Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985)

dokumen-dokumen yang mirip
Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain :

REKAMAN DATA LAPANGAN

proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T).

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Ciri Litologi

DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS)

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

DAFTAR ISI. Kata Pengantar...

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan Batuan Beku

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

Citra LANDSAT Semarang

hiasan rumah). Batuan beku korok

ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF MARMER

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Persebaran batuan metamorf tekanan tinggi di Indonesia (Gambar I.1)

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

BAB III DASAR-DASAR MINERALOGI

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

KLASIFIKASI BATUAN METAMORF IDARWATI - KULIAH KE-9

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

BAB II TATANAN GEOLOGI

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

Mineralogi. By : Asri Oktaviani

e-learning pembelajaran MK GEOLOGI TEKNIK JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

DASAR-DASAR ILMU TANAH

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA. Asisten Acara:

Tata cara pencatatan dan identifikasi hasil pengeboran inti

Revisi SNI Daftar isi

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

Gneiss. Batuan metamorfosa derajat rendah; Batuan metamorfosa derjat menengah, dan Batuan metamorf derajat tinggi. Penamaan Batuan Metamorf

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

BAB III Perolehan dan Analisis Data

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

MINERAL DAN BATUAN. Yuli Ifana Sari

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

1. Kristal dan Mineral

Tanah dan Batuan. Definisi. TKS 4406 Material Technology I

ACARA II MINERALOGI OPTIK SIFAT-SIFAT OPTIS MINERAL DALAM PENGAMATAN PLANE POLARIZED LIGHT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

STAG3012 Petrologi batuan endapan

BAB II TINJAUAN UMUM

Makalah Mineralogi. Genesa Mineral. Disusun oleh : Vina Oktaviany Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi fisiografi regional, stratigrafi regional, struktur geologi regional, sejarah

BAB V PENGOLAHAN DATA

Mining Engineering - Rock Cycle Basic Geology 1

BAB II TATANAN GEOLOGI

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK (GL-2011)

STAG3012 Petrologi batuan endapan

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

Bahan 1. Problem set 6 lembar 2. Skala Wentwort 3. Beberapa Batuan Sedimen Non Karbonat

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR PROVINSI MALUKU 2014

Soal Materi Pembekalan Student Geoscience Olympiad Tahap I Lustrum 9 HMTG FT UGM 18 Mei 2007 Waktu : 120 menit

Petrogenesa Batuan Beku

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Siklus Batuan. Bowen s Reaction Series

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NAMA DAN JENIS BATU. Naskah Publikasi

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

// - Nikol X - Nikol 1mm

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

SESI -3 BATUAN METAMORF

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH & GEOLOGI JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN

DESKRIPSI MINERAL BERDASARKAN SKALA MOHS

Diferensiasi magma pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimiawinya yang terjadi pada saat magma mulai membeku.

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. (Sulawesi Selatan) (Gambar 1.1). Setiawan dkk. (2013) mengemukakan bahwa

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Transkripsi:

Gambar 2.21 Fasies batuan metamorf Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985) GEOLOGI DASAR 38

Fasies Batuan Metamorf Fasies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan metamorf. Setiap fasies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau kimia. Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur dalam proses metamorfisme. Dan dalam fasies metamorfisme, tekanan dan temperatur merupakan faktor dominan, dimana semakin tinggi derajat metamorfisme (fasies berkembang), struktur akan semakin berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin tampak kasar dan besar. Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur Foliasi Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung). Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar. Berdasarkan kenampakan tekstur batuan asalnya (terlihat/tidak terlihat lagi), batuan metamorf yang bertekstur foliasi ini dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Kristoblastik Yaitu jika tekstur batuan asalnya tak terlihat lagi. Dalam penamaan-nya digunakan akhiran blastik kemudian kita lihat kemasnya, dan gunakan istilah: - Homoblastik, jika terdiri dari satu jenis tekstur. - Heteroblastik, jika terdiri lebih dari satu jenis tekstur. GEOLOGI DASAR 39

Tekstur yang dimaksud disini adalah: - Lepidoblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk pipih (mika/ muskovit). - Nematoblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk kristalin (plagioklas). - Granoblastik: sebagian besar mineralnya granular/equidemensional (kuarsa). Sedangkan untuk bentuk kristalnya gunakan istilah: - ldioblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk euhedral. - Hipidioblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk subhedral. - Ksenoblastik: sebagian besar mineralnya berbentuk anhedral. 2. Palimset Yaitu jika tekstur batuan asalnya masih terlihat atau tersisa. Gunakan awalan blasto untuk penamaannya, dan gunakan istilah: - Blasto ofitik: batuan asalnya mempunyai tekstur ofitik. - Blasto porfiritik: batuan asalnya mempunyai tekstur porfiritik. - Blasto psefitik: batuan asalnya mempunyai tekstur pebble (psefi-tik). - Blasto psamatik: batuan asalnya batuan sedimen klastik berukuran pasir (psamatik). - Blasto pelitik: batuan asalnya batuan sedimen klastik berukuran lempung (argilik). Adapun jenis struktur pada batuan metamorf yang berfoliasi antara lain: a. Slaty: menampakkan belahan-belahan yang sangat halus, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan sangat halus. b. Phylitic: Foliasi sudah mulai ada, oleh kepingan-kepingan halus mika, terdiri atas bentuk kristal lepiplastik. c. Schistose: Foliasi sudah mulai jelas oleh kepingan mika, dengan belahan yang merata/menerus, terdiri dari selang-seling bentuk kristal lapidoblastik dan granoblastik. d. Gneissic: Foliasi diperlihatkan oleh penyusun mineral-mineral granular dan pipih/mika, belahan tidak rata atau terputus-putus. GEOLOGI DASAR 40

Slaty Phylitic Schistose Gneissic Struktur nonfoliasi Gambar 2.23 Jenis struktur batuan metamorf yang berfoliasi Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif seragam. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan asal. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran beragam. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus atau fibrous. Granulose Hornfels Milonitic Breksi kataklastik Gambar 2.24 Jenis struktur batuan metamorf nonfoliasi GEOLOGI DASAR 41

Gambar 2.25 Struktur batuan metamorf dan korelasinya terhadap batuan yang terbentuk Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar disekeliling sisasisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada mineral-mineral GEOLOGI DASAR 42

matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material yang menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan mula-mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal); dalam hal ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur helicitik. Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran yang berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German untuk mata ), dan umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Sisa kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk agregat adalah porphyroklast. Mineral Pembentuk Batuan Metamorf Jika batuan asal diberikan suatu perubahan tekanan dan temperatur yang tinggi, maka pada kondisi tersebut batuan akan melakukan penyesuaian setelah batas kestabilannya terlampaui. Penyesuaian yang terjadi mengarah kepada sifat mekanis dan kimiawi yang akan membentuk mineral baru yang dalam pembentukannya sangat tergantung pada batuan asal dan kondisi suhu-tekanan-kimia pada saat proses terjadi. Selain itu, proses metamorfisme (pembentukan batuan metamorf) itu memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan derajat suhu dan tekanannya. Dan tiap tingkatannya memiliki mineral-mineral penciri masing-masing. Tabel 2.4 Zona derajat metamorfisme Derajat Metamorfosis Rendah (low grade metamorfism) Menengah (medium grade metamorfism) Tinggi (high grade metamorfism) Mineral Khas Klorit, Biotit Almandit, Kianit, Stourolit Silimanit Mineral pembentuk batuan metamorf: 1. Mineral dari batuan asal, yaitu: Kuarsa Ortoklas Plagioklas Hornblenda Muskovit Kalsit Biotit Dolomit GEOLOGI DASAR 43

2. Mineral khas batuan metamorf: a. Metamorfosis regional: Silimanit, Andalusit, Staurolit, Kyanit, Talk. b. Metamorfosis termal: Garnet, Korundum, Wolastonit. c. Larutan kimia: Epidot, Klorit. Setelah penjelasan mengenai tekstur,struktur, dan komposisi mineral batuan metamorf, maka parameter yang digunakan dalam deskripsi batuan metamorf adalah: 1. Warna: segar-lapuk. 2. Tekstur: foliasi-nonfoliasi (untuk tekstur foliasi harus diuraikan lagi). 3. Strukrur (lihat, baik itu untuk foliasi maupun nonfoliasi). 4. Kandungan mineral 5. Perkiraan batas massa batuan metamorf. Tabel 2.5 Contoh batuan metamorf yang bertekstur foliasi Nama Batuan Ukuran kristal Kenampakan Batuan Asal sabak/slate kecil Buram hingga berkilap, berlembar. Lebih keras daripada serpih. Umumnya berwarna kelabu gelap, coklat, merah, dan hijau. Batulanau, serpih, batuan vulkanik. filit Kristal mika yang hampir tidak terlihat, menunjukkan kenampakan kilau satin pada permukaan yang berfoliasi. Biasanya kelabu atau kelabu hijau. Batulanau, serpih, sabak. sekis amfibolit gneiss besar Mineral-mineral yang memanjang dan berlembar menunjukkan foliasi. Umumnya serpih, sabak, filit, kuarsa, feldspar, atau garnet. Gelap, batuan yang berat dengan kristal-kristal hornblenda yang sejajar dan mineral aksesoris feldspar. Batuan berbutir kasar dengan kenampakan banded akibat segregasi mineral. Batuan vulkanik, serpih, sabak, dll. Batuan beku mafic, graywacke, serpih yang kaya karbonat. Batuan beku silikaan, arkosa, batulanau atau serpih. GEOLOGI DASAR 44

Tabel 2.6 Contoh batuan metamorf bertektur nonfoliasi Nama Batuan Marmer Kuarsit Serpentit Eklogit Hornfels Antrasit Warna Kenampakan Batuan Asal Terang Hijau Kelabu hingga hitam Bereaksi dengan HCl. Kemungkinan terdapat warna gores, dan bila butiran kasar memperlihatkan bentuk kristal kalsit yang Rhombohedron. Leburan butir kuarsa, membelah sepanjang batas butiran asal, memiliki tekstur seperti gula tetapi lebih lembut daripada batupasir. Warna hijau jeruk hingga hijau gelap, atau hitam; berat; dan padat. Umumnya memiliki permukaan yang bergaris (slicken side). Bergranular, berwarna hijau gelap, banyak mengandung garnet merah, dapat menunjukkan foliasi yang kabur. Padat, batuan berbutir halus dengan belahan yang konkoidal. Berkilap, batuhitam berdensitas rendah, dapat memiliki belahan konkoidal dan menunjukkan parting atau banding. Batugamping Batupasir Mafic atau Ultramafic Ultramafic Batuan barbutir halus Batubara bitumina GEOLOGI DASAR 45

2.4 Mineral Mineral adalah zat padat anorganik yang terbentuk di alam secara anorganik, mempunyai komposisi kimia tertentu dan susunan atom yang teratur. Kristal adalah zat padat yang mempunyai bentuk bangun beraturan yang terdiri dari atom-atom dengan susunan yang teratur. Perbedaannya adalah: Mineral: 1. Terbentuk oleh proses alam. 2. Tidak selalu membentuk kristal. Kristal: 1. Dapat dibuat oleh manusia. 2. Tidak selalu membentuk mineral. Berzelius telah mengklasifikasikan mineral menjadi 8 golongan berdasarkan kandungan dan sifat kimianya, yaitu sebagai berikut: 1. Natif (murni) Emas, perak, tembaga, intan, dll. 2. Sulfida Galena, pirit, kalkopirit, dll. 3. Oksida dan hidroksida Korundum, hematit, gutit, dll. 4. Halida Halit, flourit, slivit, dll. 5. Karbonat Kalsit, aragonit, dolomit, dll. 6. Sulfat Kromat, molibdenat dan tungstat barit, gipsum, krokoit, dll. 7. Fosfat Arsenat, vanadat, xenotim, apatit, dll. 8. Silikat Kuarsa, feldspar, olivin, dll. GEOLOGI DASAR 46

Adapun sifat-sifat fisik mineral adalah sebagai berikut 1. Bentuk Kristal (crystal form) Suatu mineral dapat berupa kristal tunggal atau rangkaian kristal. Struktur kristal berkembang pada saat penghabluran dari larutannya. Bentuk ini mempunyai pola yang teratur pada sisi-sisinya dengan sudut aturannya dapat digolongkan ke dalam sistem kristal utama yang merupakan ciri setiap mineral. Contoh: kuarsa heksagonal. 2. Warna (colour) Cahaya dari suatu mineral yang terlihat oleh mata telanjang. Warna biasanya bersifat umum. Contoh: ortoklas merah muda. 3. Belahan (cleavage) Sifat suatu mineral untuk pecah sepanjang satu atau lebih arah-arah tertentu dalam bentuk rata (teratur), umumnya sejajar dengan salah satu sisi kristal. Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya per-mukaan bidang belah. Contoh: mika belahan satu arah sempurna. 4. Pecahan (fracture) Suatu permukaan yang terbentuk akibat pecahnya suatu mineral dan umumnya tidak teratur. Pecahnya mineral tersebut diakibatkan oleh adanya suatu gaya tekan yang berkerja pada suatu mineral dan gaya tersebut melebihi batas elastisitas dan plastisitas mineral tersebut. Contoh: olivin pecahan konkoidal. 5. Kilap (luster) Kilap atau derajat kecerahan adalah intensitas cahaya yang dipantul-kan oleh permukaan suatu mineral. Kilap tergantung pada kualitas fisik permukaan (kehalusan dan transparansi). Secara umum kilap dibagi dua, yaitu: kilap logam dan kilap nonlogam. 6. Goresan (streak) Goresan adalah warna bubuk mineral bila digoreskan pada pelat porselen. Untuk mineral bijih, goresan dapat digunakan sebagai petunjuk. Pada mineral yang mempunyai kilap nonlogam, biasanya goresannya tidak bewarna atau berwarna muda. Goresan dapat saja sama atau berbeda dengan warna mineralnya. 7. Kekerasan (hardness) Kekerasan adalah ukuran daya tahan dari permukaan suatu mineral terhadap goresen (scratching). Kekerasan relatif dari suatu mineral dapat ditentukan GEOLOGI DASAR 47

dengan membandingkannya dengan suatu urutan mineral yang ditetapkan sebagai Standar Kekerasan Mohrs, 1822. Gambar 2.26 Macam-macam mineral GEOLOGI DASAR 48

Tabel 2.7 Skala kekerasan Mohs Tabel 2.8 Alat-alat penguji kekerasan GEOLOGI DASAR 49