LITERASI SAINS DALAM PEMBELAJARAN IPA. Oleh: Yani Kusuma Astuti STKIP NU Indramayu, Jawa Barat

dokumen-dokumen yang mirip
Artikel diterima: April 2017; Dipublikasikan: Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

Education and Human Development Journal, Vol. 02. No. 01, April 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK-ASPEK LITERASI SAINS

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Murni Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

SRIE MULYATI, 2015 KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI LI-ION RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widya Nurfebriani, 2013

Pendekatan Etnosains dalam Proses Pembuatan Tempe terhadap Kemampuan Literasi Sains

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

ANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Kimia merupakan salah satu rumpun sains, dimana ilmu kimia pada. berdasarkan teori (deduktif). Menurut Permendiknas (2006b: 459) ada dua hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek

POTENSI MELATIHKAN ENVIRONMENTAL LITERACY BAGI CALON GURU SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya mutu pendidikan (Muhaimin, 2001).Hal ini disebabkan oleh belum meratanya

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ismail, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERSEPSI MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI TENTANG LITERASI QUANTITATIF

R PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran

Program Studi Pendidikan Fisika UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inelda Yulita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL KEMAMPUAN LIT ERASISAINS SISWA SMP DI KOTA PURWOKERTO DITINJAU DARI ASPEK KONTEN, PROSES, dan KONTEKS SAINS

BAB 1 PENDAHULUAN. Literasi sains didefinisikan oleh The National Science Education Standards

2014 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH YANG MUNCUL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI NUTRISI KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

2015 KONSTRUKSI DESAIN PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013

2015 PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu dalam kemajuan ilmu pendidikan. Mutu pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya. Dengan

Universitas Sebelas Maret Surakarta,Surakarta, korespondensi : Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

BABI PENDAHULUAN. sendiri dan alam sekitar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KECAKAPAN BERPIKIR KRITIS DAN LITERASI ILMIAH SISWA KELAS XI IPA 7 SMAN 1 KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pendidikan sains merupakan salah satu komponen dasar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUA N A.

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PENCAPAIAN LITERASI KUANTITATIF SISWA SMA PADA KONSEP MONERA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

2014 KONTRIBUSI LITERASI SAINS DAN KORELASINYA TERHADAP PERILAKU SEHAT SISWA SEKOLAH LANJUTAN ATAS KELAS X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN LKPD IPA BERMUATAN NATURE OF SCIENCE UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hedya Nurwijayaningsih, 2015

Profil Keterampilan Memecahkan Masalah Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam Penerapan Ekstrakulikuler IPA Berbasis STEM

LAPORAN PRAKTIKUM PENDIDIKAN IPA PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN IPA DI TINGKAT SMP. Disusun Oleh : Sani Wirayati Kelas A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki

Mengingat pentingnya LS, ternyata Indonesia juga telah memasukan LS ke dalam kurikulum maupun pembelajaran. Salah satunya menerapkan Kurikulum

STUDI KEMAMPUAN LITERASI KIMIA PESERTA DIDIK PADA MATERI ELEKTROKIMIA THE STUDY OF STUDENT S CHEMISTRY LITERACY SKILLS IN ELECTROCHEMISTRY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fatia Indrianti,2014

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan kesesuaian antara kompetensi baru dengan kebutuhan. pengetahuan untuk kepentingan proses pembelajaran.

HUBUNGAN LITERASI SAINS DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA PADA KONSEP ASAM BASA. Abstract

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

LITERASI SAINS DALAM PEMBELAJARAN IPA Oleh: Yani Kusuma Astuti STKIP NU Indramayu, Jawa Barat ABSTRAK Literasi sains berarti pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi, partisipasi, dan produktivitas ekonomi. Hal ini sangat penting mempersiapkan bekal keterampilan yang harus dimiliki abad ke 21 ini bagi siswa dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pentingnya literasi sains karena permasalahan berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi. Selain itu literasi sains memberdayakan masyarakat untuk membuat keputusan pribadi dan berpartisipasi dalam perumusan kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan mereka. Literasi sains dalam pengukurannya terdiri dari 3 dimensi yaitu konten sains, proses sains dan konteks aplikasi sains. Literasi informasi dan teknologi dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat memberi pengaruh pada peluang baru dalam strategi dan metode pembelajaran, termasuk pembelajaran sains. Keterampilan literasi sains dan literasi IT dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan Alam, untuk memahami dan berkomunikasi dan meningkatkan hubungan antara sains, teknologi dan masyarakat. Kata kunci: literasi sains, literasi informasi PENDAHULUAN Memasuki abad ke 21 yang semakin pesat perkembangan pengetahuan maupun teknologi tentunya membutuhkan tantangan sendiri, baik dilingkungan pendidikan maupun dunia kerja saat ini. Sehingga perlunya mempersiapkan generasi saat ini memiliki keterampilan baik soft skill maupun hard skill bagi siswa dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Menurut Omar, Turiman, Daud dan Kasman, (2011) bahwa keterampilan abad ke 21 terdiri dari empat domain utama literasi, berfikir inventif, komunikasi yang efektif dan produktivitas yang tinggi. Salah satu keterampilan yang penting untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan memutuskan masalah adalah literasi sains. Literasi sains sudah banyak dikembangkan dalam dunia pendidikan oleh negara-negara seperti Amerika, Taiwan, Cina, Hong Kong, Australia, Jerman dan Chile ( G. Lederman, S. Lederman, Antink, 2013), bahkan negara berkembang seperti Nigeria (Ojimba, 2013). Literasi sains di Indonesia mulai dikenalkan pada tahun 1993 melalui undangan oleh Unesco untuk mengikuti International Forum on Science and Technological Literacy for All di Paris dan realisasinya diselenggarakan Workshop on Scientific and Technological Literacy for All in Asia and Pasific di Tokyo. Literasi sains mulai diakomodasikan dalam kurikulum 2006 (KTSP) dan lebih terlihat jelas pada kurikulum 2013 melalui kegiatan inkuiri dan pendekatan ilmiah (scientific approach). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PISA tahun 2000 sampai saat ini Indonesia berada pada kemampuan yang tergolong rendah. Hasil Studi PISA tahun 2009 menunjukkan tingkat literasi sains siswa Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil 67

studi tahun sebelumnya. Tingkat literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke 57 dari 65 negara peserta dengan skor yang diperoleh 383 dan skor ini berada di bawah ratarata standar dari PISA (OECD, PISA 2009 Database). Menerapkan Literasi sains dilakukan harus dipupuk sedini mungkin (Barton, 1994; Bybee, 1997). Literasi sains yang diterapkan anak-anak mungkin dipengaruhi oleh semakin pentingnya teknologi digital (Leu, Kinzer, Coiro, & Cammack, 2004) dan meningkatkan anak-anak di media interaktif (Beschorner, Hutchison, 2013). Akibatnya membangun literasi anak yaitu membaca dan menulis harus diperluas melalui multimedia dan IT (Teknologi Informasi). Hal ini dipertegas oleh Miller (2002), yang telah terlibat dalam menilai literasi sains selama lebih dari tiga dekade, menekankan pentingnya "literasi sains" dalam masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi. Ia percaya bahwa masyarakat abad ke-21 membutuhkan masyarakat dengan pengetahuan tentang isu-isu ilmiah dan teknologi. PEMBAHASAN 1. Pengertian Literasi Sains Literasi sains berarti pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi, partisipasi, dan produktivitas ekonomi (Omar, Turiman, Daud dan Kasman, 2011). Hal senada menurut PISA merupakan kemampuan dalam menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifiksi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan yang didasarkan bukti-bukti agar memahami dan membuat keputusan. Sedangkan menurut Gbamanja (1999) dalam Adolphus, Telima, Arokoyu (2012) mendefinisikan literasi sains sebagai "pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa dan kejadian di lingkungan". Konsep literasi yang digunakan PISA (Performance of International Student Assesment) tidak hanya terkait dengan kemampuan membaca dan menulis namun bagaimana mereka menerapkan kemampuan dalam memahami prinsip-prinsip, prosesproses mendasar dan untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adolphus, Telima, Arokoyu, (2012) menjelaskan bahwa literasi sains adalah salah satu dari beberapa jenis keaksaraan seperti kemampuan membaca dan menulis, literasi numerik dan literasi digital. Menurut PISA 2006 (Bybee, 2008) literasi sains dapat dicirikan sebagai terdiri dari empat aspek yang akan diperoleh yaitu: 1). menyadari situasi kehidupan yang melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini adalah konteks untuk unit penilaian dan barang-barang; 2) memahami dunia alam, termasuk teknologi, atas dasar pengetahuan ilmiah yang meliputi pengetahuan tentang alam dan pengetahuan tentang ilmu itu sendiri; 3) kompetensi mencakup mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah sebagai dasar argumen mengambil kesimpulan dan keputusan. 2. Pentingnya Literasi Sains Literasi sains adalah keterampilan yang penting dan dibutuhkan dalam era digital saat ini. Pentingnya literasi sains karena permasalahan berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi. Selain itu literasi sains memberdayakan masyarakat untuk membuat keputusan pribadi dan berpartisipasi dalam perumusan kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan mereka. Martinez-Hernandez, Ikpeze, Kimaru (2015) pendidik mengembangkan keterampilan literasi sains siswa untuk meningkatkan: 1) pengetahuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan Alam, 2) kosa kata lisan dan tertulis yang diperlukan untuk memahami 68

danberkomunikasi ilmu pengetahuan dan, 3) hubungan antara sains, teknologi dan masyarakat. Dengan demikian melalui penerapan literasi sains dalam pembelajran diharapkan siswa akan memiliki kemampuan-kemampuan yaitu: a). Memiliki kemampuan dalam hal pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk partisipasi dalam masyarakat era digital; b). kemampuan mencari, atau menentukan jawaban pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari; c). memiliki kemampuan untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena; d). Kemampuan membaca dengan memahami artikel tentang ilmu pengetahuan dan terlibat dalam percakapan sosial; e). dapat mengidentifikasi isu-isu ilmiah yang mendasari keputusan ilmiah dan teknologi informasi; f). kemampuan mengevaluasi informasi ilmiah atas dasar sumber dan metode yang digunakan; g). memiliki kapasitas mengevaluasi argumen berdasarkan bukti dan menarik kesimpulan dari argumen tersebut. 3. Dimensi dalam Literasi Sains Literasi sains dalam pengukurannya terdiri dari 3 dimensi yaitu konten sains, proses sains dan konteks aplikasi sains. Pertama: Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (Suciati, et all 2013). Hal ini dapat membantu menjelaskan aspek-aspek lingkungan fisik. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan dari berbagai bidang ilmu baik konsep-konsep fisika, kimia, biologi, ilmu bumi dan antariksa. Kedua; dalam proses sains merujuk pada proses mental yang melibatkan suatu jawaban dari pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan (Rustaman, 2011). Kemampuan yang diuji dalam proses sains meliputi; 1) mengenali pertanyaan ilmiah 2) mengidentifikasi bukti; 3).menarik kesimpulan; 4).mengkomunikasikan kesimpulan; 5). Pemahaman konsep ilmiah. Ketiga; konteks aplikasi sains lebih menekankan pada kehidupan sehari-hari, serta mengaplikasikan sains dalam pemecahan masalah nyata seperti bidang kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan dan teknologi yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1.Konteks Aplikasi Sains Bidang aplikasi Relevansi Pribadi, komunitas, Global Kehidupan dan kesehatan 1. Kesehatan, penyakit, dan gizi 2. Pemeliharaan dan keberlanjutan spesies 3. Kesalingbergantungan antara sistem fisik dan sistem biologis Bumi dan Teknologi Lingkungan 1. Pencemaran 1. Bioteknologi 2. Pembentukan dan 2. Penggunaan perusakan tanah material dan 3. Cuaca dan iklim pembuangan sampah 3. Penggunaan energi 4. Transportasi (Sumber: Rustaman, 2011) 4. Penilaian Literasi Sains Literasi sains dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan. Pertama, fungsional literacy yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk menggunakan konsep dalam kehidupan sehari- 69

harinya terutama yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia seperti pangan, kesehatan, dan perlindungan. Kedua, civic literacy yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk berpartisipasi secara bijak dalam bidang sosial mengenai isu bidang sains dan teknologi. Ketiga, cultural literacy yang mencakup usaha ilmiah dan persepsi bahwa sains merupakan aktivitas intelektual yang utama (Rustaman, 2011). Penilaian dalam literasi sains harus memperhatikan beberapa hal yaitu; penilaian literasi sains siswa tidak ditujukan untuk membedakan seseorang literat atau tidak, dan pencapaian literasi sains harus kontinu dan terus menerus. Adapun dalam penilaian literasi sains dalam bentuk soal-soal berbeda dengan soal-soal lainnya, karena memiliki karakteristik soal yaitu 1) soal-soal yang mengandung konsep yang lebih luas karena tidak hanya terkait dengan konsep-konsep dalam kurikulum; 2).soal-soal harus memuat informasi atau data dalam berbagai bentuk penyajian untuk diolah oleh siswa yang akan menjawabnya; 3) soal-soal literasi sains harus membuat siswa dapat mengolah informasi dalam soal; 4). Soal-soal dapat dibuat beberapa variasi bentuk soal (pilihan ganda, essay, isian); 5). Soal harus mencakup konteks aplikasi. 5. Literasi Informasi dan Teknologi Perkembangan Teknologi Informasi (TI) telah memasuki berbagai dunia pendidikan. Seiring perkembangan aplikasi TI dalam pendidikan, berbagai bahan belajar telah diproduksi dan dikonsumsi oleh pembelajar dalam bentuk yang bervariasi. Kemajuan teknologi komputer dan internet memberi banyak tawaran dan pilihan yang menunjang proses pembelajaran. Keunggulannya tidak hanya pada faktor kecepatan memeroleh informasi namun juga fasilitas multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik dan interaktif. Teknologi dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat memberi pengaruh pada peluang baru dalam strategi dan metode pembelajaran, termasuk pembelajaran sains di sekolah menengah. Teknologi komputer telah berkembang sekarang dapat memudahkan penggunaan penyelidikan belajar pada berbagai tingkatan, dan menyediakan alat-alat baru untuk mewakili sifat ilmu di dalam kelas. Penggunaan teknologi ini untuk mendukung pendekatan pengajaran yang baru dan tujuan memegang peranan besar untuk meningkatkan pendidikan sains di kelas, asalkan keterbatasan diakui dan teknologi digunakan sebagai alat kunci untuk mengajarkan literasi sains, Blurton (2002) in Pal.S & Panigrahi, M (2013) didefinisikan ICT sebagai beragam alat teknologi dan sumber daya yang digunakan untuk berkomunikasi dan menciptakan, menyebarkan, menyimpan dan mengelola informasi. Teknologi ini termasuk komputer, internet, teknologi penyiaran (radio dan televisi) dan telepon (Tinio, 2002) dalam Adolphus, Telima, Arokoyu (2012). ICT merupakan istilah umum yang mencakup perangkat komunikasi atau aplikasi meliputi radio, televisi, telepon seluler, komputer dan jaringan perangkat keras dan perangkat lunak, sistem satelit dan sebagainya, serta berbagai layanan dan aplikasi yang berhubungan dengan mereka, seperti konferensi video dan pembelajaran jarak jauh. ICT terdiri dari semua sarana teknis yang digunakan untuk menangani informasi dan bantuan komunikasi, termasuk komputer dan perangkat keras jaringan, serta software yang diperlukan. Kemampuan individu menggunakan IT sejauh mana seseorang untuk mengenali informasi, mengetahui kapan menggunakan kemampuan, dan kemampuan untuk menganalisis informasi secara efektif. Literasi informasi semakin penting dalam lingkungan kontemporer karena cepat perubahan teknologi. Keterampilan literasi informasi yang berkaitan dengan teknologi informasi, tetapi memiliki implikasi luas bagi individu, sistem 70

pendidikan, dan masyarakat. Saat ini, literasi IT telah menjadi kebutuhan dasar bagi individu untuk dapat belajar secara efektif dan terus menerus dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan lingkungan belajar (Bruce, 1999). Literasi (melek) komputer merupakan prasyarat untuk pengembangan literasi informasi umumnya mengacu pada kemampuan untuk menggunakan perangkat lunak aplikasi yang berjalan pada komputer. Adapun terkait menggunakan ICT, penggunaan ipad atau tablet dapat digunakan sebagai alat pengajaran anak usia dini. Menurut Beschorner, Hutchison (2013) bahwa Ipad dapat digunakan sebagai sarana mengembangan literasi sains. Karena Ipad, tablet merupakan alat dengan banyak aplikasi teknologi yang memungkinkan anak anak menemukan, mengeksplorasi, memecahkan masalah. Selain itu anak-anak lebih tertarik mengguanakan ipad karena dapat membaca, menulis maupun berkomunikasi secara komunikatif sehingga terbangun rasa ingin tahu, ekspresi diri, kreativitas. SIMPULAN Literasi sains merupakan keterampilan yang perlu dikembangkan dalam menghadapi globalisasi. Pentingnya literasi sains dan literasi informasi dalam pengambilan keputusan pribadi, partisipasi, dan produktivitas ekonomi. Literasi sains terdiri dari beberapa jenis keaksaraan seperti membaca ditulis, literasi numerik dan literasi digital (teknologi Informasi). Dalam hal pembelajaran literasi sains dapat diterapkan melalui strategi pembelajaran yang dapat mengasah siswa untuk berfikir tinggi selain itu strategi berbasis multimedia atau berbasis komputer daapt meningkatkan literasi digital. Dengan demikian literasi sains dapat dimasukkan dalam kurikulum agar pembelajaran sains terutama IPA dapat meningkatkan pengetahuan terutama konsep-konsep ilmiah maupun teknologi. DAFTAR PUSTAKA Adolphus, Telima, Arokoyu. 2012. Improving Scientific Literacy among Secondary School Students through Integration of Information and Communication Technology. Journal of Science and Technology. (VOL. 2, NO. 5) Beschorner, B. & Hutchison, A. 2013. IPads as a literacy teaching tool in early childhood. International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology, 1(1), 16-24. Bybee. 2008. Scientific Literacy, Environmental Issues.Springer Science Business Media, J Sci Educ Technol (2008) 17:566 58 Hernandez, Ikpeze, Kimaru. 2015. Perspectives on Science Literacy: A comparative study of United States and Kenya.Chemistry Faculty Publications Liu. 2009. beyond Science Literacy: Science and the Public International Journal of Environmental & Science Education Vol. 4, No. 3, 301-311 Ojimba. 2013. Scientific and Technological Literacy in Africa: Issues, Problems and Prospects' Dimensions (Ipp). Educational Research International Vol. 2 No. 1 I 71

Pal. S & Panigrahi M. 2013. Open Educational Resources With Special Reference To Biology Teaching and Research Aid In Ethiopia. Journal of Educational and Instructional Studies in the World.Volume: 3 Issue: 3 Article: 13 Punia Turiman, Jizah Omar, Adzliana Mohd Daud & Kamisah Osman. 2012. Fostering the 21st Century Skills through Scientific Literacy and Science Process Skills. Procedia - Social and Behavioral Sciences 59 (110 116) Rustaman. 2011. Materi dan Pembelajaran IPA. Jakarta: Universitas Terbuka Scardamalia, M. 2002. Collective Cognitive Responsibility for the Advancement of Knowledge. In B. Smith (Ed.), Liberal E JOURNAL OF EDUCATIONAL AND INSTRUCTIONAL STUDIES WORLD Suciati et all. 2013. Identifikasi Kemampuan Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Ditinjau dari Aspek-Aspek Literasi Sains. Di akses http://fmipa.unesa.ac.id /kimia/wpcontent/uploads/2013/11/40-47 72