LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 112 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2012 Seri: B PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PERIJINAN PELAYANAN KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN DAN TENAGA KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2014

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2009

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN BIDANG KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2008 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 3 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2007

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DIBIDANG MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN DAN IZIN TENAGA KESEHATAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG IJIN PENYELENGGARAAN SARANA DAN TENAGA KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG IJIN PENYELENGGARAAN SARANA DAN TENAGA KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 124 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

1 of 6 02/09/09 11:29

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2009 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 5 TAHUN 2008 SERI : C NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

SISTEM PELAYANAN PERIZINAN TENAGA KESEHATAN. Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN Drg. Hj. USMA POLITA NASUTION, M. Kes

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran :

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN SARANA DAN TENAGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 09 TAHUN 2008 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR: 3 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A BUPATI MADIUN,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/20M.PAN/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik;

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 4 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2008

PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR : 39 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN DAN SERTIFIKASI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN SIMEULUE

PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN DAN SERTIFIKASI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

TARIF RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 55 TAHUN 2003 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa Perizinan Bidang Kesehatan Kabupaten Tangerang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005 tentang Perizinan Bidang Kesehatan Kabupaten Tangerang; b. bahwa sehubungan dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan serta perkembangan kebutuhan dalam bidang kesehatan, maka Peraturan Daerah yang telah ditetapkan sebagaimana hal tersebut huruf a diatas, perlu disesuaikan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf b, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 4 Tahun 2005 tentang Perizinan Bidang Kesehatan Kabupaten Tangerang. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

-2-4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah 2 (dua) kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 7. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 04 Tahun 2005 tentang Perizinan Bidang Kesehatan Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2005 Nomor 04, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0405); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0810);

-3- Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG dan BUPATI TANGERANG MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG Pasal I Beberapa Ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 4 Tahun 2005 tentang Perizinan Bidang Kesehatan, diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang. 2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Bupati adalah Bupati Tangerang. 5. Dinas adalah Dinas yang membidangi pelayanan kesehatan dan perizinan di bidang kesehatan. 6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang membidangi pelayanan kesehatan dan perizinan di bidang kesehatan. 7. Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkan seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. 8. Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. 9. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Tangerang. 10. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. 11. Tenaga medis adalah Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi di dalam maupun di luar Negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia.

-4-12. Tenaga keperawatan adalah Bidan dan Perawat. 13. Tenaga Keterapian Medik adalah Radiografer, Radiografis, Tehnisi Elektromedis, Analis Kesehatan, Refraksionis dan Perekam Medis. 14. Tenaga Keterapian Fisik adalah, Okupasi Terapi dan Terapi Wicara. 15. Sarana Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelanggarakan upaya kesehatan. 16. Pelayanan Kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambangan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat. 17. Sarana penunjang medik adalah semua sarana penunjang atau kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan seperti apotek, toko obat, toko alat kesehatan, laboratorium, optikal, klinik radiologi dan klinik fisioterapi. 18. Praktik perorangan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh seorang tenaga medis ataupun tenaga paramedis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik. 19. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. 20. Praktik keperawatan mandiri perawat profesional melalui kerjasama bersifat kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tangggung jawabnya. 21. Praktik berkelompok dokter adalah penyelenggaraan pelayanan medik secara bersama oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik. 22. Praktik berkelompok dokter spesialis adalah penyelenggara pelayanan medik spesialistik secara bersama oleh dokter spesialis dan dokter gigi spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik. 23. Rumah Sakit Umum adalah Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. 24. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit atau kekhususan lainnya. 25. Rumah Sakit Ibu dan Anak adalah rumah sakit yang melayani ibu dan anak, meliputi ibu pada masalah reproduksi dan anak berumur sampai dengan 18 tahun. 26. Rumah Sakit Bersalin adalah rumah sakit yang melayani pelayanan medik spesialistik maternal dan perinatal, pelayanan persalinan, pelayanan penunjang medik, pelayanan gawat darurat dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap. 27. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik luas. -5-

28. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas. 29. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialis dasar. 30. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar. 31. Rumah bersalin adalah tempat menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, persalinan dan masa nifas fisiologis termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi yang baru lahir. 32. Klinik adalah tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar secara rawat jalan. 33. Klinik Kecantikan Estetika adalah sarana pelayanan kesehatan yang bersifat rawat jalan dengan menyediakan jasa pelayanan medik (konsultasi, pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medik) untuk mengatasi berbagai kondisi/ penyakit yang terkait dengan kecantikan (estetika penampilan) seseorang, yang dilakukan oleh tenaga medik (dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis) sesuai keahlian dan kewenangannya. 34. Klinik Radiologi Diagnostik adalah pelayanan penunjang dan atau terapi yang menggunakan radiasi pengion dan atau radiasi non pengion yang terdiri pelayanan radiodiagnostik, imaging diagnostik dan radiologi intervensi untuk menegakan diagnosis suatu penyakit. 35. Klinik Fisioterapi adalah pelayanan kesehatan yang terpadu ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara mencegah, mengurangi kelainan, ketidakmampuan dan ketunaan beserta dampaknya. 36. Salon Kecantikan adalah sarana pelayanan umum untuk pemeliharaan kecantikan khususnya memelihara dan merawat kecantikan kulit, wajah, badan, tangan, kaki dan rambut dengan menggunakan kosmetik secara manual, preparatif dan dekoratif yang dilakukan oleh ahli kecantikan sesuai keahlian dan kewenangannya. 37. Laboratorium Kesehatan adalah tempat yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-faktor yang berpengaruh pada kesehatan perorangan masyarakat. 38. Laboratorium Klinik adalah Laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan dibidang hematologi, mikrobiologik klinik, imunologi klinik, dan atau dibidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan terutama untuk penunjang upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 39. Apotek adalah Sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. 40. Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat SIA adalah surat izin yang diberikan kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu.

-6-41. Optikal adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan mata dasar, pemeriksaan refraksi serta pelayanan kacamata koreksi dan atau lensa kontak. 42. Pengobatan Tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara obat dan pengobatannya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun-temurun, dan atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai norma yang dilakukan dalam masyarakat. 43. Pengobat Tradisional adalah orang yang melakukan pengobatan tradisional. 44. Surat Tanda Terdaftar Pengobat Tradisional yang selanjutnya disebut STPT adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Pengobatan Tradisional yang telah melaksanakan pendaftaran. 45. Surat Izin Pengobat Tradisional yang selanjutnya SIPT adalah bukti tertulis yang diberikan kepada akupunturis. 46. Toko Obat adalah Sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran. 47. Alat Kesehatan adalah instrument apparatus, mesin, implant yang tidak mengandung obat yang diizinkan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta pemulihan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur memperbaiki fungsi tubuh. 48. Toko Alat Kesehatan adalah unit usaha yang diselenggarakan oleh perorangan atau badan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan tertentu secara eceran sesuai ketentuan perundang-undangan. 49. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada dokter dan dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. 50. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan secara perorangan dan atau berkelompok. 51. Surat Izin Kerja yang selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Perawat, Bidan, Keterapian Fisik untuk bekerja pada sarana palayanan kesehatan. 52. Surat Izin Bidan yang selanjutnya disebut SIB adalah bukti tertulis yang diberikan kewenangan untuk menjalankan pelayanan asuhan kebidanan di seluruh wilayah RI yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi. 53. Surat Izin Praktik Bidan yang selanjunya disebut SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kebidanan. 54. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) adalah Surat izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik kefarmasian pada fasilitas Pelayanan kefarmasian. 55. Surat izin Kerja Apoteker yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin praktek yang diberikan kepada apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran.

-7-56. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian yang selanjutnya disebut SIKTTK adalah surat izin praktik yang diberikan kepada tenaga teknis kefarmasian untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. 57. Industri Obat Tradisional yang selanjutnya disebut IOT adalah Industri yang memproduksi obat tradisional dengan total asset diatas Rp.600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk harga tanah dan bangunan. 58. Industri Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut IKOT adalah industri obat tradisional dengan total asset tidak lebih dari Rp.600.000.000,-(enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan. 59. Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang selanjutnya disebut PKRT adalah alat, bahan, atau campuran untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan untuk manusia, hewan peliharaan, rumah tangga dan tempat-tempat umum. 60. Surat Izin Praktik Fisioterapis yang selanjutnya disebut SIPF adalah bukti tertulis yang diberikan kepada fisioterapis yang menjalankan praktik fisioterapi secara perorangan maupun berkelompok. 61. Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan profesi secara baik. 62. Organisasi Profesi adalah Ikatan profesi Tenaga Kesehatan seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) dan Ikatan Organisasi Profesi lainnya. 63. Izin mendirikan rumah sakit adalah izin yang diberikan untuk mendirikan rumah sakit setelah memenuhi persyaratan untuk mendirikan. 64. Izin operasional rumah sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan standar. 65. Rekomendasi adalah pertimbangan yang diberikan oleh instansi atau pejabat yang berwenang untuk digunakan dalam pemberian izin di bidang kesehatan. 66. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah tempat yang dipergunakan untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat yang meliputi Puskesmas, Puskesmas dengan tempat Perawatan, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. 67. Surat izin pengelola pestisida/pest control adalah bukti tertulis yang diberikan untuk menyelenggarakan pelayanan pest control setelah memenuhi persyaratan. 68. Sarana pelayanan umum yang berdampak pada kesehatan adalah sarana yang memberikan pelayanan umum yang berdampak pada peningkatan kesehatan jasmani; 69. Pelayanan Sehat Pakai Air yang selanjutnya disebut SPA adalah upaya kesehatan tradisional yang menggunakan pendekatan holistik, melalui perawatan menyeluruh dengan menggunakan metode kombinasi ketrampilan hideroterapi, pijat (massage), yang diselenggarakan secara terpadu untuk menyeimbangkan tubuh, pikiran dan perasaan (body, mind and spirit).

-8-2. Ketentuan Pasal 3 huruf b diubah, sehingga Pasal 3 huruf b Pasal 3 b. Terjaminnya kelangsungan penyelenggaraan praktik Tenaga Medis dan Keperawatan, Sarana Pelayanan Kesehatan sesuai dengan kewenangan yang diberikan. 3. Ketentuan Pasal 5 huruf a, d, e dan g diubah, dan huruf c dihapus, sehingga Pasal 5 huruf a, d, e dan g Pasal 5 a. Izin Praktik Tenaga Medis, Keperawatan, Fisioterapis dan Apoteker meliputi: 1. Dokter Umum; 2. Dokter Gigi; 3. Dokter Spesialis; 4. Dokter Gigi Spesialis; 5. Praktik Berkelompok Dokter Umum; 6. Praktik Berkelompok Dokter Gigi; 7. Praktik Berkelompok Dokter Spesialis; 8. Bidan; 9. Perawat; 10. Apoteker; 11. Fisioterapis. d. Izin Kerja bagi tenaga kesehatan yang bekerja di sarana kesehatan diberikan SIK meliputi: 1. Bidan; 2. Perawat; 3. Analis Kesehatan (Laboratorium); 4. Tenaga Keterapian Medik; 5. Tenaga Keterapian Fisik; 6. Refraksionis Optisien. e. Izin penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan, meliputi: 1. Rumah Bersalin; 2. Klinik; 3. Rumah Sakit Umum (Kelas C dan D); 4. Rumah Sakit Khusus (Kelas C); 5. Klinik Kecantikan Estetika. g. Izin penyelenggaraan sarana penunjang medik, meliputi; 1. Laboratorium kesehatan; 2. Laboratorium klinik; 3. Apotek; 4. Pedagang eceran obat dan atau toko obat; 5. Optik; 6. Klinik radiologi; 7. Klinik Fisioterapi; 8. Toko alat kesehatan; 9. Pelayanan sehat pakai air;

-9-10. Pengelola pestisida (Pest control); 11. SIPF; 12. SIPA. 4. Ketentuan Pasal 7 diubah, sehingga secara keseluruhan Pasal 7 Pasal 7 Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2), meliputi: a. Produsen atau Penyalur alat kesehatan dan kosmetik; b. PAK; c. PBF; d. Penyelenggaraan operasional rumah sakit type B dan Pendidikan; e. IOT; f. IKOT; g. PKPRT; h. Penentuan klasifikasi Rumah sakit; i. Salon kecantikan. 5. Ketentuan Pasal 9 diubah, sehingga secara keseluruhan Pasal 9 Pasal 9 Bentuk penyelenggaraan praktik tenaga medis dan keperawatan adalah: a. Praktik tenaga medis dan keperawatan dapat dilakukan secara perseorangan atau berkelompok. b. Dalam hal dilaksanakan secara berkelompok dokter sebagai penanggung jawab. c. Praktik berkelompok dokter spesialis terdiri dari 3 (tiga) atau lebih dokter spesialis dengan disiplin ilmu yang berbeda dan mempunyai sarana pelayanan kesehatan serta menunjuk seorang dokter sebagai penanggung jawab. d. Praktik berkelompok sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c dapat dilaksanakan sebagai praktik sore hari atau praktik 24 jam. 6. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga secara keseluruhan Pasal 11 Pasal 11 Sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 terdiri dari: a. Rumah sakit umum; b. Rumah sakit khusus; c. Klinik; d. Rumah Bersalin; e. Klinik kecantikan.

-10-7. Ketentuan Pasal 12 diubah, sehingga secara keseluruhan Pasal 12 Pasal 12 (1) Rumah sakit umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 huruf a, terdiri Rumah sakit umum Type C dan Type D; (2) Rumah sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasa 11 huruf b, merupakan Rumah sakit khusus type D; (3) Klinik sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 huruf c, terdiri dari Klinik pratama dan utama; (4) Klinik kecantikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 huruf e, terdiri dari Klinik Kecantikan Pratama dan Utama; 8. Ketentuan Pasal 13 diubah, sehingga secara keseluruhan pasal 13 Pasal 13 (1) Setiap Rumah Sakit harus memiliki izin; (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Izin Mendirikan Rumah Sakit dan izin Operasional; (3) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas izin operasional sementara dan izin operasional tetap; (4) Ketentuan pemberian izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 9. Ketentuan Pasal 18 diubah, sehingga secara keseluruhan Pasal 18 Pasal 18 (1) Masa berlaku Izin Praktik Tenaga Medis dan Keperawatan, Apoteker dan Fisioterapis adalah sebagai berikut : a. Surat Izin Praktik Tenaga Medis berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat Tanda Registrasi (STR) dan dapat b. Surat Izin Praktik Bidan berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat Izin Bidan (SIB) dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya; c. Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat izin Perawat (SIP) dan dapat d. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya; e. Surat izin Praktik Fisioterapis berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat izin Fisioterapis dan dapat diperbaharuhi setelah habis masa berlakunya. -11-

(2) Masa berlaku Izin Praktik Tenaga Medis dan Keperawatan, Apoteker dan Fisioterapis adalah sebagai berikut : a. Surat Izin Praktik Tenaga Medis berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat Tanda Registrasi (STR) dan dapat b. Surat Izin Praktik Bidan berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat Izin Bidan (SIB) dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya; c. Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat izin Perawat (SIP) dan dapat d. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya; e. Surat izin Praktik Fisioterapis berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat izin Fisioterapis dan dapat diperbaharuhi setelah habis masa berlakunya. (3) Masa berlaku Izin Praktik Tenaga Medis dan Keperawatan, Apoteker dan Fisioterapis adalah sebagai berikut : a. Surat Izin Praktik Tenaga Medis berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat Tanda Registrasi (STR) dan dapat b. Surat Izin Praktik Bidan berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat Izin Bidan (SIB) dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya; c. Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat izin Perawat (SIP) dan dapat d. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya; e. Surat izin Praktik Fisioterapis berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat izin Fisioterapis dan dapat diperbaharuhi setelah habis masa berlakunya. (4) Masa berlaku Izin Praktik Tenaga Medis dan Keperawatan, Apoteker dan Fisioterapis adalah sebagai berikut : a. Surat Izin Praktik Tenaga Medis berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat Tanda Registrasi (STR) dan dapat b. Surat Izin Praktik Bidan berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat Izin Bidan (SIB) dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya; c. Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat izin Perawat (SIP) dan dapat d. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya; e. Surat izin Praktik Fisioterapis berlaku sesuai dengan masa berlaku Surat izin Fisioterapis dan dapat diperbaharuhi setelah habis masa berlakunya.

-12- (5) Surat Izin Kerja bagi Tenaga Kesehatan (SIK) berlaku paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui sesuai dengan peraturan yang berlaku. (6) Masa berlaku Izin Penyelenggaraan Sarana Pelayana Kesehatan adalah sebagai berikut : a. Masa Berlaku Izin Sementara adalah untuk rumah bersalin, Klinik dan Klinik Kecantikan berlaku paling lama 6 (enam) bulan sejak dikeluarkan dan dapat diperpanjang sebanyak 1 (satu) kali. b. Masa berlaku Izin Tetap paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. c. Masa berlaku izin pendirian Rumah sakit paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali dengan masa berlaku paling lama 1(satu) tahun d. Masa berlaku izin operasional sementara untuk Rumah sakit berlaku paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1(satu) kali dengan masa berlaku paling lama 1(satu) tahun e. Masa berlaku izin tetap Rumah Sakit berlaku paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. (7) Masa berlaku Izin Penyelenggaraan Sarana Penunjang Medik adalah sebagai berikut : a. Izin Penyelenggaraan Laboratorium Kesehatan : 1. Masa berlaku Izin Sementara adalah paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperbaharui paling lama 1 (satu) kali. 2. Masa berlaku Izin Tetap paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. b. Izin penyelenggaraan Apotik, masa berlakunya paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. c. Izin Pedagang Eceran Obat masa berlakunya paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperbarui setelah habis masa berlakunya. d. Izin penyelenggaraan Optik, masa berlakunya paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. e. Izin Penyelenggaraan Klinik Radiologi, masa berlakunya paling lama 3(tiga) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. f. Izin Penyelenggaraan Klinik Fisioterafi, masa berlakunya paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. (8) Masa berlaku izin penyelenggaraan pengelolaan pestisida (Pest control) a. Masa berlaku Izin Sementara berlaku paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperbaharui sebanyak 1 (satu) kali.

-13- b. Masa berlaku Izin Tetap berlaku paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. (9) Masa berlaku Tanda Daftar Pengobat Tradisional berlaku paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperbaharui setelah habis masa berlakunya. 10. Ketentuan pasal 21 ayat (2) huruf h diubah, sehingga pasal 21 ayat (2) huruf h, Pasal 21 h. Sarana pelayanan kesehatan Rumah Sakit mempunyai kewajiban memberikan fasilitas pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin. Pasal II Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Ditetapkan di Tigaraksa Pada tanggal 12-9-2011 BUPATI TANGERANG, ttd. H. ISMET ISKANDAR Diundangkan di Tigaraksa Pada tanggal 12-9-2011 SEKRETARIS DAERAH, ttd. H. HERMANSYAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011 NOMOR 07