PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR DENGAN TERM CFR ( COST AND FREIGHT ) PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

BAB II LANDASAN TEORI

JUAL BELI (KE)PERUSAHAAN: INCOTERMS 2010

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG MELALUI LAUT SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Hukum

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

PROSEDUR IMPOR DRUM SALTED HEAD PIECES PADA PT. SEGARAMAS SENAPUTERA SEMARANG

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

KEPASTIAN RISIKO, BIAYA DAN TANGGUNG JAWAB DALAM INCOTERMS 2010

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR TEKSTIL PADA PT. DAN LIRIS DI SUKOHARJO

Praktek Pengisian Dokumen Ekspor. Pertemuan ke-7

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum ekspor menurut Amir (2000:100) menjelaskan. bahwa ekspor adalah mengeluarkan barang barang dari peredaran

PENERAPAN TERMS FOB DALAM PENGIRIMAN PRODUK FURNITURE PADA CV. YUDHISTIRA DI BOYOLALI

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

BAB I PENDAHULUAN.

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI LAUT DENGAN LESS THAN CONTAINER LOAD ( LCL ) ( STUDI KASUS ASA CARGO DI SURAKARTA )

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

ISSN No Media Bina Ilmiah 31

ANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

DASAR HUKUM BERLAKUNYA BEDING SYARAT-SYARAT (BEDING) DALAM JUAL BELI PERNIAGAAN ISI BEDING JUAL BELI LOKO 11/8/2014. Ps BW:

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPOR BARANG

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

PERANAN FREIGHT FORWARDER DALAM PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI TRANSPORTASI LAUT BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, letak geografis, dan keahlian merupakan faktor terjadinya. perbedaan kekayaan alam pada suatu Negara (Setyorini, 2009)

BAB VIII. STOWAGE PLAN Loaded at : Port of Tg. Priok Draft : F. : 52 Disch port : Makassar / Bitung M. : chi' Total of Cargo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

Program Studi Diploma 3 Manajemen Perdagangan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Sebelas Maret

BAB V BILL OF LADING (B/L)

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

BAB I PENDAHULUAN. proses ekspor atau dikenal dengan sebutan forwarding agent.

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN

BAB II LANDASAN TEORI. peraturan perudang-undangan yang berlaku (Tandjung, 2011: 379).

PERANAN FREIGHT FORWARDING DALAM TRANSPORTASI LAUT PADA PT. YICHENGINTERNATIONAL DI JAKARTA. Tugas Akhir

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-9

PERAN PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN (PPJK) DALAM PROSES IMPOR BARANG BESERTA DOKUMEN YANG TERKAIT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

Oleh : Sadhu Pramudita Adhikara NIM : F

BAB III OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat PT. Lentera Buana Jaya. PT. Lentera Buana Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

PERUBAHAN KETENTUAN MANIFES. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat

Peranan freight forwarder dalam proses pengiriman barang ekspor melalui transportasi laut BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xv. DAFTAR LAMPIRAN...

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

BAB II LANDASAN TEORI

PERANAN FREIGHT FORWARDER DALAM MENUNJANG AKTIVITAS EKSPOR PADA PT. ARINDO JAYA MANDIRI SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan pokok dari perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di jaman seperti sekarang ini, pertukaran barang melewati batas suatu

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MENGGUNAKAN POLA LESS THAN CONTAINER LOAD ( LCL) PADA PT. AGILITY INTERNASIONAL CABANG SOLO

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan indonesia letaknya yang strategis, menjadikan

TUNAS JAYA GATAK SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Luasnya wilayah Indonesia dan jumlah penduduknya mencapai 220 juta jiwa

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-11

BAB VI TRANSPORTASI dan PENANGANAN CARGO

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengembangkan, memperbaiki, atau menyempurnakan sebuah sistem. Hal-hal

Kegiatan shipping company dalam rangka ekspor pada PT. Trada Maritime, Tbk Jakarta. Oleh: Lestari NIM : F BAB I PENDAHULUAN

: bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah Penetapan Nilai Pabean sebesar CIF USD 17,507.12;

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. yang menjadi bahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB II LANDASAN TEORI

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-29242/PP/M.XVI/19/2011. menurut Pemohon Banding : CIF USD565, menurut Terbanding : CIF USD750,000.

Role of Freight Forwarder In Import Export Business At PT.Jasa Trans Samudera Sulut. Vinnita Laloma Johny. R.E. Tampi Danny D.S Mukuan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan

Transkripsi:

PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR DENGAN TERM CFR ( COST AND FREIGHT ) PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA Tugas Akhir Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Pada Program D-3 Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Woro Sabdyani Kusumastuti Nim : F3108073 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 ii

iii

iv

MOTTO Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia. (Ulangan 28:13) Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-nya datang pengetahuan dan kepandaian. (Amsal 2:6) v

PERSEMBAHAN Dengan penuh ucapan syukur dan kasih sayang, karya tulis ini kupersembahkan untuk : 1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan hikmat dan ide kepadaku dalam penyusunan Tugas Akhir ini 2. Papi, Mami, Kakak, dan Keponakan serta seluruh keluargaku yang tercinta yang telah memberikan dorongan dan doanya kepadaku. 3. Sahabat dan orang-orang yang aku sayangi yang selalu membantu dan memberikan semangat. 4. Almamaterku tercinta. vi

KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan hikmat-nya yang senantiasa tercurah atas kita semua. Begitu juga dengan hikmat-nya yang tercurah senantiasa atas penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan masih belum sempurna karena keterbatasan di dalam proses penulisan, maka dari itu penulis berharap kepada setiap pembaca untuk dapat memakluminya. Penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil jika penulis bekerja sendirian. Banyak dukungan dan bantuan dari beberapa pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan hikmat dan berkat-nya yang melimpah atas penulis. 2. Ibu Izza Mafruhah, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktunya dalam membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan Tugas Akhir ini. 3. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Unoversitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Hari Murti, M.Si selaku ketua program studi D3 Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. vii

5. Seluruh dosen dan karyawan program studi D3 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Papi-Mami terkasih dan semua keluarga yang memberikan doa, kasih sayang, semangat, serta dukungan yang tak pernah berhenti untuk penulis. 7. Ibu Amy A. Saputra sebagai Branch Manager PT. Agility International Surakarta yang telah menerima penulis untuk melakukan magang kerja. 8. Pak Totok, Pak Wawan, Pak Tri, Pak Joko, Bu Winda, Bu Yunita, Bu Ayu, dan semua pegawai di PT. Agility International Surakarta, terima kasih atas bimbingan, bantuan, dan informasi yang diberikan. 9. Ruben Mahendra yang telah membagikan pengetahuan, wawasan, serta memberikan kasih sayang dan dukungan dalam bentuk apapun. 10. Teman-teman Persekutuan Mahasiswa Kristen Fakultas Ekonomi (PMKFE) UNS dan juga teman-teman di Bisnis Internasional (BI), terima kasih atas perhatian, doa, dan dukungan kalian. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir yang penulis buat. Harapan penulis, Tugas Akhir yang dibuat oleh penulis ini dapat berguna bagi semua pihak yang membaca dan dapat dijadikan bahan informasi tambahan bagi yang membaca. Surakarta, Juni 2011 viii Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN ABSTRAKSI... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penyusunan Tugas Akhir... 4 D. Manfaat Penyusunan Tugas Akhir... 5 E. Metode Penyusunan Tugas Akhir... 7 BAB II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor... 10 B. Dokumen-Dokumen yang Terkait dalam Kegiatan Ekspor... 11 C. Pengertian Freight Forwarding... 14 D. Incoterms 2000... 15 ix

E. Aktifitas Freight Forwarding... 27 F. Alur Ekspor yang Ditangani Freight Forwarding... 29 G. Peran Menggunakan Jasa Freight Forwarding... 33 H. Ruang Lingkup Freight Forwarding... 35 BAB III. DESKRIPSI OBJEK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah berdirinya PT. Agility International... 36 2. Lokasi Perusahaan... 39 3. Struktur Organisasi... 40 B. Pembahasan 1. Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR pada PT. Agility International... 45 2. Jenis-Jenis Dokumen yang Diperlukan dalam Term CFR, serta Kepengurusan Dokumen-Dokumen Tersebut... 54 3. Analisis Perhitungan Biaya Pengiriman Barang dengan Term CFR... 59 BAB IV.PENUTUP A. KESIMPULAN... 65 B. SARAN... 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Prosedur Ekspor yang Ditangani oleh EMKL... 32 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Agility International... 40 Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Agility International Surakarta... 41 Gambar 3.3 Alur Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR melalui AGEN TO AGEN pada PT. Agility International Surakarta... 49 Gambar 3.4 Alur Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR melalui DIRECT MASTER pada PT. Agility International Surakarta... 53 xi

DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Pernyataan Tugas Akhir 2. Surat Keterangan Magang 3. Contoh Dokumen Shipping Instruction (SI) 4. Contoh Dokumen Booking Instruction 5. Contoh Dokumen Booking Confirmation / Delivery Order (DO) 6. Contoh Dokumen Commercial Invoice 7. Contoh Dokumen Packing List 8. Contoh Dokumen Bill of Lading (B/L) 9. Contoh Dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) 10. Contoh Dokumen Nota Pelayanan Ekspor (NPE) 11. Contoh Dokumen Standart Operating Procedure (SOP) 12. Contoh Dokumen Document Receipt Note 13. Contoh Dokumen Equipment Interchange Receipt (EIR) 14. Contoh Dokumen Certificate of Origin (COO) 15. Contoh Dokumen Certificate of Fumigation 16. Contoh Dokumen Faktur Pajak 17. Contoh Dokumen Incoming / Outgoing Invoice 18. Contoh Dokumen Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP) 19. Contoh Dokumen Perincian Perhitungan Pembayaran Jaminan Jasa TPKS melalui Warkat Dana 20. Contoh Dokumen Payment Request 21. Foto Proses Stuffing 22. Foto Proses Packaging xii

ABSTRAKSI PROSES PENGIRIMAN BARANG DENGAN TERM CFR PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA WORO SABDYANI KUSUMASTUTI F3108073 PT. Agility International adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan pengiriman barang ekspor impor, yang sering disebut dengan Freight Forwarding. Kantor PT. Agility International Surakarta bertempat di Jl. Raya Solo Permai Blok LJ No. 34 Solo Baru, Sukoharjo, Solo 57552, Telp. (0271) 624 361. Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis melakukan penelitian di PT. Agility International Surakarta pada tanggal 1 Februari 2011 sampai dengan 31 Maret 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International Surakarta. Di samping itu, untuk mengetahui jenis-jenis dokumen apa saja yang digunakan serta analisis biaya yang harus dikeluarkan dalam term CFR ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif mengenai proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International sebagai perusahaan freight forwarding. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat melalui wawancara secara langsung kepada pihak PT. Agility International Surakarta dan data sekunder yang diperoleh dari buku ataupun sumber bacaan lainnya yang berkenaan dan relevan dengan pokok bahasan yang diambil. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tentang proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International Surakarta yaitu berawal dari eksportir yang menyerahkan Shipping Instruction kepada PT. Agility untuk dipesankan ruang kapal dan container, kemudian proses stuffing hingga terbitnya dokumen-dokumen ekspor serta pembayaran biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pengiriman dengan term CFR ini. Saran yang dapat diajukan untuk PT. Agility International Surakarta adalah perlunya penambahan karyawan dan pembagian job-des serta komunikasi yang baik antar divisi. Hal ini sangatlah penting untuk memajukan kinerja perusahaan tersebut. Kata kunci : freight forwarding, pengiriman, incoterm, cost and freight.

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir ini pertumbuhan ekonomi dunia meningkat tinggi, hal tersebut tentunya berpengaruh besar terhadap kegiatan ekspor-impor. Dimana jumlah dan jenis barang yang diekspor maupun yang diimpor semakin banyak dan bervariasi seiring perkembangan zaman. Sehingga hal tersebut mendatangkan problema tersendiri bagi kegiatan ekspor-impor yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar, dimana kegiatan tersebut tidak dapat lagi dilakukan oleh perusahaan itu sendiri tanpa adanya pihak ketiga yang berperan sebagai transporter. Transporter merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengangkutan barang ekspor atau impor, dimana perusahaan tersebut memiliki system tersendiri yang harus dijalankan oleh perusahaanperusahaan yang menggunakan jasanya. Dalam perdagangan internasional, perusahaan transporter lebih dikenal dengan sebutan Freight Forwarding. Perusahaan freight forwarding melakukan kegiatan pengangkutan (pengiriman) barang ekspor atau impor melalui darat, laut, dan udara (Multimodal Transport). Dengan adanya system pengangkutan multimodal transport tersebut, badan perdagangan internasoinal yang sering disebut Kamar Dagang Internsaional (International Chamber of Commerce) membuat keseragaman peraturan pengiriman barang. Dimana peraturan tersebut dikenal dengan nama Incoterm

2 2000. Incoterm 2000 terdiri dari 13 term yang mengatur proses pengiriman barang dengan multimodal transport. Adapun jalur laut / sungai memiliki 6 term (Incoterm 2000) dalam pengiriman barang, antara lain : Free Along Ship (FAS), Free On Board (FOB), Cost and Freight (CFR), Cost Insurance and Freight (CIF), Delivery Ex Ship (DES), Delivery Ex Quay (DEQ). Dari sekian term tersebut, yang tidak kalah popular adalah term CFR. CFR merupakan term dimana eksportir (shipper) mempunyai kewajiban membayar biaya angkutan (freight) hingga ke pelabuhan tujuan (port of unloading/discharges/destination). Dari sinilah peran freight forwarding berasal, dimana freight forwarding membantu dalam proses pengiriman barang tersebut. Dalam beberapa kegiatan pengiriman barang, term inilah yang paling sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai negara, terutama perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Term ini memberikan kemudahan bagi perusahaan yang mengekspor maupun mengimpor barang. Dari sisi eksportir, term ini memberikan kemudahan bagi mereka untuk mengontrol barang yang dikirim selama dalam perjalanan dan memastikan barang tersebut tiba di pelabuhan tujuan sesuai jadwal yang telah ditentukan dengan kondisi barang tetap baik. Di sisi lain,dari term CFR ini, eksportir dapat me-mark up keuntungan lebih tinggi lagi dibanding dengan term FOB (Free On Board) maupun Exwork. Dari sisi importir (consignee), term ini memberikan kemudahan dimana importir tidak menanggung biaya pengapalan serta tidak bertanggungjawab dalam proses pengapalan tersebut. Sehingga, apapun yang terjadi dalam proses pengapalan,

3 baik itu biaya, risiko, serta tanggung jawab lainnya, importir tidak menanggung hal-hal tersebut. Adapun eksportir dan importir hendaknya memahami benar apa yang dimaksud dengan pengiriman barang menggunakan term CFR, serta mengetahui segala proses yang harus dijalankan pada saat menggunakan term CFR tersebut. Sehingga hal tersebut dapat meminimalisir kesalahan karena miss understanding antara eksportir dan importir. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis mengangkat judul PROSES PENGIRIMAN BARANG DENGAN TERM CFR PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL SURAKARTA, dimana penulis berusaha memaparkan pengertian term CFR beserta hal-hal penting lain yang terkait berdasarkan penyusunan Tugas Akhir yang dilakukan pada PT. AGILITY INTERNATIONAL SURAKARTA, serta melakukan studi pustaka.

4 B. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan pedoman bagi penulis dalam melakukan penyusunan Tugas Akhir secara tepat dan cermat. Di sisi lain, dengan perumusan masalah, penyusunan Tugas Akhir dapat dilakukan secara terarah dan sesuai dengan masalah yang sedang diteliti. Rumusan masalah juga digunakan sebagai acuan dalam pembahasan masalah. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mengangkat beberapa masalah yang terkait dengan objek yang diteliti. Rumusan masalah tersebut antara lain : 1. Bagaimana proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International? 2. Dokumen apa saja yang diperlukan dalam term CFR, serta bagaimana kepengurusan dokumen-dokumen tersebut? 3. Bagaimana analisis perhitungan biaya pengiriman barang term CFR yang dilakukan oleh PT. Agility International? C. Tujuan Penyusunan Tugas Akhir Dengan adanya rumusan masalah, penyusunan Tugas Akhir ini memiliki beberapa tujuan yang terkait dengan rumusan masalah tersebut. Dari tujuan tersebut, penyusunan Tugas Akhir ini memberikan manfaat yang dikehendaki. Tujuan penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

5 1. Untuk mengetahui proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International. 2. Untuk mengetahui jenis-jenis dokumen yang diperlukan dalam term CFR, serta kepengurusan dokumen-dokumen tersebut. 3. Untuk mengetahui analisis perhitungan biaya pengiriman barang dengan term CFR yang dilakukan oleh PT. Agility International D. Manfaat Penyusunan Tugas Akhir Penyusunan Tugas Akhir ini memiliki beberapa manfaat. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan Melalui penyusunan Tugas Akhir ini, perusahaan memperoleh masukan tentang proses pengiriman barang ekspor dan aktivitas lainnya yang terkait. Di sisi lain, penyusunan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam mengembangkan usahanya dan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan kinerja usaha tersebut 2. Bagi pemerintah Pemerintah dapat mengetahui arus keluar masuknya barang ekspor maupun barang impor (jumlah dan komoditi barang), sehingga pemerintah dapat menetapkan kebijakan-kebijakan terkait kegiatan ekspor-impor.

6 Dimana dari kegiatan ekspor-impor tersebut dapat mendatangkan devisa bagi negara. 3. Bagi akademisi Memberikan informasi mengenai proses pengiriman barang ekspor kepada para akademisi, khususnya kepada mahasiswa Program Studi Diploma 3 Bisnis Internasional dalam penerapan ilmu ekonomi mengenai pengiriman barang ekspor yang diperoleh pada masa kuliah dalam prakteknya atau keadaan yang ada di lapangan. 4. Bagi masyarakat Masyarakat dapat mengetahui alur proses pengiriman barang ekspor-impor yang cukup panjang dan kompleks. Dimana hal tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya nilai suatu barang ekspor maupun impor. Sehingga hal tersebut dapat memberikan pengetahuian lebih kepada masyarakat mengenai kegiatan ekspor-impor. Serta dapat membangun dan membawa masyarakat ekonomi kepada ekonomi global yang memiliki standart produk yang tinggi dan memenuhi kualitas ekspor.

7 E. Metode Penyusunan Tugas Akhir Bahwasanya penyusunan Tugas Akhir merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pencarian, pengumpulan, pengolahan (seleksi), serta penyusunan data secara sistematis. Adapun metode penyusunan Tugas Akhir adalah suatu pendekatan ilmiah yang di dalamnya berupa langkah-langkah untuk mendukung tercapainya hasil penyusunan Tugas Akhir yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode ini terdiri dari : 1. Ruang Lingkup Penyusunan Tugas Akhir Ruang lingkup penyusunan Tugas Akhir merupakan suatu cakupan wilayah penyusunan Tugas Akhir (bidang penyusunan Tugas Akhir) yang akan dianalisis untuk kemudian dideskripsikan dalam bentuk data-data riil. Oleh karena itu, metode penyusunan Tugas Akhir yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah deskriptif analisis yaitu mencari gambaran umum kegiatan kemudian dianalisa secara mendalam dan terperinci dengan memfokuskan pada satu masalah. Sedangkan ruang lingkup yang akan diteliti adalah proses pengiriman barang dengan term CFR beserta kepengurusan dokumen-dokumennya pada PT. Agility International Surakarta. 2. Jenis dan Alat Pengumpul Data a. Jenis Data 1) Data Primer Data primer merupakan data yang diterbitkan langsung oleh orang yang mengumpulkan data tersebut. Data ini diperoleh dengan cara

8 wawancara langsung pada staff / karyawan PT. Agility International Surakarta. 2) Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang dipublikasikan oleh orang yang bukan mengumpulkan data tersebut. Data ini penulis peroleh dari buku maupun sumber bacaan lain yaitu data tentang sejarah perusahaan serta struktur organisasi dan rangkaian kegiatannya. b. Metode Pengumpulan Data 1) Wawancara Merupakan cara pengumpulan data dengan mengajukan serangkaian pertanyaan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tatap muka dengan pihak PT. Agility International. 2) Observasi Merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh PT. Agility International. 3) Studi Pustaka Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mempelajari buku / referensi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 3. Sumber Data a. Sumber Data Primer

9 Merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini diperoleh dengan wawancara langsung pada staff / karyawan PT. Agility International. b. Sumber Data Sekunder Merupakan data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penyusunan Tugas Akhir. Data ini diperoleh dari buku maupun sumber bacaan lain yaitu Buku Petunjuk Ekspor Indonesia serta data tentang sejarah perusahaan serta struktur organisasi dan rangkaian kegiatannya.

10 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Dari berbagai sumber,ekspor memiliki pengertian yang bermacam-macam, yaitu diantaranya: Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing (Amir MS, 2004 : 1) Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Roselyne Hutabarat 1996 : 306) Dalam Wikipedia Indonesia, ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain. Kemudian kegiatan ekspor ini dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Ekspor Langsung Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui perantara / eksportir yang bertempat di negara lain atau negara tujuan ekspor. Penjualan dilakukan melalui distributor dan perwakilan penjualan perusahaan 2. Ekspor Tidak Langsung Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui perantara / eksportir negara asal kemudian dijual oleh perantara

11 tersebut. Melalui, perusahaan manajemen ekspor (export management companies) dan perusahaan pengekspor (export trading companies). (http://id.wikipedia.org/wiki/ekspor) Pengertian ekspor menurut UU Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau baru. (http://www.anneahira.com/artikel-umum/ekspor-impor.htm) Berdasarkan dari beberapa pengertian ekspor di atas, penulis menyimpulkan bahwa ekspor adalah suatu kegiatan perdagangan internasional yakni menjual barang / komoditi dari satu negara ke negara lain dengan cara mengeluarkan barang dari wilayah pabean dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. B. Dokumen-Dokumen yang Terkait dalam Kegiatan Ekspor Secara teori dokumen yang diperlukan freight forwarding dalam aktivitas ekspor adalah : 1. Shipping Instruction (SI) Merupakan dokumen yang dibuat oleh eksportir mengenai pemesanan ruang kapal berikut container yang dapat pula menjadi dasar pembuatan bill of lading. Shipping Instruction antara lain memuat tentang : shipper,

12 consignee, notify party, final destination, volume, delivery term, L/C No, date of stuffing, closing time, vessel. 2. Bill of lading (B/L) Bill of lading merupakan dokumen pengapalan yang paling penting karena mempunyai sifat jaminan. Fungsi bill of lading adalah sebagai tanda terima (kuitansi) barang-barang, sebagai bukti kepemilikam barang, serta sebagai bukti adanya perjanjian pengangkutan laut. 3. Packing list Dokumen ini adalah dokumen ekspor yang memuat informasi mengenai barang yang akan diekspor. Informasi tersebut berupa tulisan packing list beserta nomor packing list, tanggal dibuatnya packing list, data lengkap nama eksportir dan alamatnya, data lengkap nama importir dan alamatnya, data lain jika disyaratkan dalam L/C, misalnya nomor purchase order, nomor L/C, description of goods (deskripsi barang), quantity (jumlah barang), gross weight dan nett weight (berat kotor dan berat bersih), dan measurement (ukuran dimensi dalam volume meter atau cubic meters / cbm) 4. Invoice Invoice merupakan dokumen ekspor yang memuat data dan informasi barang yang akan diekspor serta nilai barangnya dalam mata uang asing. Invoice berisi tentang tulisan invoice beserta nomor invoice, tanggal dibuatnya invoice, data lengkap nama eksportir dan alamatnya, data lengkap nama importir dan alamatnya, data lain jika disyaratkan dalam

13 L/C, misalnya description of goods (deskripsi barang), quantity, unit price, total amount. 5. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) Dokumen yang dibuat eksportir dan harus mendapat persetujuan petugas bea cukai sebelum dilakuan pemuatan ke atas kapal. PEB menyebutkan jenis barang ekspor (umum, terkena pajak ekspor, mendapat fasilitas pembebasan dan pengembalian bea masuk, dan barang ekspor lainnya), nama importir, NPWP, izin khusus, berat barang, negara tujuan, provinsi asal barang, cara penyerahan barang, merk kemasan dan lain sebagainya. 6. Certificate of Origin (COO) / Surat Keterangan Asal (SKA) COO dikeluarkan oleh Disperindag yang mewakili pemerintah yang menyatakan bahwa barang yang diekspor benar-benar diproduksi di Indonesia. Surat ini menjelaskan keterangan-keterangan barang, pada transaksi dimana baranag-barang tersebut dikaitkan, keterangan asal barang dan bahwa barang-barang tersebut benar hasil atau produksi dari negara eksportir. 7. Dokumen Asuransi Melindungi pengiriman barang ke luar negeri. Dalam transaksi ekspor impor, dokumen asuransi juga tidak kalah penting karena membuktikan bahwa barang-barang yang disebut di dalamnya telah diasuransikan. Apabila terdapat kerusakan atau kehilangan dalam perjalanan, pihak asuransi akan mengganti kerugian tersebut sesuai syarat yang telah diperjanjikan.

14 8. Dokumen Fumigasi Dokumen yang menunjukkan bahwa barang yang diekspor yang ada di dalam container aman, bebas dari hama dan jamur karena telah difumigasi. 9. Equipment Interchange Receipt (EIR) EIR adalah surat bukti telah mengambil container kosong di tempat prnumpukan / depo. 10. Warkat Dana Merupakan perincian perhitungan pembayaran jaminan jasa TPKS untuk biaya penumpukan container. 11. Berita Acara Penyegelan (BAP) BAP adalah surat bukti bahwa container telah diperikasa dan disegel oleh petugas bea cukai. C. Pengertian Freight Forwarder Freight forwarder adalah badan usaha yang bertujuan untuk memberikan jasa pelayanan atau pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan menggunakan multimodal transport baik melalui darat, laut maupun udara. Freight forwarder juga menyelesaikan biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan transportasi, penanganan muatan di pelabuhan atau gudang, pengurusan dokumentasi dan juga mencakup insurance yang

15 umumnya diperlukan oleh pemilik barang (Capt. R.P. Suyono, 2003 : 155-156) D. Incoterms 2000 1. Pengertian Incoterms adalah kodefikasi dari peraturan internasional untuk keseragaman interpretasi pasal-pasal kontrak dalam perdagangan internasional. (Capt. R.P. Suyono, 2003:351) Incoterms merupakan perjanjian antara seller dan buyer, dan bukan persoalan dari nahkoda maupun pemilik kapal (owner). Peraturan, standart, dan variasi perjanjian tersebut dimuat dalam incoterms (international commercial terms), yang pertama kali dibuat oleh Kamar Dagang Internasional (International Chamber of Commerce disingkat ICC) tahun 1936 dan terakhir Incoterms 2000. Biasanya terms (istilah) dan abbreviations (singkatan) dari incoterms tersebut dimasukkan dalam sale contract. Istilah dan singkatan ini menunjukkan obligasi atau kewajiban yang harus dilakukan oleh pihakpihak yang mengadakan kontrak. 2. Tujuan dan Ruang Lingkup Incoterms Tujuan incoterms adalah menyediakan seperangkat peraturan internasional untuk memberikan penafsiran atas sejumlah istilah perdagangan yang biasa dipakai dalam perdagangan luar negeri. Jadi

16 ketidakpastian dari aneka penafsiran istilah perdagangan di berbagai negara dapat dihindari atau setidaknya dapat dikurangi secara berarti. Ruang lingkup incoterms terbatas hanya pada pihak-pihak terkait dalam kontrak jual-beli (sales contract) dari barang yang diperdagangkan. Incoterms hanya menegaskan hubungan antara seller dan buyer dalam hal angkutan barang, dan tidak menyangkut hubungan dengan pelayaran (carrier), baik secara langsung maupun tidak langsung. Incoterms berkaitan dengan sejumlah kewajiban, seperti kewajiban penjual untuk menempatkan barang-barangnya dalam kewenangan pembeli atau menyerahkan ketempat tujuan. Juga berhubungan dengan pembagian risiko antara pihak-pihak terkait dalam kasus ini. 3. Struktur Incoterms 2000 Dalam Incoterms 1990, untuk memudahkan pengertian, syaratsyarat dikelompokkan dalam 4 kategori, mulai dengan syarat E (EXW), F (FCA, FAS, dan FOB), C (CFR, CIF, CPT, dan CIP), sampai D (DAF, DES, DEQ, DDU, dan DDP). Dalam Incoterms 2000 skemanya adalah sebagai berikut : INCOTERMS 2000 Group E Pemberangkatan : EXW Group F FCA FAS Ex Works ( disebut tempat) Angkutan Utama belum dibayar Free Carrier ( disebut tempat) Free alongside Ship ( disebut pelabuhan

17 pengapalan) FOB Group C CFR CIF Free On Board ( disebut pelabuhan pengapalan) Angkutan Utama Dibayar Cost and Freight ( disebut pelabuhan tujuan) Cost, Insurance and Freight ( disebut pelabuhan tujuan) CPT CIP Carriage Paid to ( disebut tempat tujuan) Carrier and Insurance Paid to ( disebut tempat tujuan) Group D DAF DES DEQ DDU DDP Sampai Tujuan Delivered At Frontier ( disebut tempat) Delivered Ex Ship ( disebut pelabuhan tujuan) Delivered Ex Quay ( disebut pelabuhan tujuan) Delivered Duty Unpaid ( disebut tempat tujuan) Delivered Duty Paid ( disebut tempat tujuan) 4. Syarat Perdagangan Tujuan pokok memilih syarat perdagangan dalam perdagangan internasional adalah untuk menentukan titik atau tempat dimana penjual harus memenuhi kewajiban melakukan penyerahan barang secara fisik atau yuridis kepada pembeli. Titik atau tempat penyerahan juga merupakan titik batas dimana risiko atas barang dari penjual berakhir. Mulai titk ini maka pembeli mulai memikul risiko atas barangnya.

18 Gambaran secara lengkap mengenai masing-masing syarat perdagangan adalah sebagai berikut : EXW : Ex Works ( disebut nama tempat) Ex Works berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang, bila dia menempatkan barang-barang itu untuk pembeli di tempat kediaman penjual atau tempat lain yang ditentukan (yakni tempat kerja, pabrik, gudang dan lain-lain), belum diurus formalitas ekspornya dan juga tidak dimuat ke atas kendaraan pengangkut manapun. Syarat ini merupakan kewajiban yang paling ringan bagi penjual, dan pembeli wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait dengan kewajiban untuk mengambil barang-barang tersebut dari tempat penjual. FCA : Free Carrier ( disebut nama tempat) Free Carrier berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barangbarang, yang sudah mendapat ijin ekspor, kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli di tempat yang disebut. Harus dicatat bahwa pemilihan tempat penyerahan mempunyai dampak pada kewajiban muat bongkar barang-barang di tempat tersebut. Jika penyerahan terjadi di tempat penjual, maka penjual bertanggung jawab untuk memuat. Jika penyerahan terjadi ditempat lain, penjual tidak bertanggung jawab untuk membongkar. Syarat ini dapat dipergunakan tanpa memandang jenis alat angkut, termasuk alat angkut aneka wahana. Pengangkut berarti setiap orang dalam kontrak angkutan, yang berjanggung jawab untuk mengangkut atau menjamin untuk mengangkut

19 dengan kereta api, jalan raya, udara, laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut tersebut. Jika pembeli menunjuk orang selain dari pengangkut untuk menerima barang-barang tersebut, maka penjual dianggap telah memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan barang bila barang tersebut telah diserahkannya kepada orang tersebut. FAS : Free Alongside Ship ( disebut nama pelabuhan pengapalan) Free Alongside Ship berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang, bila barang-barang tersebut ditempatkan di samping kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut. Hal ini berarti bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan semua risiko kehilangan atau kerusakan atas barng-barang mulai saat itu. Syarat FAS menuntut penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat ini berlawanan dengan versi incoterms sebelumnya yang menuntut pembeli untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat FAS hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja. FOB : Free On Board ( disebut nama pelabuhan pengapalan) Free On Board berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang, bila barang-barang melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut. Hal ini berarti bahwa pembeli wajib memikul

20 semua biaya dan risiko atas kehilangan atau kerusakan barang mulai dari titik itu. Syarat FOB menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja. Jika pihak-pihak bersangkutan tidak bermaksud untuk menyerahkan barang melewati pagar kapal, maka syarat FCA yang harus dipakai. CFR : Cost and Freight ( disebut nama pelabuhan tujuan) Cost and Freight berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang, bila barang-barang melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar biaya-biaya dan ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang tersebut sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi risiko hilang atau kerusakan atas barang-barang, termasuk setiap biaya tambahan sehubungan dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah dari penjual kepada pembeli. Syarat CFR menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai. Jika pihakpihak terkait tidak bermaksud melakukan penyerahan barang melewati pagar kapal, maka sebaiknya memakai syarat CPT. CIF : Cost, Insurance, and Freight ( disebut nama pelabuhan tujuan) Cost, Insurance, and Freight berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang, bila barang-barang tersebut melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar semua biaya dan

21 ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang tersebut sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi risiko kehilangan atau kerusakan atas barang-barang, termasuk setiap biaya tambahan sehubungan dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah dari penjual kepada pembeli. Namun dalam syarat CIF, penjual wajib pula menutup asuransi angkutan laut terhadap risiko rugi atau kerusakan atas barng-barang yang mungkin diderita pembeli selama barang dalam perjalanan. Berkenaan dengan itu, penjual wajib menutup asuransi dan membayar premi. Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIF, penjual wajib pula menutup asuransi hanya dengan syarat pertanggungan minimum. Sekiranya pembeli menginginkan perlindungan yang lebih besar, maka pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan penjual secara tegas, atau pembeli sendiri harus mengurus asuransi tambahan itu. Syarat CIF menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai. Jika pihakpihak bersangkutan tidak bermaksud untuk menyerahkan barang melewati pagar kapal, maka syarat CIP yang harus dipakai. CPT : Carriage Paid To ( disebut nama pelabuhan tujuan) Carriage Paid To berarti bahwa penjual menyerahkan barangbarang kepada pengangkut yang ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barangbarang tersebut sampi ke tempat tujuan yang disebut. Hal ini berarti bahwa

22 pembeli memikul semua risiko dan membayar setiap ongkos yang timbul setelah barang-barang yang diserahkan secara demikian. Carrier berarti setiap orang dalam kontrak angkutan, yang berjanggung jawab untuk mengangkut atau menjamin untuk mengangkut dengan kereta api, jalan raya, udara, laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut itu. Sekiranya dipakai pengangkut-pengangkut pengganti untuk meneruskan pengangkutan sampai ke tempat tujuan yang dijanjikan, maka risiko (penjual) berakhir bila barang-barang telah diserahkan kepada pengangkut pertama. Syarat CPT mewajibkan penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja, termasuk alat angkut aneka wahana (multimodal transport). CIP : Carriage and Insurance Paid To ( disebut nama pelabuhan tujuan) Carriage and Insurance Paid To berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pengangkut yang ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang tersebut sampi ke tempat tujuan yang disebut. Hal ini berarti bahwa pembeli memikul semua risiko dan membayar setiap ongkos yang timbul setelah barang-barang yang diserahkan secara demikian. Namun dalam hal CIP, penjual juga wajib menutup asuransi

23 terhadap risiko rugi dan kerusakan atas barang yang menimpa pembeli selama barang dalam perjalanan. Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIP, penjual dituntut untuk menutup asuransi hanya dengan syarat minimum. Sekiranya pembeli menginginkan perlindungan yang lebih besar, maka pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan penjual secara tegas, atau pembeli sendiri harus mengurus asuransi tambahan itu. DAF : Delivered At Frontier ( disebut nama tempat) Delivered At Frontier berarti bahwa penjual menyerahkan barangbarang, bila barang-barang tersebut telah ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli pada saat datangnya alat angkut, belum dibongkar, sudah diurus formalitas ekspornya, namun belum diurus formalitas impornya, di tempat atau pada titik yang disebut di wilayah perbatasan tetapi belum memasuki wilayah pabean dari negara yang bertetangga. Frontier boleh dipakai untuk daerah perbatasan mana saja, termasuk perbatasan dari negara pengekspor itu sendiri. Oleh karena itu adalah penting sekali untuk merumuskan secara tepat tentang perbatasan itu, dengan selalu menyebut titik dan tempat dalam syarat itu. Namun, bila pihak-pihak terkait menginginkan penjual untuk bertanggung jawab membongkar barang-barang dari alat angkut yang baru sampai itu dan memikul risiko dan biaya pembongkaran, maka hal ini harus dibuat sejelas-jelasnya dengan menambahkan kata-kata yang tegas di dalam kontrak jual-beli bersangkutan.

24 Syarat ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja bilamana barangbarang itu harus diserahkan di perbatasan daratan. Bila penyerahan itu harus dilakukan di pelabuhan tujuan, di atas kapal atau di dermaga, supaya dipakai syarat DES atau DEQ. DES : Delivered Ex Ship ( disebut nama pelabuhan tujuan) Delivered Ex Ship berarti bahwa penjual menyerahkan barang bila barang-barang itu ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli di atas kapal, belum diurus formalitas impornya, di pelabuhan tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait dengan pengangkutan barang-barang itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut sebelum dibongkar. Bila pihak-pihak mengingini penjual memikul biaya dan risiko pembongkaran barang-barang itu, maka sebaiknya dipakai syarat DEQ. Syarat ini hanya dapat dipakai bila barang-barang akan diserahkan melalui laut atau sungai atau dengan alat angkut aneka wahana di atas kapal di pelabuhan tujuan. DEQ : Delivered Ex Quay ( disebut nama pelabuhan tujuan) Delivered Ex Quay berarti bahwa penjual menyerahkan barangbarang itu ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli di atas dermaga, belum diurus formalitas impornya, di pelabuhan tujuan tersebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait dengan pengangkutan barang-barang itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut dan membongkar barang-barang itu di atas dermaga.

25 Syarat DEQ menuntut pembeli mengurus formalitas impor dan membayar semua biaya resmi, bea masuk, pajak-pajak dan biaya-biaya lain yang dipungut atas impor. Syarat ini adalah kebalikan dari versi incoterms sebelumnya yang mengharuskan penjual untuk mengurus formalitas impor. Jika pihak-pihak terkait menginginkan semua atau sebagian dari biaya pengimporan atas barang menjadi tanggungan pihak penjual, maka hal ini harus dijelaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang tegas di dalam kontrak jual beli. Syarat ini hanya dapat dipakai bila barang-barang itu akan diserahkan melalui laut, sungai atau alat angkut aneka wahana yang dibongkar dari suatu kapal ke atas dermaga di pelabuhan tujuan. Namun bila pihak-pihak terkait mengingini memasukkan menjadi tanggung jawab penjual, semua risiko dan biaya pengelolaan barang-barang mulai dari dermaga ke tempattempat lain (gudang, terminal, stasiun angkutan, dll) di dalam kawasan pelabuhan atau di luar kawasan pelabuhan atau di luar kawasan, supaya dipakai syarat DDU atau DDP. DDU : Delivered Duty Unpaid ( disebut nama tempat tujuan) Delivered Duty Unpaid berarti bahwa penjual menyerahkan barangbarang kepada pembeli, belum diurus formalitas impornya, dan belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru dating di tempat tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait dengan pengangkutan barang-barang itu sampai ke sana, kecuali bea

26 masuk (istilah ini termasuk tanggung jawab mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi (formalitas), bea masuk, pajak-pajak dan biaya lainnya) yang diperlukan di negara tujuan. Bea masuk semacam itu harus dipikul oleh pembeli termasuk semua biaya dan risiko yang disebabkan oleh kegagalannya mengurus formalitas impor pada waktunya. Namun, bila pihak-pihak terkait mengingini penjual yang akan mengurus formalitas kepabeanan dan memikul biaya dan risiko yang ditimbulkannya, termasuk biaya impor lainnya, maka hal ini harus ditegaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang jelas di dalam kontrak jual beli. Syarat ini dapat dipakai untuk alat angkut apa saja, tetapi bila penyerahan barang akan dilakukan pelabuhan tujuan di atas kapal atau di atas dermaga, supaya dipakai syarat DES atau DEQ. DDP : Delivered Duty Paid ( disebut nama tenpat tujuan) Delivered Duty Paid berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pembeli, sudah diurus formalitas impornya, namum belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru dating di tempat tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait dengan pengangkutan barang itu sampai ke sana, termasuk bea masuk apapun (istilah ini termasuk tanggung jawab mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi (formalitas), bea masuk, pajak-pajak dan biaya lainnya) yang diperlukan di negara tujuan.

27 Sementara syarat EXW menggambarkan tanggung jawab yang minimal dari penjual, maka syarat DDP memberikan gambaran suatu tanggung jawab yang maksimal kepada penjual. Syarat ini janganlah dipakai bila secara langsung atau tidak langsung penjual tidak akan mungkin memperoleh izin impor. Namun, bila pihak-pihak terkait ingin untuk mengeluarkan dari tanggung jawab penjual beberapa jenis biaya yang dikenakan atas impor barang-barang (seperti Pajak Pertambahan Nilai atau VAT), maka hal ini harus dijelaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang jelas di dalam kontrak jual-beli. Bila pihak-pihak terkait mengingini pembeli yang akan memikul semua risiko dan biaya pengimporan ini, maka dipakai syarat DDU. Syarat ini boleh dipakai untuk jenis alat angkut mana saja, tetapi bila penyerahan barang akan dilakukan di pelabuhan tujuan di atas sebuah kapal atau di atas dermaga, maka dipakai syarat DES atau DEQ. E. Aktivitas Freight Forwarding Freight forwarding memiliki aktivitas utama yaitu sebagai transporter. Akan tetapi freight forwarding memiliki peran yang berbeda, bergantung pada lingkup pekerjaan (scope of work) yang tercantum dalam kontrak kerja yang telah disetujui antara kedua belah pihak yaitu antara freight forwarding dan pemberi order kerja. Dimana freight forwarding dapat berperan sebagai consignor / eksportir atau berperan sebagai consignee / importir dan atau berperan sebagai eksportir dan importir. Oleh sebab itu ada perbedaan

28 aktivitas apa saja yang dilakukan oleh freight forwarding berdasarkan peranannya tersebut. Dalam bukunya, Capt. R.P. Suyono menjelaskan aktivitas-aktivitas freight forwarding secara keseluruhan. Aktivitas-aktivitas tersebut berupa : 1. Memilih rute perjalanan barang, moda transportasi dan pengangkutan yang sesuai, kemudian memesan ruang kapal, 2. Melaksanakan penerimaan barang, menyortir, mengepak menimbang berat, mengukur dimensi kemudian menyimpan barang ke dalam gudang, 3. Mempelajari Letter of Credit barang, peraturan negara tujuan ekspor, negara transit, negara impor kemudian mempersiapkan dokumen-dokumen lain yang diperlukan, 4. Melaksanakan transportasi barang ke pelabuhan laut / udara, mengurus izin Bea dan Cukai, kemudian menyerahkan barang kepada pihak pengangkut, 5. Membayar biaya-biaya handling serta membayarkan freight, 6. Mendapatkan B/L dan atau AWB dari pengangkutan, 7. Mengurus asuransi transportasi barang dan membantu mengajukan klaim kepada pihak asuransi bila terjadi kehilangan atau kerusakan atas barang, 8. Memonitor perjalanan barang sampai ke pihak penerima, berdasarkan info dari pihak pengangkut dan agen forwarder di negara transit / tujuan, 9. Melaksanakan penerimaan barang dari pihak pengangkut, 10. Mengurus izin masuk pada Bea dan Cukai serta menyelesaikan bea masuk dan biaya-biaya yang timbul di pelabuhan transit / tujuan,

29 11. Melaksanakan transportasi barang dari pelabuhan ke tempat penyimpanan barang di gudang, 12. Melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee, dan melaksanakan pendistribusian barang bila diminta. Biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh freight forwarding kemudian akan dibayar kembali oleh pemberi order ditambah dengan biaya jasa pelayanan. F. Alur Ekspor yang Ditangani Freight Forwarding Dalam kegiatan ekspor, terdapat berbagai tahapan-tahapan dalam prosedur pengiriman barang ekspor. Berikut adalah tahapan pengiriman barang ekspor yang ditangani oleh Freight forwarding dimana bertindak sebagai EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) : 1. Setelah eksportir menerima LC dari bank, mengirim SI ke EMKL. 2. EMKL menyerahkan SI kepada perusahaan pelayaran yang ditunjuk untuk persetujuannya, dan apabila booking itu diterima maka perusahaan pelayaran menerbitkan Delivery Order (DO) untuk mengambil container kosong sesuai yang dibutuhkan beserta seal-nya. 3. EMKL mengirimkan container kosong ke gudang eksportir untuk pelaksanaan stuffing. Setelah selesai maka pintu container ditutup, diadakan penyemprotan bebas hama (fumigasi) bila perlu, barulah kemudian pintu container disegel. Dengan demikian container tersebut

30 sudah dapat diangkut menuju ke pelabuhan untuk ditimbun di lapangan penimbunan atau Container Yard (CY). 4. Berdasarkan hasil stuffing maka eksportir menerbitkan invoice, packing list dan shipping instruction definitive sebagai ganti proforma dokumen yang telah diserahkan terlebih dahulu. 5. Merekam data-data barang yang akan diekspor dan keterangan lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam invoice, packing list, shipping instruction, dsb pada program aplikasi PEB EDI. Pengisian PEB harus dilakukan secara lengkap dan benar untuk bisa mendapatkan respon dari bea cukai. Memasukkan full container di CY dan penyelesaian PEB di kantor bea cukai tidak boleh melewati batas waktu (closing time) yaitu 6 jam sebelum kedatangan kapal. 6. Dengan terpenuhinya prosedur pengurusan penyelesaian dokumen maka barang ekspor telah siap dimuat ke kapal (stevedoring) untuk diangkut ke pelabuhan tujuan, barang yang akan diangkut dapat diterima oleh maskapai pelayaran melalui dua cara, yaitu : a. Barang diserahkan alongside (di samping kapal), maka mualim kapal mengeluarkan tanda terima yang disebut mate s receipt / resi mualim b. Barang diserahkan di gudang perusahaan pelayaran yang berada di kawasan pelabuhan, maka kepala gudang memberikan tanda terima yang lazim disebut deck s receipt / wharfinger s receipt

31 7. Setelah kapal berangkat, B/L (konosemen) diterbitkan oleh perusahaan pelayaran, kemudian B/L tersebut diserahkan kepada EMKL, setelah membayar THC (Terminal Handling Charges), Doc Fee, dll. Original B/L digunakan untuk melakukan negosiasi wesel di bank untuk memperoleh pembayaran.

32 G.

33 Peran Menggunakan Jasa Freight forwarding Peran freight forwarding dibagi menjadi : 1. Peran freight forwarding dalam konsolidasi muatan Konsolidasi muatan (cargo consolidation) atau juga disebut groupage, adalah pengumpulan beberapa kiriman barang dari beberapa eksportir / shipper di tempat asal yang akan dikirimkan untuk beberapa consignee di tempat tujuan, yang dikemas dalam satu unit paket muatan, lalu muatan terkonsolidasi tersebut dikapalkan dan ditujukan ke agen konsolidator di tempat tujuan. Agen kemudian melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee masing-masing. Sebagai contoh : pengapalan petikemas terkonsolidasi Muatan dari beberapa shipper dikonsolidasi oleh freight forwarding dalam petikemas LCL (Less Container Load) dan dikapalkan ke negara tujuan sebagai muatan petikemas FCL (Full Container Load) yang ditujukan kepada agen konsolidator. Oleh agen konsolidator petikemas tersebut statusnya dijadikan sebagai petikemas LCL kembali kemudian muatan diserahkan kepada masing-masing consignee. Freight forwarding sebagai konsolidator pada umumnya menggunakan namanya sendiri dan menerbitkan House Bill of lading. Organisasi FIATA menghimbau agar freight forwarding lebih baik menerbitkan FIATA multimodal transport Bill of lading. Dengan konsolidasi muatan, keuntungan didapat oleh semua pihak, baik eksportir / shipper (mendapat keuntungan karena membayar freight

34 rate lebih rendah), pengangkut (mendapat keuntungan karena tidak perlu menangani masing-masing kiriman yang hanya memakan waktu dan tenaga), maupun freight forwarding (mendapat keuntungan dari biaya dan freight rate sebagai muatan terkonsolidasi menjadi lebih murah dibandingkan apabila mengapalkan masing-masing kiriman). Konsolidasi muatan memberikan door-to-door service yang tidak dapat diberikan oleh perusahaan pelayaran. 2. Peran freight forwarding sebagai pengangkut Banyak freight forwarding yang bertindak sebagai operator dan bertanggungjawab penuh dalam melaksanakan pengangkutan meskipun tidak memiliki kapal sendiri. Selain itu, freight forwarding juga bertindak sebagai : a. Vessel-Operating Multimodal Transport Operator secara penuh yang melaksanakan berbagai jenis pengangkutan dengan cara door-to-door dengan satu dokumen intermodal yang biasanya berbentuk FBL. b. Non-Vessel Operator yaitu operator muatan yang mengurus pengangkutan lewat laut dari pelabuan ke pelabuhan dengan menggunakan satu House Bill of lading (HBL) atau Ocean Bill of lading yang juga dapat mencakup transport darat dan berfungsi sebagai non-vessel operating multimodal transport. c. Non-Vessel-Operating Common Carrier (NVOCC) yang mempunyai jadwal pelayaran yang tetap dan melaksanakan

35 konsolidasi muatan atau melayani multimodal transport dengan HBL atau Bill of lading dari FIATA H. Ruang Lingkup Freight Forwarding Freight forwarding sering disebut dengan Usaha Jasa Transportasi, dimana jasa usaha transportasi tersebut adalah usaha yang ditunjukkan untuk mewakili kepentingan pengirim / penerima barang (shipper & consignee) antar negara dalam mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman barang sebagian atau seluruhnya melalui laut, darat dan udara dengan ruang lingkup kegiatan meliputi (Amir MS., 2000:67) : 1. Menerima 2. Menyerahkan barang 3. Menyimpan 4. Menyiapkan 5. Menyelesaikan biaya / tagihan biaya asuransi, biaya angkutan darat / laut, claim dan lain-lain kegiatan berkenaan dengan pengiriman barang ekspor / impor. 6. Sortasi 7. Mengepak 8. Mengukur 9. Menyelesaikan dokumen 10. Mengapalkan.

36 BAB III DESKRIPSI OBJEK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah Berdirinya PT. Agility International Kuwait, 13 November 2006. Grup perusahaan PWC Logistics, yang meliputi beberapa nama yang paling terkenal dalam industri logistik global, termasuk Geologistics, Transoceanic, dan Trans-Link, saat ini mengumumkan re-branding (pemberian nama merk ulang) untuk perusahaannya dengan memperkenalkan sebuah nama dan logo perusahaan baru, yaitu Agility. Re-branding Agility dan tema namanya, Pemimpin Logistik Baru, menyempurnakan integrasi (penyatuan) layanan-layanan antar grup perusahaan PWC Logistics dan merefleksikan muka tunggal perusahaan tersebut kepada konsumen dan dedikasinya kepada jasa personal. Saat ini, Agility merupakan sebuah perusahaan dengan 20.000 karyawan dengan lebih dari 450 kantor di lebih dari 100 negara. Hal ini diperdagangkan secara publik, dengan penerimaan tahunan sebesar US$4,5 milyar dan menawarkan sebuah portofolio yang lengkap tentang manajemen angkutan dan solusi logistik yang disesuaikan di tingkat dunia.

37 Kata Agility menjelaskan budaya organisasi, kecepatan dan ketangkasannya dalam menanggapi kebutuhan konsumen; sementara ikonnya, seekor Naga merupakan sebuah metafora yang kuat, yang umum antar kebudayaan yang berbeda di dunia. Hal ini melambangkan kebijaksanaan, kemandirian, warisan, pemberdayaan, kepemimpinan, perdagangan, kekuatan dan kecepatan. Di dalam grup perusahaan PWC Logistics memiliki banyak merk logistik yang terkenal dan terkemuka. Nama baru barus menjadi descriptor (penjelas) yang sempurna bagi karakter, misi, visi dan sasaran yang merupakan sebuah tantangan yang luar biasa karena dalam menyampaikan semua itu hanya dengan satu kata, Pemimpin. Pengumuman peluncuran tentang merk Agility baru merupakan fase pertama dari rencana untuk bermigrasi dari nama-nama yang ada menjadi Agility. Transisi ini diharapkan akan benar-benar selesai pada tahun 2008. Agility (kecerdasan mental / ketangkasan) meliputi beberapa penawaran jasa yang dirancang secara khusus termasuk Jasa Pertahanan dan Pemerintahan, Logistik Proyek, serta Pameran dan Perlombaan. Masing-masing bisnis tersebut memiliki deskriptor merk tambahan. Jasa Pertahanan dan Pemerintahan Agility merupakan pemimpin logistik perdana yang memenuhi persyaratan jasa yang unik untuk pasar yang kritis ini. Ini merupakan sebuah penyedia solusi jaringan pasokan dari ujung ke ujung (end-to-end) yang lengkap yang toleran terhadap risiko, memiliki kedalaman aset dan kekuatan finansial yang signifikan.