NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

I. PENDAHULUAN. menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk. penting pada penentuan kemajuan suatu bangsa. Sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Sarjana S-1

Oleh: RIAN PUTERI SAYEKTI WIBOWO A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang telah diterapkan terdapat masalah klasik yang sulit dipecahkan. Data-data

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

PENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

Jurnal SAINSTECH Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Volume 4 Nomer 2 Desember 2017

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan kurikulum pada awal kemerdekaan di tahun 1946 sampai sekarang, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat telah menyebabkan berbagai perubahan pada semua aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aspek yakni aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DI SMK 45 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi,

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

PEMANFAATAN PENGGUNAAN BUKU SISWA MATA PELAJARAN PPKN KELAS XI PADA KURIKULUM 2013 (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Gemolong)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA TUNAGRAHITA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA KELAS X/C

BAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

Diajukan Oleh : AGUSTINA RIZKI WULANSARI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai pihak dan pendekatan. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

Transkripsi:

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VII D SMP NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Oleh: UHTINA INDAH NURHAYATI A220100045 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Sasaran pendidikan adalah manusia, dengan tujuan menumbuhkembangkan potensi agar menjadi lebih dewasa, beradab, dan bermoral. Secara umum pendidikan selalu ditandai dengan pihak yang memberi dan menerima pengetahuan, nilai, serta skill. Faktor utama dalam penyelenggaraan pendidikan adalah kepala sekolah dan guru. Seorang guru harus menyadari bahwa tugas utama di samping mengajar juga mendidik. Kenyataan ini mengharuskan guru memiliki kepribadian yang utuh, harmonis, dinamis, selalu meningkatkan kemampuan terutama memberi keteladanan, membangun kemauan, serta mengembangkan keaktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan merupakan permasalahan fundamental bagi perkembangan manusia, karena sangat berperan dalam membangun karakter mandiri dan berkualitas. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guru menyadari bahwa pemahaman mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tidak mudah dan banyak menggunakan metode ceramah, sehingga menimbulkan permasalahan siswa merasa bosan serta terkesan monoton dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta. Akibat dari permasalahan tersebut banyak peserta didik lemah dalam masalah berfikir, membaca, dan menulis. Adapun orientasi pengembangan kurikulum 2013 adalah dapat mencapai kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, di samping cara pembelajaran holistik serta menyenangkan. Perubahan yang paling mendasar adalah pendidikan berbasis ilmiah (Science) dan tidak berbasis hafalan lagi. Kurikulum 2013 dikenal dengan pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Pendekatan ini lebih menekankan keaktifan siswa dengan melibatkan tiga model

pembelajaran yaitu Problem Based Learning, Project Based Learning dan Discovery Learning. Sementara itu, Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (Scientific Approach) dalam pembelajaran mencakup komponen mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponen tersebut dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran, tetapi bukanlah sebuah siklus belajar. Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) adalah suatu model belajar yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal pengetahuan baru. Model pembelajaran ini mengacu pada belajar mutakhir seperti pembelajaran berdasar proyek (Project Based Instruction), pembelajaran berdasarkan pengalaman (Experience Based Instruction), pembelajaran autentik (Authentic Instruction), dan pembelajaran bermakna. Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning), pemecahan masalah sebagai proses dan berupaya untuk mendapatkan suatu penyelesaian tugas atau situasi nyata sebagai permasalahan dengan menggunakan aturan-aturan yang sudah diketahui. Sebagaiamana diuraikan pada kurikulum 2013 guru harus menentukan kompetensi siswa yang hendak dikuasai, sehingga menghasilkan produk belajar yang berbeda yaitu teori deskriptif, relasional, dan hasil eksperimen. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Implementasi Pendekatan Saintifik dengan Problem Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Penulis merumuskan permasalahan Bagaimana Implementasi Pendekatan Saintifik dengan Problem Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014?. Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan implementasi pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

KAJIAN TEORI 1. Pengertian implementasi. Soeharso dan Retoningsih (2007:229) mengemukakan pengertian implementasi adalah pelaksanaan dan penerapan. Berdasarkan pegertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa implemetasi adalah pelaksanaan dan penerapan. 2. Pengertian pendekatan saintifik. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (Scientific Appoach) dalam pembelajaran di dalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponen tersebut seyogyanya dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran, tetapi bukanlah sebuah siklus pembelajaran. 3. Pengertian implementasi pendekatan saintifik. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa implementasi pendekatan saintifik adalah pelaksanaan konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu, serta di dalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba atau mencipta. 4. Indikator implementasi pendekatan saintifik. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013), indikator implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut: a. Implementasi pendekatan saintifik berdasarkan kurikulum 2013. b. Implementasi langkah-langkah proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. c. Implementasi karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik. d. Implementasi model pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang meliputi: 1) Implementasi Discovery Learning. 2) Implementasi Problem Based Learning. 3) Implementasi Project Based Learning. 5. Pengertian Problem Based Learning. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:187), pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.

6. Karakteristik Problem Based Learning. Menurut Savoie dan Hughes sebagaimana dikutip oleh Wena (2011:91-92) bahwa pembelajaran berbasis masalah mempunyai beberapa karakteristik meliputi: a. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan. b. Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa. c. Mengorganisasikan pembelajaran diseputar permasalahan, bukan di-seputar disiplin ilmu. d. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri. e. Menggunakan kelompok kecil, dan f. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja. 7. Keunggulan Problem Based Learning. Menurut Hamruni (2011:114), keunggulan dalam penggunaan strategi Problem Based Learning adalah: a. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. b. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. c. Meningkatkan aktivitas belajar siswa. d. Membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. e. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 8. Kelemahan Problem Based Learning. Menurut Hamruni (2011:115), kelemahan yang dimiliki strategi Problem Based Learning yaitu: a. Ketika siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, mereka akan merasa enggan untuk mencoba. b. Keberhasilan pembelajaran membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. 9. Langkah-langkah Problem Based Learning. Menurut Suprijono (2009:74), langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah yaitu: a. Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik. Dalam fase ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsi-kan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi peserta didik untuk teribat dalam kegiatan mengatasi masalah. b. Mengorganisasi peserta didik untuk meneliti. Dalam fase ini guu membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahannya.

c. Membantu investigasi mandiri dan kelompok. Dalam fase ini guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi. d. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit. Dalam fase ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan artefakartefak yang tepat seperti laporan, rekaman video, dan model-model serta membantu mereka untuk menyampaikannya. e. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Dalam fase ini guru membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap investigasi-nya dan proses-proses yang mereka gunakan. 10. Pengertian pembelajaran. Menurut Sagala (2006:61), pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentuan utama keberhasilan pendidikan. 11. Tujuan pembelajaran. Hamalik (2008:55) sebagaimana dikutip oleh Laksono (2011:22) menyatakan bahwa: Tujuan pembelajaran adalah yang utama dan setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan, proses pengajaran harus direncanakan, ketercapaian tujuan harus dicek atau dikontrol sejauh mana tujuan itu dapat tercapai. 12. Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Menurut Rahayu (2013:3), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan meliputi hubungan antar warga negara dan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar filosofi bangsa. 13. Pentingnya pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sangat penting untuk dipelajari, pahami dan dikuasai apalagi sebagai warga negara Indonesia. Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan menjadi tonggak awal keikutsertaan dalam mencapai tujuan negara Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 dan dalam Pasal 31 UUD 1945. Melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi siswa sebagai calon pemimpin bangsa. Maka dari itu tercapailah tujuan pembelajaran berupa perubahan tingkah laku dalam interaksi antara guru dengan siswa mengenai pengembangan kecintaan, kesetiaan, keberanian membela tanah air serta bangsa.

METODE PENELITIAN Tempat penelitian ini di SMP Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/- 2014. Tahap-tahap dalam pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitian. Secara keseluruhan semua kegiatan dilakukan selama kurang lebih empat bulan, yakni sejak bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2014. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah kepala sekolah, guru PPKn, dan siswa kelas VII D. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode metode observasi, wawancara, angket. Teknik yang digunakan untuk mengetahui keabsahan data dalam penelitian ini dengan triangulasi teknik atau metode. Instrumen penelitian ini adalah angket (kuesioner) terbuka. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis model alir. Adapun langkah-langkah teknik analisis data model alir yaitu berupa pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/- verifikasi. Prosedur penelitian terdiri dari tahap pra lapangan, tahap kegiatan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan (Moleong, 2004:127-148). HASIL PENELITIAN Implementasi pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dipadankan oleh suatu proses ilmiah berbasis masalah. Hal tersebut diyakini sebagai suatu perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa. Adapun upaya yang dilakukan oleh beliau adalah guru pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan wajib mengikuti penyuluhan kurikulum 2013, memberikan motivasi mengajar kepada guru setiap hari senin saat selesai upacara bendera, dan memonitoring pelaksanaan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran. Implementasi pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning yang mengacu pada kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Surakarta sudah menunjukkan hasil efektif dan baik, dengan bukti siswa mampu memahami, menerapkan, serta mengembangkan pola pikir dari permasalahan yang muncul. Implementasi pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Bahwa hampir semua siswa kelas VII D dalam proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di-

laksanakan sesuai indikator pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning sudah sangat baik. KESIMPULAN Implementasi pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta, sudah disusun dalam kegiatan nyata dan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta, sudah mensosialisasikan kepada siswa mengenai pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning sesuai indikator yang telah ditentukan. Hampir semua siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta memenuhi indikator pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning. Hal ini bisa dikatakan bahwa implementasi pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning di kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta sangat bagus, serta memahami bagaimana penerapan pembelajaaran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Laksono, Danang Tunjung. 2011. Mengenal Lebih Dekat Guru dan Pembelajaran. Sukoharjo: Pustaka Abadi Sejahtera. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Rahayu, Ani Sri. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Malang: Bumi Aksara. Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.