Petunjuk Teknis REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI. Penyusun

dokumen-dokumen yang mirip
TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

Untuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya padi gogo dilahan kering dapat dilakukan dengan dua cara yaitu gogo

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Pengaruh Pupuk Unsur N, P, dan K bagi Tanaman Padi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang memiliki sumber

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PEMUPUKAN KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Indonesia, namun sampai saat ini perhatian masyarakat petani kepada kacang

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKKAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KADAR HARAMAKRO BERBAGAI JENIS LIMBAH TANAMAN SELAPADAPOLATANAM KELAPA RINGKASAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

PEMUPUKAN BUDIDAYA PADI ORGANIK rekommendasi BWD. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

Ilmu Tanah dan Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

Transkripsi:

Petunjuk Teknis REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI Penyusun Muljady D Mario Anas Zubair Aisyah Ahmad Tina Febrianti Fatmah Sari Indah Rony Pakaya

DEPARTEMEN PERTANIAN Petunjuk Teknis Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi Oleh: Muljady D Mario, Annas Zubair, Aisyah Ahmad, Fatmah Sari Indah, Rony Pakaya, Tina Febrianti Dewan Redaksi: Pengarah : Muljady D. Mario Pemimpin Redaksi : R.H. Anasiru Anggota : Andi Yulyani Fatwiwati Annas Zubair Dahlan Walangadi Yoshi Tri Sulistyaningsih Lay Out : Jaka Sumarno Desain Cover : Jaka Sumarno Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo Jl. Kopi 270 Ds. Iloheluma Kec. Tilongkabila Kab. Bone Bolango Gorontalo 96183; Telp. (0435) 827627, Fax: (0435) 827627

E-mail : bptp_gtlo@yahoo.co.id bptp-gorontalo@litbang.deptan.go.id Website : www.gorontalo.litbang.deptan.go.id KATA PENGANTAR Salah satu upaya peningkatan produksi padi dalam program intensifikasi pertanian adalah penggunaan pupuk yang berimbang dan rasional. Setiap wilayah memiliki karakteristik tanah yang beragam kaitannya dengan kandungan hara yang terdapat dalam tanah. BPTP Gorontalo bekerjasama dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) telah melakukan penelitian tentang karakterisasi sumber daya lahan di Provinsi Gorontalo Data yang diperoleh berupa status kesuburan tanah beserta rekomendasi pemupukan yang sesuai diaplikasikan di masing-masing wilayah yaitu tiap desa di Kecamatan di masing-masing Kabupaten di Provinsi Gorontalo. Semoga buku ini bermanfaat bagi pengguna, dan kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam penyusunan buku ini. Gorontalo, Juni 2008 i

D.Mario DAFTAR ISI Halaman Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo Dr.Ir. Muljady Kata Pengantar...... i Daftar Isi...... ii Daftar Tabel...... iii Daftar Lampiran...... iv I. II. Pengelolaan Hara Tanaman Terpadu... 5 2.1 Pengelolaan Hara N... 6 2.2 Pengelolaan Hara Kalium (K) 8 2.3 Pengelolaan Hara Posfat (P).. 11 2.4 Pupuk Organik... 13 III. Penyusunan Rekomendasi Pemupukan... 15 3.1 Rekomendasi Pemupukan Nitrogen (N)... 15 3.2 Rekomendasi Pemupukan Posfat (P)... 18 3.3 Rekomendasi Pemupukan Kalium (K)...... 20 3.4 Kebutuhan Pupuk Posfat dan Kalium dengan Penambahan Bahan Organik...... 22 Daftar Pustaka..... 25 Pendahuluan. 1 ii iii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Rekomendasi Pemupukan Urea untuk Tanaman Padi Sawah Menurut Cara Tanam dan Fase Tumbuh Berdasarkan Hasil Pembacaan BWD.... 18 Tabel 2. Rekomendasi Pemberian Pupuk P Untuk Tanaman Padi Sawah Berdasarkan Status Hara P... 20 Tabel 3. Rekomendasi Pemberian Pupuk K Untuk Tanaman Padi Sawah Berdasarkan Status Hara K... 21 Tabel 4. Penentuan Dosis Pupuk P Tanaman Padi Sawah... 23 Tabel 5. Penentuan Dosis Pupuk K Tanaman Padi Sawah... 24 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Kabupaten Gorontalo... 27 Lampiran 2. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Kabupaten Pohuwato... 32 Lampiran 3. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Kabupaten Bone Bolango... 35 iv v

I. PENDAHULUAN Luas panen tanaman padi di Provinsi Gorontalo pada tahun 2005 adalah 37.831 ha dengan produktivitas 4,430 ton/ha. Pada umumnya terjadi penambahan luas panen per tahunnya, dimana pada tahun 2001 luas panen 35.639 ha menjadi 37.831 ha pada tahun 2005. Namun penambahan luas panen tersebut tidak diikuti oleh peningkatan produktivitas tanaman padi. Bahkan terjadi penurunan rata-rata produksi padi sawah selama 5 tahun terakhir, yakni dari rata-rata 4,458 ton/ha pada tahun 2001, menjadi 4,430 ton/ha pada tahun 2005 (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo, 2006). Penurunan produktivitas atau rendahnya peningkatan produksi padi sawah disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: 1) rendahnya produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan; 2) belum tersedianya rekomendasi pemupukan spesifik lokasi yang didasarkan pada kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan tanaman; serta 3) tingginya kehilangan hasil akibat penanganan pasca panen yang tidak efisien. Kondisi ini diperparah lagi dengan vi 1

permasalahan rendahnya pendapatan petani padi sawah, akibat tidak adanya upaya untuk melakukan diversifikasi usaha tani untuk memperluas sumber pendapatan. Penggunaan pupuk di tingkat petani terus meningkat seiring dengan meningkatnya luas panen, dosis serta jenis pupuk yang digunakan dalam upaya untuk meningkatkan produksi padi. Sampai saat ini pupuk belum digunakan secara rasional sesuai kebutuhan tanaman serta kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara, sifat-sifat tanah, kualitas air pengairan dan pengelolaannya oleh petani. Kelebihan pemberian pupuk selain merupakan pemborosan dana, juga mengganggu keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah dan pencemaran lingkungan, sedangkan pemberian pupuk yang terlalu sedikit tidak dapat memberikan tingkat produksi yang optimal. Sampai saat ini pemupukan P dan K untuk padi sawah masih bersifat umum yaitu sekitar 100-150 kg /ha/musim tanam dan 100 kg KCl/ha/musim tanam. Penentuan rekomendasi tersebut dilakukan tanpa mempertimbangkan kandungan hara P dan K dalam tanah dan keperluan hara bagi tanaman padi, sehingga kurang efisien. Oleh karena itu, perlu diketahui berapa kandungan hara P dan K lahan sawah agar penentuan dosis pupuk lebih rasional. Penggunaan pupuk secara rasional dan berimbang adalah salah satu faktor kunci untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah tropis. Dalam implementasinya, penggunaan pupuk secara rasional dan berimbang perlu memperhatikan kadar hara di dalam tanah, jenis dan mutu pupuk, dan keadaan pedo-agroklimat, serta mempertimbangkan unsur hara yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berproduksi optimal. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan jika rekomendasi pemupukan berdasarkan pada hasil uji tanah dan analisis tanaman dengan menggunakan metodologi yang tepat dan teruji. Rekomendasi pemupukan adalah suatu rancangan yang meliputi jenis dan takaran pupuk 2 3

serta cara dan waktu pemupukan untuk tanaman pada areal tertentu. Dampak yang diharapkan dari suatu rekomendasi pemupukan adalah tepat jenis, tepat takaran, tepat cara dan tepat waktu. Untuk itu diperlukan metode uji tanah, analisis tanaman atau metode pemupukan. Suatu hara ke dalam tanah akan mengubah keseimbangan hara lainnya. Dengan demikian, walaupun telah diketahui takaran pupuk melalui percobaan pemupukan, tetapi dalam penerapannya dapat terjadi penyimpangan meskipun pada tanah yang sama dengan lokasi percobaan. Penyimpangan tersebut akan lebih kecil daripada rekomendasi yang makin detail. Pengelolaan secara intensif lahan sawah irigasi selama ini kurang diikuti oleh penerapan kaidah-kaidah pelestarian kesuburan dan produktivitas lahan. Eksploitasi lapisan olah tanah secara intensif yang berlangsung bertahun-tahun menyebabkan deteorasi fisik-kimia tanah. Padahal, apapun varietas padi yang ditanam apabila tidak ditunjang oleh lingkungan tumbuh perakaran yang baik, penampilan dan produktivitas tanaman padi yang optimal sulit diperoleh (kartasasmita dan Fagi, 1999). Upaya peningkatan produktivitas lahan sawah melalui perbaikan status hara tanah dihadapkan pada kendala belum tersedianya informasi rekomendasi pemupukan yang rasional, Khususnya pemupukan P dan K masih didasarkan pada rekomendasi yang bersifat umum dan belum didasarkan pada kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman. Padahal pada kenyataannya tidak semua lahan sawah memerlukan pupuk P dan K dalam jumlah yang sama, ada yang perlu banyak dan ada yang perlu hanya sedikit pupuk, bahkan ada pula tanah yang tidak memerlukan tambahan pupuk bila kadar haranya sudah sangat tinggi. Untuk menentukan dosis pupuk yang sesuai, perlu diketahui status hara P dan K, dilanjutkan dengan penyusunan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi. 4 5

II. PENGELOLAAN HARA TANAMAN TERPADU Sejalan dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan pelestarian lingkungan, maka teknologi peningkatan produktivitas tanah dan tanaman harus ramah lingkungan agar tanah dapat digunakan dalam jangka panjang. Maka praktek eksploitasi sumberdaya lahan secara kimiawi harus diminimalkan, sebaliknya upaya-upaya meningkatkan penggunaan bahan organik untuk mendorong keragaman hayati tanah harus ditingkatkan. Keberadaan bahan organik tanah sangat berpengaruh dalam mempertahankan kelestarian dan produktivitas tanah serta kualitas tanah melalui aktivitas mikroba tanah dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanah dengan kandungan bahan organik rendah, akan berkurang daya sangganya terhadap segala aktivitas kimia, fisik, dan biologis tanahnya. Untuk memperbaiki kondisi tersebut perlu diupayakan peningkatan kualitas dan kuantitas bahan organik dalam tanah. Melalui pengelolaan hara terpadu (Integrated Plant Nutrien Management) yang ramah lingkungan, diharapkan produktivitas lahan-lahan pertanian yang sudah menurun dapat ditingkatkan kembali. Pengelolaan hara terpadu mensyaratkan dioptimalkannya penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati disamping pupuk anorganik dalam proses produksinya. Hasil penellitian menunjukkan bahwa pengelolaan hara terpadu dapat meningkatkan produksi tanaman secara berkelanjutan (Adimiharja dan Adiningsih, 2000). Sebagai contoh, pemakaian pupuk organik sebagai sumber N (legum, azolla, sesbania, crotalaria, dll) mempunyai manfaat ganda karena selain berfungsi sebagai sumber hara juga memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan aktivitas biologi tanah. Namun dengan pendeknya waktu bera antar musim tanam serta meningkatnya nilai ekonomis lahan sawah, maka praktek budidaya ini sudah ditinggalkan kecuali di beberapa daerah yang mempunyai intensitas tanam rendah. 2.1 Pengelolaan Hara Nitrogen (N) 6 7

Hara N merupakan hara penyusun asamasam amino, asam-asam nukleat, nukleotida, dan khlorofil. Hara ini mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi dan jumlah anakan), menambah luas daun dan tajuk tanaman, jumlah gabah permalai dan kandungan protein gabah. Dengan demikian, hara N berpengaruh terhadap semua parameter yang berhubungan dengan hasil. Konsentrasi N pada daun sangat erat hubungannya dengan kecepatan proses fotosintesis dan produksi biomass. Pemberian hara N menyebabkan kebutuhan tanaman akan hara lainnya seperti P dan K meningkat untuk mengimbangi laju pertumbuhan tanaman yang cepat. Unsur N diperlukan selama fase pertumbuhan tanaman, tetapi paling dibutuhkan pada awal sampai pertengahan fase anakan primordia bunga (Makarim dan Ponimin, 1994). Persediaan N yang cukup pada fase generatif diperlukan untuk memperlambat penuaan daun, mempertahankan fotosintesis selama pengisian gabah dan peningkatan protein gabah. H mobile dalam tanaman, dapat ditranslokasikan dari daun yang muda sehingga gejala kahat N terutama nampak pada daun-daun yang lebih tua. Gejala kahat N pada tanaman Kahat N pada tanaman padi paling mudah diketahui di lapang. Tanaman nampak kekuningkuningan, pertumbuhan kerdil, tanaman kurus dan anakan sedikit. Sebagian daun tua, kadang-kadang seluruhnya, berwarna hijau pucat, dan terjadi klorosis di ujungnya. Pada tanaman yang mengalami kahat N yang parah, daun-daun mengering dan tanaman akhirnya mati. Kecuali daun muda yang lebih hijau, daun lainnya lebih sempit, pendek, kaku dan berwarna hijau kekuningan. Kahat N sering terjadi pada fase krisis, yaitu fase anakan dan primordia, saat tanaman membutuhkan banyak N. Gejala visual kahat N mirip dengan kahat S, tetapi kahat S tidak umum dan gejala dimulai pada daun muda atau seluruh daun, juga mirip kahat Fe tetapi kahat Fe mempengaruhi keluarnya daun. 2.2 Pengelolaan Hara Kalium (K) Hara K dalam tanaman sangat mobile dan mempunyai fungsi esensial dalam pengaturan 8 9

tekanan osmosis sel, aktivitas enzim, ph sel, keseimbangan kation-anion, pengaturan transpirasi pada stomata dan transpirasi asimilat hasil fotosintesis. Unsur K sebagai penguat dinding sel terlibat dalam lignifikasi sklerenkim-jaringan dengan sel-sel berdinding tebal. Kahat K menyebabkan terakumulasinya gula sederhana (gula labil dengan berat molekul rendah), asam amino dan amina yang merupakan sumber makanan yang cocok bagi patogen penyakit daun. Hara K berfungsi menambah luas daun dan kandungan klorofil daun dan memperlambat penuaan daun, sehingga dapat meningkatkan fotosintesis kanopi dan pertumbuhan tanaman. Peranan K bagi tanaman antara lain adalah memperbaiki daya toleransi terhadap kondisi iklim yang kurang menguntungkan, kerebahan, ketahanan terhadap hama dan penyakit (makarim dan Ismunadji, 1991). Peningkatan hasil karena pemupukan K baru terlihat jelas bila unsur lainnya seperti N dan P sudah mencukupi bagi tanaman. Deskripsi gejala Kahat K Tanaman tumbuh kerdil (daun sempit, batang pendek kecil), anakan sedikit jika kahat K parah dan tanaman mudah rebah. Gejala tanaman kekurangan K lebih jelas terlihat pada daun tua ke daun muda. Daun tanaman berwarna hijau gelap, tepi daun berwarna hijau kekuningan atau bintik-bintik nekrosis coklat gelap muncul pertama-tama pada ujung daun tua. Bila kahat K parah, ujung daun berwarna coklat kekuningan kemudian menjalar ke tepi daun hingga ke pangkal daun. Ujung daun dan tepi daun selanjutnya mengering. Gejala kahat K muncul pertama kalinya pada daun tua, daun bagian atas pendek, lemah, dan berwarna hijau gelap/kotor. Garis-garis kuning kadangkadang muncul di sepanjang tulang daun dan daun bagian bawah terkulai. Penuaan daun lebih awal, daun layu, menggulung jika temperatur tinggi dan kelembaban rendah. 10 11

Persentase gabah steril atau hampa tinggi, karena viabilitas serbuk sari rendah dan translokasi karbohidrat terhambat. Bobot 1000 butir gabah isi berkurang. Perakaran tidak sehat (akar sedikit dan kebanyakan berwarna hitam), yang menyebabkan terhambatnya serapan hara lainnya. Produksi sitokinin dalam akar berkurang. Daya oksidasi akar lemah sehingga terjadi akumulasi senyawa reduktif seperti fero yang berlebihan, akibatnya tanaman mudah keracunan besi. Kondisi Pengelolaan yang berpeluang Kahat K atau Memerlukan Pupuk K: Pada sistem pertanaman yang intensif, karena kebutuhan hara meningkat. Penggunaan pupuk N, atau N dan P berlebihan tanpa pupuk K Fase pertumbuhan awal tanaman padi pada sistem perakaran dangkal Varietas-varietas padi yang memerlukan K dalam jumlah yang banyak, seperti padi hibrida. Kondisi Berpeluang Kahat K miskin mineral K bertekstur kasar, KTK rendah, cadangan hara K rendah seperti di lahan kering masam tanah ultisols atau oksisols dan tanah sawah terdegradasi. -tanah yang menghambat ketersediaan K bagi tanaman: (a) tanah sawah bertekstur liat dengan kemampuan fiksasi K tinggi karena banyaknya mineral liat tipe 2:2 seperti ilit, vermikulit dan monmorilonit; (b) kandungan K tinggi tetapi (Ca Mg)/K rasio sangat besar, misalnya basa. Pada kondisi demikian, absorbsi K pada sisi pertukaran kation cukup kuat sehingga konsentrasi K dalam larutan tanah berkurang; (c) tanah berdrainase buruk dan sangat reduktif, dimana serapan K tanaman terhambat akibat banyaknya senyawa H2S, asam-asam organik dan ion fero (Fe² ); (d) tanah organik (histodols) dengan kandungan K rendah. 2.3 Pengelolaan Hara Posfat(P) 12 13

Hara P merupakan penyusun esensial dari Adenosine Trifosfat (ATP), nukleotida, asam-asam nukleat dan fosfolipid. Fungsi utama hara ini adalah menyimpan dan memindahkan energi yang mengintegrasikan membran. Hara P yang banyak diserap pada awal pertumbuhan tanaman dapat dipindah-ulangkan dikemudian hari. Hara P diperlukan tanaman sejak awal pertumbuhan dan bersifat sangat mobile dalam jaringan tanaman. Hara ini berfungsi dalam menunjang pertumbuhan akar, anakan, pembungaan, dan pemasakan biji terutama bila temperatur udara rendah. Pupuk P sejogyanya sudah diberikan sebelum tanaman menunjukkan gejala kekurangan hara P. Penambahan P sangat dibutuhkan bila perakaran belum tumbuh dengan baik dan suplai P secara alami tidak mencukupi. Tanaman yang kekurangan P lebih pendek, daun berwarna hijau gelap, anakan sedikit, batang tipis dan jumlah biji per malai lebih sedikit daripada tanaman normal. Bisa terjadi, daun muda terlihat lebih sehat tetapi daun yang tua sudah berubah warnanya menjadi coklat sebelum tanaman mati. Apabila tanaman memproduksi anthocyanin, maka daunnya berwarna merah atau ungu dan daun berwarna hijau muda jika secara bersamaan tanaman juga kekurangan N. Kondisi Berpeluang Kahat P Pada tanah subur, tanaman padi sawah umumnya tidak tanggap terhadap pemupukan, hasil padi tanpa pupuk P sudah tinggi karena kebutuhan P tanaman sedikit dan dapat terpenuhi dari tanah. Namun apabila ada masalah lain yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar tanaman, maka pemberian pupuk P dapat merangsang tanaman untuk responsif terhadap pupuk P (Makarim, 1992). Beberapa ciri tanah yang sering mengalami kahat P atau tanggap terhadap pemberian pupuk P adalah: berstruktur kasar (pasir), berbahan organik rendah dan cadangan P rendah. tua yang telah lama mengalami pelapukan, kandungan liat tinggi atau lahan kering dengan kapasitas fiksasi P tinggi seperti Ultisols dan oksisols. 14 15

sawah terdegradasi berkapur, salin dan sodik vulkanis dengan kapasitas serapan P tinggi seperti andisols. gambut (Histosols) sulfat masam dengan kandungan Al dan Fe aktif tinggi, sehingga P tidak tersedia. 2.4 Pupuk Organik Akibat penanaman secara terus-menerus dan semua hasil panen diangkut keluar, maka sebagian besar lahan sawah berkadar bahan organik sangat rendah (C-Organik<2%). Terdapat korelasi positif antara kadar bahan organik dan produktivitas tanaman padi, dimana makin rendah kadar bahan organik makin rendah pula produktivitas lahan (Adiningsih dan Rochyati, 1988). Bahan organik berperan sebagai penyangga biologi sehingga tanah dapat menyediakan hara dalam jumlah berimbang untuk tanaman. miskin bahan organik akan berkurang kemampuan daya sangganya (buffer) sehingga efisiensi pupuk organik berkurang karena sebagian besar pupuk akan hilang dari lingkungan perakaran (Go ban Hong, 1977). Mengingat pentingnya peranan bahan organik terhadap kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah, maka hara harus dikelola secara terpadu dimana pemberian pupuk organik berdasarkan uji tanah dikombinasikan dengan pemupukan anorganik. Menurut Irsal Las et al., 2003 dalam Panduan Teknis PTT Padi Sawah Irigasi sebagai acuan pelaksanaan program intensifikasi yang bersifat partisipatif serta berlandaskan pada pengembangan penggunaan teknologi pertanian secara dinamis dan spesifik lokasi, dalam 1 ha lahan sawah diperlukan 1-2 ton bahan organik, tergantung kondisi lahan. Petani dianjurkan untuk membuat sendiri kompos campuran jerami padi, bahan hijauan, kotoran ternak, dan serbuk kayu. Bahan organik berperan penting pada kesuburan kimia tanah karena mengandung unsur hara Posfat dan Kalium yang cukup tinggi, mencegah kahat unsur mikro; mencegah antagonisme akibat pemberian pupuk yang tidak seimbang misalnya 16 17

kahat Zn pada tanah sawah yang menggunakan pupuk Posfat sangat intensif serta dapat mengubah P-anorganik yang tidak tersedia menjadi P-organik yang larut. Pengelolaan bahan organik pada tanah sawah dapat dilakukan antara lain dengan: a) pengembalian jerami sisa panen; b) pemberian pupuk kandang; c) pemberian pupuk hijau; d) pemberian daun/ serasah tanaman. Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa tanaman (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah (pasar, rumah tangga dan pabrik), serta pupuk hijau. Oleh karena bahan dasar pembuatan pupuk sangat bervariasi, maka kualitas pupuk yang dihasilkan sangat beragam sesuai dengan kualitas bahan dasar. Pupuk organik dapat diaplikasikan dalam bentuk bahan segar atau yang sudah dikomposkan. Pemakaian pupuk organik segar memerlukan jumlah yang banyak, sulit penempatannya, memerlukan waktu dekomposisi lama. Namun demikian, hal ini justru bermanfaat untuk konservasi tanah dan air, karena dapat melindungi permukaan tanah dari percikan air hujan. Pengomposan bahan organik dari sisa tanaman dan kotoran ternak akan memperkecil volume bahan dasar dan mematangkan pupuk sehingga hara segera tersedia bagi tanaman. III. PENYUSUNAN REKOMENDASI PEMUPUKAN 3.1 Rekomendasi Pemupukan Nitrogen (N) Bagan Warna Daun (BWD) Bagan Warna daun (BWD) dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan pupuk N tanaman padi. Alat ini sederhana, mudah digunakan, tidak mudah rusak dan relatif murah. Tujuan penggunaan BWD adalah untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk N pada tanaman padi. Pada BWD terdapat enam tingkat warna hijau, mulai dari hijau kekuning-kuningan (skala 1) hingga hijau gelap (skala 6). Warna tersebut telah dikalibrasikan dengan klorofil meter sebagai petunjuk tingkat kecukupan hara N pada tanaman atau waktu yang tepat untuk pemberian pupuk N susulan. 18 19

Skala Kritis Skala kritis pembacaan BWD untuk pemupukan N susulan adalah skala 3 untuk varietasvarietas yang daunnya secara genetik berwarna hijau muda (padi varietas aromatik, dsb) skala 4 untuk varietas indica umumnya, dan skala 5 untuk padi hibrida dan padi tipe baru. Tanaman yang warna daunnya sama di bawah nilai kritis skala BWD menunjukkan bahwa tanaman kahat N, dan memerlukan pemberian pupuk N segera untuk mencegah penurunan hasil. Petunjuk Penggunaan BWD Pembacaan BWD dimulai 15 hari setelah pemberian pupuk N basal, dan dilakukan setiap 5 hari sekali. Waktu dan takaran pupuk dapat dilihat pada Tabel 1. Pupuk N hanya diberikan bila daun sudah sama atau di bawah skala kritis BWD, sebanyak 75-100 kg urea/ha (Tabel 1). Bila warna daun masih di atas skala kritis BWD, pemupukan N tidak diperlukan. Setelah pemupukan N susulan, pembacaan BWD dihentikan sementara dan dimulai lagi setelah 15 hari berikutnya sampai tanaman mengeluarkan malai. Daun teratas yang telah membuka penuh dipilih sebagai status hara N tanaman. Warna helai daun bagian tengah dicocokkan dengan skala warna pada BWD sehingga diperoleh nilai pembacaan daun. Bila warna daun terletak di antara dua skala BWD, maka nilai pembacaan adalah rata-rata dari kedua skala warna tersebut. Misalnya warna daun berada antara skala 3 dan 4 pada BWD, maka nilai rata-rata adalah 3,5. Sewaktu melakukan pembacaan, daun tanaman padi dan BWD harus ternaungi dari sinar matahari. Pembacaan skala warna daun dengan BWD sebaiknya dilakukan oleh satu orang pada hari yang sama. Ukur warna 10 daun tanaman padi dari rumpun yang berbeda secara acak di lapang. Bila lebih dari 6 daun berwarna di bawah skala kritis, maka tanaman segera dipupuk N. 20 21

Untuk memperoleh manfaat optimum dari penggunaan BWD, hara lainnya tidak boleh menjadi pembatas, karena itu perlu menghilangkan faktor pembatas lainnya. Tanaman kahat P dan/atau K menyebabkan warna daun lebih gelap, sehingga pembacaan status N dapat salah dan kelemahan ini perlu dipertimbangkan. Perlu kalibrasi dengan SAPD (Khlorofilmeter) untuk meningkatkan ketelitian pembacaan BWD. Tabel 1. Rekomendasi Pemupukan Urea untuk Tanaman Padi Sawah Menurut Cara Tanam dan Fase Tumbuh Berdasarkan Hasil Pembacaan BWD Fase tumbuh Umur tanaman Musim hasil tinggi* (kg urea/ha) Musim hasil rendah** (kg urea/ha) Pindah tanam (Tapin) Basal 5-15 HST 75 50 Vegetatif cepat 24-28 HST 100 75 Generatif 49 HSTberbunga 100% 100 75 Tanam benih langsung (Tabela) Vegetatif cepat 5-15 HSS 75 50 Generatif 35-55 HSS 100 75 56 HSSberbunga 100% 100 75 * Musim dengan tingkat hasil lebih tinggi daripada musim lainnya; di banyak daerah biasanya pada musim kemarau (MK) ** Musim dengan tingkat hasil lebih rendah daripada musim lainnya; biasanya musim hujan (MH) 3.2 Rekomendasi Pemupukan Posfat (P) Rekomendasi pemupukan fosfat (P) dibuat berdasarkan filosofi sebagai berikut: (1) pada tanah yang berstatus P tinggi, pemupukan P dimaksudkan hanya untuk memenuhi/mengganti P yang diangkut oleh tanaman, (2) pada tanah berstatus P sedang dan rendah pemberian pupuk P disamping untuk mengganti P yang terangkut oleh tanaman juga untuk meningkatkan kadar P, sehingga diharapkan suatu saat status P tanah berubah dari rendah menjadi sedang atau tinggi (Sofyan et al., 2000). Dengan kata lain, pemberian P yang lebih tinggi dari kebutuhan tanaman dapat memperkaya tanah. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar P dalam gabah sekitar 0,2%. Dengan asumsi hasil gabah rata-rata 5 ton/ha, maka dalam sekali panen P yang terangkut dalam gabah 10kg P/ha atau setara 50kg /ha. Berdasarkan data tersebut maka pemberian rekomendasi pemupukan P untuk lahan sawah yang 22 23

berstatus tinggi, sedang dan rendah masing-masing sebesar 50,75 dan 100kg /ha. Cara penentuan takaran pupuk P untuk tanaman padi sawah ditetapkan berdasarkan hasil analisis tanah dengan metode HCl 25%. Dengan cara ini, tanah dapat digolongkan ke dalam salah satu kriteria status P: rendah, sedang atau tinggi. Berdasarkan kriteria ini, takaran pupuk P dapat ditetapkan (Tabel 2). Tabel 2. Rekomendasi Pemberian Pupuk P Untuk Status Hara P Rendah Sedang Tinggi Tanaman Padi Sawah Berdasarkan Status Hara P Kadar P2O5 (ekstrak HCl 25%) (mg/100gr tanah) <20 20-40 >40 Takaran P** (kg SP36/ha/msm) 100 75 50* Sumber: Moersidi et al., 1989; Soeparini et al., 1990; Sofyan A.,et al., 1992 * dapat diberikan satu kali dua musim tanam ** pupuk P selalu diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar 3.3 Rekomendasi Pemupukan Kalium (K) Rekomendasi pemupukan Kalium sedikit berbeda dengan pemupukan Posfat. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa pada tanah berstatus K rendah, kemungkinan untuk memperoleh respon pemupukan Kalium cukup besar, sedangkan tanah dengan status K sedang dan tinggi tidak menunjukkan respon terhadap pemupukan K (Puslittanak, 1992). Pada tanah yang berstatus K sedang dan tinggi tidak perlu diberi pupuk K, karena kebutuhan K padi sawah pada lahan sawah berstatus K sedang dan tinggi sudah dapat dipenuhi dari K tanah, sumbangan K dari perairan dan pengembalian jerami. Sumbangan K dari air perairan cukup besar yaitu sekitar 7-47 kg K/ha/musim di Jawa Barat, 11-35 kg K/ha/musim di Jawa Tengah dan 20-74 kg K/ha/musim di Jawa Timur (Soepartini et al., 1996). Pemupukan K hanya dianjurkan untuk lahan sawah berstatus K rendah, berdrainase buruk dan berkarbonat tinggi dengan 24 25

takaran 50 kg KCl/ha/ha serta mengembalikan jerami sisa panen ke dalam tanah (Soepartini, 1995). Takaran pupuk K untuk tanaman padi sawah ditetapkan berdasarkan hasil analisis tanah dengan metode HCl 25%. Atas dasar hasil analisis, status K tanah dipilah ke dalam kriteria rendah, sedang, dan tinggi sebagai dasar dalam penentuan pupuk K pada tanaman padi sawah (Tabel 3). takaran Tabel 3. Rekomendasi Pemberian Pupuk K Untuk Tanaman Padi Sawah Berdasarkan Status Hara K Status Hara K Rendah Sedang Tinggi Kadar K2O (ekstrak HCl 25%) (mg/100gr tanah) <10 10-20 >20 Sumber: Moersidi et al., 1989; Soeparini et al., 1990; ** pupuk K selalu diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar Takaran K** (kg KCL/ha/msm) 100 50 50 3.4 Kebutuhan Pupuk Posfat dan Kalium Dengan Penambahan Bahan Organik Kebutuhan pupuk Posfat dan Kalium setiap tanah sawah untuk tanaman padi berbeda-beda antara lain tergantung dari status hara Posfat dan Kalium, selain kandungan dan tipe mineral liat, kandungan bahan organik, varietas padi dan iklim. Bila status hara Posfat dan Kalium cukup tinggi sehingga tidak mencukupi maka tanaman padi tidak akan memberikan respon terhadap pemupukan Posfat dan Kalium. Namun demikian telah umum diketahui bahwa peningkatan pemberian pupuk tersebut tidak akan meningkatkan hasil terus-menerus karena peningkatan hasil sebagai penambahan pupuk akan berkurang, sehingga pupuk yang ditambahkan tidak efisien. Disamping itu, faktor pemberian pupuk (tingkat kehalusan, senyawa yang dikandung dan kelarutannya) serta fase dan cara pemupukan mempengaruhi hasil produksi. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 1/Kpts/SR.130/1/ 2006 tentang Rekomendasi Pemupukan, khususnya pemupukan dan KCl 26 27

(Tabel 4 dan 5) ditetapkan menjadi 3 kelompok rekomendasi ; (a) Tanpa bahan orgaik, (b) dengan 5 ton jerami/ha dan (c) dengan 2 ton pupuk kandang/ha. Tanpa Bahan Organik Kebutuhan pupuk P dan K dalam kelompok tanpa bahan organik sangat perlu untuk diterapkan pada tanah sawah dimana tidak ada sama sekali bahan organik, misalnya jerami sisa panen atau pupuk kandang yang dikembalikan atau diberikan ke lahan sawah. Tabel 4. Penentuan Dosis Pupuk P tanaman Padi Sawah Status Hara P tanah Rendah Sedang Tinggi Kadar P2O5 (ekstrak HCl 25%) (mg/100gr tanah) <20 20-40 >40 Tanpa bahan organik 100 75 50* Dosis Pupuk P (KgSP36/ha/musim) Dengan 5 ton jerami/ha 100 75 50 Dengan 2 ton pupuk kandang/ha 50 25 0 Sumber:Keputusan Menteri Pertanian No.1/Kpts/SR.130/1/2006 Dengan 5 ton jerami/ha Kebutuhan pupuk P dan K dalam kelompok ini lebih rendah dibandingkan dengan alokasi kebutuhan pupuk tanpa bahan organik. Pengembalian jerami ke tanah sawah berarti mengurangi kehilangan (pengeluaran) unsur-unsur hara dari tanah sawah. Oleh karena itu dosis pupuk dan alokasi kebutuhan pupuk setiap musim dapat dikurangi. Mengingat produktivitas tanah sawah (intensifikasi) tingkat nasional mendekati 5 ton GKP/ha, maka produksi jeramiya diperkirakan juga mendekati 5 ton/ha, maka produksi jerami mengandung unsur hara K yang setara dengan 50 kg KCl. Tabel 5. Penentuan Dosis Pupuk K tanaman Padi Sawah Status Hara K tanah Kadar K2O (ekstrak HCl 25%) (mg/100gr tanah) Tanpa bahan organik Dosis Pupuk K (KgKCl/ha/musim) Dengan 5 ton jerami/ha Dengan 2 ton pupuk kandang/ha Rendah <10 100 50 80 28 29

Sedang 10-20 50 0 Tinggi >20 50 0 Sumber: Keputusan Menteri Pertanian No.01/Kpts/SR.130/1/2006 Dengan 2 Ton Pupuk Kandang/ha Kebutuhan pupuk kandang dengan 2 ton pupuk kandang/ha ini dapat diterapkan pada lahanlahan sawah di wilayah yang memproduksi banyak pupuk kandang. Jika dapat diberikan pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha maka dosis pupuk dan alokasi kebutuhan pupuk P dan K dapat dikurangi. Diperhitungkan bahwa setiap 2 ton pupuk kandang mengandung unsur hara P dan K setara dengan 50 kg dan 20 Kg KCl. DAFTAR PUSTAKA Agus sofyan et al.2004. Adimiharja dan Adiningsih.2000. 30 30 Adiningsih dan Rochyati.1998. Dinas Pertanian dan Ketahanan pangan Provinsi Gorontalo. 2006. Go ban Hong.1977 Irsal Las et al.2003. Kartasasmita dan Fagi.1994. Kepmentan No.1/Kpts/SR.130/I/2006 Makarim and Ismunadji.1991.Sulfur Availability of different S fertilizer n a planosol from Jakenen and a hydromorph from Singamerta.Indonesia. AACIAR Project 8804. Final Report. The University of New England. Austria. P.33-37 Makarim,A.K. and Ponimin PW.1994.Nitrogen requirement of irrigated rice at defferent growth stages.sarp Research Proceedings. Suweon, South Korea, DLO, TPE Wageningen and IRRI Makarim,A.K.1992.Change of the need for K fertilizer due to adoption of intensive and modern agricultural system. Potash Seminar. Directorate General of food Crop. Department of Agriculture.10.p 30 31

Melested Ang Peck.1973. the Principles of soil testing in L.M Walsh and J.D. Beaton: Soil Testing and Plant Analysis. Soil Science Sosiety of America,Inc. Madison,Wisc.USA Moersidi et al.1989; Soeparini et al.1990. Puslittanak. 1992. Laporan Hasil Penelitian Status P Lahan Sawah di Sulawesi Selatan. Puslittanak. Bogor Soeparini et al.1990. Soepartini.1995. Soepartini et al.1996. Sofyan et al.1992. Sofyan et al. 2000. Sofyan et al.2004. Lampiran 1. REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH KABUPATEN GORONTALO KECAMATAN:TELAGA Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Ung No. Desa/ Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha Kelurahan N P K Urea KCl Urea 1 Tilote R ST T 250 50 50 200 25 2 Laowonu SR S ST 300 100 25 250 75 3 Dulomo SR S ST 300 100 25 250 75 4 Tualango R ST T 250 50 50 200 25 5 Tabumela R S T 250 100 50 200 75 6 Tenggela SR S ST 300 100 25 250 75 7 Luwoo SR S ST 300 100 25 250 75 8 Bulila SR S ST 300 100 25 250 75 9 Hutadaa SR S ST 300 100 25 250 75 10 Buhu SR S ST 300 100 25 250 75 11 Telaga SR S ST 300 100 25 250 75 12 Bulota SR S ST 300 100 25 250 75 13 Hulawa SR S ST 300 100 25 250 75 14 Luhu SR S ST 300 100 25 250 75 15 Pulohayang R ST ST 250 50 25 200 25 16 Mongolatu R ST ST 250 50 25 200 25 32 33

Dulamayo KECAMATAN: PULUBALA Status Kesuburan Padi Varietas Padi Hibrida Unggul No. Desa/ Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha) Kelurahan N P K Urea KCl Urea KCl 17 SR T ST 300 75 25 250 50 25 1 Lantolo R T ST 250 75 25 200 50 25 2 Pulubala R S S 250 100 75 200 75 50 3 Puncak R S T 250 100 50 200 75 25 4 Tridarma R ST ST 250 50 25 200 25 25 5 Bakti R T ST 250 75 25 200 50 25 6 Pongongaila R R ST 250 125 25 200 100 25 7 Molamahi R S T 250 100 50 200 75 25 Selatan 6 Isimu Selatan R ST ST 250 50 25 200 25 7 Rekso Negoro R T ST 250 75 25 200 50 8 Dunggala R ST ST 250 50 25 200 25 9 Tolotio R R R 250 125 100 200 100 KECAMATAN: LIMBOTO BARAT Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Un No. Desa/ Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/H Kelurahan N P K Urea KCl Urea 1 Yosonegoro R S S 250 100 75 200 75 2 Pone R S T 250 100 50 200 75 3 Hutabohu R S T 250 100 50 200 75 4 Padengo R S S 250 100 75 200 75 5 Ombulo R S S 250 100 75 200 75 6 Daenaa R S T 250 100 50 200 75 7 Huidu R T ST 250 75 25 200 50 KECAMATAN: TIBAWA Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Unggul No. Desa/ Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha) Kelurahan N P K Urea KCl Urea KCl 1 Uluhu R S S 250 100 75 200 75 50 2 Buhia R ST ST 250 50 25 200 25 25 3 Datahu R S T 250 100 50 200 75 25 4 Diata R R ST 250 125 25 200 100 25 5 Isimu R ST ST 250 50 25 200 25 25 No. Desa/ Kelurahan KECAMATAN: BATUDAA Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Unggul Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha) N P K Urea KCl Urea KCl 1 Pedutuma R ST ST 250 50 25 200 25 25 2 Iluta R ST ST 250 50 25 200 25 25 3 Payunga R ST ST 250 50 25 200 25 25 4 Boa R ST ST 250 50 25 200 25 25 34 35

5 Donggala R ST ST 250 50 25 200 25 25 6 Huntu R S S 250 100 75 200 75 50 7 Limehe Timur R ST ST 250 50 25 200 25 25 8 Ilomangga R ST ST 250 50 25 200 25 25 9 Tabonga Timur R T R 250 75 100 200 50 75 10 Tabonga Barat R ST ST 250 50 25 200 25 25 KECAMATAN: TELAGA BIRU Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Unggul No. Desa/ Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha) Kelurahan N P K Urea KCl Urea KCl 1 Lupoyo R ST T 250 50 50 200 25 25 2 Patungo SR S ST 300 100 25 250 75 25 3 Dumati SR S ST 300 100 25 250 75 25 4 Tuladenggi SR S ST 300 100 25 250 75 25 5 Ulapato A SR S ST 300 100 25 250 75 25 6 Pentadio Timur R ST ST 250 50 25 200 25 25 7 Ulapato B SR S ST 300 100 25 250 75 25 8 Pentadio R ST T 250 50 50 200 25 25 9 Dulamayo Utara R T ST 250 75 25 200 50 25 10 Talumelito SR T ST 300 75 25 250 50 25 No. KECAMATAN: LIMBOTO Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Unggul Desa/ N P K Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha) Kelurahan Urea KCl Urea KC 1 Bongohulawa R S T 250 100 50 200 75 25 2 Kayu Merah R ST ST 250 50 25 200 25 25 3 Kayu Bulan R T ST 250 75 25 200 50 25 4 Malahu R S T 250 100 50 200 75 25 5 Hunggaluwa R ST T 250 50 50 200 25 25 6 Biyonga R S T 250 100 50 200 75 25 KECAMATAN: BONGOMEME Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Unggul No. Desa/ Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha) Kelurahan N P K Urea SP- KCl Urea KCl 36 SP36 1 Upomera R S S 250 100 75 200 75 50 2 Ambara R ST ST 250 50 25 200 25 25 3 Molopatobu R T ST 250 75 25 200 50 25 4 Molanihu SR SR ST 300 150 25 250 125 25 5 Kaliyoso R T ST 250 75 25 200 50 25 6 Pangadaa R T ST 250 75 25 200 50 25 7 Dulamayo Utara R T ST 250 75 25 200 50 25 8 Dunngaliyu R T ST 250 75 25 200 50 25 9 Pilopalenga R S T 250 100 50 200 75 25 10 Tohupo R T ST 250 75 25 200 50 25 11 Batu Layar R T ST 250 75 25 200 50 25 KECAMATAN: BATUDAA PANTAI 36 37

Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Unggul No. Desa/ Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha) Kelurahan N P K Urea KCl Urea KCl 1 Bongo R T ST 250 75 25 200 50 25 Keterangan: Lampiran 2. SR = Sangat Rendah; R = Rendah; S = Sedang ST = Sangat Tinggi; T = Tinggi REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH KABUPATEN POHUWATO KECAMATAN: PAGUAT Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Unggul No. Desa/ Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha) Kelurahan N P K Urea KCl Urea KCl 1 Libuo R S T 250 100 50 200 75 25 2 Maleo R S T 250 100 50 200 75 25 3 Signilli R S T 250 100 50 200 75 25 4 Siduan R S T 250 100 50 200 75 25 5 Bumbulan SR R R 300 125 100 250 100 75 6 Pentadu R S T 250 100 50 200 75 25 7 Sipayo SR S T 300 100 50 250 75 25 8 karya baru SR R R 300 125 100 250 100 75 9 Karangetan SR T T 300 75 50 250 50 25 10 Popayo R R S 250 125 75 200 100 50 11 Bunuyo R S T 250 100 50 200 75 25 No. Desa/ Kelurahan KECAMATAN: PATILANGGIO Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Ungg Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha) N P K Urea KCl Urea KC 1 Sukamakmur R T T 250 75 50 200 50 2 2 Balayo R T T 250 75 50 200 50 2 Desa/ Kelurahan KECAMATAN: MARISA Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Variet Unggul No. Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/ N P K Urea KCl Urea 1 Duhiadaa R T T 250 75 50 200 50 Buntulia 2 Selatan R S T 250 100 50 200 75 Buntulia 3 Tengah R S T 250 100 50 200 75 4 BuntuliA Barat R S T 250 100 50 200 75 5 Mekar jaya SR S T 300 100 50 250 75 6 Hulawa SR S T 300 100 50 250 75 7 Teratai R T T 250 75 50 200 50 8 Taluduyuwa R S T 250 100 50 200 75 9 Marisa Utara R S T 250 100 50 200 75 10 Marisa Selatan SR S T 300 100 50 250 75 11 Karya Indah R R T 250 125 50 200 100 38 39

No. Desa/ Kelurahan 12 Pohuwato R S T 250 100 50 200 75 25 13 Botu Bulotohu SR S T 300 100 50 250 75 25 14 Bululi R T T 250 75 50 200 50 25 KECAMATAN: RANDANGAN Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Unggul Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha) N P K Urea KCl Urea KCl 1 Imbodu SR T T 300 75 50 250 50 25 2 Patihu R R T 250 125 50 200 100 25 3 Huyula SR T T 300 75 50 250 50 25 4 Sarimurni R S T 250 100 50 200 75 25 5 Banurejo R S T 250 100 50 200 75 25 6 Ayula R S T 250 100 50 200 75 25 7 Motulahu SR T T 300 75 50 250 50 25 8 Omayuwa R T T 250 75 50 200 50 25 9 Manunggal Karya R T T 250 75 50 200 50 25 10 Sidorukun R T T 250 75 50 250 50 25 Lampiran 3. REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH KABUPATEN BONE BOLANGO KECAMATAN: SUWAWA No. Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Unggul Desa/ Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha) N P K Kelurahan Urea KCl Urea KCl 40 41

1 Huluduotamo R SR SR 250 150 125 200 125 100 2 Bube R T ST 250 75 25 200 50 25 3 Boludawa R T ST 250 75 25 200 50 25 4 Tingkohubu R T ST 250 75 25 200 50 25 5 Duano / Alale R SR ST 250 150 25 200 125 25 6 Lombongo R SR ST 250 150 25 200 125 25 7 Lompotoo / Tolomato SR SR S 300 150 75 250 125 50 8 Dumbaya Bulan / Tilango Bula R SR T 250 150 50 200 125 25 9 Tulabolo R R R 250 125 100 200 100 75 10 Pinogu SR SR S 300 150 75 250 125 50 11 Bulontala SR T R 300 75 100 250 50 75 12 Libung R T S 250 75 75 200 50 50 13 Molintogupo R T S 250 75 75 200 50 50 14 Bonedaa / Bondawuna R T S 250 75 75 200 50 50 15 Kawasan Hutan Lindung SR R R 300 125 100 250 100 75 1 Toto Selatan SR S ST 300 100 25 250 75 25 2 Poowo SR S ST 300 100 25 250 75 25 3 Moutong SR S ST 300 100 25 250 75 25 4 Toto Utara SR S ST 300 100 25 250 75 25 5 Bongoime SR SR SR 300 150 125 250 125 100 6 Lonuo SR R T 300 125 50 250 100 25 7 Tanngulo SR SR R 300 150 100 250 125 75 8 Buata R S S 250 100 75 200 75 50 9 Luwohu R T S 250 75 75 200 50 50 10 Dutohe SR T S 300 75 75 250 50 50 11 Panggulo SR SR T 300 150 50 250 125 25 12 Timbuolo SR SR T 300 150 50 250 125 25 13 Padengo SR R S 300 125 75 250 100 50 14 Tanggilingo SR R S 300 125 75 250 100 50 15 Tumbihe R SR SR 250 150 125 200 125 100 16 Oluhuta R SR SR 250 150 125 200 125 100 17 Pauwo R SR SR 250 150 125 200 125 100 18 Bongopini SR S S 300 100 75 250 75 50 19 Tambo SR SR SR 300 150 125 250 125 100 20 Huanggobotu /Imengo R R R 250 125 100 200 100 75 KECAMATAN: KABILA No. Desa/ Kelurahan Status Kesuburan N P K Padi Hibrida Aplikasi (Kg/Ha) Urea KCl Padi Varietas Unggul Aplikasi (Kg/Ha) Urea KCl No. Desa/ Kelurahan KECAMATAN: TAPA Status Kesuburan Padi Hibrida Padi Varietas Unggul N P K Aplikasi (Kg/Ha) Aplikasi (Kg/Ha) 42 43

Urea KCl Urea KCl 1 Mongiilo R R R 250 125 100 200 100 75 2 Owata SR R S 300 125 75 250 100 50 3 Longalo SR SR R 300 150 100 250 125 75 4 Tupa R S ST 250 100 25 200 75 25 5 Boidu R ST ST 250 50 25 200 25 25 6 Talulobutu SR R T 300 125 50 250 100 25 7 Ayula Utara R ST ST 250 50 25 200 25 25 8 Huntu Selatan SR S ST 300 100 25 250 75 25 9 Talumopatu SR SR R 300 150 100 250 125 75 10 Dunggala SR R R 300 125 100 250 100 75 11 Langge SR R T 300 125 50 250 100 25 12 Bulotalangi R S ST 250 100 25 200 75 25 13 Bandungan R ST ST 250 50 25 200 25 25 14 Ayula Selatan R ST ST 250 50 25 200 25 25 15 Huntu Utara R R R 250 125 100 200 100 75 44