1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk itu diperlukan keterampilan tinggi yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh, mempelajari, dan mengolah informasi yang diperlukan. Sumberdaya manusia dengan karakteristik seperti itu bisa hadir melalui upaya pendidikan. Pendidikan disebut bermutu dari segi proses sangat dipengaruhi tingkat kualitas proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif, sehingga peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, karena ditunjang oleh sumber daya manusia, dana, sarana, dan prasarana yang telah disediakan sesuai dengan kebutuhan belajar mengajar. Logikanya proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan produk yang berkualitas pula. Sistem pendidikan nasional dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2 Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia pendidikan, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin sempit. Jumlah persentase pencari kerja pada tingkat pendidikan tinggi baik lulusan PTN maupun PTS semakin meningkat, pengangguran terbuka dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Di Indonesia dunia industri belum mampu menciptakan pekerjaan secara luas. Akibatnya, kita membiarkan para tamatan SD sampai universitas tercekam oleh pola pikir bagaimana mencari pekerjaan, dan bukan bagaimana menciptakan pekerjaaan (Sumahamidjaja, 2003 : 71). Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih sukses. Motivasi wirausaha bisa datang dari orang lain, baik di tempat kerja maupun di rumah, atau bisa juga dari tempat belajar bahasa, teman facebook, jasa periklanan, dan lain-lain. Motivasi yang datangnya dari diri sendiri hasilnya akan lebih dahsyat, bahkan bisa menjadi seorang wirausahawan yang luar biasa. Slameto (2003:174) mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran dan jenis pembelajaran apapun, motivasi mahasiswa sangat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
3 kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Pelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreativitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. Model Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model kooperatif yang sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalarn membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa-siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini rnelalui penggunaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivistik. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
4 belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu yaitu hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan di luar individu. Proses belajar yang telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak berilmu menjadi berilmu, dan sebagainya. Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui motivasi dan kesiapan mahasiswa untuk berwirausaha setelah mengikuti pembelajaran Manajemen Usaha Boga (selanjutnya disebut MUB) dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang dikemas dalam judul: Kontribusi Hasil Belajar Manajemen Usaha Boga dengan Pendekatan Cooperative Learning dan Motivasi Berwirausaha Terhadap Kesiapan Berwirausaha pada Mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung.
5 B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan uraian di atas yang dikembangkan dalam bentuk pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat kontribusi signifikan antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung? 2. Apakah terdapat kontribusi signifikan antara motivasi berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung? 3. Apakah terdapat kontribusi signifikan antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning dan motivasi berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung? C. Tujuan Penelitian Secara spesifik tujuan penelitian yang didasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah adalah untuk: a. Mengetahui kontribusi antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung b. Mengetahui kontribusi antara motivasi berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung
6 c. Mengetahui kontribusi antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning dan motivasi berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang berarti bagi pihak yang berperan dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan bidang boga, diantaranya: 1. Manfaat Teoritik Hasil kajian ini diharapkan dapat menambah khasanah teori di bidang pengembangan pembelajaran, khususnya pendekatan cooperative learning dalam pembelajaran praktek MUB untuk menambah kesiapan mahasiswa dalam berwirausaha. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dosen mata kuliah MUB 1) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman dalam proses belajar dan mengajar MUB dengan memperkaya pendekatan pembelajaran yang lebih bervariasi. 2) Pemanfaatan pendekatan cooperative learning dalam mata kuliah MUB diharapkan akan menjadi pendekatan yang efektif dalam meningkatkan motivasi berwirausaha dan kemandirian, sehingga mereka akan siap berwirausaha. b. Bagi Mahasiswa
7 Apabila pendekatan pembelajaran ini diikuti dengan sungguh-sungguh, diharapkan akan meningkatkan motivasi untuk berwirausaha dan siap melaksanakan usaha di bidang boga. c. Program Studi Tata Boga Penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi pembelajaran yang sudah berjalan selama ini, khususnya cooperative learning yang berkaitan dengan MUB. d. Bagi Akademi Tata Boga Bandung sebagai Lembaga Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi strategi dan informasi yang mendukung dalam melakukan perbaikan mutu lulusan yang siap membuka usaha, khususnya dalam bidang boga. E. Definisi Operasional Beberapa definisi operasional yang terkait dengan penelitian penulis dijelaskan di bawah ini agar tidak terjadi perbedaan penafsiran terhadap istilahistilah yang digunakan. a. Manajemen Usaha Boga (MUB), adalah salah satu mata kuliah yang berisi bahan ajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian mahasiswa sebagai bekal untuk bekerja atau berwirausaha di bidang jasa boga. MUB adalah pengaturan suatu kegiatan penyelenggaraan di bidang makanan dalam jumlah yang lebih besar daripada penyelenggaraan makanan untuk keluarga atau minimal 25 orang secara komersial MUB bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi dengan melakukan usaha di bidang penyelenggaraan makanan dengan berdasarkan pada etika berbisnis.
8 b. Cooperative Learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Model kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung, disamping dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. c. Motivasi berwirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan dorongan yang terdapat dalam diri mahasiswa untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang mengarah kepada sosok seorang wirausaha sejati dalam memenuhi kebutuhannya. Pencapaian suatu tindakan, yaitu berwirausaha yang efektif dan efesien diperlukan adanya kesiapan dalam diri individu baik kesiapan fisik maupun kesiapan mental. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi pada diri mahasiswa, sehingga akan berhubungan dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan emosi, kemudian bertindak atau melakukan usaha di bidang boga. d. Kesiapan berwirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini adanya kemandirian mahasiswa untuk merancang kewirausahaan dan menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi sebagai dasar kesiapan berwirausaha. Kesiapan (readiness) adalah suatu titik kematangan untuk dapat menerima dan memperhatikan tingkah laku seorang wirausaha. Seorang mahasiswa dikatakan siap berwirausaha bila memiliki sifat keberanian, keutamaan, dan keteladanan dalam mengambil risiko yang bersumber pada kemampuan sendiri.
9 F. Kerangka Berpikir 1. Kontribusi antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung. Pembelajaran MUB menekankan pada bagaimana menerapkan manajemen dalam kegiatan usaha di bidang boga seperti hotel, restoran, cafe, katering dan lain-lain. Dalam pembelajaran ini mahasiswa dituntut untuk mampu merencanakan suatu usaha, memproduksi dan menjualnya secara berkelompok. Mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan sungguhsungguh akan dapat menyerap ilmu dengan baik baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor untuk diterapkan dalam kegiatan usahanya nanti. 2. Kontribusi antara motivasi berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung. Motivasi berwirausaha antara mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lain tidaklah sama. Motivasi berwirausaha dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita mahasiswa, kemampuan mahasiswa, kondisi fisik dan mental mahasiswa, kondisi lingkungan dan sebagainya. Mahasiswa dengan motivasi berwirausaha yang tinggi akan mempermudah dirinya dalam menyerap ilmu kewirausahaan sehingga kemampuannya dapat berkembang atau meningkat lebih cepat dibandingkan dengan mahasiswa yang motivasi berwirausahanya rendah.
10 3. Kontribusi antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning terhadap motivasi berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung. Kegiatan pembelajaran MUB dengan pendekatan cooperative learning yang menekankan pada bagaimana menerapkan manajemen dalam kegiatan usaha boga akan menumbuhkan motivasi pada mahasiswa untuk mempelajari lebih jauh tentang kewirausahaan. Dengan metode pembelajaran yang langsung kepada penerapan bagaimana merancang suatu usaha, memproduksinya, hingga menjual hasil produksinya membuat mahasiswa termotivasi untuk mencoba menerapkan hasil belajarnya pada usaha makanan di sekitar tempat tinggalnya. Motivasi yang tinggi untuk berwirausaha akan memudahkan mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran MUB dan belajar dengan sungguh-sungguh tanpa paksaan. Kesadaran akan pentingnya pembelajaran MUB dengan pendekatan cooperative learning dan motivasi berwirausaha yang tinggi akan memperlancar proses pembelajaran. 4. Kontribusi antara hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning dan motivasi berwirausaha terhadap kesiapan berwirausaha pada mahasiswa Akademi Tata Boga Bandung. Mahasiswa yang memiliki motivasi berwirausaha yang tinggi dengan sendirinya akan memiliki semangat belajar wirausaha yang tinggi pula sehingga dapat mendukung atau meningkatkan kemampuan usahanya. Apabila seorang mahasiswa kurang memiliki motivasi berwirausaha atau motivasi berwirausahanya rendah, maka semangat untuk mengikuti
11 pembelajaran pun akan rendah bahkan sama sekali tidak ada. Untuk menumbuhkan semangat dan motivasi berwirausaha tidak terlepas dari peran aktif tenaga pengajar dan lembaga pendidikan yang didukung dengan adanya sarana dan prasarana serta peran serta orang tua dan keluarga di rumah agar selalu menanamkan dan menumbuhkembangkan sikap kepada anak didiknya yakni dengan senantiasa memotivasi agar rajin belajar sehingga mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Kesiapan berwirausaha pada mahasiswa dapat diperoleh melalui proses pembelajaran khususnya mata kuliah MUB untuk memperoleh keterampilan dan kemampuan menerapkan manajemen dalam kegiatan usaha di bidang boga. Keinginan memperoleh nilai hasil belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning yang baik, tentunya didukung oleh motivasi berwirausaha yang tinggi, dan motivasi berwirausaha akan mempengaruhi kesiapan dalam berwirausaha. Gambaran mengenai kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut:
12 Hasil Belajar MUB dengan pendekatan cooperative learning: 1. Manajemen dalam Food & Beverage Product 2. Manajemen SDM dalam pengolahan makanan 3. Manajemen peralatan dapur 4. Manajemen material bahan olahan 5. Manajemen produksi makanan 6. Manajemen biaya produksi makanan Kesiapan Berwirausaha: 1. Pengetahuan wirausaha 2. Kemandirian 3. Kepemimpinan 4. Berorientasi ke masa depan Motivasi Berwirausaha: 1. Motivasi diri 2. Motif mandiri 3. Motif berprestasi 4. Komitmen dalam menjalankan usaha 5. Berorientasi sukses Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian