pres-lambang0.gif (36 bytes) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 00 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 0 Tahun 997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan; Mengingat :. Pasal ayat () Undang-Undang Dasar 94 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 94;. Undang-undang Nomor 0 Tahun 997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3687); 3. Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 997 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3694) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 998 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3760); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pasal () Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah biaya evaluasi dan pendaftaran, biaya sertifikasi dan biaya pengujian.
() Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini. Pasal Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat () mempunyai tarif dalam bentuk satuan rupiah. Pasal 3 () Obat Tradisional Asli Indonesia dalam bentuk sediaan jamu yang diproduksi oleh pengusaha ekonomi lemah dibebaskan dari kewajiban pembayaran tarif. () Kriteria pengusaha ekonomi lemah sebagaimana dimaksud dalam ayat (), ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. Pasal 4 Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara. Pasal Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang belum tercakup dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini, akan disusulkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan pencantumannya dilakukan dengan Peraturan Pemerintah tersendiri. Pasal 6 Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IIA angka () nomor, dan 6 Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 998, dinyatakan tidak berlaku. Pasal 7 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 April 00 PRESIDEN INDONESIA, REPUBLIK ttd ABDURRAHMAN WAHID
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 6 April 00 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd DJOHAN EFFENDI Salinan sesuai dengan aslinya Deputi Sekretaris Kabinet LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 00 NOMOR 3. Bidang Hukum dan Perundang-undangan, Lambock V. Nahattands PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 00 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN UMUM Dalam rangka mengoptimalkan Penerimaan Negara Bukan Pajak guna menunjang pembangunan nasional, Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai salah satu sumber penerimaan Negara perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut dan untuk memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 0 Tahun 997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak perlu ditetapkan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan dengan Peraturan Pemerintah ini. PASAL DEMI PASAL Pasal Pasal
Pasal 3 Pasal 4 Pengertian Kas Negara adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 0 Tahun 997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pasal Pasal 6 Pasal 7 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4087. LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 7 TAHUN 00 TANGGAL : 6 April 00 TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TA I. BIAYA EVALUASI DAN PENDAFTARAN :. Obat jadi baru.. Obat jadi dengan bentuk sediaan/ dosis/indikasi baru. 3. Obat jadi sejenis. 4. Obat generik.. Obat jadi dengan perubahan bentuk sediaan/ dosis, tanpa evaluasi uji klinik/pre klinik. 6. Obat jadi dengan perubahan formula bukan zat berkhasiat. 7. Evaluasi uji bioekivalen obat jadi. 8. Evaluasi protokol uji klinik obat jadi. 9. Obat tradisional baru, yang mengandung simplisia non indigenus/berasal bukan dari tanaman Indonesia. 0. Obat tradisional dengan bentuk sediaan/ dosis/indikasi baru.. Produk fitofarmaka.. Obat tradisional asli Indonesia dalam bentuk sediaan obat modern. 3. Obat tradisional asli Indonesia dengan bentuk sediaan/dosis/indikasi baru. 4. Obat tradisional asli Indonesia dalam bentuk sediaan jamu.. Evaluasi uji pra klinik obat tradisional. 6. Evaluasi protokol uji klinik obat tradisional. 7. Suplemen makanan. 8. Produk pangan khusus dan olahan tertentu. 9. Produk susu dan hasil olahannya. 0. Produk susu fermentasi, susu pasteurisasi, es krim.. Produk daging, unggas dan hasil olahannya.. Produk pangan berasam rendah dalam kaleng, buah/sayur dan hasil olahannya 0
dalam kaleng. 3. Produk pangan hasil rekayasa genetik, iradiasi. 4. Minuman beralkohol.. Minuman ringan, minuman serbuk, air minum dalam kemasan. 6. Coklat bubuk, coklat instan, coklat padat, jem dan sejenisnya. 7. Tepung, kelapa, buah, sayur, gula, minyak, lemak, dan hasil olahannya, madu, kopi, teh, rempah-rempah, bumbu, saos, kecap, kacang-kacangan, biji-bijian, bahan tambahan pangan. 8. Produk kosmesetikal. 9. Produk kosmesetikal dengan perubahan bentuk sediaan/klim indikasi baru. 30. Produk perawatan bayi. 3. Produk perawatan rambut, kulit, mulut. 3. Produk perawatan/kebersihan badan, rias wajah, rias mata, wangi-wangian. 33. Alat kesehatan non elektromedik-non invasif resiko rendah. 34. Alat kesehatan non elektromedik-non invasif resiko tinggi. 3. Evaluasi protokol uji klinik Alat Kesehatan non elektromedik-non invasif resiko tinggi. 36. Alat kesehatan non elektromedik-invasif resiko tinggi. 37. Alat kesehatan elektromedik-non invasif resiko tinggi. 38. Evaluasi uji validasi alat kesehatan elektromedik. 39. Tissue dan kapas. 40. Sediaan untuk mencuci, pembersih, antiseptika, desinfektan. 4. Alat perawatan bayi : dot, teething ring, popok bayi. 0 4. Pewangi ruangan, pestisida rumah tangga. II. BIAYA SERTIFIKASI :. Sertifikasi Cara Produksi Obat yang Baik.. Sertifikasi Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik : Industri Obat Tradisional (IOT); Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT).
. Sertifikasi Cara Produksi Makanan yang Baik : Industri besar; Industri menengah; 0 Industri kecil.. Sertifikasi Cara Produksi Kosmetika yang Baik : Industri besar; 0 Industri menengah; Industri kecil. 3. Sertifikasi Cara Produksi Alat Kesehatan yang Baik : 7 Industri besar; Industri menengah; Industri kecil. 4. Sertifikasi Cara Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang Baik : Industri besar; Industri menengah; Industri kecil.. Sertifikasi produk impor / ekspor ("Certificate of Free Sale", "Health Certificate", "Certificate of Pharmaceutical Product"). III. BIAYA PENGUJIAN : A. Uji Fisika.. Uji organoleptik, bobot jenis, rotasi optik, ph dengan ph meter, indeks bias, suhu lebur metode kapiler, suhu beku, kekentalan, makroskopik, volume injeksi dalam wadah, volume terpindahkan, zat larut dalam air, daya serap, kekerasan tablet, keregasan tablet.. Uji mikroskopik, kejernihan larutan, kesempurnaan melarut, keseragaman sediaan/keseragaman bobot, zat larut dalam ether, susut pengeringan, kadar air secara destilasi, kadar minyak astiri, kadar abu, keseragaman volume, waktu hancur tablet salut enterik, waktu hancur kapsul/tablet non salut enterik. 3. Uji suhu lebur metode analisa termal, jarak destilasi, partikel logam dalam salep mata. B. Uji Kimia-Fisika.. Uji reaksi warna.. Uji batas, gravimetri, destilasi. 3. Uji volumetri, potensiometri, polarografi. 4. Uji gravimetri untuk sabun.. Uji spektrofotometri, spektrofluorometri, kromatografi lapis tipis metode sederhana. 6. Uji spektrofotometri, spektroflourometri, kromatografi lapis tipis dengan
teknik ekstraksi. 7. Uji kromatografi gas, kromatrografi gas spektrometri massa, kromatografi cair kinerja tinggi dengan metode sederhana. 8. Uji kromatografi gas, kromatrografi gas spektrometri massa, kromatografi cair kinerja tinggi dengan teknik ekstraksi/ destilasi. 9. Uji elektroforesis. 0. Uji cemaran residu pestisida organoklorin, organofosfat, piretroid sintetik.. Uji cemaran residu pestisida karbamat, aflatoksin kualitatif.. Uji cemaran aflatoksin kuantitatif. 3. Uji keseragaman kandungan zat aktif. 4. Uji disolusi.. Uji kondom. 6. Uji pirogen metode kelinci. 7. Uji pirogen metode Limulus Amoebocyte Lysate. 8. Uji enzim diastase, karbohidrat, protein metode Kjeldahl, kadar air metode Karl Fisher. 9. Uji pelepasan zat aktif dalam obat. 0. Uji kapas. Uji kasa pembalut, plester. Uji gips. Uji kadar nikotin dan tar/co rokok. 0.000 Uji narkotika/ psikotropika kualitatif. C. Uji Mikrobiologi. Uji sterilitas langsung, sterilitas alat kesehatan.. Uji sterilitas cara penyaringan, sterilitas obat. 3. Uji antibiotik. 4. Uji angka lempeng, kapang/khamir total.. Uji Most Probably Number coliform, faecal coliform. 6. Identifikasi Salmonela, E.Coli, C.albicans, B. cereus, Aspergilus flavus, Shigella sp metode pengkayaan. 7. Identifikasi Enterococci, S.aureus, B.anthracis, B.aeruginosa, V.cholerae, V.parahaemolyticus metode pengkayaan. 8. Identifikasi C.perfringens, C.tetani, C.botulinum, Listeria monocytogeneses metode pengkayaan. 9. Uji koefisien fenol. 0. Uji efektifitas pengawet.. Uji cepat bakteriologi menggunakan kit. D. Uji Biologi, Biokimia klinik, farmakologi. Identifikasi BCG, B. Pertusis.. Uji opasitas vaksin BCG. 3. Uji potensi vaksin BCG. 4. Uji potensi vaksin campak, polio.
. Uji potensi vaksin tetanus, pertusis, rabies. 6. Uji potensi vaksin difteri. 7. Uji potensi vaksin Hepatitis B. 8. Uji potensi insulin. 9. Uji potensi oksitoksin. 0. Uji toksikologi teratogenik.. Uji toksikologi mutagenesitas (AMES).. Uji toksikologi mutagenesitas mikronukleus. 3. Uji toksisitas abnormal vaksin, antibiotika. 6 4 7 4. Uji toksisitas abnormal vaksin difteri tetanus, tetanus toxoid.. Uji toksisitas mikobakterium virulen vaksin BCG. 6. Uji toksisitas akut (menggunakan mencit). 7. Uji toksisitas akut (menggunakan tikus). 8. Uji toksisitas subakut. 9. Uji toksisitas subkronis (menggunakan tikus). 0. Uji toksisitas kronis.. Uji toksisitas injeksi sistemik.. Uji patologi total. 3. Uji patologi jaringan. 4. Uji sensitisasi kulit.. Uji iritasi kulit primer. 6. Uji iritasi mukosa. 7. Uji iritasi mata. 8. Uji biokimia klinik. 9. Uji hematologi. 30. Uji farmakologi analgetik metode geliat. 3. Uji farmakologi analgetik metode Tail Flaick. 3. Uji farmakologi analgetik metode Randall-Selito. 33. Uji farmakologi antiinflamasi. 34. Uji farmakologi antipiretik. 3. Uji heparin. 6 73 0 70 4 3 3 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd ABDURRAHMAN WAHID Salinan sesuai dengan aslinya Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum dan Perundang-undangan, Lambock V. Nahattands