Dasar (UUD) 1945 maupun didalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS )

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

I. PENDAHULUAN. disegala bidang. Salah satu dari pembangunan Nasional di Indonesia adalah di

STRUKTUR OSIS SMK NEGERI 9 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembina Osis merupakan pemegang sekaligus pengendali yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. maka kualitas yang memadai dan output yang berkualitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi perkembangan Teknologi dan Informasi yang terus berkembang

PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PMR

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

Ditulis oleh Administrator Rabu, 08 Desember :38 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 29 Januari :19

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

KETETAPAN MUSYAWARAH ANGGOTA XVIII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA (PPI UTM) Nomor: 005/MAXVIII/PPI-UTM/X/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB II KAJIAN TEORI. Secara harfiah kata efektifitas berasal dari kata efektif yang artinya

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertambah dalam menghadapi era globalisasi, untuk menghadapi globalisasi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Faktor menurut kamus sinonim Balai Bahasa Indonesia ( Ishak,1989:65) adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pendidikan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, meningkatkan kualitas manusia dalam membentuk watak bangsa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 11 MAGELANG KOTA MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANGGARAN DASAR MUSYAWARAH ANGGOTA XVII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA (PPI-UTM) Sabtu, 2 November 2013 MUKADDIMAH

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi untuk mencapai tujuan (Dubrin, 2002:4). Melalui komunikasi, percaya diri, berani, berwawasan dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN

PPL dilaksanakan dalam dua tahap secara simultan, yaitu:

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang paling urgen dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sepakbola ini adalah olahraga yang penuh teka-teki, misalnya dari

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA

Peran pembina OSIS Di SMK Negeri 1 Gorontalo. Oleh:

BAB I PEDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pencak silat dalam perkembangannya saat ini sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai individu yang bermasyarakat dan berguna. Lebih jauh lagi. Pendidikan Nasional pasal 1 yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial. dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

I. PENDAHULUAN. SERTA KEMAMPUAN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PROSES POLITIK. KEGIATAN MENYAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

OSIS, EKSTRAKURIKULER, DAN WAWASAN WIYATA MANDALA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

PP 29/1990, PENDIDIKAN MENENGAH... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 29 TAHUN 1990 (29/1990)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

PANDUAN TEKNIS PENULISAN NASKAH BACAAN SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH, TAHUN 2009 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. ukuran apakah suatu bangsa dikatakan maju atau sebaliknya. Indonesia sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang merupakan jalur pendidikan formal yang sangat penting dan strategis bagi upaya mewujudkan tujuan pendidikan dan pembinaan generasi muda yang ditetapkan baik di dalam Pembukaan Undangundang Dasar (UUD) 1945 maupun didalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dalam rangka pembangunan nasional, baik melalui proses belajar mengajar maupun melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.dengan memperhatikan kondisi sekolah dan masyarakat dewasa ini yang umumnya masih dalam taraf perkembangan, maka upaya pembinaan kesiswaan perlu diselenggarakan untuk menunjang perwujudan sekolah sebagai Wawasan Wiyatamandala. Wawasan Wiyatamandala sebagai sarana ketahanan sekolah, memiliki tujuan untuk meningkatkan pembinaan ketahanan sekolah bagi sekolah-sekolah di lingkungan pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Implementasi Wawasan Wiyatamandala yang diatur Berdasarkan surat Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah nomor:13090/ci.84 tanggal 1 Oktober 1984. Wawasan Wiyatamandala merupakan konsepsi yang mengandung anggapananggapan sebagai berikut. (a) sekolah merupakan Wiyatamandala (lingkungan pendidikan) sehingga tidak boleh digunakan untuk tujuan-tujuan diluar bidang pendidikan, (b) kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh

untuk menyelenggarakan seluruh proses pendidikan dalam lingkungan sekolahnya, yang harus berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti,memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, (c) antara guru dengan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama yang baik untuk mengemban tugas pendidikan, (d) para guru, didalam maupun diluar lingkungan sekolah, harus senantiasa menjunjung tinggi martabat dan citra guru sebagai manusia yang dapat digugu (dipercaya) dan ditiru, betapapun sulitnya keadaan yang melingkunginya, (e) sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, namun harus mencegah masuknya sikap dan perbuatan yang sadar atau tidak, dapat menimbulkan pertentangan antara kita sama kita. Upaya untuk mewujudkan wawasan Wiyatamandala antara lain dengan menciptakan sekolah sebagai masyarakat belajar, pembinaan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra-kurikuler, serta menciptakan suatu kondisi kemampuan dan ketangguhan yakni memiliki tingkat keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan yang mantap. Organisasi Siswa Intra Sekolah adalah suatu organisasi yang berada di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama(SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).OSIS diurus dan dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS.OSIS merupakan kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Berdasarkan SK Dirjen Dikdasmen Nomor 226/C/Kep/0/1992 dikemukakan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar

jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah, dilakukan baik di sekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan mendalam dan memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler diperlukan sebagai aktualisasi dan optimalisasi ilmu pengetahuan serta teknologi yang diperoleh siswa dan berfungsi membentuk serta melatih sikap serta keterampilan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara rutin di sekolah memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan watak dan kepribadian siswa. Untuk mencapai optimalisasi dalam pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler ini maka perlu diperhatikan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian/pengaturan, pengendalian, pembiayaan, evaluasi, pelaporan serta pengembangan seluruh kegiatan ekstrakurikuler.oleh karena itu, kegiatan OSIS dapat berjalan secara efektif, jika dikelola dengan mengacu pada fungsi-fungsi. Pengelolaan kegiatan OSIS dalam hal ini kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di SMA Negeri 1 Bongomeme.Pengelolaan kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Bogomeme mencakup 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) evaluasi dan 4) pengorganisasian kegiatan.berada pada kategori cukup baik. SMA Negeri 1 Bongomeme sudah memiliki rencana kerja tentang kegiatan ekstrakurikuler, pelaksanaan dilakukan secara rutin, dan evaluasi dilakukan setelah kegiatan dilaksanakan untuk melihat tingkat keberhasilan kegiatannya.namun terdapat beberapa kelemahan yaitu rencana kerja yang dibuat belum memuat secara sistematis, kreatifitas dan potensi siswa kurang tersentuh sehingga belum berkembang

secara optimal dan belum seluruh personil sekolah dilibatkan dalam pelaksanaan evaluasi. Pengelolaan kegiatan OSIS khususnya kegiatan ekstrakurikuler penting diperhatikan adanya pelaksanaan program ini diyakini dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu peserta didik. Salah satu kegiatan perlu mendapatkan perhatian khusus dari keempat kegiatan tersebut adalah Pengelolaan kegiatan OSIS berdasarkan SK Dirjen Nomor 226/CKep/01992 dikemukakan bahwa OSIS adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa dan pada jam pelajaran pada waktu libur sekolah, dilakukan baik di sekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan mendalam dan memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat, serta melengkapi upaya pembinaan manusisa seutuhnya. Pengelolaan OSIS meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengorganisasian. Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler hendaknya mengacu pada kebutuhan siswa dan inovasi-inovasi yang muncul dalam pendidikan. Kegiatan OSIS terbagi menjadi kegiatan rutin dan insidentil.kegiatan rutin adalah kegiatan yang sudah dijadwalkan terlebih dahulu dan bersifat rutin diadakan, misalnya masa orientasi siswa baru, peringatan ulang tahun sekolah, peringatan hari besar islam dan sebagainya. Sedangkan kegiatan insidentil adalah kegiatan yang bersifat tidak rutin hanya diadakan sesekali sesuai dengan aspirasi yang berkembang atau disebabkan adanya instruksi dari pihak sekolah, misalnya pelaksanaan seminar-seminar, mengikuti lombar yang diadakan di luar sekolah.selanjutnya, dalam pelaksanaan kegiatan OSIS perlu mengacu pada jadwal yang telah ditetapkan. Pelaksanaannya

harus sesuai rencana, dan jika diadakan perubahan maka perlu dikonfirmasikan kepada pihak-pihak yang terkait. Pelaksanaan kegiatan OSIS ini perlu mempertahankan tingkat efektivitas dalam pelaksanaannya sehingga memberi makna yang lebih mendalam untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Dalam setiap pelaksanaan kegiatan OSIS, perlu dievaluasi dan dimonitoring untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan ini telah berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Kegiatan evaluasi dan monitoring inipun melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan OSIS serta konstribusinya dalam membentuk watak dan kepribadian peserta didik.dalam pengelolaan kegiatan OSIS tidak lepas dari biaya.sumber pembiayaan kegiatan OSIS bisa berasal dari beberapa sumber antara lain, donator tetap yaitu para dermawan yang sudah bersedia menjadi donator, donator tidak tetap, bantuan operasional sekolah (BOS), bantuan pemerintah, infak dari siswa, hasil usaha dan sumber lainnya. Biaya yang diperoleh sangat mendukung keberlangsungan kegiatan OSIS. Sesuai dengan hasil observasi peneliti, kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme belum berjalan optimal sesuai dengan yang diharapkan. Dalam pelaksanaannya kegiatan OSIS ini masih belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan yang berhasil peneliti identifikasi yaitu; (1) perencanaan belum optimal, (2) mekanisme perencanaan belum sistematis, (3) Pelaksanaannya belum efektif, (4) monitoring dan evaluasi dari kesiswaaan SMA Negeri 1 Bongomeme belum maksimal.

Kegiatan rutin yang telah direncanakan biasanya tidak dilaksanakan dengan berbagai alasan misalnya dalam menyambut hari pramuka serta peringatan-peringatan hari nasional lannya. Fenomena tersebut muncul karena sekolah masih memandang bahwa kegiatan OSIS membebani para guru dan proses pembelajaran disekolah yang sudah terjadwal. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan terlihat hanya mengugurkan kewajiban.pengurus OSIS kurang optimis dalam mengelola kegiatan OSIS, hanya menunggu instruksi dari guru sehingga pelaksanaan kegiatan OSIS cenderung dilaksanakan pada waktu tertentu misalnya dalam menyambut hari pramuka serta peringatan-peringatan hari besar lainnya. Kegiatan olahraga dan kesenian yang telah direncanakan jarang dilakukan. Guru-guru merasa terbebani melakukan pembinaan kegiatan OSIS karena merasa jadwal pembelajaran padat dan biaya yang kurang. Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas, penulis menduga bahwa suatu pengelolaan yang efektif dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan OSIS dapat meningkatkan perkembangan kepribadian siswa.oleh karenanya penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengelolaan Kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme?

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme? 3. Bagaimana pengawasan kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme? 4. Bagaimana evaluasi kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perencanaan kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme 2. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme 3. Untuk mengetahui pengawasan kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme 4. Untuk mengetahui evaluasi kegiatan OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberi sumbangsih pemikiran terhadap pengelolaan OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme. 2. Memberikan informasi tentang perlunya pengelolaan OSIS di SMA pada umumnya dan khususnya di SMA Negeri 1 Bongomeme. 3. Bermanfaat bagi pembina OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme sebagai acuan untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan OSIS di SMA Negeri 1 Bongomeme. 4. Bermanfaat bagi peneliti selanjutnya terutama yang berkaitan dengan pengelolaan bakat dan minat siswa.