BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. berat. Salah satu tantangannya adalah menghadapi persaingan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib dipelajari di setiap

PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN REALISTIK UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, mandiri,

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

RPP DAN MATERI PKGD. Prodi PGSD Penjas FIK UNY Wawan S. Suherman, M.Ed.

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRIMA UNTUK MENGOPTIMALKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA NEGERI 2 GORONTALO PADA MATAPELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan secara formal, tepat dan akurat sehingga tidak memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru sebagai salah satu dari komponen pendidikan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

KURIKULUM 2013 PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

DEVELOPMENT MATHEMATICS LEARNING INSTRUMENT THROUGH APPROACH REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION ON MATTER OF BUILD FLAT QUADRILATERAL FOR SMP/MTs

Rizallisa Ariyanti*), Anna Cesaria**), Merina Pratiwi**) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu: 1) peserta didik;

Pengabdian Pada Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengembangan ini adalah (1) pembelajaran matematika; (2) perangkat

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang digunakan untuk mempermudah manusia dalam menjalani

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian pengembangan yang telah dilakukan, diperoleh hasil

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Oktober 2014

GAMBARAN UMUM PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN. Ria Mayasari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN KELAS VII SMP/MTs

BAB II LANDASAN TEORI. logika (Erman Suherman dkk, 2003: 253). Menurut Herman Hudojo (1988: 3),

BAB II KAJIAN TEORI. dkk. 2012: 107). Belajar merupakan suatu proses berpikir yang saling

MODEL ROPES DALAM PROSES PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN SETTING

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) HANDOUT PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SMK TAHUN 2015

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari lima tahap yaitu Analysis (Analisis), Design (Perancangan),

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran Islam mengandung tiga inti ajaran pokok meliputi; aqidah, agama yaitu; ilmu tauhid, ilmu fiqih dan ilmu akhlak.

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia pada Materi Lingkaran untuk Siswa Kelas VIII SMP

DESAIN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SPIRIT KEARIFAN LOKAL MEDAMAZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

EFEKTIFITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

DEVELOP MATHEMATICS LEARNING INSTRUMENTS WITH APPROACH REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) ON PLANE OF TRIANGLE FOR 7 th GRADE SMP/ MTs

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada

BAB I PENDAHULUAN. negaranya. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk menciptakan generasi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010: 39). Berbagai upaya terus dilakukan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut. Salah satunya adalah pengembangan kurikulum yang pada tahun pelajaran 2013/2014 mulai diterapkan Kurikulum 2013 sebagai pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendikbud No. 68 Tahun 2013). Salah satu implikasi diterapkannya Kurikulum 2013 adalah setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, 1

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Menurut Permendikbud No.103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, RPP mencakup: (1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi; (4) materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian; dan (7) media/alat, bahan, dan sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar. Menurut Abdul Majid (2012 : 173), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, diharapkan guru dapat mengembangkan dan menyusun bahan ajar sendiri sebagai sumber belajar siswa. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan adalah Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh (Trianto, 2009: 222). 2

Beberapa alasan pentingnya pengembangan LKS setelah peneliti melakukan wawancara dengan guru dan mengamati LKS yang banyak digunakan siswa saat ini adalah; pertama, LKS yang sudah tersedia belum memfasilitasi pengembangan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan menyimpulkan sesuai Kurikulum 2013. Hal ini kurang sejalan dengan yang diamanatkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014. Berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran, proses pembelajaran haruslah terdiri dari lima pengalaman belajar pokok yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi. LKS yang akan disusun hendaknya dapat mendukung peserta didik untuk belajar dengan memenuhi lima pengalaman belajar pokok tersebut. Kedua, LKS yang sudah tersedia belum sesuai dengan karakteristik siswa baik itu lingkungan sosial, geografis, dan budaya. Selain itu, karakteristik siswa yang meliputi tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai, minat, dan latar belakang keluarga juga belum diperhatikan. Perbedaan karakteristik siswa ini, akan mempengaruhi perbedaan kebutuhan bahan ajar bagi siswa. Ketiga, LKS yang dikembangkan belum memenuhi kualifikasi baik. Hendro Darmodjo dan Jenry Kaligis (1992: 41) menyampaikan bahwa LKS yang baik haruslah memenuhi berbagai persyaratan misalnya syarat didaktik, syarat konstruksi dan syarat teknis. 3

Gambar 1. Cuplikan LKS yang digunakan oleh siswa Cuplikan isi LKS pada Gambar 1 diambil dari LKS matematika kelas VIII yang digunakan di sekolah. Jika kita amati, materi di atas disampaikan dengan sangat singkat, kalimat yang digunakan tidak mengkonstruksi pemahaman siswa secara benar mengenai perbandingan senilai. Rumusan kalimat yang digunakan ada yang kurang komunikatif dan kurang efektif. Penggunaan tanda baca ada yang kurang tepat. Penggunaan satuan juga belum konsisten. Hal ini tentunya belum memenuhi syarat konstruksi dan syarat teknis sehingga dapat dikategorikan bahwa LKS yang dikembangkan belum baik. Melihat berbagai realitas di atas, kiranya sangat perlu dikembangkan LKS yang mampu memenuhi semua kebutuhan. Salah satu acuan yang dapat digunakan dalam pengembangan LKS adalah Dale s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale). Dale (1946: 39) melakukan klasifikasi 4

pengalaman menurut tingkatan dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak seperti yang tercantum dalam Gambar 2 berikut ini. People Generally Remember 10% of what they read 20% of what they hear Read Hear High 30% of what they see 50% of what they hear and see 70% of what they say and write View Image Watch Videos Attend Exhibit/Sites Watch a Demonstration Participate in Hands-On Workshop Design Collaborative Lessons Degree of Abstraction 90% of what they say as they do a thing Simulate, Model or Experience a Lesson Design/ Perform a Presentation- Do Real Thing Low Gambar 2. Dale s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale) Berdasarkan kerucut pengalaman Dale di atas terlihat bahwa pembelajaran yang paling berpengaruh adalah pembuatan simulasi atau model pengalaman nyata dan melakukan dengan benda nyata. Berdasarkan hal tersebut, dalam penyusunan bahan ajar diharapkan mampu memberikan model pengalaman nyata untuk dapat memberikan pengaruh secara maksimal. Berdasarkan hal inilah penulis tertarik untuk mengembangkan bahan ajar berbentuk LKS yang mendasarkan pada kehidupan realistik. Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan realistik dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dari sekian banyak pendekatan yang dilakukan. Kuiper dan Knuver menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan realistik, sekurang-kurangnya dapat membuat: 5

1. Matematika lebih menarik, relevan, dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak; 2. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa; 3. Menekankan belajar matematika pada learning by doing ; 4. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa menggunakan penyelesaian algoritma yang baku; dan 5. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika (Erman Suherman, dkk., 2003: 143). Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika. PMR dikembangkan oleh Hans Freudental sejak tahun 1971 di Belanda yang dikenal dengan Realistic Mathematics Education (RME). PMR dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menggunakan situasi yang mengandung permasalahan realistik, yaitu permasalahan yang dapat dibayangkan oleh siswa sebagai fondasi dalam membangun konsep matematika (Ariyadi Wijaya, 2012: 21). Konsep PMR dapat dikaitkan dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang realistik tidak hanya berarti masalah yang konkret yang diamati oleh siswa tetapi juga masalah-masalah yang mudah dibayangkan oleh siswa. Pembelajaran dengan PMR pada dasarnya merupakan pemanfaatan realita (hal-hal nyata) dan lingkungan yang telah dipahami untuk memperlancar pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti memandang perlu dikembangkannya LKS yang disusun dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika 6

Realistik. Dalam hal ini, materi yang dikembangkan difokuskan pada materi Perbandingan karena LKS dengan menggunakan pendekatan PMR yang bersesuaian dengan Kurikulum 2013 pada materi tersebut belum dikembangkan di SMP kelas VIII. Dengan LKS yang dihasilkan dalam penelitian ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran untuk siswa SMP kelas VIII pada materi perbandingan. Pembelajaran dapat berlangsung lebih baik dan tujuan yang telah ditetapkan dalam Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dapat tercapai. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut. 1. Masih banyak guru yang belum mampu mengembangkan bahan ajar sendiri. 2. Bahan ajar berupa LKS yang digunakan saat ini belum sesuai dengan tuntutan kebutuhan Kurikulum 2013, karakteristik siswa, dan belum memenuhi kualifikasi baik karena tidak memenuhi syarat konstruksi dan syarat teknis. 3. Keberadaan bahan ajar matematika sebagai bagian dari sumber belajar berupa LKS dengan pendekatan PMR untuk siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013 masih terbatas. 7

C. Pembatasan Masalah Karena keterbatasan kemampuan penulis, waktu penelitian, dan biaya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada pengembangan bahan ajar berupa LKS pada pembelajaran matematika materi perbandingan menggunakan pendekatan PMR bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Kasihan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi perbandingan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013? 2. Bagaimana kualitas LKS pada materi perbandingan menggunakan pendekatan PMR bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013 ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi perbandingan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013. 2. Mengetahui kualitas LKS pada materi perbandingan menggunakan pendekatan PMR bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013 ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. 8

F. Spesifikasi Produk Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut. 1. LKS yang dikembangkan memuat materi pokok perbandingan yang bersesuaian dengan KI dan KD yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013 untuk siswa SMP kelas VIII. 2. LKS yang dikembangkan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR), sehingga di dalamnya memuat prinsipprinsip PMR. 3. LKS yang dikembangkan memenuhi kualifikasi kualitas pengembangan bahan ajar yaitu valid, praktis, dan efektif. 4. LKS menyajikan kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa baik di kelas maupun di rumah. G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan peneliti mengenai pengembangan bahan ajar berupa LKS matematika materi perbandingan dan kemudian dapat dijadikan acuan mengembangkan LKS untuk materi yang lain. 2. Bagi Siswa Dapat digunakan sebagai panduan belajar matematika materi perbandingan bagi siswa di kelas atau sebagai panduan belajar mandiri bagi siswa di rumah. 9

3. Bagi Guru LKS ini dapat digunakan sebagai sumber belajar dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas H. Asumsi Pengembangan 1. Setiap pendidik pada satuan pendidikan dianjurkan untuk mengembangkan dan menyusun bahan ajar sendiri sebagai sumber belajar siswa. 2. LKS dapat membantu guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. 3. LKS dalam proses pembelajaran dapat membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman dan ketrampilan terkait materi yang dipelajari. 10