BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang memegang peranan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

2015 PENGARUH FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi berkembang semakin pesat. Manusia dituntut dengan segala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

2014 IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI PADA PEMBELAJARAN MENGHIAS KAIN DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa. Serta membantu perkembangan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA. Karakteristik Wirausaha. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 02Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Magister Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini, menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. estafet perjuangan untuk mengisi pembangunan. Hal ini sesuai dengan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk itu diperlukan keterampilan tinggi yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh, mempelajari, dan mengolah informasi yang diperlukan. Sumberdaya manusia dengan karakteristik seperti itu bisa hadir melalui upaya pendidikan. Pendidikan disebut bermutu dari segi proses sangat dipengaruhi tingkat kualitas proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif, sehingga peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, karena ditunjang oleh sumber daya manusia, dana, sarana, dan prasarana yang telah disediakan sesuai dengan kebutuhan belajar mengajar. Logikanya proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan produk yang berkualitas pula. Sistem pendidikan nasional dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2 Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia pendidikan, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin sempit. Jumlah persentase pencari kerja pada tingkat pendidikan tinggi baik lulusan PTN maupun PTS semakin meningkat, pengangguran terbuka dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Di Indonesia dunia industri belum mampu menciptakan pekerjaan secara luas. Akibatnya, kita membiarkan para tamatan SD sampai universitas tercekam oleh pola pikir bagaimana mencari pekerjaan, dan bukan bagaimana menciptakan pekerjaaan (Sumahamidjaja, 2003 : 71). Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih sukses. Motivasi wirausaha bisa datang dari orang lain, baik di tempat kerja maupun di rumah, atau bisa juga dari tempat belajar bahasa, teman facebook, jasa periklanan, dan lain-lain. Motivasi yang datangnya dari diri sendiri hasilnya akan lebih dahsyat, bahkan bisa menjadi seorang wirausahawan yang luar biasa. Slameto (2003:174) mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran dan jenis pembelajaran apapun, motivasi mahasiswa sangat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

3 kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Pelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreativitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. Model Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model kooperatif yang sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalarn membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa-siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini rnelalui penggunaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivistik. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi

4 belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu yaitu hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan di luar individu. Proses belajar yang telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak berilmu menjadi berilmu, dan sebagainya. Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui motivasi dan kesiapan mahasiswa untuk berwirausaha setelah mengikuti pembelajaran Manajemen Usaha Boga (selanjutnya disebut MUB) dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang dikemas dalam judul: Kontribusi Hasil Belajar Manajemen Usaha Boga dengan Pendekatan Cooperative Learning dan Motivasi Berwirausaha Terhadap Kesiapan Berwirausaha pada Mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung.

5 B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan uraian di atas yang dikembangkan dalam bentuk pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat kontribusi signifikan antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung? 2. Apakah terdapat kontribusi signifikan antara motivasi berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung? 3. Apakah terdapat kontribusi signifikan antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning dan motivasi berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung? C. Tujuan Penelitian Secara spesifik tujuan penelitian yang didasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah adalah untuk: a. Mengetahui kontribusi antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung b. Mengetahui kontribusi antara motivasi berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung

6 c. Mengetahui kontribusi antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning dan motivasi berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang berarti bagi pihak yang berperan dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan bidang boga, diantaranya: 1. Manfaat Teoritik Hasil kajian ini diharapkan dapat menambah khasanah teori di bidang pengembangan pembelajaran, khususnya pendekatan cooperative learning dalam pembelajaran praktek MUB untuk menambah kesiapan mahasiswa dalam berwirausaha. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dosen mata kuliah MUB 1) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman dalam proses belajar dan mengajar MUB dengan memperkaya pendekatan pembelajaran yang lebih bervariasi. 2) Pemanfaatan pendekatan cooperative learning dalam mata kuliah MUB diharapkan akan menjadi pendekatan yang efektif dalam meningkatkan motivasi berwirausaha dan kemandirian, sehingga mereka akan siap berwirausaha. b. Bagi Mahasiswa

7 Apabila pendekatan pembelajaran ini diikuti dengan sungguh-sungguh, diharapkan akan meningkatkan motivasi untuk berwirausaha dan siap melaksanakan usaha di bidang boga. c. Program Studi Tata Boga Penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi pembelajaran yang sudah berjalan selama ini, khususnya cooperative learning yang berkaitan dengan MUB. d. Bagi Akademi Tata Boga Bandung sebagai Lembaga Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi strategi dan informasi yang mendukung dalam melakukan perbaikan mutu lulusan yang siap membuka usaha, khususnya dalam bidang boga. E. Definisi Operasional Beberapa definisi operasional yang terkait dengan penelitian penulis dijelaskan di bawah ini agar tidak terjadi perbedaan penafsiran terhadap istilahistilah yang digunakan. a. Manajemen Usaha Boga (MUB), adalah salah satu mata kuliah yang berisi bahan ajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian mahasiswa sebagai bekal untuk bekerja atau berwirausaha di bidang jasa boga. MUB adalah pengaturan suatu kegiatan penyelenggaraan di bidang makanan dalam jumlah yang lebih besar daripada penyelenggaraan makanan untuk keluarga atau minimal 25 orang secara komersial MUB bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi dengan melakukan usaha di bidang penyelenggaraan makanan dengan berdasarkan pada etika berbisnis.

8 b. Cooperative Learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Model kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung, disamping dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. c. Motivasi berwirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan dorongan yang terdapat dalam diri mahasiswa untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang mengarah kepada sosok seorang wirausaha sejati dalam memenuhi kebutuhannya. Pencapaian suatu tindakan, yaitu berwirausaha yang efektif dan efesien diperlukan adanya kesiapan dalam diri individu baik kesiapan fisik maupun kesiapan mental. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi pada diri mahasiswa, sehingga akan berhubungan dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan emosi, kemudian bertindak atau melakukan usaha di bidang boga. d. Kesiapan berwirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini adanya kemandirian mahasiswa untuk merancang kewirausahaan dan menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi sebagai dasar kesiapan berwirausaha. Kesiapan (readiness) adalah suatu titik kematangan untuk dapat menerima dan memperhatikan tingkah laku seorang wirausaha. Seorang mahasiswa dikatakan siap berwirausaha bila memiliki sifat keberanian, keutamaan, dan keteladanan dalam mengambil risiko yang bersumber pada kemampuan sendiri.

9 F. Kerangka Berpikir 1. Kontribusi antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung. Pembelajaran MUB menekankan pada bagaimana menerapkan manajemen dalam kegiatan usaha di bidang boga seperti hotel, restoran, cafe, katering dan lain-lain. Dalam pembelajaran ini mahasiswa dituntut untuk mampu merencanakan suatu usaha, memproduksi dan menjualnya secara berkelompok. Mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan sungguhsungguh akan dapat menyerap ilmu dengan baik baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor untuk diterapkan dalam kegiatan usahanya nanti. 2. Kontribusi antara motivasi berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung. Motivasi berwirausaha antara mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lain tidaklah sama. Motivasi berwirausaha dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita mahasiswa, kemampuan mahasiswa, kondisi fisik dan mental mahasiswa, kondisi lingkungan dan sebagainya. Mahasiswa dengan motivasi berwirausaha yang tinggi akan mempermudah dirinya dalam menyerap ilmu kewirausahaan sehingga kemampuannya dapat berkembang atau meningkat lebih cepat dibandingkan dengan mahasiswa yang motivasi berwirausahanya rendah.

10 3. Kontribusi antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning terhadap motivasi berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung. Kegiatan pembelajaran MUB dengan pendekatan cooperative learning yang menekankan pada bagaimana menerapkan manajemen dalam kegiatan usaha boga akan menumbuhkan motivasi pada mahasiswa untuk mempelajari lebih jauh tentang kewirausahaan. Dengan metode pembelajaran yang langsung kepada penerapan bagaimana merancang suatu usaha, memproduksinya, hingga menjual hasil produksinya membuat mahasiswa termotivasi untuk mencoba menerapkan hasil belajarnya pada usaha makanan di sekitar tempat tinggalnya. Motivasi yang tinggi untuk berwirausaha akan memudahkan mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran MUB dan belajar dengan sungguh-sungguh tanpa paksaan. Kesadaran akan pentingnya pembelajaran MUB dengan pendekatan cooperative learning dan motivasi berwirausaha yang tinggi akan memperlancar proses pembelajaran. 4. Kontribusi antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning dan motivasi berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung. Mahasiswa yang memiliki motivasi berwirausaha yang tinggi dengan sendirinya akan memiliki semangat belajar wirausaha yang tinggi pula sehingga dapat mendukung atau meningkatkan kemampuan usahanya. Apabila seorang mahasiswa kurang memiliki motivasi berwirausaha atau motivasi berwirausahanya rendah, maka semangat untuk mengikuti

11 pembelajaran pun akan rendah bahkan sama sekali tidak ada. Untuk menumbuhkan semangat dan motivasi berwirausaha tidak terlepas dari peran aktif tenaga pengajar dan lembaga pendidikan yang didukung dengan adanya sarana dan prasarana serta peran serta orang tua dan keluarga di rumah agar selalu menanamkan dan menumbuhkembangkan sikap kepada anak didiknya yakni dengan senantiasa memotivasi agar rajin belajar sehingga mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Kesiapan berwirausaha pada mahasiswa dapat diperoleh melalui proses pembelajaran khususnya mata kuliah MUB untuk memperoleh keterampilan dan kemampuan menerapkan manajemen dalam kegiatan usaha di bidang boga. Keinginan memperoleh nilai hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning yang baik, tentunya didukung oleh motivasi berwirausaha yang tinggi, dan motivasi berwirausaha akan mempengaruhi kesiapan dalam berwirausaha. Gambaran mengenai kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut:

12 Hasil Belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning: 1. Manajemen dalam Food & Beverage Product 2. Manajemen SDM dalam pengolahan makanan 3. Manajemen peralatan dapur 4. Manajemen material bahan olahan 5. Manajemen produksi makanan 6. Manajemen biaya produksi makanan Kesiapan Berwirausaha: 1. Pengetahuan wirausaha 2. Kemandirian 3. Kepemimpinan 4. Berorientasi ke masa depan Motivasi Berwirausaha: 1. Motivasi diri 2. Motif mandiri 3. Motif berprestasi 4. Komitmen dalam menjalankan usaha 5. Berorientasi sukses Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian