenangan yang sangat

penting dari Ombudsman adalah menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak. 2. Terhadap tugas dan wewenang yang ada pada Ombudsman, Panja menyetujui memberikan dukungan penuh kepada Ombudsman dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenangnya, sehingga Ombudsman tidak dapat ditangkap, ditahan, diinterogasi, dituntut, atau digugat di muka pengadilan. Namun ketentuan ini tidak berlaku apabila Ombudsman melakukan pelanggaran hukum. 3. Terkait dengan susunan dari keanggotaan Ombudsman, telah disetujui bahwa komposisi anggota Ombudsman terdiri atas 1 (satu) orang ketua merangkap anggota, 1 (satu) orang wakil ketua merangkap anggota dan 7 (tujuh) orang anggota. Sedangkan lamanya masa jabatan untuk Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan. 4. Dalam hal pemeriksaan laporan dari setiap warga negara Indonesia atau penduduk yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam ketentuan RUU ini, Ombudsman wajib berpedoman pada prinsip independen, non-diskriminasi, tidak memihak, dan tidak memungut biaya. Selain ketentuan hal tersebut diatas, dalam melakukan pemeriksaan, Ombudsman wajib menjaga kerahasiaan, kecuali demi kepentingan umum. Kepentingan umum dalam hal ini adalah kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas. Kewajiban menjaga kerahasiaan tersebut tidak gugur, walaupun Ombudsman berhenti atau diberhentikan dari jabatannya. 5. Selain kewenangan melakukan pemeriksaan laporan, Ombudsman juga dapat melakukan pemeriksaan lapangan. Dalam melaksanakan pemeriksaan lapangan, Ombudsman dapat melakukan pemeriksaan ke objek pelayanan publik tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pejabat atau instansi yang dilaporkan, dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban, dan kesusilaan. 6. Terkait dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Ombudsman, Ombudsman dapat menolak suatu laporan. Ombudsman menolak suatu Laporan, satu diantaranya apabila substansi yang dilaporkan telah diselesaikan dengan cara mediasi dan konsiliasi oleh Ombudsman berdasarkan kesepakatan para pihak.

Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penyampaian laporan yang dilakukan oleh orang yang sama mengenai persoalan yang sama yang telah diselesaikan oleh Ombudsman antara lain dengan cara mediasi dan konsiliasi. 7. Dalam hal Ombudsman menerima Laporan dan memberikan Rekomendasi apabila ditemukan Maladministrasi, Terlapor dan atasan Terlapor yang tidak melaksanakan Rekomendasi tersebut atau hanya melaksanakan sebagian Rekomendasi dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh Ombudsman, Ombudsman dapat mempublikasikan atasan Terlapor yang tidak melaksanakan Rekomendasi dan menyampaikan laporan tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden. Terhadap Terlapor dan atasan Terlapor yang melanggar, dikenai sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. Terhadap suatu Laporan atau informasi yang mengandung atau dapat menimbulkan konflik kepentingan dari Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Ombudsman, dalam pembahasan telah disepakati bahwa, terhadap mereka dilarang turut serta untuk memeriksa suatu Laporan atau informasi yang mengandung atau dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan dirinya. 9. Keberadaan Komisi Ombudsman Nasional yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional dinyatakan sebagai Ombudsman menurut Undang-Undang ini. Terhadap susunan dan keanggotaan Komisi Ombudsman Nasional yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tetap menjalankan fungsi, tugas, dan wewenangnya berdasarkan Undang-Undang ini sampai ditetapkannya keanggotaan Ombudsman yang baru. 10. Terhadap penggunaan nama " Ombudsman ", pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, nama "Ombudsman" yang telah digunakan sebagai nama oleh institusi, lembaga, badan hukum, terbitan atau lainnya yang bukan merupakan lembaga Ombudsman yang melaksanakan fungsi dan tugas berdasarkan Undang-Undang ini, harus diganti dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak mulai berlakunya Undang-Undang ini. Terhadap Institusi, lembaga, badan hukum, terbitan atau lainnya yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana tersebut diatas dianggap menggunakan nama "Ombudsman" secara tidak sah. 11. Pada tanggal 1 September 2008, Komisi III DPR RI melakukan Rapat Kerja dengan Menteri Hukum dan HAM dalam rangka Pembicaraan Tingkat I. Melalui kesepakatan dari fraksi-fraksi, Komisi III DPR-RI menyetujui draft RUU tentang Ombudsman Republik Indonesia untuk dilanjutkan ke

Pembicaraan Tingkat II pengambilan keputusan guna disahkan menjadi Undang-Undang pada Rapat Paripurna DPR-RI hari ini, Selasa 9 September 2008. Yth. Saudara Pimpinan Dewan; Yth. Saudara Bapak/lbu Anggota Dewan; Yth. Saudara Menteri Hukum dan HAM yang mewakili Pemerintah beserta jajarannya; dan Hadirin yang kami hormati. Pada kesempatan ini perkenankanlah kami untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Saudara Menteri Hukum dan HAM, Dirjen Perundang-Undangan beserta seluruh jajarannya, yang bersama-sama anggota Komisi III telah melakukan pembahasan Rancangan Undang-undang ini secara tekun dan cermat. Kami sampaikan ucapan terima kasih pula kepada semua pihak, yang telah banyak membantu kelancaran dalam pembahasan Rancangan Undang-undang ini. Termasuk juga terhadap lembaga swadaya masyarakat maupun media massa, baik cetak maupun elektronik yang secara langsung maupun tidak langsung mengamati dan mendukung pembahasan RUU dimaksud. Demikianlah Laporan Komisi III DPR-RI mengenai pembahasan dan perumusan terhadap RUU tentang Ombudsman Republik Indonesia dan apabila ada kekurangan dan kesalahan baik dalam proses pembahasan RUU maupun dalam penyampaian laporan ini, dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan maaf. Selanjutnya perkenankanlah kami untuk menyerahkan RUU dimaksud kepada Sidang Paripurna hari ini guna diambil keputusan. Terima kasih Wassalamu'alaikum Wr.Wb.