Kontribusi Iptek Transportasi Laut dalam Mewujudkan Poros Maritim Dunia

dokumen-dokumen yang mirip
Untukmu ITS. Prof. Ir. Djauhar Manfaat, M.Sc., Ph.D. PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS PERIODE

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

SU Studi Basic Design Rancangan Bangun Pesawat Udara Untuk Flying School. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMTEK TRANSPORTASI. Draft ARN Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG RENCANA UMUM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT TAHUN

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1 BAB I PENDAHULUAN. pelabuhan pelabuhan hub disertai feeder dari Sumatera hingga ke Papua dengan

Peluang Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kebijakan Saat Ini serta Usulan Perbaikannya. Indra Jaya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

Paparan Menteri Perhubungan

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

RAPAT KOORDINASI NASIONAL KEMARITIMAN TMII - Jakarta, 4 Mei 2017

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan)

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pesawat Polonia

Keynote Speech. Dialog Nasional KONTRIBUSI STRATEGIS IPTEK UNTUK MEWUJUDKAN POROS MARITIM DUNIA. Jakarta, 10 Desember 2014

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

[Standar Pelayanan Minimum KM. Andalus] 1

III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN. Kebijaksanaan pembangunan nasional di sektor transportasi adalah

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

LAPORAN KOMTEK TRANSPORTASI PADA SIDANG PLENO III DEWAN RISET NASIONAL JAKARTA, 14 DESEMBER 2016

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D

KEBUTUHAN PEGAWAI YANG BERASAL DARI LULUSAN SEKOLAH KEDINASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015

Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam penataan angkutan penyeberangan Kepulauan Seribu

Bahasan Rancangan Teknokratik RPJMN Bidang Sarana dan Prasarana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEWAN RISET NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I Pendahuluan I-1

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT SURABAYA, 2 OKTOBER 2013

No semua komponen bangsa, maka pemerintah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pencarian yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Sistem Transportasi Adi d pan ang 11

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI WILAYAH Oleh : Sakti Adji Adisasmita

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Manajemen Pembangunan Transportasi

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 873 TAHUN 2017 TENTANG REVIU RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

Jakarta, 01 November Kepada Yth. Bapak/Ibu. Di tempat. Dengan hormat,

Denpasar, Juli 2012

KERANGKA REGULASI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

Transkripsi:

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> Dialog Nasional KONTRIBUSI STRATEGIS IPTEK UNTUK MEWUJUDKAN POROS MARITIM DUNIA, Jakarta, 10 Desember 2014 Kontribusi Iptek Transportasi Laut dalam Mewujudkan Poros Maritim Dunia Prof. Ir. Djauhar Manfaat, M.Sc., Ph.D. Anggota Dewan Riset Nasional Komisi teknis Teknologi Transportasi

CURRICULUM VITAE Nama : Prof. Ir. Djauhar Manfaat, M.Sc., Ph.D. NIP : 19601202 198701 1001 Golongan / Pangkat : IV/d / Pembina Utama Madya Jabatan Akademik : Guru Besar (Profesor) Jurusan / Fakultas : Teknik Perkapalan/Teknologi Kelautan Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Alamat Rumah : Apartemen East Coast Residence, Blok Saphire S 03.32, Pakuwon City, Surabaya 60112 Telp./Fax. : 031 5947254/5964182 Nomor HP : 08123231608 Alamat surel (e-mail) : dmanfaat@na.its.ac.id Akun Facebook : Djauhar Manfaat Pendidikan Insinyur Teknik Perkapalan ITS: 1986 Master of Science (MSc) in Ship Production Technology, University of Strathclyde, Glasgow, UK: 1991 Doctor of Philosophy (PhD) in Computer Aided Design, University of Strathclyde, Glasgow, UK: 1998

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> CURRICULUM VITAE Tugas Tambahan saat ini: Anggota Komisi Teknis Teknologi Transportasi, Dewan Riset Nasional (DRN), Kementerian Riset dan Teknologi RI Reviewer dan Interviewer Program Beasiswa Presiden Republik Indonesia (BPRI) dan Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Kementerian Keuangan RI Marine Investigator, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Kementerian Perhubungan RI

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> LATAR BELAKANG (1) Indonesia sebagai poros maritim dunia. Pertimbangan: Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia; jumlah pulau sebanyak 17.504 dengan garis pantai sepanjang 81.000 kilometer. Indonesia memiliki wilayah laut seluas dua pertiga dari total luas teritorialnya, yakni sebesar 5,8 juta kilometer persegi yang terdiri dari wilayah territorial sebesar 3,2 juta kilometer persegi dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta kilometer persegi. Indonesia berada pada posisi strategis, antar benua yang menghubungkan negara-negara dengan perekonomian yang maju. Potensi sektor maritim dipastikan mampu memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi kelangsungan pembangunan nasional.

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> LATAR BELAKANG (2) Potensi sektor maritim tersebut belum secara optimal dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat. Optimalisasi sumberdaya maritim secara berkesinambungan diperlukan. Pemajuan IPTEK melalui kegiatan riset perlu diwujudkan guna mendukung komitmen menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> Kemaritiman Spektrum Bidang Maritim

Dukungan Sektor-Sektor Pendukung Pada Bidang Maritim

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> VISI BIDANG MARITIM 1. Agenda prioritas diperlukan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional. Cita-cita tersebut dengan jelas telah diterjemahkan ke dalam 9 agenda perubahan (NAWACITA) Pemerintah RI. 2. Visi bidang maritim:...mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui pemanfaatan wilayah dan sumber daya maritim menuju kemandirian ekonomi nasional...

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> ISU STRATEGIS BIDANG MARITIM 1. Kelembagaan 2. Konektivitas laut (Tol Laut) 3. Keamanan wilayah dan kedaulatan 4. Keselamatan maritim dan peningkatan kualitas lingkungan maritim 5. Industri penunjang maritim 6. Pendidikan dan Pengembangan sumber daya manusia 7. Penerapan dan Pengembangan IPTEK bidang maritim

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> TOL LAUT (KONEKTIVITAS LAUT) 1. Fokus tahun I: Pemenuhan kebutuhan akan pelayaran perintis 2. Target tahun V: mewujudkan sistem transportasi laut yang mampu: o Menekan biaya logistik menurun hingga 20% terhadap PDB, o Menumbuhkan armada pelayaran nasional dari 10% menjadi 30%, o Melakukan peremajaan kapal nasional dengan menekan jumlah kapal tua (>25 thn) dari 70% menjadi 50%, o Mengurangi waktu pelayanan pelabuhan (dwelling time) pada Pelabuhan utama dari 6~7 hari menjadi 3~4 hari. 3. Sistem Pendukung Implementasi Tol Laut: o Pengadaan infrastruktur utamanya infrastruktur pelabuhan dan kapal o Pembenahan sistem transportasi, sistem logistik dan sistem manajemen

>> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> DRAFT ARN 2015-2019 BIDANG TRANSPORTASI

ARAH KEBIJAKAN DAN PRIORITAS UTAMA 5 (lima) tahun kedepan diperlukan riset, pengembangan, rancang bangun dan rekayasa yang diharapkan mampu menjawab tantangan dan permasalahan tersebut dan kebijakan nasional utama sektor perhubungan yaitu : Membangun Konektivitas Nasional; Membangun Industri Transportasi yang efisien dan berdaya saing tinggi; Melakukan internalisasi dan integrasi isu-isu strategis lintas sektor; dan Mewujudkan Transportasi Perkotaan yang modern, efisien, dan berkeadilan. Riset pengembangan dan kerekayasaan diharapkan mempertimbangkan hal-hal berikut ini : Sesuai dengan Kondisi Geografi Sesuai dengan Ketersedian Sumberdaya Energi Kesiapan Teknologi (TRL) Faktor Ekonomi/Keterjangkauan Keberlanjutan Demand - Driven 12

Issue Transport Global Sustainable Transportation Safety and Security Freight Transportation IT inabler TRANSPORTASI GLOBAL Global Climate Change Traffic Congestion Transportation and Demographics 13

Isu Transportasi Nasional SISLOGNAS PEMBANGUNA N BERKELANJUTA N SISTRANAS INDUSTRI AKSESIBILITAS DAN KONEKTIVITAS UU Jalan UU Tata Ruang RUU Perindustrian TRANSPORTASI INDONESIA UU 23/2007 UU 17/2008 UU 1/2009 UU 22/2009 LOGISTIK KEBIJAKAN DAN REGULASI KESELAMATAN DAN KEAMANAN MP3EI? RPJP 2005-2025 14

Arah Pengembangan Teknologi 1. Teknologi Sarana Transportasi 2. Teknologi Prasarana Transportasi 3. Teknologi untuk Sistem & Manajemen Pengoperasian Transportasi 15

Tema Riset 1. Konektivitas Transportasi Antar Moda Dalam Mendukung Sistem Logistik Nasional 1 Pengembangan Teknologi untuk Sistem Layanan Transportasi (misal : tiketing, penjadwalan, kenyamanan, tarif) 2 Pengembangan Teknologi untuk Jaringan Pelayanan Transportasi (mis : bongkar muat, rute) 3 Pengembangan Teknologi untuk Jaringan Prasarana Transportasi (mis : ruas dan simpul) 16

Tema Riset 2. Teknologi dan Manajemen Keselamatan & Keamanan Transportasi 1 Manajemen Berkeselamatan (orang, regulasi, pertolongan) 2 Sarana Berkeselamatan 3 Prasarana Berkeselamatan 17

Tema Riset 3. Klaster Industri Moda Transportasi 1 Moda Jalan dan Rel 2 Moda Air 3 Moda Udara 18

TOPIK RISET 1. Konektivitas Transportasi Antar Moda Dalam Mendukung Sistem Logistik Nasional SUB TEMA 1.1 Pengembangan Teknologi untuk Sistem Layanan Transportasi (misal : tiketing, penjadwalan, kenyamanan, tarif) 1.2 Pengembangan Teknologi untuk Jaringan Pelayanan Transportasi (mis : bongkar muat, rute) 1.3 Pengembangan Teknologi untuk Jaringan Prasarana Transportasi (mis : ruas dan simpul) TOPIK 1.1.1 Pengembangan Teknologi e-logistic dan e-ticketing 1.1.2 Pengembangan Model sistem informasi kargo dan ruang muatan (KA, kapal, pesawat, dan lain-lain) 1.1.3 Reengineering mekanisme dan prosedur pengiriman dan penerimaan barang untuk kelancaran arus barang dan penurunan biaya logisik 1.2.1 Sistem penanganan (handling) kontainer (truk-ka, truk-kapal, dst) 1.2.2 Pengembangan konektivitas antara pengangkutan moda air dengan pengangkutan darat massal (sea to rail and truck connectivity) 1.2.3 Pengembangan teknologi rail veyor untuk transportasi muatan bulk material 1.3.1 Standardisasi sarana dan prasarana multimoda 1.3.2 Pengembangan Teknologi dan manajemen terminal, stasiun, pelabuhan dan bandara 1.3.3 Kajian Pengembangan jaringan kereta api untuk angkutan barang jarak jauh di Sumatera, Jawa dan Kalimantan 19

TOPIK RISET 2. Teknologi dan Manajemen Keselamatan & Keamanan Transportasi SUB TEMA 2.1 Manajemen Berkeselamatan (orang, regulasi, pertolongan) TOPIK 2.1.1 Kajian perilaku bertransportasi dengan mempertimbangkan aspek sosial budaya dan penegakan hukum 2.1.2 Penyusunan Konsep dan strategi pendidikan publik (public education, public relation, public awareness, public acceptance) tentang proses implementasi transportasi masa depan 2.1.3 Rekayasa dan rancang bangun prototipe simulator 2.2 Sarana Berkeselamatan 2.2.1 Standardisasi Sarana dan Komponen Sarana Transportasi Jalan 2.2.2 Rancang bangun Vessel Traffic Service (VTS) dan Voyage Data Recorder (VDR) 2.2.3 Standar sarana KA dengan jenis bogie yang stabil dan perangkat peredam tumburan (crash worthiness) serta perangkat cab signal 2.3 Prasarana Berkeselamatan 2.3.1 Pengembangan Teknologi Monitoring Prasarana Transportasi 2.3.2 Pengembangan Teknologi Pengendalian Kereta Api 2.3.3 Sistem Air Traffic Management berasis Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADSB) untuk wilayah Indonesia yang tidak terdeteksi radar 20

TOPIK RISET 3. Klaster Industri Moda Transportasi SUB TEMA TOPIK 3.1 Moda Jalan dan Rel 3.1.1 Lightweight structure untuk transportasi massal 3.1.2 Desain dan Rekayasa mobil listrik untuk angkutan umum 3.1.3 Intelligent Transport System (ITS) untuk Transportasi Perkotaan 3.2 Moda Air 3.2.1 Rekayasa kapal penyeberangan yang mampu beroperasi sesuai dengan karakteristik alam Indonesia 3.2.2 Desain dan rekayasa kapal komposit 3.2.3 Desain klaster industri kemaritiman nasional 3.3 Moda Udara 3.3.1 Rancang Bangun Pesawat Komuter N219 3.3.2 Air dropping 3.3.3 Amphibi 21

Tema Riset 4. Teknologi Kemaritiman 1 Pengembangan Teknologi Wahana Pantai dan Lepas Pantai 2 Pengembangan Teknologi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan 3 Pengembangan Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil dan Pesisir 4 Pengembangan Industri Pariwisata Bahari 22

TOPIK RISET 4 Teknologi Kemaritiman 4. Teknologi Kemaritiman TEMA RISET SUB TEMA TOPIK 4.1 Pengembangan Teknologi Wahana Pantai dan Lepas Pantai 4.2 Pengembangan Teknologi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan 43 Pengembangan Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil dan Pesisir 4.4 Pengembangan Industri Pariwisata Bahari 4.1.1 Desain Struktur Wahana Pantai dan Lepas Pantai (Offshore Structure) 4.1.2 Hidrodinamika Lepas Pantai (Offshore Hydrodinamics) 4.1.3 Desain dan Produksi Bangunan Lepas Pantai (Design and Production Of Offshore Structure) 4.2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 4.2.2 Teknologi Pengelolaan Hasil Perikanan 4.2.3 Pemanfaatan dan Pengelolaan Budidaya Kelautan 4.2.4 Manajemen Sumberdaya Kelautan 4.3.1 Desain dan Produksi Kapal Kecil untuk Pulau-Pulau Kecil dan Pesisir 4.3.2 Penggunaan Energi Alternatif untuk Penggerak Kapal 4.3.3 Penggunaan Material Alternatif sebagai Bahan Badan Kapal Kecil 4.3.4 Pemanfaatan Energi Gelombang untuk Pembangkit Listrik di Pulau-Pulau Kecil dan Pesisir 4.3.5 Manajemen Galangan Kapal Rakyat 4.4.1 Pengembangan Pelabuhan Wisata 4.4.2 Desain Kapal Khusus Wisata 4.4.3 Manajemen Industri Pariwisata Bahari 4.4.5 Manajemen Bisnis Pariwisata Bahari 23

24