LAPORAN PENINJAUAN PADA LINTAS SELATAN JAWA BARAT ( TANGGAL 22 S/D 24 JANUARI 2009 ) Daftar Isi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

Persyaratan Teknis jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < <

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

BAB III LANDASAN TEORI

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Data. Pengumpulan Data. 1. Kondisi Data Primer eksisting : jalan, meliputi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB I Pendahuluan I-1

BAB III METODOLOGI III 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jalan raya merupakan prasaranan perhubungan untuk melewatkan lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menghubungkan antara suatu area dengan area lain yang terbentang oleh sungai,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jalan Raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

D3 TEKNIS SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB III METODOLOGI III-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EVALUASI KINERJA JARINGAN JALAN PADA RUAS JALAN WARU - SIDOARJO. Kata Kunci: Permasalahan Transportasi, Sistem Transportasi, Volume Lalu-lintas

BAB I PENDAHULUAN. Jembatan yang di bahas pada tugas akhir ini terletak di Ngargogondo,

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa jalan dan jembatan yang merupakan bagian dari pembangunan

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Peningkatan Ruas Jalan Ketapang Pasir Padi (KM PKP s/d KM PKP ) Di Kota Pangkalpinang Provinsi Kep.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

BAB IV ANALISA DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA IV - 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan 10/12/2009

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

III. METODOLOGI PENELITIAN

Perencanaan Geometrik Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga untuk memperpendek serta mempersingkat lintasan maka dibutuhkan

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut.

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

B2 STA STA KM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

LAPORAN PENINJAUAN PADA LINTAS SELATAN JAWA BARAT ( TANGGAL 22 S/D 24 JANUARI 2009 ) Daftar Isi 1. Pendahuluan 2. Maksud dan tujuan 3. Peta Lokasi Kegiatan 4. Data Kondisi Ruas Jalan dan Jembatan 5. Foto-Foto Dukumentasi 6. Saran dan Rekomendasi

Pendahuluan Ruas jalan Selatan Selatan Jawa Barat saat ini mendapat perhatian dari Pemerintah Pusat untuk dikembangkan sehingga pendataan dan inventarisasi jalan ini harus dilakukan dengan baik untuk mendapatkan input yang baik dalam penyusunan program dan perencaan teknisnya. Secara umum ruas jalan Pantai Selatan Jawa Barat ini menyusuri daerah pantai selatan dengan potensi kelautan, pariwisata, pertanian dan perkebunan yang layak untuk dikembangkan. Keindahan pantai selatan Jawa barat dengan produk-produk kelautannya dapat dikembangkan dengan meningkatkan sarana dan prasarana transportasi darat yang sudah mulai dirintis sehingga wisatawan dari manca negara dan domestik dari kota-kota besar dapat mencapai lokasi wisata dengan lancer, aman dan nyaman. Demikian pula dalam mengangkut hasil produksi perikanan, pertanian dan perkebunan diharap dapat lebih lancar dengan ditingkatkannya jalan dan jembatan yang ada, baik dengan peningkatan kapasitas dan strukturnya. Selain itu juga akan membuka keterisolasian daerah selatan Jawa Barat yang perlu dikembangkan. Pengumpulan dan analisa data jalan dan jembatan adalah salah satu kegiatan dari keseluruhan pembinaan jalan dan jembatan, khususnya bagian penentuan sasaran. Pelaksanaan pengumpulan dan analisa data jalan dan jembatan menghasilkan bahan untuk menentukan program penanganan jalan dan jembatan berikutnya. Perwujudan sasaran meliputi pembangunan dan pemeliharaan rutin jalan dan jembatan Maksud dan Tujuan Secara umum maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui kondisi jalan terakhir dari segi kapasitas dan tingkat kerusakan, penanganan / kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan ruas-ruas yang belum dilakukan penanganannya, sehingga dapat disusun program penanganannya kedepan. Peta Lokasi Kegiatan

Data Kondisi Ruas Jalan No Ruas Nama Ruas Panjang RCI 081.1 Pangandaran - Cimerak 40.000 7-8 081.2 Cimerak - Kelapa genep 9.000 7-8 143 Kelapa genep - Cipatujah 42.625 5-6 145.2 Cipatujah - Cikaengan 13.262 5-6 145.1 Cikaengan - Pemeungpeuk 29.991 5-6 052.2 Pemeungpeuk - Cilauteureun 5.816 5-6 144.1 Cilauteureun - Cijayana 20.731 5-6 144.2 Cijayana - Rancabuaya - Cilaki 17.400 4-5 154.1 Cilaki - Cisela - Cidaun 18.163 3-4 129 Cidaun - Sindangbarang 27.090 5-6 128 Sindangbarang - Agrabinta - Tegalbeleud 55.278 3-4 127 Tegalbeuleud - Surade 39.178 6-7 038.21 Surade - Jampangkulon 15.000 7-8 038.1 Jampangkulon - Kiaradua 30.000 7-8 038.1 Kiaradua - Bagbagan 26.000 7-8 037.1K Bagbagan - Pelabuhan ratu 3.650 7-8 393.184 Kondisi Umum Ruas A. Lokasi & Tata Guna Lahan Berada pada kawasan dengan tata guna lahan dominan perkebunan dan pertanian serta tegalan dimana hasil perkebunan,pertanian dan tambang (galian C) menjadi andalan utama sebagai penyangga ekonomi penduduk di daerah sepanjang ruas jalan jalur selatan ini Disamping perkebunan dan pertanian, sepanjang jalur ini memiliki potensi kelautan yang perlu mendapat perhatian sehingga pada massa yang akan datang akan dapat di eksplorasi potensi tersebut untuk dikembangkan menjadi kawasan perikanan dan pariwisata pantai di sepanjang propinsi Jawa Barat Selatan. Dokumentasi

B. Topografi & Geometrik Kondisi geometrik ruas ini berkelok dan banyak tikungan tajam serta naik turun sebagai akibat dari kondisi topografi berupa kombinasi antara dataran rendah ( pantai), bukit dan pegunungan.

Pada segmen tertentu keberadaan dinding penahan tanah mutlak dibutuhkan sebagai pengaman badan jalan, pagar pengaman (Guard rail) serta Guide Post untuk memberi rasa aman bagi pemakai jalan saat melintas pada segmen jalan bertebing curam, dan rambu-rambu jalan pada titik-titik tertentu sebagai peringatan (warning) bagai pemakai jalan. Pada kondisi seperti ini kecepatan kendaraan terbatasi oleh kondisi bentang alam yang ada. Terdapat beberapa penggal ruas jalan yang berhimpit dengan garis pantai sehingga dikhawatirkan apabila terjadi abrasi akan mengikis badan jalan. Dokumentasi : Perbukitan jalan berkelok Dataran rendah / Pantai

Pegunungan Perbukitan C. Kondisi Lalu lintas Sepanjang melintas ruas sepanjang hampir 400 km ini selama 2 hari perjalanan tidak ditemui adanya simpul kemacetan dan selama 2 hari waktu perjalanan pula papasan / simpangan dengan kendaraan lain tidak lebih dari 100 kali dengan kendaraan lain dan mendahului kendaraan lain tidak lebih dari 50 kendaraan, kecuai pada ruas Pangandaran Cimerak dan Surade Pelabuhan ratu yang memiliki volume lalu lintas sedang. Hal ini logis karena keberadaan obyek wisata Pantai Pangandaran dan Pelabuhan Ratu yang secara teoritis menimbulkan bangkitan arus lalu lintas pada radius tertentu. LHR diperkirakan tidak lebih dari 200 kendaraan per hari pada ruas Cimerak Surade sepanjang ± 300 KM dan komposisi lalu lintas didominasi oleh kendaraan roda 2 ( sepeda motor ) dan kendaraan angkutan pedesaan disamping truck sedang pengangkut hasil bumi dan bis antar kota dengan frekuensi sangat rendah ± 2 Trip Pulang Pergi dalam satu hari.

Sepi Pejalan kaki Angkutan Hasil Bumi

Angkutan bahan tambang Angkutan Penumpang Angkutan Penumpang D. Kondisi Badan Jalan Kondisi badan jalan pada ruas ini cukup baik dan dapat dikatakan mantab, dengan rata-rata lapis permukaan berupa Lapis Penetrasi meskipun terdapat beberapa spot berupa campuran aspal panas (hot mix) Selain itu pada ruas tertentu sudah menggunakan rigid pavement dan sedikit sekali yang belum memiliki struktur badan jalan yang memadai.

Terdapat Kerusakan permukaan berupa retak-retak ( retak buaya, retak blok, dan retak memanjang ) dan lubang-lubang kecil ( pot hole ), sedangkan pada perkerasan kaku ( Rigid Pavement ) praktis tidak terdapat kerusakan berarti dikarenakan kondisi masih relatif baru, dan pada jalan yang belum memiliki struktur badan jalan yang memadai terdapat beberapa kubangan yang sangat menyulitkan pengemudi untuk melintas terutama pada saat turun hujan karena dipastikan akan terjadi selip dapa roda. Lebar jalur 2 x 2.5 meter meskipun terdapat juga lebar jalur hanya 4 meter terutama pada lahan perkebunan dan jalan rintisan yang merupakan pengembangan dari jalan kampung dan belum memiliki struktur perkerasan yang memadai. Dengan kondisi yang demikian kiranya masih diperlukan peningkatan/pelebaran jalan untuk dapat menampung pertumbuhan arus lalu-lintas beberapa tahun kedepan atau jika hendak meningkatkan fungsi dan kelas jalan ke level yang lebih tinggi. Pada sebagian ruas jalan khususnya jalan yang telah memiliki lapis perkerasan sudah memiliki bahu jalan di kedua sisinya meskipun kondisinya belum sempurna dengan indikasi bahwa lebar dan jenis lapis penutupnya masih terkesan seadanya dengan ditumbuhi oleh rumput / ilalang yang tinggi akibat kurang adanya perawatan. Namun demikian kebaradaan ruang / space ini sudah cukup mengesankan lajur lalu lintas yang lebar sehingga akan lebih leluasa bagi kendaraan untuk bersimpangan Kondisi Drainase tepi belum sepenuhnya ada di sepanjang ruas jalan dan hanya pada daerah perkotaan saja yang memiliki sistim drainase jalan cukup baik, selebihnya air limpasan permukaan jalan mengalir secara liar mengikuti topografi daerah disekitarnya / sesuai dengan kondisi alam. Lapis Penetrasi

Perkerasan Beton Hot Mix Aggregat terbuka

Waterbound Macadam Telford Kubangan Jalan E. Kondisi Jembatan Keberadaan jembatan pada ruas jalan lintas selatan dapat dikatakan layak setidaknya untuk kondisi saat ini, dalam arti bahwa dengan volume lalu lintas yang sangat rendah seperti sekarang belum diperlukan adanya perbaikan atau peningkatan kapasitasnya, namun untuk perkembangan kedepan jika

ruas ini akan dijadikan jalur poros selatan maka terdapat beberapa jembatan yang perlu mendapat perhatian karena lebar jalur jembatan yang hanya 4 meter pastinya tidak akan sesuai dengan kelas jalan yang akan dibangun. Lebar jalur jembatan bervariasi antara 4 7 meter, beberapa jembatan yang baru dibuat telah memiliki lebar jalur 7 meter dengan trotoar selebar 1 meter ( 1+7+1) atau dikategorikan dengan Jembatan Kelas A tetapi jembatan yang lama memiliki lebar jalur hanya 4 5 Meter dan Trotoar selebar 2 x 0.5 Meter dan masuk dalam Kategori B dan C. Ditinjau dari jenis konstruksinya, bangunan atas terdiri dari Rangka Baja, Beton Pracetak ( Gelagar prestress ), Beton Cor setempat ( untuk jembatan pelat dan jembatan balok T bentang kecil ), serta Komposit pelat beton dengan gelagar baja. Dokumentasi : Jembatan Cikuya Jembatan Cidahon

Jembatan Cimedang Jembatan Cbeureum Jembatan Cijalu

Jembatan Cipatujah Jembatan Cipangukusan Jembatan Cimadang

Jembatan Cijayana Jembatan Cilayu

Saran dan Rekomendasi