PENGARUH TEKNIK PEMBENIHAN LANGSUNG DAN PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL JATI PUTIH

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh/By : Faisal Danu Tuheteru 1, Irdika Mansur 2 dan/and Cahyo Wibowo 2

METODE PENELITIAN. ini kemudian dapat diterapkan pada skala lapangan. Tahapan percobaan adalah

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 1 : (1999)

PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

Danu Mindi (Melia azedarach Linn). Di dalam : Burharman, Djam'an DF, Widyani N, Fatmawati IS, Penyunting. Atlas Benih Tanaman Hutan

Pemanfaatan Arang Sekam untuk Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) pada Media Subsoil

VIABILITAS BENIH DAN PERTUMBUHAN

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 1 : (2005)

PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA ( Gmelina arborea Linn)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP TINGGI TA NAMAN DAN BERAT SEGAR PER RUMPUN RUMPUT GAJAH ODOT (Pennisetum purpureum cv. mott)

Peneliti, Divisi Litbang, PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim, Sumatera Selatan 31171, Indonesia. Telp:

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

Oleh : Iskandar Z. Siregar

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN

METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze) ABSTRACT PENDAHULUAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

PERTUMBUHAN BAKAU KURAP (Rhizopora stylosa) DI PERSEMAIAN MANGROVE DESA MUARA, KECAMATAN TELUK NAGA, TANGERANG

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

KOMPOSISI SERASAH DAN LUMPUR SEBAGAI MEDIA TANAM BIBIT BAKAU PUTIH (Bruguiera cylindrica) DI DESA SIALANG BUAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DENGAN PUPUK HAYATI PADA PERBEDAAN VOLUME MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH :

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN BIOMASSA SEMAI NON-SEKRESI Ceriops tagal DAN KANDUNGAN LIPID PADA TINGKAT POHON

PENAMPILAN PERTUMBUHAN BIBIT TECTONA GRANDIS LINN.F. PADA MEDIA PENANAMAN YANG BERBEDA HARYATI

APLIKASI PENGGUNAAN BEBERAPA AKTIVATOR TERHADAP PERTUMBUHAN SENGON (Paraserianthes falcataria), AKASIA (Acacia mangium), DAN SUREN (Toona sureni)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH PENAMBAHAN GAMBUT DAN SEKAM PADI PADA MEDIA TANAM ALLUVIAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MAHONI

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp.

RESPON DAYA KECAMBAH BIJI SAGA (Adenanthera pavonina L.) AKIBAT LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BAKAU (Rhizophora apiculata Bl.) TERHADAP PEMBERIAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI E JURNAL

KAJIAN SERBUK SABUT KELAPA (COCOPEAT) SEBAGAI MEDIA TANAM (STUDY OF COCOPEAT AS PLANTING MEDIA)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (61 70)

Respon Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Pada Berbagai Media Tanam di Pembibitan. Oleh: Susantidiana. Abstract

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN PAITAN (Thitonia diversifolia)

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

PENGARUH UKURAN BENIH ASAL KALIMANTAN BARAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Shorea leprosula DI PERSEMAIAN

PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NPK MUTIARA DAN PUPUK BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Thebroma Cacao L ) PADA MEDIA TANAH GAMBUT

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA MEDIA GAMBUT DENGAN PEMBERIAN URINE SAPI

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

PEMBERIAN MOLASES DAN MULSA ORGANIK PADA MEDIA TANAM PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA (GMELINA ARBOREA ROXB)

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

Penanaman Legume Cover Crop pada Lahan Berlereng dengan Metoda Templok di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

PENGARUH MEDIA DAN NAUNGAN TERHADAP MUTU BIBIT SUREN ( Toona sureni MERR.) The Effect of Media and Shading on the Seedling s Quality of Suren

PENGARUH TAKARAN KOMPOS BLOTONG DAN UMUR SIMPAN MATA TUNAS TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.)

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000)

Kajian Sifat Kompetisi Tanaman Penutup Tanah Arachis pintoi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999)

Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Tanjung (Mimusops elengi L.)

ABSTRAK. Pemanfaatan Endomikoriza Indigenus dari Lahan Kering di Bali untuk Memacu Pertumbuhan Bibit Mente (Anacardium Occidentale L.

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

Studi Pendahuluan Cocomulsa dalam Memacu Pertumbuhan Anakan Jati (Tectona grandis L.f.) di Desa Sukamakmur, Bogor

Periode Kritis Pengendalian Gulma Pada Tanaman jagung (Zea mays L.) Critical periode of weed control in Zea mays L

Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman

RESPON PERTUMBUHAN DAN BIOMASSA SEMAI Bakau Minyak (Rhizopora apiculata BI) TERHADAP SALINITAS DAN KANDUNGAN LIPIDNYA PADA TINGKAT POHON

Djoko Eko Hadi Susilo dkk., Studi Potensi Penyemaian dan Pembibitan Tanaman Mengkudu

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

Oleh/By : Ahmad Junaedi Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan Kuok ABSTRACT

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

PELAKSANAAN PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

PERBANYAKAN BIBIT POHON UNTUK REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP BEBERAPA KOMPOSISI KOMPOS KULIT BUAH KAKAO DENGAN SUBSOIL ULTISOL DAN PUPUK DAUN

PERTUMBUHAN DAN MUTU FISIK BIBIT JABON ( Anthocephalus cadamba. Polybag and Polytube

DEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN TROPIKA BASAH (KAJIAN FALSAFAH SAINS) PAPER INDIVIDU MATA AJARAN PENGANTAR FALSAFAH SAINS OLEH PRIJANTO PAMOENGKAS

Penggunaan Spesies Kerabat Manggis sebagai Akar Ganda dan Model Sambung dalam Mempercepat Penyediaan dan Pertumbuhan Bibit Manggis

Transkripsi:

155 PENGARUH TEKNIK PEMBENIHAN LANGSUNG DAN PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL JATI PUTIH (Gmelina arborea Roxb.) Oleh: Faisal Danu Tuheteru 1), Irdika Mansur 2) dan Cahyo Wibowo 2) ABSTRACT Direct seeding (direct planting of seed in the field) is an alternative method for reforestation in tropical area. The objectives of this study was to understood the effect of direct seeding and weeds on growth of jati putih (Gmelina arborea Roxb.). This study was done in Cikabayan experimental farm of Agriculture Faculty, Bogor Institute of Agriculture from January untill April 2009. The result showed that direct seeding with the mulch covering method produced significant effect the plant early growth. Compared with the buried method, the mulch covering method increases height of 47,18%, diameter of 26,18%, plant dry weight of 86,87%, shoot dry weight of 66,33% and nutrient uptake N of 118,18% and K of 99,12%. Compared with without weeding, weeding increase root dry weight of 37,2%. Key words : Gmelina arborea Roxb, mulch method, reforestation PENDAHULUAN Fakta menunjukan bahwa laju rehabilitasi hutan dan lahan (± 700.000 ha/tahun) tidak sebanding dengan laju degradasi lahan dan hutan (1.08 juta/ha/tahun) di Indonesia (Dephut, 2008). Lambannya rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya, faktor adanya keterbatasan regenerasi alami dan penanaman konvensional dalam mengembalikan fungsi dan keberadaan hutan (Nurhasybi & Sudrajat, 2005). Salah satu alternatif metode yang dapat dikembangkan dalam kegiatan rehabilitasi lahan adalah metode pembenihan langsung di lapangan (direct seeding). Pembenihan langsung merupakan teknik penaburan atau penanaman benih di lapangan tanpa melalui tahapan persemaian (Schmidt, 2000; Beyer, 2008). Pembenihan langsung mempunyai keuntungan dapat mengurangi biaya pembangunan lahan dan hutan dengan cara meniadakan biaya produksi bibit di persemaian dengan begitu biaya pengangkutan bibit dan upah buruh di persemaian serta biaya penanaman dapat ditekan sehingga biaya total penanaman dapat dikurangi secara nyata (Schmidt, 2007). Keuntungan lain dari teknik ini adalah pembangunan lahan lebih cepat dan dapat menjangkau lahan yang luas, kenampakan secara alami serta menjaga performa tanaman (dalam pengangkutan sering terjadi goncangan dan terputusnya akar) (Purnell & Higgins, 1999; Ochsner, 2001; Goode, 2006). Teknik direct seeding telah diterapkan untuk merehabilitasi lahan tambang di India dan Australia (Ochsner 2001), sistem agroforestry dengan jenis legum (Owour et al., 2001; Niang et al., 2002), restorasi dan rehabilitasi hutan di Amazon (Camargo et al., 2002 dalam Schmidt, 2008), Meksiko (Deniz-Agular 2003 dalam Schmidt 2008) dan Australia (Doust et al., 2006;2008), penanaman lahan kering di Nigeria (Eden Foundation, 1996), rehabilitasi mangrove (Schmidt, 2008) serta restorasi hutan dengan berbagai spesies (Knight et al., 1998). Salah satu faktor penghambat penerapan direct seeding di daerah tropika adalah kompetisi tanaman dengan gulma (Ochsner, 2001). Hasil studi Sun et al. (1995) dan Engel and Parrotta (2001) menyimpulkan bahwa kompetisi gulma merupakan faktor utama peningkatan kematian anakan pembenihan langsung. Kaitannya dengan rehabilitasi lahan dan hutan di Indonesia maka teknik ini perlu diujicobakan dengan jenis-jenis tanaman yang cocok. Pemilihan jenis jati putih (Gmelina arborea Roxb.) sebagai jenis tanaman direct seeding karena memiliki karakteristik cepat tumbuh sehingga dapat bersaing dengan gulma. Penelitian ini bertujuan untuk 1 ) Staf Pengajar Pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari. 155 2 ) Staf Pengajar Pada Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

156 mendapatkan teknik pembenihan langsung yang efektif dan pengaruh gulma terhadap pertumbuhan tanaman jati putih untuk rehabilitasi lahan dan hutan di Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor yang berlangsung mulai bulan Januari hingga bulan April 2009. Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah benih jati putih tanah podsolik merah kuning, kertas koran, bak kecambah, timbangan analitik, oven, kayu penugal, kaliper, kamera digital, gembor, cangkul, alat tulis, penggaris dan lain-lain. Persiapan lahan. Lahan yang dijadikan wilayah penelitian pada kondisi topografi yang cenderung datar. Persiapan lahan diawali dengan perencanaan luas areal objek yang didasarkan pada jumlah plot penelitian. Selanjutnya dilakukan pembersihan lahan dari gulma dan tunggak yang diikuti dengan penggemburan plot sampai kepada perataan plot-plot penelitian. Plot dibuat berukuran 1 m x 1 m dengan jarak antar plot 50 cm. Perlakuan awal benih. Perlakuan awal benih, dilakukan sebelum penaburan benih dengan cara perendaman dengan air dingin selama 12 jam. Metode penanaman langsung. Penaburan dilakukan berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan sistem baris pada plot yang berukuran 1 m x 1 m dengan jumlah benih yang ditabur sebanyak 50 benih yang sudah diberi perlakuan awal dengan jarak tabur dan atau tanam antar benih 10 x 20 cm. Pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan dengan cara menjaga dan mengamati benih yang ditanam dari kondisi ekstrim maupun predator benih serta kecambah yang telah tumbuh dari vegetasi pesaing secara manual. Penyiraman dilakukan setiap pagi selama satu minggu pertama. Rancangan Percobaan. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Split plot dimana faktor utama (main plot) adalah penyiangan yang terdiri atas 2 taraf yaitu disiangi (A 1 ) dan tidak disiangi (A 2 ), sedangkan sub plotnya adalah metode penaburan benih yang terdiri dari dua perlakuan yaitu, metode benih dibenamkan 1-4 cm (B 1 ) dan metode benih ditutup mulsa (B 2 ). Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji ANOVA (uji-f) dan pengujian lanjutan menggunakan uji lanjut LSD (Mattjik dan Sumarta Jaya 2000) dengan menggunakan pengolahan data komputer program CoStat 6311 Win. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 menunjukkan bahwa metode penaburan benih yang ditutup mulsa berbeda nyata dengan metode benih yang dibenamkan pada semua parameter yang diamati, kecuali parameter daya berkecambah dan laju perkecambahan, daya hidup serta serapan P. Secara tunggal pengaruh penyiangan berpengaruh terhadap berat kering akar tanaman. Tanaman G. arborea pada penelitian ini, memiliki daya kecambah berkisar antara 68-82% dengan daya hidup yang cukup tinggi (91 %). Metode penaburan benih ditutup mulsa dapat meningkatkan tinggi 47,18%, diameter 26,18%, berat kering tanaman 86,87%, berat kering akar 66,33% serta serapan N (118,18%) dan K (99,12%) dibanding dengan metode benih dibenamkan (Tabel 1).

157 Tabel 1. Pengaruh metode penaburan benih dan penyiangan terhadap parameter pertumbuhan tanaman G. arborea umur 3 bulan Parameter Metode Penaburan Penyiangan Dibenamkan Mulsa Disiangi Tidak disiangi Daya kecambah (%) 82 a 68.33 a 76.33 x 74 x Laju perkecambahan (hari) 12.43 a 13.73 a 12.82 x 13.34 x Tinggi (cm) 44.87 b 66.04 a 57.62 x 53.29 x Diameter (mm) 6.89 b 8.69 a 8.17 x 7.42 x Berat kering pucuk (g) 7.76 b 14.92 a 12.56 x 10.12 x Berat kering akar (g) 1.99 b 3.31 a 3.06 x 2.23 y Rasio pucuk akar 3.99 a 4.49 a 3.98 x 4.51 x Berat Kering Total (g) 9.75 b 18.22 a 15.62 x 12.35 x Persen jadi benih (%) 74.67 a 61.67 a 70.67 x 65.67 x Daya hidup (%) 90.88 a 89.75 a 92.6 x 88.03 x Serapan N 0.11 b 0.24 a 0.17 x 0.18 x Serapan P 0.017 a 0.027 a 0.025 x 0.018 x Serapan K 0.113 b 0.225 a 0.167 x 0.172 x Keterangan : rerata sebaris diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSD pada taraf kepercayaan 95 % (Values in each row followed by the same letter was not significantly different at level of 95% base LSD) Tabel 2. Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman G. arborea umur 3 bulan Tanaman Famili KR FR INP Benam Mulsa Benam Mulsa Benam Mulsa Ageratum conyzoides L. Asteraceae - 2.27-6.25-8.52 Borreria alata (Aubl) DC Rubiaceae 33.33 27.27 21.43 12.50 54.76 39.77 Celosia argentea L. Amaranthaceae 3.33-7.14-10.48 - Centrosema sp 1. Fabaceae 10.00 11.36 7.14 18.75 17.14 30.11 Centrosema sp 2. Fabaceae 13.33-7.14-20.48 - Cleome rutidosperma DC Capparidaceae 3.33 13.64 7.14 6.25 10.48 19.89 Digitaria ciliaris (Retz.) Poaceae 6.67 6.82 7.14 6.25 13.81 13.07 Digitaria longiflora (Retz.) Poaceae - 2.27-6.25-8.52 Emilia sonchifolia (L.) Asteraceae 10.00 9.09 7.14 6.25 17.14 15.34 Mimosa invisa Fabaceae 13.33 6.82 21.43 12.50 34.76 19.32 Oxalis barrelieri L. Oxalidaceae 6.67 4.55 14.29 6.25 20.95 10.80 Phyllanthus niruri L. Euphorbiaceae - 2.27-6.25-8.52 Sida rhombifolia L. Malvaceae - 13.64-12.50-26.14 Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 200.00 200.00 Hasil inventarisasi gulma pada plot plot tanaman yang tidak disiangi pada metode penaburan benih dibenamkan dan ditutup mulsa ditemukan masing masing 9 dan 11 jenis. Keragaman gulma pada kedua metode penaburan benih relatif sama. Jenis gulma yang ditemukan didominasi oleh jenis Borreria alata baik pada metode dibenamkan maupun ditutup mulsa dengan masing masing nilai INP 54 % dan 39.77 % (Tabel 2).

158 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa G. arborea tumbuh baik pada metode benih ditutup mulsa. Hal ini berbeda dengan beberapa laporan peneliti sebelumnya yang menjelaskan bahwa metode benih dibenamkan memberikan pengaruh positif terhadap daya kecambah dan pertumbuhan tanaman (Johnson, 1980 dalam Nurhasybi et al., 2007; Owuor et al., 2001; Seiwa et al., 2002; Wood dan Elliott, 2004; Nurhasybi et al., 2007; Q-H Yang et al., 2008; Doust et al., 2006; 2008). Tingginya daya kecambah dan parameter lain diduga karena sifat jenis tanaman ini yang membutuhkan cahaya penuh untuk berkecambah (Webb et al., 1984 dalam Hendromono 1996; Aminudin dan Ng 1982 dalam Ng et al., 1985). Hal ini dimungkinkan karena kondisi iklim lokasi penelitian mendukung untuk berkecambah dengan baik (27.3 32.3 o C). Temperatur optimum untuk berkecambah yang dibutuhkan jenis ini adalah 30 o C dan jika kurang dari itu dapat menurunkan daya kecambah (Rachmawati et al., 2002). Penampakan pertumbuhan tanaman pada metode benih ditutup mulsa sangat baik. Hal ini terlihat dari pertumbuhan tinggi, pertambahan diameter, biomassa tanaman serta serapan unsur N dan K. Rata rata pertumbuhan tinggi 66.04 cm atau meningkat 47.18% dan diameter (8.69 mm) atau meningkat 26.12% dari metode dibenamkan. Pertumbuhan tinggi dan diameter yang tinggi disertai dengan tingginya serapan N dan K yang tinggi turut berkontribusi terhadap biomassa tanaman yang mencapai 18.22 g atau meningkat 86.87%. Lamb (1968) dalam Alrasyid (1991) menyebutkan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman G. arborea salah satunya adalah dengan adanya ketersedian N yang tinggi. Hasil penelitian Alrasyid (1991) menyebutkan bahwa tanaman G. arborea meyerap jumlah N dalam jumlah banyak, kemudian diikuti unsur K, P dan Ca. Stuhrmann et al. (1994) menyimpulkan hal yang sama bahwa tanaman G. arborea umur 3 tahun kandungan hara daun terbesar pada unsur N (2,5%) diikuti oleh unsur K (0,8%) dan P (0,15%). Hasil penelitian ini sejalan dengan kedua penelitian tersebut dimana tanaman G. arborea menyerap jumlah unsur N yang tinggi diikuti oleh unsur K. Swamy et al., (2003; 2004); Singh (2006) dan Onyekwelu et al. (2006) melaporkan bahwa pada bagian daun dan batang tanaman ditemukan akumulasi nutrisi N terbesar. Sampai umur 3 bulan pertumbuhan G. arborea belum tampak dipengaruhi oleh persaingan dengan gulma. Hal ini diduga karena pertumbuhan cepat G. arborea dapat menutupi ruang tumbuh gulma. Berat kering akar tanaman pada plot-plot tanaman yang disiangi menunjukkan hasil yang baik. Hal ini mencerminkan bahwa pertumbuhan akar dalam tanah berfungsi dengan baik dalam menunjang pertumbuhan di atasnya. Jenis ini tumbuh dengan baik pada kondisi lahan penelitian dengan tanah masam (ph berkisar 4.07-4.83). Daya hidup tanaman pada penelitian ini mencapai 90%. Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jenis ini memiliki kemampuan hidup di lapangan cukup tinggi (Hendromono, 1996; Surata, 1995 dalam Surata, 2006; Surata, 2006). Pada umumnya keberadaan gulma pada penelitian ini belum menunjukkan pengaruh yang signifikan. Namun pada hakikatnya, gulma tetap menjadi masalah yang perlu dikendalikan. Tabel 1 menunjukkan bahwa plot yang disiangi memberikan hasil yang baik terhadap berat kering akar. Williams (2002); Zimdahl (2004) dan Doust et el. (2006) menjelaskan bahwa keberadaan jenis gulma dapat bersifat negatif maupun positif terhadap pertumbuhan tanaman yang ditanam dengan teknik pembenihan langsung. Pengaruh tersebut diantaranya mengurangi ketersediaan unsur hara atau mengurangi tekanan temperatur atmosfer dan meningkatkan kelembaban tanah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka disimpulkan: (1) Metode pembenihan langsung dapat digunakan untuk meregenerasi hutan. Jenis tanaman jati putih (Gmelina arborea Roxb) dapat ditanam dengan metode benih ditutup dengan mulsa. (2) Jenis Gmelina arborea Roxb dapat dikembangkan sebagai jenis andalan teknik pembenihan langsung ditinjau dari aspek

159 pertumbuhan awal cepat dan daya hidup tinggi (91%). DAFTAR PUSTAKA Alrasyid, H. 1991. Faktor Kualitas Lahan Pembatas untuk Pertumbuhan Gmelina arborea Roxb. Bul. Pen. Hut 540:1-23. Beyer, G. 2008. Direct Seeding Establishing a Forest With Seed. Iowa: Iowa Departement Of Natural Resources. Doust, S.J., Erskine, P.D. and Lamb, D. 2006. Direct seeding to restore rainforest species : Microsite effect on the early estabilishment and growth of rainforest tree seedlings on degraded land in the wet tropics of Australia. Forest Ecology and Management 234:333-343 Doust, S.J., Erskine, P.D. and Lamb, D. 2008. Restoring rainforest species by direct seeding : Tree seedling estabilishment and growth performance on degraded land in the tropics of Australia. Forest Ecology and Management 256:1178-1188. Eden Foundation, 1996. Direct seeding-the natural solution for revegetating arid lands. What is direct seeding, and why do it. www.edenfoundation.org/project/aridland.html. diakses : 12 Agustus 2008. Engel, V.L. and Parrotta, J.A. 2001. An evaluation of direct seeding for reforestation of degraded land in central Sao Paulo state, Brazil. Forest Ecology and Management 152:169-181. Goode, A. 2006. The Effect of Sowing Rate, Surface Amelioration and Smoke Treatment on Emergence and Early Growth of Direct Sown Native Species in South Gippsland. Parkville. The University of Melbourne. Hendromono. 1996. Alternatif pembukaan lahan tanpa pembakaran untuk hutan tanaman Gmelina arborea. Bul. Pen. Hut 600:27-38 Knight, A.J.P., Beale, P.E and Dalton GS. 1998. Direct seeding of native trees and shrubs in low rainfall areas and no non-wetting sands in South Australia. Agroforestry System 39 (3):225-239. Ng, Leong H and Hellum, A.K. 1982. Effect of Temperatur on Germination of Gmelina arborea Roxb. The Malaysian Forester Vol. 48 No. 4. Niang, A.I., Amadalo, B.A., Wolf J de and Gathumbi, S.M. 2002. Species screening for shoot term planted fallows in the highlands of western Kenya. Agroforestry Systems 56:145-154. Nurhasybi dan Sudrajat DJ. 2005. Teknik Penaburan Benih Secara Langsung Sebagai Metode Alternatif Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Di dalam : Dengan IPTEK Membangun Hutan Tanaman demi Kemakmuran Bangsa dan Kelestarian Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Peneltian dan Pengembangan Hutan Tanaman; Yogyakarta, 18 November 2005. Yogyakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Balitbang Departemen Kehutanan. hlm 23-27. Nurhasybi, Sudrajat, D.J., Hariyadi, D dan Haerujaman AH. 2007. Teknik Direct Seeding beberapa Jenis Tanaman Hutan Merbau (Intsia bijuga) dan Gmelina (Gmelina arborea). Laporan Hasil Penelitian, Sumber Dana Dipa BPTP Bogor Tahun 2007. Bogor: BPTP. Ochsner, P. 2001. Direct Seeding in the Tropics. Denmark. Danida Forest Seed Centre. Denmark. Onyekwelu, J.C., Mosandl, R and Stimm, B. 2006. Productivity, site evaluation and state of nutrition of Gmelina arborea plantations in Oluwa and Omo forest reserves, Nigeria. Forest Ecology and Management 229:214-227. Owuor, BO., Gudu, S. and Niang A. 2001. Direct Seeding of Sesbania sesban for Green Manure in Agroforestry System [komunikasi pendek]. Agroforestry System 52:23-25. Purnell, K, and Higgins, I. 1999. What is Direct Seeding. Landcare Notes LC0108. State of Victoria, department of Natural Resources and Environment. Victoria. Q-H Yang, X Wei, X-L Zeng, W-H Ye, X-J Yin, Wang Z-M and Y-S Jiang. 2008. Seed biology and germination ecophysiology of Camellia nitidissima. Forest Ecology and Management 255: 113 118. Rachmawati, H., Iriantono D dan Hansen CP. 2002. Gmelina arborea Roxb. Seed Leaflet No. 62 January 2002. Denmark: Danida Forest Seed Centre.

160 Schmidt, L. 2000. Guide to Handling of Tropical and Subtropical Forest Seed. Denmark: Danida Forest Seed Centre. Schmidt, L. 2007. Tropical Forest Seed. Springer. Schmidt, L. 2008. A review of direct sowing versus planting in tropical afforestation and land rehabilitation. Denmark: Faculty of Life Sciences University of Copenhagen. Seiwa, K., Watanabe, A., Saitoh, T,, Kannu, H and Akasaka, S. 2002. Effect of burying and seed size on seedling establishment of Japanese chestnuts, Castanea crenata. Forest Ecology and Management 164:149-156. Singh, A. 2006. Growth and leaf nutrient status of companion species as influenced by neighbouring species in mixed plantations raised on mine spoil. Tropical Ecology 47(2):259-269 Stuhrmann, M., Bergmann, C and Zech, W. 1994. Mineral nutrition, soil factors and growth rates of Gmelina arborea plantations in the humid lowlands of northern Costa Rica. Forest Ecology and Management 70:135-145 Sun, D., Dickinson, G.R and Bragg, A.L. 1995. Direct seeding of Alphitonia petriei (Rhamnaceae) for gully revegetation in tropical northern Australia. Forest Ecology and Management 73:249-257. Surata, I.K. 2006. Pemilihan Jenis Pohon untuk Rehabilitasi Lahan kritis di Daerah Semi Arid, Pulau Timor Prov. Nusa Tenggara Timur. Di dalam : Pengembangan Tanaman di Lahan masyarakat. Prosiding Cendana untuk Rakyat, Denpasar, 19 Desember 2006. Bogor: Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Swamy, S.L., Kushwaha, S.K, and Puri S. 2004. Tree growth, biomass, allometry and nutrient distribution in Gmelina arborea stands grown in red lateritic soils of Central India. Biomass Bioenergy 26:305-317. Swamy, S.L., Puri, S and Singh, A.K. 2003. Growth, biomass, carbon storage and nutrient distribution in Gmelina arborea Roxb. stands on red lateritic soils in central India. Bioresource Technology 90:109-126. Williams, R.J.F. 2002. Weed competition. Dalam : Naylor REL, editor. Weed Management Handbook, edisi ke-9. Blackwell Science. Woods, K and Elliott, S. 2004. Direct seeding for forest restoration on abandoned agricultural land in Northern Thailand. J. Trop. For. Sci 16 (2):248-259. Zimdahl, R.L. 2004. Weed crop competition a review. Edisi ke-2. Blackwell Publishing.