PERLAKUAN BANK MUAMALAT INDONESIA TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM MUSNAHNYA BARANG JAMINAN DEBITUR OLEH PIHAK ASURANSI Sigit Somadiyono, SH.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA TAKE OVER PEMBIAYAAN DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

AKIBAT HUKUM ALIH DEBITUR PADA PERJANJIAN KREDIT PERUMAHAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PALU

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie.

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bank merupakan salah satu badan usaha yang dibentuk dengan

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

kredit dari dana-dana yang di peroleh melalui perjanjian kredit. dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

ANALISIS YURIDIS WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN KREDIT BAGI USAHA KECIL DI PD. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR KABUPATEN LUMAJANG

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Dalam Buku III

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DENGAN JAMINAN SURAT KEPUTUSAN PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIPECAT (STUDI PADA PT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA. deposito di Bank lazimnya di letakkan pada persyaratan jangka waktu

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERUBAHAN BANK GARANSI DALAM SUATU PENJAMINAN. A. Prosedur Perubahan/Amendment Bank Garansi Terhadap Perubahan Nilai

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

1 BAB I PENDAHULUAN. 1 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Grafindo Persada, 2000, Jakarta, hlm.73

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

Transkripsi:

PERLAKUAN BANK MUAMALAT INDONESIA TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM MUSNAHNYA BARANG JAMINAN DEBITUR OLEH PIHAK ASURANSI Sigit Somadiyono, SH., MH 1 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap perlakukan Bank Muamalat Indonesia tehadap pembayaran klaim musnahnya barang jaminan debitur oleh pihak asuransi. Obyek dari peneltian ini adalah perlakuan Bank Muamalat Indonesia. Penelitian ini menggunakan perjanjian pembiayaan tahun 2016 yang dibuat oleh Otoritas Jasa Keuangan yang digunakan oleh Bank Mumalat Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uang klaim yang dibayarkan oleh pihak asuransi atas musnahnya barang jaminan digunakan oleh Bank Muamalat Indonesia untuk membayar dan/atau melunasi sisa pokok dan margin pembiayaan Nasabah Pembiayaan (debitur) Kata Kunci : Bank Muamalat Indonesia, Klaim, Musnahnya Jaminan, Asuransi A. LATAR BELAKANG Dalam dunia usaha, peranan lembaga keuangan sangatlah penting. Di Indonesia lembaga keuangan ini dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank atau non bank. Lembaga keuangan bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank umum terdiri dari Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Hermansyah mengemukakan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta 1 Penulis adalah Dosen Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi 36

cara, dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya secara keseluruhan. 2 Artinya, kegiatan dalam perbankan memiliki cakupan yang luas, yaitu mencakup lembaga, kegiatan usaha, cara dan proses. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh bank adalah menyalurkan dana kepada masyarakat. Bank dalam menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit diperlukan adanya jaminan atau agunan. Tujuan dari adanya jaminan atau agunan adalah untuk menutup risiko, agar debitur bertanggungjawab melunasi hutangnya dan apabila debitur tidak membayar hutangnya, maka kreditur tidak mengalami kerugian karena memiliki jaminan. Artinya, ketika debitur meminjam uang/berhutang, ia harus menjaminkan sesuatu sebagai agunan/jaminan atas hutang yang ia pinjam. Pihak bank selaku kreditur tentunya tidak mengharapkan adanya suatu kerugian yang muncul akibat musnahnya barang jaminan. Maka dari itu, untuk meminimalisir risiko kerugian, pihak bank mewajibkan para debiturnya untuk mengasuransikan barang yang menjadi jaminan. Dalam perjanjian asuransi terdapat suatu klausula yang disebut sebagi banker s clause. Berdasarkan penjelasan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, banker s clause merupakan klausula yang memberikan hak kepada Bank untuk menerima uang pertanggungan dalam hal terjadi pembayaran klaim. Sehingga apabila terjadi pembayaran atas klaim yang diajukan oleh nasabah dikarenakan musnahnya barang jaminan, maka yang menerima uang adalah pihak bank. PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk sebagai bank pertama yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan hukum Islam di Indonesia, sejak tahun 1991 dan telah memulai kegiatan operasionalnya pada tanggal 1 Mei 1992 (27 Syawal 1412 H) tentu telah mempunyai banyak pengalaman dibandingkan dengan perbankan syariah lainnya yang baru bermunculan di Indonesia sejak 2005, hlm. 18. 2 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri, 37

krisis multidimensi pada tahun 1997. Hal itu menjadi dasar penulis untuk mengambil objek penelitian tentang bagaimana bank khususnya bank syariah dalam perlakuan terhadap pembayaran klaim musnahnya jaminan debitur oleh pihak asuransi. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah perlakuan Bank Muamalat Indonesia terhadap pembayaran klaim musnahnya jaminan debitur oleh pihak asuransi? 2. Bagaimanakah implikasi yuridis terhadap jaminan pembiayaan yang jaminannya musnah di Bank Muamalat Indonesia? C. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literatur yang merumuskan pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap seorang debitur. Ringkasnya hukum jaminan adalah hukum yang mengatur tentang jaminan piutang seseorang. 3 Definisi ini difokuskan pada pengaturan pada hak-hak kreditur semata-mata, tetapi juga erat kaitannya dengan debitur. Sedangkan yang menjadi objek kajiannya adalah benda jaminan. Menurut M. Bahsan, hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang mengatur atau berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang hlm. 3 3 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007, 38

piutang (pinjaman uang) yang terdapat dalam berbagai peraturan perundangundangan yang berlaku saat ini. 4 Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan hukum jaminan adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit. 5 Unsur-unsur yang tercantum di dalam definisi ini adalah: 6 a. Adanya kaidah hukum b. Adanya pemberi dan penerima jaminan c. Adanya jaminan d. Adanya fasilitas kredit Jaminan merupakan kebutuhan kreditur untuk memperkecil risiko apabila debitur tidak mampu menyelesaikan segala kewajiban yang berkenaan dengan kredit yang telah dikucurkan. Dengan adanya jaminan apabila debitur tidak mampu membayar maka debitur dapat memaksakan pembayaran atas kredit yang telah diberikannya. 7 Jaminan secara umum diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang menetapkan bahwa segala hak kebendaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatannya. Dengan demikian, segala harta kekayaan debitur secara otomatis menjadi jaminan manakala orang tersebut membuat perjanjian utang meskipun tidak dinyatakan secara tegas sebagai jaminan. Terhadap jaminan ini akan timbul 4 M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008, hlm. 3. 5 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008, hlm. 6 6 Ibid, hlm. 7-8 7 Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010, hlm. 67 39

masalah manakala seorang debitur memiliki lebih dari seorang kreditur di mana masing-masing kreditur menginginkan haknya didahulukan. Hukum mengantisipasi keadaan demikian dengan membuat jaminan yang secara khusus diperjanjikan dengan hak-hak istimewa seperti hak tanggungan, fiducia, gadai, maupun cessie piutang. Kreditur yang memegang hak tersebut memiliki hak utama untuk mendapatkan pembayaran kredit seluruhnya dari hasil penjualan benda jaminan. Apabila terdapat kelebihan dalam penjualan benda jaminan terebut dapat diberikan kepada kreditur lain. Eksistensi adanya perjanjian penjaminan tergantung pada perjanjian pokok. Perjanjian pokok biasanya berupa perjanjian kredit. Perjanjian penjaminan tidak mungkin ada tanpa perjanjian kredit. Apabila perjanjian pokoknya berakhir, maka perjanjian penjaminan akan berakhir pula. Dasar hukum jaminan dalam pemberian kredit adalah Pasal 8 ayat (1) UU Perbankan yang menyatakan bahwa : Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Jaminan pemberian kredit menurut Pasal 8 ayat (1) adalah bahwa keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur. Di dalam KUHPerdata tercantum beberapa ketentuan yang dapat digolongkan sebagai hukum jaminan. Hukum jaminan dalam ketentuan hukum KUHPerdata adalah sebagaimana yang terdapat pada Buku Kedua yang mengatur tentang prinsip-prinsip hukum jaminan, lembaga-lembaga 40

jaminan (Gadai dan Hipotek) dan pada Buku Ketiga yang mengatur tentang penanggungan utang adalah sebagai berikut: 8 1. Prinsip-prinsip Hukum Jaminan (Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata). 2. Gadai (Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUHPerdata). 3. Hipotek (Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 KUHPerdata dan UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan,. 4. Penanggungan Utang (Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 KUHPerdata) 2. Hubungan Perjanjian Kredit dengan Jaminan Perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu. 9 Dengan melihat bentuk perjanjiannya, perjanjian kredit merupakan perjanjian khusus karena di dalamnya terdapat kekhususan, dimana pihak kreditur adalah pihak bank sedangkan objek perjanjian adalah uang. Perjanjian kredit ini dibuat secara tertulis, tujuannya ialah untuk bukti lengkap mengenai apa yang mereka perjanjikan. 10 Sebelum mengajukan kredit, seorang calon debitur haruslah terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kredit. Setelah permohonan kredit calon debitur dianggap layak untuk disetujui, bank akan memberikan tanda persetujuannya yang disebutnya Sebagai Surat Persetujuan Prinsip, yaitu 2000, hlm. 226. 8 M. Bahsan, Op.Cit, hlm. 9 9 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa, 2003, hlm. 122 10 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 41

surat kepada pemohon yang memberitahukan setuju secara prinsip pemberian kredit. 11 Pemberian Kredit merupakan pemberian pinjaman uang oleh bank kepada anggota masyarakat yang umumnya disertai dengan penyerahan jaminan kredit oleh debitur (peminjam). Terhadap penerimaan jaminan kredit tersebut terkait dengan berbagai ketentuan hukum jaminan. 12 Banyak hal mengenai perjanjian kredit yang dapat dikaitkan dengan ketentuan hukum jaminan. Salah satu contoh adalah tentang penerapan ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata yang mengatur tentang kedudukan harta seorang yang berutang untuk menjamin utangnya. Bank pemberi kredit hendaknya sepenuhnya memahami dan mematuhi ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata tersebut untuk mengamankan kepentingannya sebagai pihak yang berpiutang. Harta calon debitur adalah semua hartanya yang berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari, sepenuhnya merupakan jaminan atas kredit yang bersangkutan. 3. Tinjauan Umum Objek Asuransi Objek asuransi erat hubungannya dengan teori kepentingan yang secara umum dikenal dalam hukum asuransi. Menurut teori kepentingan, pada objek asuransi melekat hak subjektif yang tidak berwujud. Karena objek asuransi dapat rusak, hilang, musnah atau berkurang nilainya, maka hak subjektif juga dapat rusak, hilang, musnah atau berkurang nilainya. Dalam literatur hukum asuransi, hak subjektif ini disebut kepentingan. Kepentingan bersifat absolut, artinya harus ada pada setiap objek asuransi dan mengikuti kemana saja benda asuransi itu berada. Kepentingan itu harus 11 H. R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2005, hlm. 133. 12 M. Bahsan, Op. Cit, hlm. 70 42

sudah ada pada objek asuransi pada saat asuransi diadakan atau setidaktidaknya pada saat terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian. Objek asuransi adalah harta kekayaan. Karena kepentingan itu melekat pada objek asuransi, maka kepentingan juga adalah harta kekayaan. Sebagai harta kekayaan kepentingan memiliki unsur-unsur bersifat ekonomis. Menurut Pasal 268 KUHD, asuransi dapat mengenai segala macam kepentingan yang dapat dinilai dengan uang, diancam oleh bahaya dan tidak dikecualikan oleh undang-undang. Premi adalah salah satu unsur penting dalam asuransi karena merupakan kewajiban utama yang wajib dipenuhi oleh tertanggung kepada penanggung, karena asuransi dapat berjalan atau risiko dapat dialihkan dari tertanggung kepada penanggung apabila tertanggung telah membayar premi kepada penanggung/perusahaan asuransi tersebut. 13 Maka dapat dipahami bahwa premi asuransi merupakan syarat mutlak untuk menentukan perjanjian asuransi dilaksanakan atau tidak. Penetapan tingkat premi asuransi harus didasarkan pada analisis perhitungan yang sehat. Besarnya jumlah premi yang harus dibayar oleh tetanggung ditentukan berdasarkan penilaian risiko yang dipikul oleh penanggung. D. PEMBAHASAN 1. Perlakuan Bank Muamalat Indonesia Terhadap Pembayaran Klaim Musnahnya Jaminan Debitur Oleh Pihak Asuransi. Dalam pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia, ada beberapa asuransi yang harus ditanggung si pengambil kredit atau nasabah pembiayaan yaitu: a. Asuransi jiwa memproteksi resiko kegagalan dalam membayar akibat kematian selama masa angsuran. hlm. 103 13 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, 43

b. Asuransi kerugian atau kebakaran atau kendaraan untuk memproteksi jaminan yang diberikan debitur kepada bank. c. Untuk beberapa kasus dimana nasabahnya adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) atau pegawai swasta yang berstatus pegawai tetap dimana jaminannya hanya berupa Surat Keputusan (SK) dan/atau kuasa potong gaji dari bendahara serta asuransi yang digunakan adalah Asuransi Kredit. Pada objek jaminan pembiayaan yang diberikan Bank Muamalat Indonesia, setiap polis asuransi selalu ada bankers clause yang diikuti nama pemilik jaminan (debitur), misanya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk QQ (Nama Debitur). Pasal 15 ayat (9) contoh kontrak perjanjian (akad pembiayaan) produk berbasis Akad Musyarakah yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menj abarkan bahwa setiap polis asuransi harus memuat Banker s clause yakni bahwa selama harta benda yang diasuransikan masih merupakan jaminan atas pengembalian modal pembiayaan Nasabah kepada Bank, uang pertanggungan yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi akan diserahkan langsung kepada Bank dan selanjutnya diperhitungkan terkait kewajiban Nasabah kepada Bank. Jika masih ada sisa, sisa tersebut diserahkan kepada Nasabah dan atau Penjamin sebagai pemilik harta benda yang dijaminkan kepada Bank. Ayat (10) mena mbahkan Apabila uang pertanggungan tidak cukup untuk melunasi seluruh kewajiban, sisa kewajiban tersebut tetap menjadi kewajiban Nasabah kepada Bank. 14 Berdasarkan perjanjian pembiayaan antara nasabah dengan Bank Muamalat Indonesia, telah terjadi kesepakatan antara Bank Muamalat Indonesia dengan tetanggung (nasabah pembiayaan) bahwa apabila terjadi kerusakan atau kehilangan dan musnahnya pada apa yang 14 Otoritas Jasa Keuangan, Standar Produk Perbankan Syariah Musyarakah dan Musyarakah Mutanaqishah, Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan, 2016, hlm. 269 44

dipertanggungjawabkan, pembayaran klaim akan diserahkan pihak asuransi kepada pihak Bank Muamalat Indonesia yang kemudian digunakan untuk melakukan pembayaran pelunasan ataupun pelunasan sebagian terhadap hutang pokok kredit ditambah bunga dan biaya-biaya lain tanpa mengurangi hak tertanggung atas kelebihan jumlah ganti rugi. Apabila terjadi peristiwa yang menyebabkan musnah atau hilangnya barang jaminan, debitur selaku pemilik melaporkan peristiwa tersebut kepada Bank Muamalat Indonesia, kemudian Bank Muamalat Indonesia meneruskan laporan tersebut ke pihak asuransi. Setelah semua berkas yang diperlukan lengkap, tidak lebih dari 14 hari kerja setelah klaim disetujui, uang akan masuk ke rekening angsuran debitur yang jaminannya musnah atau hilang. Bank Muamalat Indonesia akan memberikan informasi kepada nasabah kalau uang klaim telah masuk kerekening nasabah dan di lakukan hold (tahan) uang tersebut didalam rekening nasbah oleh Bank Muamalat Indonesia agar nasabah tidak melakukan penarikan. Account Manager Bank Muamalat Indonesia kemudian melakukan tahapan proses pelunasan dipercepat dengan meminta putusan dari komite pembiayaan untuk menentukan jumlah nilai pokok dan margin yang diambil untuk pelunasan pembiayaan. Apabila dana dari uang klaim tersebut bisa melunasi, maka pembiayaan debitur telah selesai di Bank Muamalat Indonesia. Apabila dana dari klaim tersebut tidak mencukupi melakukan pelunasan seluruhnya, maka dimintakan putusan dari komite tentang sisa plafond dan apakah perlu dimintakan jaminan tambahan atau tidak. Setelah ada putusan komite pembiayaan mengenai pelunasan sebagian, selanjutnya akan dilakukan adendum terhadap akad pembiayaan dan dikeluarkan jadwal angsuran yang baru. 45

2. Implikasi Yuridis Terhadap Jaminan Pembiyaan Yang Jaminannya Musnah Di Bank Muamalat Indonesia Perlindungan hukum merupakan bentuk bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan hukum, yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Satjipto Raharjo mendefinisikan perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak-hak asasi manusia yang dirugikan oleh orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. 15 Hukum memiliki fungsi untuk mengatur hubungan antara negara dengan masyarakat dan hubungan antara masyarakat dengan sesama masyarakat, agar terciptanya kehidupan masyarakat yang tertib. Hal tersebut menuntut hukum agar menciptakan suatu kepastian hukum dan keadilan dalam kehidupan masyarakat. kepastian hukum mengharuskan terciptanya suasana yang aman dan tentram dalam masyarakat, maka kaidah dimaksud harus ditegakkan serta dilaksanakan dengan tegas. 16 Akibat dari musnahnya barang jaminan yang diasuransikan dengan banker s clause adalah pihak asuransi akan membayarkan klaim atas asuransi jaminan debitur kepada pihak bank dalam hal ini Bank Muamalat Indonesia. Dan Bank Muamalat Indonesia akan menggunakan uang tersebut untuk melakukan pelunasan terhadap pembiayaan debitur yang tersisa. Jika masih ada jumlah yang tersisa maka dapat diserahkan kepada debitur Jumlah uang yang diterima debitur sebagai ganti kerugian adalah sebesar nilai klaim asuransi dalam polis asuransi dikurangi sisa kredit debitur pada bank. Sisa pembayaran kredit itulah yang kemudian diberikan kepada debitur sebagai suatu bentuk perlindungan hukum. 15 Satjipto Rahardjo, Penyelenggaraan Keadilan Dalam Masyrakatt Yang Sedang Berubah, Jurnal Masalah Hukum, 1993, hlm. 34 16 Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Bandung: Binacipta, 1983, hlm. 15 46

Jika klaim asuransi tersebut tidak mencukupi untuk melunasi sisa kredit debitur, Penyebab terjadinya kekurangan pembayaran terhadap klaim asuransi musnahnya objek jaminan yang diasuransikan adalah: a. Kerusakan yang ditimbulkan kurang dari 100% (seratus persen) sehingga hanya dibayarkan sebagian dari total nilai klaim; b. Nilai premi yang dibayarkan tidak sesuai dengan nilai tanggungan yang semestinya; c. Sisa pembiayaan yang masih tinggi dan tidak sesuai dengan besaran klaim akibat kredit macet. Dampak dari kurangnya pembayaran klaim terhadap plafond pembiayaan debitur di Bank Muamalat Indonesia adalah potensi debitur untuk melakukan wanprestasi. Potensi wanprestasi yang dilakukan debitur bisa disebabkan karena: a. Objek jaminan yang musnah tersebut adalah sumber untuk pembayaran pembiayaan; b. Nasabah pembiayaan beranggapan bahwa tidak perlu melakukan pembayaran lagi dikarenakan sudah dilunasi oleh pihak asuransi; c. Keuangan nasabah menjadi terganggu dikarenakan harus membangun ataupun membeli kembali objek jaminan yang musnah tersebut. Implikasi yuridis terhadap objek jaminan yang musnah pada objek jaminan pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia adalah: a. Perubahan/adendum pada perjanjian pembiyaan antara Bank Muamalat Indonesia dengan debitur pembiayaan, antara lain: 1). Jangka waktu pembiayaan dimana waktu pembiayaan menjadi lebih pendek dari pada yang semestinya. 2). Nilai angsuran menjadi berubah apabila dilakukan penyesuaian terhadap pelunasan sebagian akibat pembayaran klaim yang tidak sesuai dengan besaran plafond dan margin pembiayaan. 47

3). Jaminan pembiayaan menjadi berubah apabila nasabah pembiayaan masih memiliki plafond pembiayaan yang nilainya sangat besar dari pada klaim asuransi. b. Bank Muamalat Indonesia kehilangan margin yang diharapkan dari pembiayaan dikarenakan adanya potongan terhadap margin karena pelunasan dipercepat dan adanya potensi pembiayaan bermasalah apabila klaim yang diterima tidak sebesar plafond dan margin pembiayaan. c. Debitur pembiayaan kehilangan hak harta bendanya berupa : 1). Hak milik kendaraan apabila barang tersebut rusak lebih dari 75% dan atau hilang karena tindak pidana pencurian. 2). Penundaan terhadap hak menikmati rumah atau bangunan yang musnah karena gempa bumi atau kebakaran. 3). Kehilangan sumber mata pencarian, objek jaminan pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia bisa tetap digunakan untuk diambil manfatnya sebagai sumber mata pencarian. Untuk mencegah agar sisa plafond pembiayaan tersebut masih bisa terselamatkan, dengan berpedoman kepada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang pada prinsipnya mengatur penyelamatan kredit bermasalah melalui alternatif penanganan secara penjadwalan kembali ( rescheduling), persyaratan kembali ( reconditioning), dan penataan kembali (restructuring), E. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan permasalahan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Perlakuan Bank Muamalat Indonesia terhadap pembayaran klaim musnahnya jaminan debitur oleh pihak asuransi adalah dipergunakan 48

untuk membayar sisa pokok dan margin terhadap pembiayaan yang diberikan oleh Bank Muamalat Indonesia kepada debitur yang jaminannya musnah. Apabila nilai klaim tersebut belum dapat melunasi pembiyaannya, maka Bank Muamalat Indonesia untuk menghidari terjadinya wanprestasi dari nasabah akan melakukan langkah-langkah penyelamatan kredit bermasalah. b. Implikasi yuridis terhadap jaminan pembiayaan yang jaminannya musnah di Bank Muamalat Indonesia adalah terhadap perjanjian pembiayaan dimana terjadi perubahan terkait waktu pembiayaan yang dikarenakan musnahnya barang jaminan tersebut waktu pembiayaan menjadi lebih cepat dari waktu semestinya dan juga terkait dengan besaran angsuran dikarenakan adanya pelunasan sebagian akibat musnahnya objek jaminan. 2. Rekomendasi Bertitik tolak dari kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan rekomendasi sebagai berikut: a. Perlunya transparansi nilai pertanggungan dari jaminan yang diasuransikan sehingga nasabah memahami nilai ganti rugi yang akan diterimanya apabila jamian tersebut musnah ataupun hilang. b. Debitur pembiayaan harus lebih proaktif dalam meminta penjelasan terhadap risiko yang akan dihadapi apabila jaminan pembiayaan tersebut musnah atau hilang sehingga tidak terjadi kesalahpahaman tentang perlakuan terhadap jaminan pembiayaan yang musnah atau hilang. 49

DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Abdulkadir Muhammad, 2006, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti. Badriyah Harun, 2010, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Yogyakarta: Pustaka Yustisia. H. R. Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri. J. Satrio, 2007, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. M. Bahsan, 2008, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Otoritas Jasa Keuangan, 2016, Standar Produk Perbankan Syariah Musyarakah dan Musyarakah Mutanaqishah, Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. Salim HS, 2008, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Satjipto Rahardjo, 1993, Penyelenggaraan Keadilan Dalam Masyrakatt Yang Sedang Berubah, Jurnal Masalah Hukum. Soerjono Soekanto, 1983, Penegakan Hukum, Bandung: Binacipta. Subekti, 2003, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa. 50