Gambar 3. 2 Pengantin Sunda Putri (Sumber : HARPI)

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN RELEVANSI ATRIBUT PADA BUSANA PENGANTIN ADAT SUNDA DENGAN PRINSIP DAN POLA MASYARAKAT SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

2015 MANFAAT HASIL PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN SOLO PUTRI SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA SALON RIAS PENGANTIN

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

Universitas Sumatera Utara

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (PENGANTIN INDONESIA II) 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Basahan.

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51

BAB III ANALISIS OBJEK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang

BAB IV KESIMPULAN. Skripsi yang berjudul Makna Motif dan Warna Hollyebok ( 혼례복 ) dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Profil Desainer

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

CIREBON KERATON NO KEKKON SHIKI NO FUKU

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55.

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

PELATIHAN PEMBUATAN HANTARAN PENGANTIN SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN WAKTU LUANG BAGI IBU RUMAH TANGGA DI DUSUN COKROBEDOG

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

Keragaman Kebaya Pengantin Gaya Solo (Studi Deskriptif mengenai Makna Kebaya Gaya Solo Dalam Prosesi Pernikahan di Surabaya)

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

2018, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Pemil

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

4. Simbol dan makna tari

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

1

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

Penjelasan lebih lanjut mengenai mahar dan prosesi pertunangan akan dibahas di bab selanjutnya.

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2009 TENTANG BUSANA RESMI DUTA WISATA CAK DAN NING SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB II TARI SIGEH PENGUTEN LAMPUNG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

TANDA PENGENAL GERAKAN PRAMUKA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Kajian Perhiasan Tradisional

BAB V PEMBAHASAN. merupakan penggambaran yang berupa visual. Secara umum, penggunaan simbol. sebagai pemimpin yang didasarkan pada visual serta warna.

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

- 2 - Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan

PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

Powered by TCPDF (

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nova Kristiana,2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Setiap jenjang pendidikan formal memiliki tujuan yang berbeda-beda

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2005 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

Transkripsi:

BAB III ARTI SIMBOL PADA ATRIBUT PERNIKAHAN ADAT SUNDA Pada pernikahan adat Sunda, baik pengantin Sunda Putri maupun Sunda Siger, jenis simbol yang ada adalah jenis simbol presentasional. Dimana simbolsimbol yang hadir melalui artefak atribut pengantin adat Sunda ini mencerminkan satu kesatuan yang utuh dengan prinsip dasar masyarakat dan pola masyarakat Sunda. 3.1 Pernikahan Adat Sunda a. Pengantin Sunda Putri Gambar 3.1 Pengantin Sunda putri Gambar 3. 2 Pengantin Sunda Putri (Sumber : HARPI) 39

Sama halnya dengan pernikahan adat Sunda lainnya hanya yang membedakan pada penggunaan busana dan aksesorisnya, namun hal itu tidak merubah kesakralan dalam pernikahan itu sendiri hanya ada perbedaan pada makna dan simbolisasi. Pada pengantin Sunda Putri mengenakan kebaya dan kain batik. Kebaya yang dikenakan pengantin Sunda Putri terbuat dari brokat berwarna putih model Kartini. Kebaya yang digunakan adalah kebaya panjang hingga hampir mencapai lutut pengantin. Pada kebaya terpasang kalung permata panjang. Pengantin wanita juga mengenakan cincin permata dan gelang permata sepasang. Di pinggang terdapat Benten Permata sebagai aksen dan memberi kesan elegan pada pengantin wanita. Pada bagian bawah, pengantin wanita mengenakan kain batik dengan motif khusus yaitu Sido Mukti atau corak Lereng-Eneng dan terdapat wiron (lipatan pada bagian depan kain). Tak ketinggalan yaitu selop yang terbuat dari bahan yang sama dan warna senada dengan kebaya pengantin. Hal ini membuat penampilan pengantin semakin cantik mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Untuk busana pengantin Sunda Putri, pengantin pria mengenakan Jas buka Prangwedana berwarna senada dengan pengantin wanita. Demikian pula dengan kain batik yang dikenakan pengantin pria, harus sama dengan pengantin wanita, yaitu kain batik corak Lereng-eneng atau Sido Mukti. Pengantin pria juga memakai bendo hiasan permata, Boro Sarangka (tempat menyimpan keris) dan Kewer. Sebagai pelengkap, pengantin pria mengenakan keris perlambang kegagahan. Keris yang diberi hiasan bunga diselipkan di bagian depan yaitu di Boro Sarangka. Tata rias wajah pengantin Sunda Putri sebagian besar menggunakan warna-warna kuning. Seperti halnya pengantin-pengantin yang ada di Pulau Jawa, kegiatan merawat kecantikan mulai dari lulur, mangir, ratus untuk rambut, mandi rempah dan minum jamu selalu dilakukan oleh calon pengantin Sunda. Di bagian wajah, pengantin wanita menggunakan bedak berwarna kuning. Biasanya pengantin wanita Sunda menggunakan pemerah pipi dengan warna merah muda samar-samar dan lipstik 40

berwarna cerah. Yang terpenting adalah daun sirih berbentuk wajik. Ini menjadi ciri khas pengantin Sunda. Daun sirih dikenakan di kening pengantin wanita sebagai simbol penolak bala. Pengantin wanita juga mengenakan sanggul yang disebut sanggul Puspa Sari. Ada beberapa hiasan penting penghias sanggul yaitu 6 buah Kembang Tanjung dan 7 buah kembang goyang. Pengantin wanita Sunda Putri mengenakan ronce bunga yang terdiri dari Mangle Pasung, Mangle Susun, Mangle Sisir, Panetep, Mayangsari yang terbuat dari bunga sedap malam. Sebagai pelengkap adalah giwang atau subang. b. Pengantin Sunda Siger Gambar 3.3 Pengantin Sunda Siger Gambar 3.4 Pengantin wanita Dalam Kamus Basa Sunda RA Danadibrata, siger diartikan sebagai sejenis mahkota untuk perhiasan kepala pengantin atau wayang wong. Ini merupakan simbol bagi seseorang yang tengah melaksanakan upacara sakral, hidup menyatu dengan pasangan. Ini juga berarti meletakkan kearifan, kehormatan, dan sikap bijak sebagai hal pokok yang harus dijunjung tinggi. 41

Pengantin wanita Sunda Siger mengenakan kebaya brokat kuning atau krem. Perhiasan yang dikenakan yaitu Kelat Bahu di kedua lengan, gelang permata, cincin permata dan dua buah kalung pendek dan panjang. Di bagian bawah, kain batik dengan motif khusus yaitu Lereng Eneng Prada atau Sido Mukti dengan wiron (lipatan pada bagian depan kain) sebagai pemanis. Sama halnya dengan pengantin Sunda Putri, pengantin Sunda siger biasanya mengenakan selop yang terbuat dari bahan yang sama dan warna senada dengan kebaya pengantin. Pengantin wanita akan terlihat cantik menyeluruh, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sederhana namun tetap elegan.sama halnya dengan pengantin Sunda Putri, pengantin pria pun mengenakan Jas buka Prangwedana berwarna sama dengan pengantin wanita. Demikian pula dengan kain batik yang dikenakan pengantin pria, harus sama dengan pengantin wanita, yaitu kain batik corak Lereng-eneng atau Sido Mukti. Pengantin pria juga memakai Bendo hiasan permata, Boro Sarangka (tempat menyimpan keris), dan keris sebagai pelengkap. Tata rias wajah pengantin Sunda Siger seperti halnya pengantin Sunda lainnya sebagian besar menggunakan warna-warna kuning. Di wajah, pengantin wanita menggunakan bedak berwarna kuning. Biasanya pengantin wanita Sunda menggunakan pemerah pipi dengan warna merah muda samar-samar dan lipstik berwarna cerah. Daun sirih berbentuk wajik yang dikenakan di kening pengantin wanita sebagai simbol penolak bala. Pengantin wanita juga mengenakan sanggul yang disebut sanggul Puspa Sari. Hiasan kepala berupa Siger menjadi ciri khas pengantin Sunda Siger. Beberapa hiasan penting penghias sanggul yaitu 6 buah Kembang Tanjung, Garuda Mungkur dan 7 buah kembang goyang. Pengantin wanita Sunda Putri mengenakan roncean bunga yang terdiri dari Melati Mangle Pasung, Mangle Susun, Mangle Sisir, Panetep, Mayangsari yang terbuat dari bunga sedap malam. Kembang Tiba Dada cengkehan 5 dara menghias di bagian kepala dan menjuntai ke dada pengantin wanita. Giwang atau subang cantik menghiasi telinga 42

pengantin. Sementara Pengantin pria Sunda Siger hanya mengenakan bendo yang dihiasi semacam perhiasan sebagai pelengkap bendo. Kendati demikian, pengantin pria tetap terlihat gagah meski tak banyak aksesoris yang dikenakan. 3.1.1. Busana dan Atribut Sunda Putri Tabel 3.1 Bentuk pola pada atribut Sunda putri Atribut Bentuk asal Perubahan 1. Kembang goyang Bunga kamboja (sumber website) Pada dasarnya bentuk bunga kamboja sederhana yaitu hanya terdapat 5 kelopak bunga, namun perubahan yang terjadi pada kembang goyang hanya mengacu pada bentuk bunga kamboja sehingga ada perubahan bentuk yang lebih kompleks. 2. Mahkota Gunungan 43

Pada gunungan ada 3 tingkatan kehidupan yaitu dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah, pada mahkota juga ada 3 undukkan yaitu cipta, karsa, dan rasa. Jadi pada bentuk mahkota hanya mengacu pada bentuk gunungan namun dalam pemaknaannya gunungan dan mahkota mempunyai makna tersendiri, 3 tingkatan gunungan mengarah keatas dan lebih tinggi sedangkan mahkota lebih rendah dan lebih lebar kesamping. 3. Panetep Wajik (sumber:pribadi) Pada panetep bentuk wajiknya lebih memanjang kebawah, hal ini dikarenakan ada modifikasi bentuk. Dari segi makna wajik dan panetep tidak ada keterkaitan. 4. Kembang tanjung Hati 44

Hiasan yang digunakan pada daerah sanggul ini dibentuk dengan pola hati terbalik dimana masyarakat Sunda memaknai kembang tanjung sebagai lambang kesetiaan. Sedangkan hati melambangkan cinta kasih. 5. Roncean sedap malam Bunga sedap malam (sumber:website) Letak roncean bunga sedap malam pada sisi kanan dan kiri berbeda, pada sisi kanan lebih panjang dan ronceannya pun ada 3 sedangkan pada sebelah kiri lebih pendek dan hanya ada 1 roncean. 45

6. Giwang Kembang kamboja 7. Kalung 8. Bros 9. Gelang 10. Cingcin Sama halnya pada kembang goyang, perhiasan seperti giwang, kalung, bros, gelang, cincin semuanya mengacu pada bentuk bunga kambojanya saja. 46

11. Kebaya brokat Kebaya kartini Bentuk kebaya yang digunakan oleh pengantin Sunda putri tidak mengalami perubahan. 12. Samping lereng eneng Motif lereng eneng ini berasal dari lereng sebuah gunung, dimana pada jaman dahulu terdapat cerita bahwa seorang pemuda yang hendak melamar seorang gadis, harus melewati sebuah lereng yang terjal, jauh, sulit juga berbahaya. 47

13. Jas buka prengwadana Pangsi dan Baju taqwa Bentuk jas buka prengwadana ini mengambil bentuk dari baju koko dan baju pangsi, yang kemudian ada penambahan motif ulir atau akar. 14. Selop Bunga kamboja Pada selop pun ada penambahan motif bunga kamboja ditambah dengan motif ulir. 48

15. Bendo Bendo adalah bentuk praktis dari iket yang merupakan tutup kepala yang dibuat dari batik. 16. Keris Keris yang digunakan sama dengan bentuk-bentuk keris lainnya. 49

3.1.2. Busana dan Atribut Sunda Siger Sama halnya pada atribut Sunda putri namun ada beberapa yang membedakan diantaranya sebagai berikut: Tabel 3.2 Bentuk pola pada atribut Sunda Siger Atribut Bentuk asal Perubahan 1. Siger Gunungan 2. Gelang bahu Sama halnya dengan bentuk mahkota pada Sunda putri, bentuk siger dan gelang bahu pun mengacu pada bentuk gunungan, namun ada persamaan pada makna siger dan gunungan yaitu bentuk meruncing ke atas itu melambangkan bahwa manusia hidup ini menuju yang di atas yaitu Allah SWT. 50

3. Samping sido mukti Sido berarti terus menerus atau menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. jadi dapat disimpulkan motif ini melambangkan harapan akan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan untuk kedua mempelai. Motif yang digunakan adalah motif kupu-kupu dan sayap kupu-kupu. 4. Roncean melati Bunga melati 51

Letak roncean bunga sedap malam pada sisi kanan dan kiri berbeda, pada sisi kanan lebih panjang dan ronceannya pun ada 5 sedangkan pada sebelah kiri lebih pendek dan hanya ada 3 roncean. 3.2. Arti simbol pada atribut pernikahan adat Sunda. a. 7 Kembang goyang Bunga kamboja menurut masyarakat Sunda melambangkan sebagai pembawa rejeki, sedangkan kembang goyang dilambangkan sebagai pembawa rejeki dan sari-sari kebaikan untuk pasangan pengantin, angka 7 yang berarti 7 kebajikkan. Gambar 3.5 Kembang goyang Gambar 3.6 Kembang goyang (Sumber : DISPARBUD DKI) Kedudukan kembang goyang di masyarakat Sunda sama halnya dengan fungsi yang ada pada kembang goyang yang digunakan oleh pengantin adat Betawi dimana keduanya ada dan lahir diranah kehidupan masyarakat secara turun temurun serta mempunyai makna penting bagi kehidupan masyarakat dan merupakan warisan budaya. 52

b. Mahkota Mahkota biasanya digunakan oleh Raja pemerintah-pemerintah yang menganut prinsip monarki atau kerjaan, dimana mahkota melambangkan kedudukan tertinggi, begitupun masyarakat Sunda memaknai mahkota sebagai suatu penghormatan untuk kedudukan atau jabatan tertinggi, jadi mahkota yang digunakan oleh pengantin wanita mengibaratkan bahwa pengantin wanita tersebut menjadi Ratu sehari dalam perayaan pernikahannya. Mahkota yang digunakan merupakan bentuk dari gunungan atau pohon hayat, terdapat 3 undukan yang melambangkan Cipta, Rasa, dan Karsa untuk memasuki kehidupan baru yaitu berumah tangga. Sama halnya pada masyarakat Sunda, masyarakat Betawi pun menganggap mahkota atau yang disebut Siangko pada atribut pengantin adat Betawi melambangkan kedudukan dan penghormatan untuk jabatan tertinggi. Mahkota pada pengantin adat Sunda membawa nilai tersendiri dan citra dari cara hidup para raja dan ratu dalam memimpin dan membina kerajaan begitupun pengantin Sunda putri diharapkan kelak bisa bijaksana dalam menghadapi kehidupan dalam berumah tangga. Gambar 3.7 Mahkota Sunda putri Gambar 3.8 Mahkota Siangko (Sumber : DISPARBUD DKI) 53

c. Panetep Menurut masyarakat Sunda menggunakan panetep ini untuk menolak bala atau kejahatan yang bersifat magis. Bentuknya segi empat memanjang ke bawah menyerupai wajik yang melambangkan lembut dan anggun digunakan diantara kedua halis. Gambar 3.9 Panetep Gambar 3.10 lambang wanita india (Sumber : website) Panetep pada masyarakat Sunda sama kedudukannya dengan simbol yang digunakan oleh masyarakat India hanya beda bentuk dan warna namun dari segi makna mempunyai arti yang sama karena panetep merupakan warisan dari agama Hindu yang secara turun-temurun hidup dan berpengaruh dengan adat Sunda lainnya. d. 6 Kembang tanjung Hiasan yang digunakan pada daerah sanggul ini dibentuk dengan pola kembang tanjung dimana masyarakat Sunda memaknai kembang tanjung sebagai lambang kesetiaan. Sedangkan hati melambangkan cinta kasih. Begitupun pada penganti Solo kesetiaan dan cinta kasih dilambangkan dengan Tanjungan. 54

Gambar 3.11 Kembang tanjung (Sumber : HARPI) Gambar 3.12 Tanjungan e. Roncean bunga sedap malam dan melati Bunga melati mempunyai nilai kesucian atau kemurnian. Sehingga, sering digunakan dalam berbagai kegiatan seperti upacara pengantin, upacara keagamaan, dan upacara adat lainnya. Misalnya untuk acara siraman sampai panggih (temu pengantin), tujuh bulanan, wetonan, bayi lahir, tedak siten, dan sebagainya. Ciri khas bunga sedap malam adalah mampu menebar aroma wangi pada malam hari. Gambar 3.13 Roncean bunga Gambar 3.14 Wanita dan bunga (Sumber : website) Selain ada makna tersendiri bunga sedap malam dan melati sama halnya dengan bunga kamboja yang digunakan oleh para wanita di Bali, yaitu sebagai lambang kecintaan wanita, roncean ini adaptasi dari budaya Hindu. 55

f. Kebaya Kebaya dikenal oleh masyarakat khususnya perempuan Indonesia sejak berabad-abad yang lalu sebagai pakaian tradisional wanita Jawa Kuno. Dalam prosesnya, kebaya memberikan identitas tersendiri kepada perempuan Indonesia, diantaranya: Kebaya sebagai identitas pribumi Hal ini berlangsung pada saat jaman kolonial, dimana kebaya yang dipakai oleh wanita pada saat itu menempatkan dirinya pada lapisan kelas-kelas tertentu di dalam masyarakat. Material yang dipakai sebagai bahan kebaya membedakan wanita pribumi dari golongan ningrat (menggunakan kain sutra, beludru, brokat, dsb.), maupun dari kalangan rakyat biasa yang menggunakan kebaya pabrik. (Suryakusuma, 2005:10) Kebaya sebagai identitas nasional Hal ini berlangsung pada jaman kemerdekaan hingga pemerintahan orde baru. Kebaya biasa dipakai oleh kaum wanita dalam acara-acara formal, khususnya yang berkaitan dengan acara kenegaraan, sebagai lambang feminitas nasional Indonesia. (Suryakusuma, 2005:11) Gambar 3.15 Kebaya Gambar 3.16 Busana pengantin Betawi (Sumber : DISPARBUD DKI) 56

Baju kebaya sama mempuyai peran dan fungsi seperti baju pengantin Betawi yang ada dimasyarakat Jakarta, keduanya mencerminkan dan melambangkan kepribadian seorang wanita yang anggun, cantik, serta menjunjung etika dan nilai tradisional budaya masing-masing daerah. g. Samping Lereng Eneng dan Sido Mukti Gambar 3.17 Lereng Eneng Gambar 3.18 Sido Mukti Gambar 3.19 Mega Mendung (Sumber : website) Motif Sido-Mukti biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang). Sido berarti terus menerus atau menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. jadi dapat disimpulkan motif ini melambangkan harapan akan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan unuk kedua mempelai. 57

Sedangkan motif Lereng Eneng berasal dari cerita yaitu lereng gunung yang menjadi hambatan untuk seorang pemuda ketika hendak meminang pasangannya yang bernama Eneng, jadi artinya jalan kehidupan setelah menikah akan sangat panjang dan banyak rintangan, maka semua itu harus dihadapi dengan keuletan dan kesabaran dan yang terpenting mau beruasaha. Makna pada motif Lereng Eneng dan Sido Mukti sama dengan motif Mega Mendung melambangkan atau bercerita tentang kehidupan, namun motif Lereng Eneng dan motif Sido Mukti hanya bisa digunakan oleh pengantin sedangkan Mega Mendung bisa digunakan oleh siapa saja. h. Jas buka prengwadana Jas ini perpaduan antara baju koko dan baju pangsi konon baju pangsi mempunyai citra atau simbol kejantanan pria, sedangkan baju koko yaitu melambangkan bersih. Gambar 3.20 Jas buka prengwadana Gambar 3.21 Jas tutup Jas buka prengwadana ini sama dengan jas tutup yang digunakan oleh pengantin pria Solo, melambangkan kewibawaan dan kejantanan seorang pria. 58

i. Bendo Bendo sebenarnya bentuk praktis dari iket yang merupakan tutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional Sunda. Sama halnya seperti Blangkon pada masyarakat Jawa. Gambar 3.22 Bendo Gambar 3.23 Blangkon (Sumber : website) j. Keris Keris oleh masyarakat Sunda dilambangkan sebagai simbol kejantanan. Dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka. Pandangan ini sebenarnya berawal dari kepercayaan masyarakat Sunda dulu, bahwa awal mula eksistensi mahkluk di bumi atau di dunia bersumber dari filsafat agraris, yaitu dari menyatunya unsur lelaki dengan unsur perempuan Gambar 3.24 Keris pada pengantin Gambar 3.25 Kujang (Sumber : website) 59

Keris dan Kujang mempunyai unsur yang merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi hak dan kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan, ataupun cindera mata. g. Siger Dalam Kamus Basa Sunda RA Danadibrata, siger diartikan sebagai sejenis mahkota untuk perhiasan kepala pengantin atau wayang wong. Ini merupakan simbol bagi seseorang yang tengah melaksanakan upacara sakral, hidup menyatu dengan pasangan. Ini juga berarti meletakkan kearifan, kehormatan, dan sikap bijak sebagai hal pokok yang harus dijunjung tinggi. Gambar 3.26 Siger Gambar 3.27 Gelung-Payas Agung (Sumber : website) Pada dasarnya kedudukan Siger sama dengan kedudukan Gelung- Payas Agung pada masyarakat Bali, dimana keduanya memiliki nilai yang diagungkan dan mempunyai arti serta makna yang tinggi bagi kehidupan wanita. 60

3.3. Penerapan Elemen-elemen Estetika pada Atribut Pengantin Adat Sunda. Sebagaimana dikemukakan oleh Koentjaraningrat kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang universal dan dapat ditemukan pada semua kebudayaan di dunia, baik dalam masyarakat pedesaan yang terpencil maupun dalam masyarakat perkotaan yang besar dan kompleks (1994:2). Atribut pada pengantin Sunda sebagai salah satu bagian dari hasil budaya manusia, dalam sistem sosial budaya masyarakat tradisional memiliki keterkaitan yang erat dengan berbagai aktivitas ataupun upacara tradisional masyarakat pendukungnya itu semua yang akan menopang timbulnya budaya agung atau budaya adiluhung. Pada dasarnya bentuk-bentuk yang terdapat pada atribut pengantin adat Sunda adalah bentuk ekspresi dan penyampaian suatu pesan moral dan budaya. Ekspresi yang berarti pengungkapan atau mengungkapkan, proses menyatakan. Memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan dan sebuah perasaan. Berkaitan dengan fungsi dan kegunaan berkembanglah bentukbentuk baru dengan memberikan beberapa hiasan sebagai aksen keindahan untuk menunjang struktur atribut itu sendiri. Perubahan dimaksud akhirnya melahirkan fungsi yang beraneka ragam. Perubahan fungsi atribut dengan memberikan sedikit dekorasi atau dengan mengembangkan bentuk awalnya akan mengarah pada kreativitas dan motivasi. Dari atribut yang ada pada pengantin Sunda banyak mengambil bentuk dari bunga, sehingga kedudukkan bunga pada masyarakat Sunda secara tidak langsung sebagai identitas dan jati diri budaya masyarakat Sunda. Nilai-nilai sosial kemasyarakatan, adat dan agama menyatu dalam kesatuan yang dilukiskan sebagai alat atau wadah dalam bentuk atribut. Hal ini diyakini dapat dijadikan pedoman dalam melangkah selanjutnya menuju masyarakat yang rukun dan damai. Bentuk dan hiasan merupakan jati diri yang sering diwacanakan sebagai local genius. Konsep local genius yang akan mampu bertahan terhadap pengaruh budaya luar, minimal dalam penyerapan pengaruh dapat mengintegerasikan unsur-unsur budaya luar kedalam budaya daerah sendiri. 61