Tugas 1 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo Imanuela Caesarona Thenu Kebutuhan Pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
Tugas2_PT206B_

MELAKUKAN ANALISIS PEMBELAJARAN. Pendahuluan

Perumusan Tujuan Instruksional

ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN DAN ANALISIS PEMBELAJARAN DALAM DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu

Bagian 2. EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin,

HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION

HUBUNGAN ASPEK MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN KINERJA MAHASISWA PADA PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat

Tujuan pendidikan kesehatan

Dievaluasi. 1. Dilihat Dari Fungsinya. 2. Dilihat Dari Waktu. 3. Dilihat Dari Titik Berat Penilaian. 4. Dilihat Dari Alat Evaluasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Aplikasi Pengetahuan

ESENSI PENGETAHUAN TRANSFER PENGETAHUAN. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) 12/05/2014

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja secara umum dan yang sering kali didengar seseorang,

Tugas 2 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo Immanuella Caesarona Thenu

EVALUASI PENDIDIKAN. Pengertian Evaluasi DR. MUSTAKIM,MM

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama melaksanakan

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal

1.Identitas mata pelajaran: berisi mata pelajaran yang akan diajarkan, kelas, semester, alokasi waktu yang digunakan dan banyaknya jam pertemuan.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

YANG DIHARAPKAN KEADAAN SEKARANG KESENJANGAN MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

DISAIN INSTRUCTIONAL (Perencanaan Pembelajaran)

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

Identifikasi kebutuhan, análisis pembelajaran dan perumusan tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kebijakan (stakeholders) di bidang pendidikan berkewajiban untuk

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

C. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan, penulis menyusun alur penelitian seperti pada Gambar 3.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

Wawat Suryati STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

Opin Ahmad 1, Salma Bowtha 2, Radia Hafid 3

Drs. Rudi Susilana, M.Si Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan - FIP - UPI KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

PERENCANAAN KARAKTERISTIK TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

Perancangan Alat Ukur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN

ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SISTEM PENILAIAN KTSP. Sosialisasi KTSP

1. PERSOALAN PENILAIAN BELAJAR

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PEMBELAJARAN. Oleh: Asih Andriyati M. (S ) Dian Permatasari K.D. (S ) Heni Wulandari (S )

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pencapaian

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laku (kemampuan) pada diri siswa, seperti yang sebelumnya tidak tahu. menjadi tahu, yang sebelumnya tidak paham menjadi paham, yang

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

TUGAS 4 PERENCANAAN PEMBELAJARAN. Menganalisis Perilaku dan Karakeristik Awal Peserta Didik

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal umum yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. 1 Untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Metode Diskusi Panel Pengertian Metode Diskusi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode diskusi untuk mengatasi kegagalan dalam

Transkripsi:

Tugas 1 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo 702011010 2. Imanuela Caesarona Thenu 702011039 Kebutuhan Pembelajaran Morrison (2001: 27) membagi fungsi analisa kebutuhan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas sekarang yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran. 2. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial, keamanan atau masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan pendidikan 3. Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan. 4. Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran. Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk merencanakan dan mengadakan analisa kebutuhan pembelajaran (Morrison, 2001: 28-30). 1. Kebutuhan Normatif, membandingkan peserta didik dengan standar nasional, misal, Ebtanas, UMPTN, dan sebagainya. 2. Kebutuhan Komperatif, membandingkan peserta didik pada satu kelompok dengan kelompok lain yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SLTP A dengan SLTP B. 3. Kebutuhan yang dirasakan, yaitu hasrat atau kinginan yang dimiliki masing-masing peserta didik yang perlu ditingkatkan. Kebutuhan ini menunjukan kesenjangan antara tingkat ketrampilan/kenyataan yang nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan ini dengan cara interview. 4. Kebutuhan yang diekspresikan, yaitu kebutuhan yang dirasakan seseorang mampu diekspresikan dalam tindakan. Misal, siswa yang mendaftar sebuah kursus. 5. Kebutuhan Masa Depan, Yaitu mengidentifikasi perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. Misal, penerapan teknik pembelajaran yang baru, dan sebagainya. 6. Kebutuhan Insidentil yang mendesak, yaitu faktor negatif yang muncul di luar dugaan yang sangat berpengaruh. Misal, bencana nuklir, kesalahan medis, bencana alam, dan sebagainya.

Melakukan Analisis Kebutuhan Ada empat tahap dalam melakukan analisa kebutuhan yakni perencanaan, pengumpulan data, analisa data dan menyiapkan laporan akhir. 1. Perencanaan : Yang perlu dilakukan: membuat klasifikasi siswa, siapa yang akan terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya (Morrison, 2001 : 32). 2. Pengumpulan data : Perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel dalam penyebarannya (distribusi) (Morrison,2001 : 33). 3. Analisa data : Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan pertimbangan : ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan. 4. Membuat laporan akhir : Dalam sebuah laporan analisa kebutuhan mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan table dan penjelasan singkat, rekomendasi yang terkait dengan data (Morrison, 2001: 33-34). Membicarakan tentang analisis tujuan tidak bisa dipisahkan dengan input yang terkait dengan masalah dan proses analisa kebutuhan. Strategi Penilaian Kebutuhan. Untuk memahami suatu kebutuhan termasuk masalah atau perlu penilaian terlebih dahulu terhadap kebutuhan yang teridentifikasi yang disebut need assessment. Rasset menekankan pentingnya pengumpulan informasi tentang penilaian kebutuhan secara langsung dari siswa baik orang dewasa maupun siswa umum. la mengidentifikasi lima tipe pertanyaan yang berbeda-beda kelima pertanyaan tersebut: 1. Tipe pertanyaan untuk mengidentifikasi masalah siswa tentang seperti masalah yang sedang dihadapi. 2. Tipe pertanyaan yang menanyakan kepada siswa untuk mengungkapkan prioritasprioritas diantara ketrampilan-ketrampilan yang mungkin dapat dimasukkan dalam pelajaran. Contoh : ketrampilan apa yang dibutuhkan? 3. Tipe pertanyaan yang meminta kepada siswa untuk mendemonstrasikan ketrampilan tertentu. Contoh : tulislah pertanyaan dengan kalimat yang pendek

4. Tipe pertanyaan mencoba untuk mengungkapkan perasaan dan kesan siswa tentang suatu pelajaran tertentu. Contoh : apa yang menarik dari pelajaran tersebut? 5. Tipe pertanyaan yang memberikan kepada siswa untuk menentukan pemecahan sendiri secara baik. Contoh : apa yang paling baik dilakukan untuk...? Menurut Atwi Suparman (2001 : 65-72) ada 8 langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran sebagai berikut: Langkah 1. Mengidentifikasi kesenjangan hasil prestasi saat ini dengan yang diidealkan. Untuk memperoleh data tersebut menggunakan cara ; membaca laporan tertulis observasi, wawancara, angket dan dokumen. Langkah 2. Sebelum mengambil tindakan pemecahan masalah, kesenjangan tersebut harus dinilai terlebih dahulu dari segi: Tingkat signifikasi pengaruhnya. Luas ruang lingkup. Pentingnya peranan kesenjangan terhadap masa depan lembaga atau program. Langkah 3. Yang dilakukan dalam langkah ini: a. Menganalisis kemungkinan penyebab kesenjangan melalui observasi,wawancara,analisa logis. b. Memisahkan kemungkinan penyebab yang tidak berasal dari kekurangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk diserahkan penyelesaiannya kepada pihak lain. c. Mengelompokkan kemungkinan penyebab yang berasal dari kekurangan pengetahuan ketrampilan dan sikap tertentu untuk diteruskan ke langkah 4. Langkah 4. Menginterview siswa untuk memisahkan antara yang sudah pernah dan yang belum memperoleh pendidikan, bagi yang sudah berpendidikan melanjutkan ke-langkah 5 dan bagi yang belum meneruskan ke-langkah 8.

Langkah 5 Bagi peserta yang sudah berpendidikan pada langkah ini dikelompokkan lagi mejadi peserta yang sering mengikuti pendidikan menuju ke-langkah 6 dan jarang mengikuti pendidikan melanjutkan ke-langkah 7. Langkah 6. Kelompok yang sudah sering mendapat pendidikan diberi umpan balik atas kekurangannya dan diminta untuk mempraktekkan kembali sampai dapat melakukan tugasnya seperti yang diinginkan. Langkah 7. Bagi kelompok yang masih jarang mengikuti pendidikan diberi kesempatan lebih banyak untuk berlatih kembali, ini perlu disupervisi dari dekat agar mencapai hasil yang diinginkan. Langkah 8. Untuk kelompok peserta yang belum pernah memperoleh pendidikan perlu dibuatkan intruksional yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk diketahui peserta. Sebagai pengajar Identifikasi kebutuhan belajar bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. Dalam menghadapi berbagai macam peserta didik yang memiliki kebutuhan dalam pembelajaran yang berbeda beda, maka sebaiknya pihak pengajar mempersiapkan atau melakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap peserta didik, agar nantinya pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

Tujuan Umum Pembelajaran Kegiatan pembelajaran sering disebut sebagai kegiatan instruksional (Arifuddin, 2012). Dari istilah ini kemudian muncul istilah tujuan instruksional yang sederhananya adalah tujuan pembelajaran. Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan, yang secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa (Wahyudin, 2010). Menurut Soemarsono, tujuan instruksional didefinisikan sebagai tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalm bentuk tingkah laku yang dapat dinilai dan diukur (Arifuddin, 2012). Fred Percival dan Henry Ellington mendefinisikan tujuan instruksional sebagai pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar (Wahyudin, 2010). Tujuan instruksional dibagi menjadi 2, yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Tujuan instruksional umum adalah suatu kegiatan mengidentifikasi kebutuhan instruksional untuk memperoleh jenis pengetahuan, keterampilan dan sikap mana yang tidak perah dipelajari atau belum dilakukan dengan baik oleh peserta didik, yang mana jenis pengetahuan dan keterampilan tersebut masih bersifat umum. Berikut beberapa manfaat dari tujuan instruksional baik umum maupun khusus : 1. Menentukan tujuan proses belajar mengajar 2. Menentukan persyaratan awal instruksional 3. Merancang strategi instruksional 4. Memilih media pembelajaran 5. Menyusun isntrumen tes pada proses evaluasi 6. Melakukan tindakan perbaikan atau improvement pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa perumusan tujuan instruksional ini sangat penting dalam desain/perancangan/perencanaan pembelajaran. Benyamin S. Bloom dan Krathwool mengklasifikasikan tujuan instruksional dalm tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. 1. Kawasan kognitif Kawasan kognitif terdiri dari 6 tingkatan dengan aspek belajar yang berbedabeda, yaitu :

a. Tingkat pengetahuan (knowledge) Pada level ini tujuan instruksional menuntut siswa untuk mampu mengingat informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, istilah-istilah, rumus dan lain-lain. b. Tingkat pemahaman (comprehenssion) Tingkat ini menuntut siswa untuk mampu menjelaskan pengetahuan/informasi yang telah diterima dengan kata-katanya sendiri. c. Tingkat penerapan (aplication) Siswa dituntut untuk mampu menggunakan/meneraplan informasi yang telah dipelajari dalam situasi baru, serta memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari. d. Tingkat analisis (analysis) Siswa dituntut untuk mampu mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa dan kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi. e. Tingkat sintesis (synthesis) Siswa dituntut untuk mampu mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. f. Tingkat evaluasi (evaluation) Tingkat ini merupakan tingkat tertinggi, dimana siswa diharapkan untuk membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. 2. Kawasan afektif (sikap dan perilaku) Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan ini juga menggambarkan proses seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Krathwool dan Bloom mengelompokkan kawawan afektif ini ke dalam 5 kelompok, yaitu : a. Pengenalan/penerimaan (receiving)

Siswa diharapkan mengenal, bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulus. Contoh kata kerja operasionalnya : mendengarkan, menghadiri, melihat, memperhatikan. b. Pemberian respon (responding) Siswa diharapkan memiliki keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap gagasan, benda atau sistem nilai, lebih dari pada sekedar pengenalan saja. Siswa diharapkan berpartisipasi aktif terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. c. Penghargaan terhadap nilai/penilaian (valuing) Penghargaan terhadap suatu nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai. d. Pengorganisasian (organzation) Pengorganisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi dari pada nilai yang lain. e. Pengamalan (characterization) Pengamalan berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian nila-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. 3. Kawasan psikomotor Pada tahun 1956 kawasan ini tidak mendapat perhatian khusus dari Bloom dan kawan-kawannya sehingga menurut mereka tujuan pendidikan dalam kawasan ini berkenaan dengan otot, keterampilan motorik, atau gerak yang membutuhkan koordinasi otot. Harrow kemudian mengembangkannya dalam 7 tingkat yaitu persepsi (Perception), kesiapan (Set), gerakan terbimbing (Guided Response), gerakan terbiasa (Mechanical Response), gerakan yang kompleks (Complex Response), penyesuaian pola gerakan (Adjustment), dan kreatifitas (Creativity).

Daftar Pustaka Arifuddin, Husny. 2012. Tujuan Instruksional Umum. Dalam http://husnyarifuddin.blogspot.com/2012/11/3-tujuan-instruksional-umum.html diakses tanggal 20 Januari 2013. Daldiyono. 2009. How to Be a Real and Successful Student. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Wahyudin, Uyu. 2010. Perumusan Tujuan Instruksional. Dalam http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_sekolah/196009261985031 -UYU_WAHYUDIN/Perumusan_tujuan_instruksional.pdf diakses tanggal 20 Januari 2013.