BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 43

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR : 9 Tahun 2013

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG

NOMOR 5 Tahun 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2011

8. Unit Organisasi Layanan Campuran adalah unit organisasi yang memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan secara internal dan eksternal.

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN SAL;SSA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 121 TAHUN 2011 TENTANG

No.856, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman.

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL


Drs.H.Adang Tadjuddin,M.Si. Drs.H.ADANG TADJUDDIN,M.Si

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR 41 TAHUN 2013


PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROSEDURE (SOP)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG

2017, No tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan, Pemantauan, dan Evaluasi Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan di Lingkunga

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 6 Tahun 2016 Seri A Nomor 2 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 7 Tahun 2015 Seri E Nomor 3 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA. No.730, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Standar Operasional Prosedur. Pedoman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG

PERATURAN BUPATI PINRANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 14 Tahun 2015 Seri D Nomor 1 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 34 Tahun 2016 Seri E Nomor 25 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

Standar Operasional Prosedur (SOP) Dinas Koperasi dan Kabupaten Mojokerto. Bab1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 7 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG

TAHAPAN PENYUSUNAN SOP

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 44 Tahun 2016 Seri B Nomor 6 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 28 Tahun 2015 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA,


PRINSIP, JENIS SOP AP, FORMAT DOKUMEN, KETENTUAN PENULISAN, DAN PENETAPAN SOP AP

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 36 Tahun 2017 Seri E Nomor 27 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 18 Tahun 2015 Seri B Nomor 2 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 21 Tahun 2017 Seri E Nomor 15 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2015 Seri E Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 12 Tahun 2015 Seri E Nomor 8 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGENDALIAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2015 Seri D Nomor 2 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2017 Seri B Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

MANNA, 04 DESEMBER 2014

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 50 TAHUN 2012

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TERMINAL PADA DINAS PERHUBUNGAN

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 64 Tahun 2017 Seri E Nomor 52 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 27 Tahun 2016 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

PERMENDAGRI NOMOR 52 TAHUN Sekretariat Jenderal Biro Organisasi - Tatalaksana

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 8 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 39 Tahun 2016 Seri E Nomor 28 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2016 Seri B Nomor 2 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 39 TAHUN 2011 T E N T A N G

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepoti

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Tanggal 3 Agustus 2015 SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR, Ttd. ADE SARIP HIDAYAT Pembina Utama Muda NIP. 19600910 198003 1 003

Walikota Bogor Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa pedoman penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) di lingkungan Pemerintah Kota Bogor telah ditetapkan dengan Peraturan Walikota Bogor Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) di Lingkungan Pemerintah Kota Bogor; b. bahwa berkenaan dengan perkembangan ketentuan peraturan perundang-undangan dan berdasarkan evaluasi terhadap pedoman penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) di lingkungan Pemerintah Kota Bogor, maka Peraturan Walikota Bogor sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu disesuaikan dan ditinjau kembali; 1

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Walikota; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5601); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357); 3

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota; 12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan; 13. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Bogor (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2008 Nomor 2 Seri E); 14. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2014 Nomor 2 Seri D); 4

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Bogor. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Walikota adalah Walikota Bogor. 4. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat OPD adalah Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah. 5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Bogor. 6. Pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah. 7. Administrasi pemerintahan adalah pengelolaan proses pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan yang dijalankan oleh SOP. 8. Standar Operasional Prosedur yang selanjutnya disingkat SOP adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, di mana dan oleh siapa dilakukan. 9. Prosedur adalah langkah-langkah dan tahapan mekanisme kerja yang harus diikuti oleh seluruh OPD untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. 5

10. Kegiatan adalah penjabaran dari tugas dan rincian tugas untuk mencapai hasil kerja tertentu sesuai dengan langkah-langkah kerja yang telah ditentukan dalam SOP. 11. Uraian prosedur adalah langkah-langkah yang sistematis dalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil kerja tertentu. 12. Diagram alur adalah gambar yang menjelaskan alur proses, prosedur atau dokumen suatu kegiatan yang menggunakan simbol-simbol atau bentuk-bentuk bidang untuk mempermudah memperoleh informasi. 13. Pelayanan internal adalah berbagai jenis pelayanan yang dilakukan oleh unit-unit pendukung pada sekretariat kepada seluruh unit-unit atau pegawai yang berada dalam lingkungan internal OPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 14. Pelayanan eksternal adalah berbagai jenis pelayanan yang dilakukan unit-unit lini OPD yang langsung ditujukan kepada masyarakat atau kepada instansi pemerintah lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN SERTA MANFAAT Bagian Kesatu Maksud dan Tujuan Pasal 2 (1) Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi OPD di lingkungan Pemerintah Daerah dalam mengidentifikasi, merumuskan, menyusun, mengembangkan, memonitor, dan mengevaluasi SOP dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. 6

(2) Pedoman ini bertujuan untuk: a. membantu setiap unit organisasi yang terkecil agar memiliki SOP; b. menyempurnakan proses penyelenggaraan pemerintahan di daerah; c. meningkatkan tertib administrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; dan d. meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Bagian Kedua Manfaat Pasal 3 Manfaat SOP dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan adalah: a. sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya; b. mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh seorang pegawai atau pelaksana dalam menjalankan tugas; c. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab individual pegawai dan OPD secara keseluruhan; d. membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari; e. meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas; f. menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai cara konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan; 7

g. memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung dalam berbagai situasi; h. menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu, dan prosedur; i. memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya; j. memberikan informasi bagi upaya peningkatan kompetensi pegawai; k. memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya; l. sebagai instrumen yang dapat melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan; m. menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas; n. membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam memberikan pelayanan; o. membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan standar pelayanan, sehingga sekaligus dapat memberikan informasi bagi kinerja pelayanan. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 4 Ruang lingkup pedoman ini adalah seluruh proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan termasuk pemberian pelayanan internal maupun eksternal organisasi yang dilaksanakan oleh unit-unit OPD. 8

Prinsip-prinsip SOP terdiri atas: a. prinsip penyusunan SOP; dan b. prinsip pelaksanaan SOP. BAB IV PRINSIP Bagian Kesatu Umum Pasal 5 Bagian Kedua Prinsip Penyusunan Pasal 6 Prinsip penyusunan SOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah: a. kemudahan dan kejelasan yaitu prosedur yang distandarkan harus mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai; b. efisiensi dan efektivitas yaitu prosedur yang distandarkan harus efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas; c. keselarasan yaitu prosedur yang distandarkan harus selaras dengan prosedur-prosedur standar lain yang terkait; d. keterukuran yaitu keluaran prosedur yang distandarkan mengandung standar kualitas/mutu tertentu yang dapat diukur pencapaian keberhasilannya; e. dinamis yaitu prosedur yang distandarkan harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang; 9

f. berorientasi pada pengguna yaitu prosedur yang distandarkan harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna, sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna; g. kepatuhan hukum yaitu prosedur yang distandarkan harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan; dan h. kepastian hukum yaitu prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan, dan menjadi instrumen untuk melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum. Bagian Ketiga Prinsip Pelaksanaan Pasal 7 Prinsip pelaksanaan SOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah: a. konsisten yaitu harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran OPD; b. komitmen yaitu harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran OPD dari jenjang yang paling rendah sampai dengan yang tertinggi; c. perbaikan berkelanjutan yaitu pelaksanaan harus terbuka terhadap penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-benar efisien dan efektif; d. mengikat yaitu harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan; e. seluruh unsur memiliki peran penting yaitu seluruh pegawai mempunyai peran tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan; dan f. terdokumentasi dengan baik yaitu seluruh prosedur yang telah distandarkan harus didokumentasikan dengan baik. 10

BAB V TATA CARA PENYUSUNAN Bagian Kesatu Tahapan Pasal 8 Penyusunan SOP dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. persiapan; b. identifikasi kebutuhan SOP; c. pengembangan SOP; d. penerapan SOP; e. monitoring dan evaluasi. Bagian Kedua Persiapan Pasal 9 (1) Persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dilakukan dengan membentuk tim, pembekalan tim, menyusun rencana tindak, dan sosialisasi. (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan dan/atau mengkoordinasikan semua tahapan penyusunan SOP, menyusun rencana pelaksanaan, dan sosialisasi kegiatan penyusunan SOP pada masing-masing OPD. (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. tim pada tingkat kota meliputi: 11

1. Ketua : Sekretaris Daerah 2. Wakil Ketua : Asisten Pemerintahan 3. Sekretaris : Kepala Bagian Organisasi 4. Anggota : Para Sekretaris/pejabat yang membidangi ketatausahaan pada OPD b. Tim pada tingkat OPD dibentuk untuk menyusun rancangan SOP pada masing-masing unit kerja. Bagian Ketiga Identifikasi Kebutuhan Pasal 10 (1) Identifikasi kebutuhan SOP masing-masing OPD dirumuskan dengan mengacu pada tugas dan fungsi OPD. (2) Identifikasi kebutuhan SOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada masing-masing OPD dan disusun menurut tingkatan unit kerja. (3) Hasil identifikasi kebutuhan SOP dirumuskan dalam dokumen inventarisasi judul SOP. Bagian Keempat Pengembangan SOP Paragraf 1 Penulisan SOP Pasal 11 SOP disusun berdasarkan dokumen inventarisasi judul SOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3). 12

Pasal 12 (1) Penyusunan SOP dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut: a. mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan; b. ditulis dengan jelas, rinci, dan benar; c. memperhatikan SOP lainnya; dan d. dapat dipertanggungjawabkan. (2) Kegiatan yang memerlukan SOP memenuhi kriteria sebagai berikut: a. kegiatannya dilaksanakan secara rutin atau berulang-ulang; b. menghasilkan output tertentu; dan c. kegiatannya melibatkan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang/pihak. Pasal 13 (1) SOP dibuat dalam bentuk tabel, tertulis, dan diagram alur. (2) Format SOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. Pasal 14 (1) Pelaksana pekerjaan pada masing-masing unit kerja melakukan penyusunan SOP. (2) Penyusunan SOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Sekretaris OPD dan/atau pejabat yang membidangi ketatausahaan. (3) Penyusunan SOP lintas OPD dikoordinasikan oleh tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf a. 13

Paragraf 2 Verifikasi dan Uji Coba Pasal 15 (1) Rancangan SOP yang dibuat pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) diverifikasi oleh atasan secara berjenjang dan pejabat yang menangani SOP. (2) Rancangan SOP hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan uji coba secara mandiri oleh unit kerja yang bersangkutan dengan disaksikan oleh atasan secara berjenjang. Paragraf 3 Penetapan Pasal 16 Rancangan SOP yang telah dilakukan verifikasi dan uji coba ditetapkan menjadi SOP dengan Keputusan Walikota. Bagian Kelima Pelaksanaan Pasal 17 (1) SOP yang telah ditetapkan dengan Keputusan Walikota dilaksanakan dengan persyaratan sebagai berikut: a. telah melalui proses verifikasi, ujicoba, dan penetapan; b. adanya dukungan sarana dan prasarana yang memadai; c. sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi yang sesuai; 14

d. telah disosialisasikan dan didistribusikan kepada seluruh pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah; dan e. mudah diakses dan dilihat. (2) Pelaksanaan SOP memperhatikan prinsip pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. Bagian Keenam Monitoring dan Evaluasi Pasal 18 Kepala OPD wajib melakukan monitoring sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf e terhadap pelaksanaan SOP di unit kerjanya masing-masing. Pasal 19 (1) Untuk mengetahui efektivitas dan kualitas SOP dilakukan evaluasi pelaksanaan SOP. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai bahan penyempurnaan SOP. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setiap akhir tahun. (4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh atasan secara berjenjang serta berkoordinasi dengan Bagian Organisasi. 15

BAB VI PENGAWASAN PELAKSANAAN Pasal 20 (1) Atasan langsung secara melekat dan terus menerus melakukan pengawasan pelaksanaan SOP. (2) Hasil pengawasan pelaksanaan SOP dilaporkan kepada Kepala OPD setiap triwulan. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Bagi OPD yang mempunyai SOP tersendiri, dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 22 Dengan ditetapkan Peraturan Walikota ini, maka Peraturan Walikota Bogor Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) di Lingkungan Pemerintah Kota Bogor (Berita Daerah Kota Bogor Tahun 2012 Nomor 19 Seri E) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 16

Pasal 23 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Bogor. Ditetapkan di Bogor pada tanggal 3 Agustus 2015 WALIKOTA BOGOR, Ttd. BIMA ARYA Diundangkan di Bogor pada tanggal 3 Agustus 2015 SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR, Ttd. ADE SARIP HIDAYAT BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2015 NOMOR 16 SERI E Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, N. HASBHY MUNNAWAR, S.H, M.Si. Pembina NIP. 19720918199911001 17

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 24 Tahun 2015 TANGGAL : 3 Agustus 2015 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR. FORMAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR A. Bagian Identitas Nomor SOP Tanggal Pembuatan Tanggal Revisi Disahkan oleh Pimpinan OPD PEMERINTAH KOTA BOGOR NIP. Nama OPD Judul SOP 18

Dasar Hukum : Kualifikasi Pelaksana : 1. 2. 3. 1. 2. 3. Keterkaitan : Peralatan/Perlengkapan : 1. 2. 3. 1. 2. 3. Peringatan : Pencatatan dan Pendataan : 1. 2. Keterangan: 1) Judul SOP, nama prosedur yang di-sop-kan. 2) Nama OPD, diisi dengan nama OPD. 3) Nomor SOP, nomor prosedur yang di-sop-kan. 4) Tanggal pembuatan, tanggal pertama kali SOP dibuat. 5) Tanggal revisi, tanggal SOP direvisi. 6) Disahkan oleh, tanda tangan pimpinan OPD. 7) Dasar Hukum, ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendasari prosedur. 8) Kualifikasi Pelaksana, penjelasan mengenai kualifikasi pegawai yang dibutuhkan dalam melaksanakan perannya pada prosedur yang distandarkan. 9) Keterkaitan, penjelasan keterkaitan prosedur yang distandarkan dengan prosedur lain yang distandarkan. 10) Peralatan/perlengkapan, penjelasan mengenai daftar peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan. 19

11) Peringatan, penjelasan mengenai kemungkin-kemungkinan yang terjadi ketika prosedur dilaksanakan (atau tidak dilaksanakan). Peringatan memberikan indikasi berbagai permasalahan yang mungkin muncul dan berada di luar kendali pelaksana ketika prosedur dilaksanakan, dan berbagai dampak yang ditimbulkan. Dalam hal ini dijelaskan pula bagaimana cara mengatasinya. 12) Pencatatan dan Pendataan, memuat berbagai hal yang perlu didata dan dicatat oleh setiap pegawai yang berperan dalam pelaksanaan prosedur yang telah distandarkan. 20

B. Bagian Flowchart No. Kegiatan Pelaksana Mutu Baku Pelaksana 1 Pelaksana 2 Pelaksana 3 Persyaratan/Kelengkapan Waktu Output Keterangan 1. 2. Keterangan: 1) Kegiatan, diisi dengan proses sejak kegiatan dimulai dilakukan sampai dengan kegiatan selesai dan keluaran dihasilkan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kegiatan masing-masing unit organisasi yang bersangkutan. 2) Pelaksana, diisi dengan pelaksana kegiatan yang bersangkutan. 3) Mutu Baku, diisi dengan persyaratan dan kelengkapan yang diperlukan, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan serta output yang dihasilkan pada setiap aktivitas yang dilakukan.

Simbol-simbol Penyusunan SOP pada akhirnya akan mengarah pada terbentuknya diagram alur yang menggambarkan aliran aktivitas atau kegiatan masing-masing unit organisasi. Untuk menggambarkan aliran aktivitas tersebut, digunakan simbol-simbol sebagai berikut: SIMBOL SEBUTAN DEFINISI Terminator Simbol ini digunakan untuk menggambarkan awal/mulai dan akhir suatu bagan alur. Proses Simbol ini digunakan untuk menggambarkan proses pelaksanaan kegiatan. Pengambilan Keputusan Simbol ini digunakan untuk menggambarkan keputusan yang harus dibuat dalam proses pelaksanaan kegiatan. Dokumen Simbol ini digunakan untuk menggambarkan semua jenis dokumen sebagai bukti pelaksanaan kegiatan. Penggandaan Dokumen Simbol ini digunakan untuk menggambarkan penggandaan dari semua jenis dokumen.

Arsip Manual Simbol ini digunakan untuk menggambarkan semua jenis pengarsipan dokumen dalam bentuk kertas/manual. File Simbol ini digunakan untuk menggambarkan semua jenis penyimpanan dalam bentuk data / file. Konektor Simbol ini digunakan untuk menggambarkan perpindahan aktivitas dalam satu halaman. Konektor Simbol ini digunakan untuk menggambarkan perpindahan aktivitas dalam halaman yang berbeda. Garis Alir Simbol ini digunakan untuk menggambarkan arah proses pelaksanaan kegiatan. WALIKOTA BOGOR, Ttd. BIMA ARYA 23