PENILAIAN KUALITAS PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah Organisasi. Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMETAAN VORD KE DALAM CMMI UNTUK MENINGKATKAN ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS SISTEM PENJUALAN SUPERMARKET SAKINAH)

Capability Maturity Model Integration (CMMI)

Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001

Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC)

Menjadikan KIPI (CMM Versi Indonesia) Diminati Oleh Perusahaan Piranti Lunak Di Indonesia

PENJAMINAN KUALITAS SOFTWARE pada SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PROTOTYPING

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI

PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI

Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis dan perkembangan

Audit SI/TI Berbasis Cobit

PEMETAAN VORD KE DALAM CMMI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS SISTEM PENJUALAN SUPERMARKET SAKINAH)

Enterprise Architecture Planning

TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DR EAM PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI DENGAN CMMI-DEV

STUDI TINJAUAN PERBANDINGAN KIPI DAN CMMI SEBAGAI FRAMEWORK STANDAR KEMATANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERANGKAT LUNAK

BAB II. LANDASAN TEORI

Software Proses. Model Proses Perangkat Lunak. Pengembangan Perangkat Lunak. Framework activities 3/20/2018. System Development Life Cycle (SDLC)

PENINGKATAN KEBUTUHAN AKAN SOFTWARE QUALITY SEBAGAI FAKTOR PENDORONG PENERAPAN CMM-SW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan dipaparkan sejumlah penelitian terdahulu.

UAS REKAYASA PERANGKAT LUNAK. Software Quality Assurance HANSI ADITYA KURNIAWAN

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK )

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT)

Perancangan Model Kapabilitas Optimasi Sumber Daya TI Berdasarkan COBIT 5 Process Capability Model

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT

Sistem Informasi dan Pengendalian Internal. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)

UTS SUSULAN AUDIT SISTEM Standar Pengelolaan di Dunia IT

Kuisioner Domain Bisnis

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak

MENINGKATKAN FUNGSIONALITAS DAN INTEGRASI BISNIS PROSES PERUSAHAAN X DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT

ANALISA PROSES BISNIS

Perancangan Sistem Informasi Monitoring PelaksanaanService Order pada Bagian Perawatan IT(Information Technologi)

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

STUDI TINJAUAN PERBANDINGAN KIPI DAN CMMI SEBAGAI FRAMEWORK STANDAR KEMATANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERANGKAT LUNAK DI INDONESIA

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

PENERAPAN COBIT FRAMEWORK UNTUK MENILAI PENGELOLAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN TINGKAT KEPUASAN PELAYANAN (STUDI KASUS PADA KLINIK XYZ YOGYAKARTA)

PENGUKURAN M ANAJEMEN RISIKO TI DI PT.X MENGGUNAKAN COBIT 5. Myrna Dwi Rahmatya, Ana Hadiana, Irfan Maliki Universitas Komputer Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pihak, baik dari sisi developer, manajemen perusahaan, operasional

PENGEMBANGAN SISTEM ERP MODUL PROJECT MANAGEMENT PADA CLIENT PT. JIVA VENTURES (STUDI KASUS : PT. BEST PLANTATION INTERNATIONAL)

ANALISIS PENGARUH AKUISISI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Empiris pada PT. Sampoerna TBK di Bursa Efek Indonesia)

IMPLEMENTASI CMMI DALAM SEBUAH ORGANISASI PENGEMBANG SOFTWARE UNTUK MENCAPAI RETURN ON INVESTMENT (ROI) YANG DIINGINKAN

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5

BAB II LANDASAN TEORI

Bab III Kondisi Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis dalam dunia usaha. Persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan

Minggu 01 Sistem Informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi tersebut di dalam perusahaannya. canggih, mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

RENCANA IMPLEMENTASI SISTEM ERP EPICOR ISCALA 2.3 SR3 MODUL SALES MANAGEMENT PADA PT. X

ABSTRAK. vii. Kata Kunci: Penilaian, Evaluasi, Audit, SCAMPI C, P-CMM, Practice Characterization, Strength, Weakness.

[Analisis dan Portofolio ]

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan

Tingkat Kapabilitas Tata Kelola TI Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Sam Ratulangi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODEL TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DI UNIVERSITAS X MENGGUNAKAN COBIT

Adrian Nugraha Putra

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Information Technology (IT) dewasa ini telah berkembang

Mengenal COBIT: Framework untuk Tata Kelola TI

PERANGKAT LUNAK & REKAYASA PERANGKAT LUNAK

Enterprise Resource Planning (ERP)

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan era globalisasi dewasa ini, teknologi informasi juga ikut

EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) BERBASIS ORACLE PADA MODUL ORDER MANAGEMENT (STUDI KASUS : PT.

MANAJEMEN PROYEK DALAM PRAKTEK

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN

SOFTWARE PROCESS & METHOD

LAMPIRAN A KUESIONER. Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1)

Bayu Adhi Tama 1, Indra Silanegara 2 1 Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Sriwijaya. 2 Politeknik Negeri Jakarta

I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan teknologi yang makin meluas di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KONVERSI SISTEM INFORMASI

Agoeng Bhimasta Yetli Oslan

BAB II LANDASAN TEORI

Informasi Sistem Manajemen Publik

MENINGKATKAN DAYA SAING LABORATORIUM KLINIK XYZ DENGAN CMMI-SVC

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai modal untuk memenangkan persaingan global. dapat memberikan informasi yang akurat, informatif, dan up to date yang dapat

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA COFFEE SHOP STUDI KASUS: KRAKATOA COFFEE AND GEMSTONE

THE SOFTWARE PROCESS

BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit

MUSLIKAH SUCIATI B

Transkripsi:

PENILAIAN KUALITAS PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR Popi Diana Syafitri Abstract Development of information technology has fueled globalization is one among changes in the external environment that has a very significant impact on the conduct of business and society today. So much so that the necessary changes before a new paradigm to be competitive in the new business environment. To achieve that goal required organizational restructuring that leads to integrated enterprise, with information systems and integrated information technology as a means of support in business operations. Thus it is very important to know whether the information system has been quality to support all business processes of the organization. Keywords: Distributor, Quality, Information Systems. Pendahuluan Globalisasi telah membuat perkembangan dunia bisnis semakin pesat sehingga menimbulkan bertambahnya perusahaan yang memasuki pasar jasa. Hal tersebut ditandai dengan munculnya perusahaan baru yang menghasilkan produk jasa yang hampir sejenis, dampaknya adalah semakin banyak produk jasa yang ditawarkan dalam bentuk pelayanan yang beragam. Kondisi demikian membuat pelanggan dihadapkan kepada berbagai alternatif pilihan, sementara dipihak perusahaan menimbulkan iklim persaingan yang semakin ketat untuk mendapatkan pelanggan. Berbagai macam strategi bisnis yang relatif baru diterapkan, meliputi berbagai bidang yang terkait dengan bisnis itu sendiri. Strategi bisnis baru tersebut antara lain meliputi redesigning, reengineering, benchmarking, 15

empowerment, outsourcing dan sebagainya. Pada hakekatnya penerapan suatu strategi bisnis baru tersebut akan mempengaruhi pada keseluruhan lingkungan bisnis organisasi. Muara dari munculnya berbagai strategi bisnis baru ini adalah berkaitan dengan pertanyaan bagaimana perusahaan dapat memenangkan persaingan di era bisnis global saat ini? Upaya peningkatan mutu merupakan suatu strategi perusahaan untuk mendapatkan konsumen baru dan menjadikannya loyal sebagai pelanggan tetap. Oleh karena itu keputusan untuk peningkatan mutu tidak akan terlepas dari perencanaan mutu karena mutu yang baik adalah disebabkan oleh perencanaan mutu yang tepat. Sama halnya juga perusahaan akan terus berusaha untuk meningkatkan efisiensi operasionalnya dalam rangka untuk mencapai profitabilitas yang lebih tinggi. Pada era kini arus komunikasi dan informasi sangat cepat menuntut para pengambil kebijakan dari segala bidang khususnya pada bidang manajemen informasi untuk bekerja lebih keras dalam menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah sistem informasi. Begitu pentingnya diperlukan sistem informasi yang baik untuk menyajikan infomasi organisasi karena informasi menjadi dasar dan pendukung dalam pengambilan keputusan. Dukungan sistem informasi pada layanan dan proses bisnis perusahaan memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasaran bisnis dengan lebih efektif dan efisien. Dengan demikian dalam pengembangan sistem informasi perlu dilakukan secara terukur dengan kualitas yang tinggi. Akan hal ini perlu menjadi perhatian, ketika perusahaan berinvestasi dalam teknologi dan sistem informasi maka haruslah dapat memberikan nilai kontribusi ekonomi yang riil bagi bisnis. Akan tetapi pada kenyataannya dalam pengembangan sistem informasi terdapat beberapa resiko yang ditanggung oleh para stake holders. Seperti terjadinya bug/defect, waktu pengembangan yang semakin panjang, resource yang semakin bertambah maupun kendala-kendala lain yang tidak diperkirakan sebelumnya. 16

Sejarah dari Software Quality Assurance (SQA) berkembang secara paralel dengan sejarah dari kualitas hardware. SQA diperkenalkan pertama kali pada saat kontrak pembuatan software di bidang militer pada tahun 1970an, dimana kemudian berkembang ke dunia komersial. Sebelumnya pada tahun 1950an dan 1960an, jaminan kualitas suatu software merupakan tanggung jawab tunggal dari seorang programmer. Akan tetapi, sekarang jaminan kualitas software sudah menjadi tanggung jawab beberapa pihak, seperti software engineer, manajer proyek software, konsumen, produsen, distributor, dan masing-masing individu yang terkait dengan produk tersebut. Penjaminan mutu perangkat lunak (software quality assurance/sqa) merupakan pola-pola kegiatan yang terencana dan sistematik yang bertujuan untuk memberikan kepercayaan bahwa perangkat lunak yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi teknis yang dibuat yang berkualitas tinggi. Metode yang bisa dicapai sangat banyak dan beragam, termasuk memastikan kesesuaian dengan satu atau lebih standar, seperti model CMMI (Capability Maturity Model Integration). Penelitian ini dilakukan dengan cara memeriksa atau assessment bagaimana kondisi Software Quality Assurance sistem informasi pada perusahaan distributor yang telah digunakan sehingga akan dapat dihasilkan suatu feedback dan evaluasi yang akurat untuk pengembangan dan perbaikan mutu sistem informasi ke depannya. Kualitas Pengembangan Sistem Informasi Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut blok bangunan (building blok), yang terdiri dari komponen input, komponen model, komponen output, komponen teknologi, komponen hardware, komponen software, komponen basis data, dan komponen kontrol. Semua komponen tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan untuk mencapai sasaran, seperti pada gambar berikut, 17

Gambar 1. Komponen-Komponen Sistem Informasi Seiring dengan perkembangan jaman, sistem informasi memiliki peran yang sangat penting dalam suatu organisasi. Sistem informasi sangat penting dalam menunjang kegiatan bisnis operasional, menunjang manajemen dalam pengambilan keputusan, dan menunjang keunggulan strategi kompetetif organisasi. Perangkat lunak (Software) dapat dibedakan atas: 1) Perangkat lunak generik; yakni perangkat lunak yang dikembangkan sendiri oleh pengembang, menurut standar dan ukuran pengembang dan dimaksudkan untuk tujuan penggunaan tertentu oleh pengembang. Perangkat lunak generik ini, biasanya merupakan perangkat lunak propietary, yang dijual kepada siapa saja yang mampu membelinya. 2) Perangkat lunak yang disesuaikan; yakni perangkat lunak yang dikembangkan menurut kebutuhan pengguna itu sendiri. Perangkat lunak ini, dibangun menurut apa yang dibutuhkan oleh pengguna, dan digunakan untuk tujuan khusus dari pengguna itu sendiri. Para 18

pengembang perangkat lunak jenis ini mengembangkan perangkat lunak menurut kebutuhan spesifik yang ditentukan oleh user. Capability Maturity Model Integration (CMMI) merupakan suatu model pendekatan dalam penilaian skala kematangan dan kemampuan sebuah organisasi perangkat lunak. CMMI pada awalnya dikenal sebagai Capability Maturity Model (CMM) yang dikembangkan oleh Software Enginnering Institute di Pittsburgh pada tahun 1987. CMMI mendukung proses penilaian secara bertingkat. Penilaiannya tersebut berdasarkan kuisioner dan dikembangkan secara khusus untuk perangkat lunak yang juga mendukung peningkatan proses. CMMI merupakan salah satu modul kematangan (maturity model) yang digunakan untuk meningkatkan proses (process improvement) dalam organisasi. Tujuan dari penerapan CMMI di dalam organisasi adalah untuk meningkatkan proses pengembangan dan perawatan produk-produk piranti lunak organisasi tersebut. Konsep CMMI for Development dikeluarkan oleh Software Engineering Institute (SEI) dari Carnegie Mellon University pada akhir tahun 2001 dan dipublish Agustus 2006 guna menggantikan konsep serupa yaitu CMM yang telah dipakai untuk proses assessment sejak tahun 1990-an. Kegiatan pengembangan ini sendiri disponsori oleh US DoD (Department of Defense). Dalam dokumen resminya, CMMI bertujuan meningkatkan kematangan organisasi dengan memberikan panduan (guidance) mengenai peningkatan proses pengembangan suatu produk dan layanan. Jadi secara umum Capability Maturiry Model (CMM) adalah suatu model kematangan kemampuan (kapabilitas) proses yang dapat membantu pendefinisian dan pemahaman proses-proses secara menyeluruh suatu organisasi. CMMI dapat direpresentasikan atau digambarkan dalam 2 bentuk yaitu: (1)Proses digambarkan sebagai Continous Representation untuk menunjukkan Capability Level, dan (2)Proses digambarkan sebagai Staged Representation untuk menunjukkan Maturity Level. 19

Dengan demikian CMMI dapat memberikan gambaran bagaimana kualitas semua proses yang dijalankan berdasarkan representasi 'Continous' dan ' Staged'. Sehingga dapat juga dilakukan untuk membandingkan organisasi yang telah memiliki dan menjalankan proses yang terstruktur berdasarkan Capability Level dan Maturity Level. Capability Level adalah sebuah model untuk menggambarkan bagaimana setiap proses inti berjalan di dalam sebuah organisasi. CMMI memiliki 6 level untuk setiap proses inti: Level 0: Incomplete Level 1: Performed Level 2: Managed Level 3: Defined Level 4: Quantitatively Managed Level 5: Optimizing Setiap organisasi tentu dapat memiliki satu atau dua proses inti yang menurut mereka sangat penting dan berada pada level 4 atau 5, sementara di organisasi berbeda dapat memiliki level berbeda-beda untuk setiap proses inti. CMMI memiliki panduan dan tim yang dapat menilai atau mereview untuk melihat capability level untuk setiap proses inti di dalam sebuah organisasi. Secara singkat, penjelasan capability level adalah sebagai berikut: 1. Capability Level 0: Incomplete Sebuah proses area dapat dikategorikan berada pada level ini, jika proses tersebut memang tidak dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan atau berjalan secara partial. 2. Capability Level 1: Performed Proses area tersebut sudah menjadi bagian dari sesuatu yang wajib dalam menjalankan kegiatan. Walaupun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya baik disisi kualitas maupun schedule. Prinsipnya proses sudah berjalan dan menjadi sesuatu yang wajib sebagai titik awal. 20

3. Capability Level 2: Managed Sebuah proses berada pada level ini, jika proses ini selalu direncanakan, dilakukan, dimonitor dan berjalan pada setiap aktifitas pengembangan. Ini berarti bahwa, organisasi ini selalu menjalankan proses di setiap proyek pengembangannya. Terdapat fungsi perencanaan dan kontrol. 4. Capability Level 3: Defined Sebuah proses berada pada level ini, jika proses itu didefinikan secara menyeluruh di dalam sebuah organisasi. Pada level 2 ("Managed"), sangat dimungkinkan proyek A dan B menjalankan proses requirement analysis, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang berbeda. Sehingga team di proyek A, sangat sulit untuk memahami proses dan dokumentasi dari requirement analysis di proyek B. Pada level 3 ("Defined"), semua proses telah didefinisikan secara baku sehingga semua orang di dalam organisasi ini memiliki cara yang sama untuk melakukan sebuah proses tertentu. 5. Capability Level 4: Quantitatively Managed Pada level ini, sebuah proses akan dimonitor menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur apakah sebuah proyek benar-benar menjalankan proses secara tepat. 6. Capability Level 5: Optimizing Sebuah proses pada level ini di dalam sebuah organisasi, jika terdapat sebuah aktifitas atau tim yang fokus untuk mempelajari atau mereview. Ini adalah sebuah pengembangan dari level 4. Melalui proses review dan analisis dengan metode tertentu, sebuah organisasi dapat memiliki Continous Representation atau Capability Level untuk semua proses inti yang telah didefinisikan oleh CMMI. Representasi kedua dari CMMI yang sering disebut sebagai "Staged Representation" dan menggunakan "Maturity Level" sebagai tolak ukurnya. Dalam Maturity Level, dapat diketahui sampai sejauh mana organisasi telah 21

menjalankan seluruh proses inti yang terdapat pada CMMI. Maturity Level akan melihat semua proses tersebut untuk menggambarkan "Staged Representasi". Model CMMI menempatkan organisasi dalam 5 Maturity Level dalam CMMI yaitu: Level 1: Initial Level 2: Managed Level 3: Defined Level 4: Quantitatively Managed Level 5: Optimizing Penjelasan 5 Maturity Level level CMMI tersebut adalah sebagai berikut: 1. Maturity level 1 - Initial. Secara umum, organisasi yang berapa pada level 1 adalah organisasi yang belum menjalankan CMMI. Tidak terdapatnya proses yang standar dalam pengembangan IT, banyak perubahan yang bersifat ad-hoc (begitu terdapat defect, langsung dilakukan perbaikan tanpa melihat penyebab utama secara menyeluruh) dan sangat sedikit kontrol. Organisasi semacam ini pada umumnya sangat tergantung terhadap 'orang', tidak tergantung kepada 'sistem'. Sehingga jika terdapat satu orang yang 'cerdas', maka dia akan menangani semuanya sebagai 'hero' dan pada saat 'orang' ini tidak ada, maka proyek akan bergoyang atau bahkan mungkin tidak akan terlaksana. 2. Maturity Level 2: Managed Pada level ini, organisasi telah memiliki beberapa proses yang sering digunakan dalam setiap proyek pengembangan, tetapi tidak terdapat keseragaman secara menyeluruh. Proses sudah mulai berjalan secara konsisten, akan tetapi tidak menyeluruh pada semua lini organisasi. 3. Maturity Level 3: Defined 22

Level 3 ini adalah yang paling umum didasarkan oleh hampir seluruh organisasi pada saat mereka telah mengimplementasikan CMMI. Pada level ini, semua lini organisasi menjalankan proses yang sudah didefinisikan pada level organisasi dan semua tim paham bagaimana proses seharusnya berjalan. 4. Maturity Level 4: Quantitatively Managed Pada level ini, organisasi semakin advance. Mereka mulai menerapkan konsep kuantifikasi pada setiap proses, dan selalu diawasi serta dikontrol. 5. Maturity Level 5: Optimizing Ini adalah level puncak dalam model CMMI. Pada ML5 ini suatu organisasi telah mencapai seluruh spesifik dan generik goals yang ada di Level 2, 3, 4, dan 5. ML 5 fokus kepada peningkatan proses secara berkesinambungan melalui inovasi teknologi dan optimasi proses senantiasa dipantau dan dianalisis. Berdasarkan CMMI bahwa ada beberapa alasan kenapa suatu organisasi perlu untuk melakukan audit[9] yaitu : 1. The communication audit, digunakan untuk mengetahui arah atau tujuan dari suatu perusahaan 2. Information Mapping, audit ini fokus pada identifikasi sumber daya yang berhubungan dengan sistem informasi 3. The Knowledge audit, knowledge management (strategic information management) adalah level tertinggi dalam fungsi manajemen suatu organisasi 4. The Information Audit, digunakan untuk melakukan investigasi penggunaan sistem informasi berikut juga keterhubungannya dengan akibat dari penggunaan sistem. 5. The Inteligent audit, adalah audit yang berhubungan dengan informasi dan knowledge management 23

Dari kelima tujuan audit tersebut di atas, penelitian ini lebih berfokus pada The Information Audit. Beberapa keuntungan yang akan diperoleh saat perusahaan menerapkan CMMI adalah sebagai berikut: 1. Penilaian studi kualitas (assessing) atas proses kematangan (maturity) terkini. 2. Meningkatkan kualitas struktur organisasi dan pemrosesan dengan mengikuti pendekatan best-practice. 3. Digunakan dalam proses uji-kinerja (benchmarking) dengan organisasi lainnya. 4. Meningkatkan produktivitas dan menekan resiko proyek. 5. Menekan resiko dalam pengembangan perangkat lunak. 6. Meningkatkan kepuasan pelanggan. 7. Mempunyai fitur-fitur yang bersifat institusional, yaitu komitmen, kemampuan untuk melakukan sesuatu, analisis dan pengukuran serta verifikasi implementasi. 8. Tersedianya Road Map untuk peningkatan lebih lanjut. Kondisi CMMI Maturity Level pada Perusahaan Distributor Distributor adalah sebuah organisasi dengan badan usaha yang bertindak atas namanya sendiri yang ditunjuk oleh pabrik atau pemasok untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran barang dalam partai besar secara tidak langsung kepada konsumen akhir terhadap barang yang dimiliki oleh pihak lain yang menunjuknya. Penelitian ini dilakukan pada PT. HM Sampoerna, TBk cabang Medan yang beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 152-154 Medan Sumatera Utara. Sebagai salah satu produsen rokok terbesar dan ternama di Indonesia, sejarah PT HM Sampoerna, TBk. tidak dapat dipisahkan dari sejarah keluarga Sampoerna sebagai pendirinya. Pada tahun 1913 oleh Liem Seeng Tee, seorang imigran asal Cina, mulai membuat dan menjual rokok kretek linting tangan di rumahnya di 24

Surabaya, Indonesia. Perusahaan kecilnya tersebut merupakan salah satu perusahaan pertama yang memproduksi dan memasarkan rokok kretek maupun rokok putih. Dimulai dari awal 2007, PT. HM Sampoerna melengkapi sales force-nya dengan perangkat Handheld (HH) plus printer kecil yang dapat dibawa-bawa. Penggunaan Handheld bagi sekitar 1.500 sales force dikemas dalam program International Sales & Merchandising System (ISMS). Perangkat Handheld (HH) digunakan untuk order secara realtime dari tim sales yang berada di lapangan. Tujuannya untuk mengotomasi penjualan, sehingga tidak perlu lagi membuat laporan secara manual. Bahkan, invoice pun dapat dicetak real-time. Jalur komunikasi yang digunakan dari perangkat Handheld (HH) ke sistem di organisasi dengan melalui jaringan komunikasi GSM dan wifi. Pengembangan proyek sistem informasi pada perusahaan ini dilakukan dengan cara pihak software developer perusahaan bekerjasama dengan pihak vendor di luar perusahaan. Proyek ini bertujuan untuk membekali seluruh kantor penjualan divisi Sales dengan perangkat Handhled, serta komponen Back Office (desktop), FORT dan BORA. FORT adalah alat pelaporan front office yang digunakan Supervisor pada laptop, sementara BORA adalah pelaporan back office yang digunakan oleh para manajer dan analis. Peluncuran secara nasional diselesaikan pada bulan Maret 2008. Sistem tersebut diadopsi dari Philip Morris dengan beberapa penyesuaian terhadap kebutuhan PT. HM Sampoerna. Sistem informasi penjualan (Sales Information System) terdiri dari isms dan Bora. (ISMS) adalah aplikasi yang sangat membantu Sales dan Merchadising, sehingga para sales force dapat bekerja lebih cepat dan lebih mudah. Pada fitur Bora digunakan untuk menghasilkan laporan-laporan yang digunakan para supervisor dan manajer. Implementasi isms sejak tahun 2008 telah berjalan dan memberikan sejumlah manfaat dalam meningkatkan efisiensi transaksi penjualan dan pengendalian terhadap pekerjaan administratif, serta yang juga penting, meningkatkan akurasi dan kualitas informasi penjualan untuk membantu pembuatan keputusan yang baik. 25

Berdasarkan melihat dokumentasi, pengamatan di lapangan dan wawancara sehingga didapatkan hasil bahwa untuk saat ini pada sistem infomasi penjualan yang digunakan organisasi telah memasuki level-4 CMMI yaitu: Tahap Quantatively Managed (Level 4) organisasi dan proyek membangun tujuan kuantitatif untuk kualitas dan kinerja proses, dan menggunakan mereka sebagai kriteria dalam pengelolaan proses. Tujuan kuantitatif didasarkan pada kebutuhan pelanggan, pengguna akhir, organisasi dan pihak yang mengimplementasi proses. Tujuan yang terukur untuk kualitas dan produktivitas telah dibentuk. Perhitungan yang rinci dari standard proses pengembangan sistem dan kualitas produk secara rutin akan dikumpulkan dan disimpan dalam database. Terdapat suatu usaha untuk mengembangkan individual project management yang didasari dari data yang telah terkumpul. Kesimpulan Setelah dilakukannya assessment dengan menggunakan model CMMI diketahui bahwa tingkat kematangan pengembangan software pada sistem informasi untuk bagian penjualan PT. HM Sampoerna menunjukkan telah berjalan dengan efektif dan berada pada level 4 CMMI yaitu Tahap Quantatively Managed. Bahan Referensi Caputo, Kim. 1999. CMM Implementatioon Guide: Choreographing Software Process Improvement. Addison-Wesley, California. Chrissis, M.B., M. Konrad, S. Shrum. 2003.CMMI: Guidelines for Process Integration Product Improvement, Addison-Wessley, California. and CMMI Product Team, 2010, CMMI for Development, Version 1.3, November 2010, Software Engineering Process Management Program, Carnegie Mellon University. 26

CMMI Product Team, 2006.CMMI for Development, Version 1.2: Improving processes for better products, Technical Report CMU/SEI-2006-TR-008 ESC-TR-2006-008, Software Engineering Institute, Carnegiee Mellon University, Pittsburgh, PA 15213-3890. CMMI Product Team, 2007.CMMI for Acquisition, Version 1.2: Improving processes for acquiring better products and services, Technical Report CMU/SEI-2007-TR-017 ESC- TR-2007-017, Software Engineering Institute, Carnegiee Mellon University, Pittsburgh, PA 15213-3890. CMMI Product Team, 2009. CMMI for Services, Version 1.2: Improving processes for better services, Technical Report CMU/SEI-2009-TR-001 ESC-TR-2009-001, Software Engineering Institute, Carnegiee Mellon University, Pittsburgh, PA 15213-3890. Daniel Galin, 2004, Software Quality Assurance From Theory To Implementation, Pearson Education Limited, England. Dennis M. Ahern, Aaron Clouse and Richard Turner. 2008. CMMI Distilled: A Practical Introduction to Integrated Process Improvement, Pearson Education Inc, Addison- Wesley. Ian Sommerville, Software Engineering, 8th ed, Pearson Education Limited, 2007 Jeff Tian, 2005, Software Quality Engineering: Testing, Quality Assurance, and Quantifiable Improvement, IEEE Computer Society, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey, Canada. https://www.academia.edu/9461947/pengukuran_tingkat_kematangan_pen GGUNAAN_SISTEM_INFORMASI_MENGGUNAKAN_CMMI_DAN_ISHIKAWA diakses pada 22 Desember 2015 http://ekokusuma.blogspot.co.id/2012/12/membangun-kualitas-it-dengandiakses pada 22 Desember 2015 cmmi.html https://www.academia.edu/8162183/keunggulan_kompetitif_dengan_tekno LOGI_INFORMASI diakses pada 22 Desember 2015 27