Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA

dokumen-dokumen yang mirip
Pertemuan ke-2 GARIS-GARIS BESAR PERKEMBANGAN HUKUM TANAH DI INDONESIA. Dosen : Dr. Suryanti T. Arief SH.,MBA.,MKn

1. Menghapuskan dualisme hukum tanah yang lama dan menciptakan

Ruang Lingkup Hukum Agraria

BAB III PELAKSANAAN KONVERSI TANAH ATAS HAK BARAT OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari negara Indonesia. Baik tanah maupun sumber-sumber daya alam

Bab II HAK HAK ATAS TANAH. A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA. I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas

LAND REFORM INDONESIA

PEMANDANGAN UMUM. UUPA mulai berlaku pada tanggal 24 September Undang-undang ini

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

JAWABAN SOAL RESPONSI UTS HUKUM AGRARIA 2015

A. Keabsahan Kepemilikan Hak Atas Tanah Berdasarkan Asas Perlekatan. Vertikal Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

PENDAFTARAN TANAH ADAT. Indah Mahniasari. Abstrak

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

PENDAFTARAN TANAH ADAT Oleh : Indah Mahniasari, SH. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu bagian dari pemenuhan kebutuhan manusia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

No Perbedaan Hak Milik Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Pakai atas Tanah Negara. perusahaan, pertanian, diperpanjang untuk. peternakan.

Konsep Hukum Agraria dan Hukum Tanah. Welhelmina Selfina Beli

I. PENDAHULUAN. tanda bukti kepemilikan. Tanah adat tersebut hanya ditandai dengan ciri-ciri fisik

BAB I PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM AGRARIA

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pokok permasalahan utama. Instruksi Gubernur tersebut pada

Kebijakan Agraria Berbau Kolonial?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

HUKUM AGRARIA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tidak seimbang. Dari ketidakseimbangan antara jumlah luas tanah

BAB I PENDAHULUAN. dengan Rijksblad Kasultanan Nomor 16 Tahun 1918 juncto Nomor 23. Tahun 1925 adalah tanah Sri Sultan sebagai penguasa Kasultanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

MAKALAH HUKUM AGRARIA HAK PAKAI

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

DALUWARSA PENGHAPUS HAK MILIK DALAM SENGKETA PERDATA

Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Perdata

BAB I PENDAHULUAN. mereka pergi. Dalam sejarah peradaban umat manusia, tanah merupakan faktor

HUKUM AGRARIA. Seperangkat hukum yang mengatur Hak Penguasaan atas Sumber Alam. mengatur Hak Penguasaan atas Tanah. Hak Penguasaan Atas Tanah

BAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah

STATUS KEPEMILIKAN TANAH HASIL KONVERSI HAK BARAT BERDASARKAN UU NO. 5 TAHUN 1960

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN

KEBIJAKSANAAN AGRARIA SEBELUM DAN SESUDAH KELUARNYA UUPA SYAMSUL RIZAL. Fakultas Hukum Bagian Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara

BAB I PERKEMBANGAN POLITIK DAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berlindung dan melanjutkan kehidupannya. Sejalan dengan bertambahnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK POKOK AGRARIA *)

UNDANG-UNDANG No. 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA Undang-Undang 5 Tahun 1960 tanggal 24 September 1960 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pertemuan ke 4 HUKUM ADAT DALAM HUKUM TANAH NASIONAL. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief SH.MKn.MBA

HUKUM DAN KEBIJAKAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA

HAT hak menguasai negara

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Pendapat Umum, yang dimaksud dengan Hukum adalah:

BAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan,

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. dapat bermanfaat bagi pemilik tanah maupun bagi masyarakat dan negara.

PENYIMPANGAN DALAM PENERBITAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH. Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kaitannya dengan pengertian penguasaan yaitu : Penguasaan adalah


istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara yang didasarkan kepada aturan hukum untuk menjamin. pemerintah Belanda pada masa penjajahan.

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM. A. Defenisi Pengadaan Tanah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu Negara dikatakan sebagai Negara berdaulat jika memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat investasi yang sangat menguntungkan. Keadaan seperti itu yang

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan tanah perkebunan. Sedangkan yang digunakan untuk. bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air.

A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hlm 1. 1 Richard Edy. Aspek Legal Properti - Teori, Contoh, dan Aplikasi. C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta 2010.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Tujuan pembangunan itu dapat tercapai, bila sarana-sarana dasarnya

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

LANDASAN YURIDIS. Hukum agrarian nasional UU No 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Mochtar Kusumaatmadja, Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung: Alumni, 2009, hlm

B A B I P E N D A H U L U A N. Sebagaimana prinsip hukum perdata barat di dalam KUH Perdata tersebut, telah

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua kebutuhan manusia pasti terkait dengan tanah. Dari mulai

II. Istilah Hukum Perdata

1. Hak individual diliputi juga oleh hak persekutuan.

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG HAK TANGGUNGAN, HAK ATAS TANAH BARAT DAN PENDAFTARAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah. Tanah sangat penting bagi manusia sebagi tempat

BAB II PERJANJIAN JAMINAN DALAM HUKUM POSITIF. Istilah jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai

DEPARTEMEN PERTANIAN DAN AGRARIA JAKARTA

Transkripsi:

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA

FUNGSI UUPA 1. Menghapuskan dualisme, menciptakan unifikasi serta kodifikasi pada hukum (tanah) adat 2. Unifikasi hak-hak atas tanah dan hak-hak jaminan atas tanah melalui konversi 3. Landasan hukum untuk pembangunan Hukum Agraria Nasional

TUJUAN UUPA 1. Menciptakan unifikasi dengan cara: Tidak berlaku lagi peraturan hukum tanah yang lama Berlakunya Hukum Tanah Nasional didasarkan Hukum Tanah Adat 2. Menciptakan unifikasi hak-hak penguasaan atas tanah (hak-hak atas tanah dan hak jaminan atas tanah) melalui ketentuan konversi 3. Tanah-tanah Hak Barat, Tanah-tanah Hak Indonesia, dikonversi (diubah) secara serentak dan demi hukum, sejak tanggal 24 September 1960 4. Hak-hak jaminan atas tanah, hypotheek dan credietverband menjadi Hak Tanggungan

UUPA menciptakan Unifikasi Hukum di bidang pertanahan Dengan berlakunya UUPA maka berakhirlah dualisme hukum di bidang pertanahan. UUPA menciptakan Unifikasi Hukum di bidang pertanahan, yang dilakukan dengan cara: 1. Mengakhiri hukum tanah yang lama yang bersifat dualistik. 2. Menciptakan unifikasi hak-hak penguasaan atas tanah. 3. Menyatakan berlakunya Hukum Tanah Nasional didasarkan pada Hukum Adat

PERATURAN-PERATURAN YANG TEGAS DICABUT (Karena bertentangan dengan jiwa dan ketentuan UUPA): 1. Mencabut Hukum Tanah Barat: a. Ketentuan tentang Hukum Tanah Administratif dan Agrarische Wet b. Semua pernyataan Domein dari Pemerintah Hindia Belanda c. Peraturan mengenai Hak Agrarisch Eigendom d. Pasal-Pasal Buku ke II KUHPerdata sepanjang mengenai bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya 2. Mencabut Hukum Tanah Adat yang tertulis

ad. Ketentuan tentang Hukum Tanah Administratif dan Agrarische Wet Termuat dalam Pasal 51 IS (Indische Staatsregeling) Terjemahannya: 1. Gubernur Jenderal tidak boleh menjual tanah 2. Dalam larangan di atas tidak termasuk tanah-tanah yang tidak luas, yang diperuntukkan bagi perluasan kota dan desa serta pembangunan kegiatan-kegiatan usaha kerajinan. 3. Gubernur Jenderal dapat menyewakan tanah menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan ordonansi. Tidak termasuk yang boleh disewakan adalah tanah-tanah kepunyaan orangorang pribumi asal pembukaan hutan, tanah-tanah sebagai tempat penggembalaan umum atau merupakan kepunyaan desa

Tidak semua ketentuan Hukum Tanah Administratif Pemerintah Hindia Belanda merugikan rakyat pribumi dan diadakan semata-mata bagi kepentingan para pengusaha besar Belanda. Namun demikian tujuan utamanya memang bukan untuk menyejahterakan rakyat pribumi

Jika kita bandingkan Tujuan utama Agrarische Wet : adalah untuk membuka kemungkinan dan memberikan jaminan hukum kepada para pengusaha swasta agar dapat berkembang di Hindia Belanda Tujuan dan rumusan pokok Politik Pertanahan Nasional: (tertuang dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Dilihat dari tujuannya, Hukum Tanah Administratif Pemerintah Hindia Belanda tidak dapat dipertahankan dan harus diganti dengan Hukum Tanah Administratif Nasional

ad. Pernyataan-Pernyataan Domein Bahwa semua tanah yang pihak lain tidak dapat membuktikan sebagai hak eigendomnya, adalah domein (milik) Negara. Tidak hanya pernyataan-pernyataan Domein yang dikeluarkan oleh dari Pemerintah Hindia Belanda saja yang dihapus, tetapi juga pernyataanpernyataan domein yang dikeluarkan oleh Pemerintah Swapraja, misalnya yang dikeluarkan oleh Kesultanan Yogyakarta.

Asas domein memang bukan konsepsinya negara modern, melainkan konsepsi feodal dari zaman Abad Pertengahan, seperti yang melandasi Hukum Tanah di Inggris dan bekas negara-negara jajahannya. Dalam konsepsi ini, semua tanah adalah milik Raja dan siapapun hanya menguasai dan menggunakan tanah milik Lordnya sebagai tenant.

Asas domein adalah bertentangan dengan kesadaran hukum rakyat Indonesia dan asas daripada Negara yang merdeka dan modern

ad. Hak Agrarische Eigendom adalah suatu hak ciptaan pemerintah Belanda yang bertujuan akan memberikan kepada orangorang Indonesia suatu hak atas tanah yang kuat, hak yang pasti karena terdaftar dan hak yang dapat dibebani hak jaminan (hypotheek) Hak ini berasal dari hak milik adat yang atas permohonan pemiliknya, melalui suatu prosedur tertentu, diakui keberadaannya oleh Pengadilan

Hak Agrarische Eigendom dimasukkan dalam golongan hak-hak Indonesia, tetapi Pemerintah Hindia Belanda menganggapnya sebagai tanah Eigendom Biasa, yang selama berada di tangan orang Indonesia pribumi tunduk pada ketentuan-ketentuan hukum adat. Tetapi sewaktu-waktu jatuh di tangan bukan pribumi, tanah yang bersangkutan menjadi tanah hak eigendom biasa, yang sepenuhnya tunduk pada ketentuanketentuan KUHPerdata.

Sejak berlakunya UUPA hak-hak tersebut tidak berlangsung terus, karena semuanya dikonversi menjadi Hak Milik, Hak Guna Usaha, atau Hak Guna Bangunan

ad. Pasal-Pasal Buku ke II KUHPer sepanjang mengenai bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya Dengan dicabutnya pasal-pasal Buku II KUHPerdata mengenai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya serta ditetapkannya Hukum Adat menjadi dasar Hukum Tanah yang baru, maka diakhirilah dualisme dalam Hukum Tanah kita

Dengan demikian tercapailah unifikasi atau kesatuan Hukum Tanah, yang menurut UUPA sesuai dengan cita-cita persatuan Bangsa.

Tidak turut dicabut Pasal-Pasal Buku II KUHPer mengenai Hypotheek dan Credietverband, karena: 1. Hypotheek sebagai lembaga hak jaminan masih tetap ada untuk benda bukan tanah, yaitu untuk kapal-kapal dengan isi bruto sekurang-kurangnya 20 meter kubik (Pasal 314 KUHDagang) 2. Hypotheek dan Credietverband masih diperlukan sebagai pelengkap ketentuan mengenai Hak Tanggungan, sebagai hak jaminan atas tanah yang baru

PASAL-PASAL AGRARIA DALAM KUHPERDATA Untuk menghapuskan dualisme dan menciptakan unifikasi hukum yang didasarkan pada Hukum Adat

1. dalam Buku III KUHPerdata Pasal 1548 s/d 1600 mengatur perjanjian Sewa-menyewa Pasal-pasal tentang Jual-beli, Hibah, Tukarmenukar, dll nya sepanjang mengenai tanah

2. dalam Buku IV KUHPerdata Pasal 1955 dan 1963 memuat ketentuan mengenai kedaluwarsa sebagai upaya untuk memperoleh hak eigendom atas tanah

Apakah sesudah mulai berlakunya UUPA, pasal-pasal tersebut masih terus berlaku? Kasus: Ada persewaan tanah dan rumah yang dilakukan antara 2 orang Warga Negara Indonesia keturunan Cina dalam tahun 1932. Dalam tahun 1940 penyewa meninggal dunia, sedang uang sewanya terus dibayar oleh anaknya selama 20 tahun. Tanah dan rumah terus dikuasai oleh anak tersebut. Kemudian sebagian dari tanah itu disewakan oleh yang empunya tanah kepada pihak ketiga. Yang merupakan masalah hukumnya adalah: Apakah terhadap kasus ini berlaku ketentuan Pasal 1575 KUHPer?

Pembahasan Kasus Bunyi Pasal 1575 KUHPer: Persetujuan sewa tidak sekali-kali hapus dengan meninggalnya pihak yang menyewakan ataupun dengan meninggalnya yang menyewa Pengadilan Tinggi Jakarta berpendapat: Berdasarkan Pasal 1575 KUHPer, Penggugat menurut hukum meneruskan persewaan persil sengketa. Apabila pada saat ayah penggugat meninggal dunia masih menyewa persil sengketa.

Pembahasan Kasus (lanjutan) Terhadap putusan Pengadilan Tinggi tersebut, Tergugat mengajukan kasasi: Dikemukakan bahwa Pengadilan Tinggi telah salah menerapkan hukum, yaitu ketentuan yang termuat dalam Pasal 1575 KUHPer, sebab ketentuan hukum itu sudah tidak berlaku lagi sejak berlakunya UUPA pada tanggal 24 September 1960, sehingga yang berlaku disini adalah Hukum Adat

Pembahasan Kasus (lanjutan) Mahkamah Agung berpendapat: bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena pertimbangan Pengadilan Tinggi mengenai Pasal 1575 KUHPer adalah sudah tepat, sedangkan UUPA tentang hal itu tidak dengan tegas mencabutnya. Bahwa terhadap kasus yang diadili itu Pasal 1575 KUHPer dinyatakan berlaku adalah tepat, karena pada waktu penyewa meninggal dunia (yaitu tahun 1940) pasal tersebut memang masih berlaku. Maka dalam kasus ini tidak perlu dipermasalahkan apakah Pasal 1575 KUHPer itu setelah berlakunya UUPA masih berlaku atau tidak, karena yang diterapkan adalah peraturan yang berlaku pada waktu peristiwa yang bersangkutan terjadi.

Pembahasan Kasus (lanjutan) Karena itu penambahan anak kalimat : sedangkan UUPA tentang hal itu tidak dengan tegas mencabutnya dalam putusan MA tidak perlu, karena penambahan itu mengandung tafsiran bahwa terdapat dualisme dalam hukum sewa-menyewa tanah Jika peristiwa meninggalnya penyewa itu terjadi sesudah berlakunya UUPA, maka persewaan tersebut juga dilanjutkan oleh anaknya. Bukan karena Pasal 1575 KUHPer masih berlaku, tetapi atas dasar ketentuan hukum yang dibuat oleh para pihak sendiri.

Pembahasan Kasus (lanjutan Dalam hal ini dianggap bahwa para pihak berkehendak untuk melangsungkan hubungan sewa-menyewa atas dasar ketentuan hukum sebagai yang dimuat dalam pasal-pasal KUHPerdata.

Pembahasan Kasus (lanjutan) Walaupun pasal-pasal KUHPer yang mengatur sewa-menyewa tanah tidak berlaku lagi. Tetapi pihak-pihak yang melakukan perjanjian sewamenyewa pada asasnya masih dapat memperlakukan ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal itu terhadap perjanjian dan hubungan hukum yang mereka adakan. Ketentuan-ketentuan tersebut berlaku bukan atas kekuatan sendiri, melainkan sebagai hukum yang dibuat sendiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan

Pembahasan Kasus (lanjutan) Pasal 1338 KUHPer tentang asa kebebasan berkontrak Kebebasan untuk membuat hukumnya sendiri, yang dapat menyimpang dari peraturan yang ada, dibatasi oleh UUPA, misalnya dengan ketentuan Pasal 44 ayat (3): Perjanjian sewa tanah..tidak boleh disertai syarat-syarat yang mengandung unsur pemerasan

UUPA menciptakan Unifikasi Hak-Hak Penguasaan atas Tanah Sebelumnya, ada dualisme hak-hak penguasaan atas tanah hak barat dan tanah hak Indonesia, sebagai akibat adanya dualisme hukum tanah yang berlaku pada saat tersebut.

Unifikasi hak-hak penguaaan atas tanah dilakukan melalui Ketentuan Konversi UUPA. Yang turut dihapus: 1. Semua tanah eigendom biasa yang luasnya lebih dari 10 bau (tidak harus disebut dalam satu akta, asal seluruhnya berada dalam satu kompleks) 2. Alasan turut dihapus: karena tidak mudah dan selalu mungkin untuk dapat membuktikan adanya hak-hak Pertuanan.

Sejak mulai berlakunya UUPA, hak-hak atas tanah yang bersumber pada Hukum Tanah Barat, tidak ada lagi. Hal ini bukan karena tidak berlakunya lagi pasal-pasal KUHPerdata tetapi karena adanya Ketentuan-ketentuan Konversi, yang mengubah hak-hak itu menjadi salah satu hak baru menurut UUPA atau menghapuskannya sama sekali.

Yang diubah menjadi hak-hak baru bukanlah hanya hak-hak Eropa, tetapi juga hak-hak Indonesia. Dengan demikian UUPA bukan saja menghasilkan unifikasi hukum agraria, tetapi juga unifikasi hak-hak atas tanah. Untuk selanjutnya tidak dijumpai lagi hak-hak Eropa dan hak-hak Indonesia, melainkan hanya hak-hak yang bersumber pada UUPA