Dibacakan Oleh: Dr. Ahmad Farhan Hamid, MS No. Anggota: A-134

dokumen-dokumen yang mirip
ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA

Selasa, 7 Pebruari 2006

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN

Sambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2006 Kepada Semua Provinsi

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

BAB I PENDAHULUAN. Aceh dengan fungsi merumuskan kebijakan (legislasi) Aceh, mengalokasikan

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA SILATURAHMI PIMPINAN DPR RI, MENKO POLHUKAM, MENKO EKUIN DAN MENKO KESRA SERTA PARA MENTERI KABINET INDONESIA BERSATU II

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

QANUN ACEH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

Dibacakan Oleh : IGNATIUS MULYONO Nomor Anggota : A-103. Yth. Saudara Pimpinan Sidang, Yth. Para Anggota DPR-RI serta hadirin yang kami hormati.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH ANGGOTA DPR RI PENGGANTI ANTAR WAKTU. Kamis, 29 Desember 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TEMA: PERAN DPR-RI DALAM PERSPEKTIF PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DI INDONESIA. Kamis, 12 November 2009

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

: DR. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS.

Tanggal 18 Agustus 2009 REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2006 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN PADA UPACARA HARI SENIN TANGGAL 10 OKTOBER Senin, 10 Oktober 2016

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PELANTIKAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KAYONG UTARA MASA JABATAN TAHUN

QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2017 TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA

PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DPR Rl TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Disampaikan oleh : ANTARINI MALIK Nomor Anggota : A-424

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

Rabu, 24 September 2014

Yang terhormat Pimpinan Sidang Paripurna DPR-RI; Yang terhormat Para Anggota Dewan; dan Hadirin yang berbahagia.

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

KONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT


PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

Bismillahirrahmanirrahim PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DPR RI Tentang RANCANGAN UNDANG-UNDANG OMBUDSMAN RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RAKYAT REPUBLIK INDONESI

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL, 9 SEPTEMBER 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

BUPATI WONOSOBO. selamat siang dan salam sejahtera bagi kita sekalian,

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Assalamu alaikum Wr. Wb Selamat Malam dan Salam sejahtera bagi kita semua

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

JAKARTA, 11 Juli 2007

B U P A T I B E N G K A L I S

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI KE-3 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG KAMIS, 1 OKTOBER 2009

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG T E N T A N G PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA (PAN) TAHUN ANGGARAN 2003

Argumentasi/ Rasionalisasi

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENURUT UUD Pihak TERMOHON I, TERMOHON II dan para Ahli yang kami hormati;

JAKARTA, 11 JULI 2006

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan Oleh : Drs. Ali Mochtar Ngabalin, M.Si. Anggota No. A-12. Bismillahorrahmanirrahim, Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN TAMBAHAN DANA BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI DAN PENGGUNAAN DANA OTONOMI KHUSUS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SERANG PENDAPAT WALIKOTA SERANG TERHADAP

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Transkripsi:

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERINTAHAN ACEH Dibacakan Oleh: Dr. Ahmad Farhan Hamid, MS No. Anggota: A-134 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Saudara Menteri Dalam Negeri, Menteri Komunikasi da Informasi, dan Mensesneg yang kami hormati; Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat, Pertama-tama, marilah kita ucapkan puji syukur ke hadlirat Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah- Nya kepada kita semua. Semoga kita senantiasa dikaruniai kekuatan dan kemudahan dalam menjalankan amanah rakyat dengan sebaik-baiknya. Sidang Dewan yang kami hormati, Kita patut lega dan bahagia, karena pembahasan Rancangan Undang- Undang tentang Pemerintahan Aceh telah selesai. Kita semua berharap hasilhasilnya ini akan memenuhi harapan seluruh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Aceh yang sangat mengharapkan hasil yang optimal untuk menciptakan perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan permanen bagi masyarakat Aceh. Sebagaimana laporan pimpinan Pansus yang disampaikan tadi, DPR telah bekerja keras melahirkan RUU ini, yang kalau kita tilik dengan cermat terdiri atas 198.171 karakter (huruf), 29.988 kata, 2.824 paragraf, 5.261 baris, 40 Bab, dan 273 Pasal. Kita telah berusaha semaksimal mungkin melakukan diskusi dan mengakomodasi masukan-masukan yang berasal dari berbagai elemen masyarakat, terutama elemen masyarakat Aceh yang mempunyai kompetensi dan menaruh simpati dan empati kepada bumi Serambi Makkah. Fraksi kami dan Fraksi-fraksi lain bersama Pemerintah telah terlibat secara aktif dalam pembahasan yang intensif dan kritis dalam rapat-rapat Pansus dan

Panja yang kemudian dirumuskan oleh Tim Perumus dengan berpedoman pada prinsip mengabadikan perdamaian di Aceh, prinsip meningkatkan kesejahteraan masyarakat, prinsip menumbuhkembangkan keadilan politik dan demokrasi, prinsip mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, prinsip memperkuat sendi-sendi pelaksanaan syariat Islam, adat istiadat, dalam kerangka Konstitusi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Fraksi kami mengucapkan terima kasih kepada semua fraksi atas kerjasama dan saling pengertian yang amat sangat mendalam, sehingga semua substansi dalam RUU ini dapat diputuskan secara musyawarah, penuh kebersamaan, tanpa perlu pemungutan suara. Walau sebelumnya pandangan politik tiap fraksi terhadap usaha perdamaian di Aceh, terhadap RUU yang diajukan, terhadap substansi tertentu yang dianggap krusial, tidaklah seirama atau sebangun. Sebuah prestasi politik yang patut dicatat dalam sejarah bangsa ini. Sidang Dewan yang kami hormati, RUU Pemerintahan Aceh ini mengatur banyak aspek pemerintahan. Mulai dari pengaturan kewenangan antara Pemerintahan Aceh; pengaturan urusan pemerintahan, DPRA dan DPRK, lembaga penyelenggaran pemilihan umum, ruang bagi calon perseorangan, dan tentang parpol lokal, pengaturan mengenai keberadaan lembaga Wali Nanggroe, MPU, MAA; pengaturan pengangkatan Sekretaris Daerah, keberadaan mukim dan gampong, pengaturan mengenai pelaksanaan syari at Islam dan Mahkamah Syar iyah; pengaturan mengenai perekonomian Aceh, pengelolaan minyak dan gas bumi, Kawasan Sabang, pengelolaan pelabuhan dan bandar udara; pengaturan mengenai tenaga kerja, kesehatan, sosial; pengaturan mengenai TNI, kepolisian, dan kejaksaan; pengaturan mengenai kependudukan, pertanahan, pendidikan; pengaturan mengenai hak asasi manusia, pembentukan dan pengujian qanun; pengaturan, mengenai bendera, lambang, dan himne. Beberapa pengaturan yang kami sebutkan tadi akan soroti sebagai bagian dari sikap fraksi PAN di DPR RI.

Sidang yang kami hormati, Pengaturan kewenangan Pemerintah dan Pemerintahan Aceh serta hubungan kewenangan di antara keduanya menjadi salah satu masalah yang sangat penting. Pada dasarnya, kewenangan yang dimiliki Aceh sangat luas, kecuali kewenangan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan urusan tertentu dalam bidang agama, yang menjadi kewenangan Pemerintah. Dengan konstruksi kewenangan yang dinisbahkan kepada Aceh dalam RUU ini, diharapkan Aceh dapat mengembangkan dirinya menjadi sebuah model daerah khusus yang mampu mengembangkan kekhususannya dalam kemajemukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan yang diberikan kepada Aceh bukanlah sesuatu yang berlebihan, tetapi lebih tepat disebut sebagai bentuk rasionalisasi dari pengaturan kembali kewenangan yang memang seharusnya dimiliki oleh Aceh. Dengan upaya tersebut, kita telah mendekonstruksi kembali mitos-mitos kewenangan yang selama ini kering dari elaborasi tapi kaya dengan bahasa phobia. Dengan dikembalikannya kewenangan kepada Pemerintah Aceh, akan terjadi pola hubungan antara Pemerintah dan Pemerintah Aceh secara sehat dan saling menguntungkan. Fraksi Partai Amanat Nasional mengingatkan agar jangan ada penafsiran yang berpotensi menjadi pasal karet. Misalnya Pasal 11 ayat (1) yang mengatur; Pemerintah Pusat menetapkan standar, norma, dan prosedur, serta melakukan pengawasan terhadap urusan Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota. Dalam hal ini harus dipastikan bahwa Pemerintah tidak lagi mencampuri urusan-urusan yang di luar kewenangannya terhadap Aceh. Oleh karenanya, mengikut ketentuan dalam Pasal 8, maka setiap kebijakan administratif untuk Aceh haruslah dikonsultasikan dan meminta pertimbangan dari Pemerintah Aceh. Sidang yang kami hormati, Melalui Undang-Undang ini, setelah disahkan ini hari, Insya Allah, mulai tahun 2008, Aceh akan menerima sejumlah dana tambahan. Dana tambahan

berorientasi kepada kesejahteraan rakyat yang diutamakan untuk enam bidang yang sudah ditentukan, yaitu pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan. Dana tambahan tersebut merupakan instrumen yang sangat strategis untuk mengejar ketertinggalan maupun ketimpangan kemajuan pembangunan baik antar sektor maupun antar kabupaten kota di seluruh Aceh. Kita tahu, penggunaan dana ini haruslah direncanakan dengan baik dan diharapkan nantinya sebahagian besar, lebih dari 80% semata-mata untuk kepentingan publik. Tersedia waktu lebih dari satu tahun untuk membuat perencanaan yang matang dan mantap, sehingga pihak Pemerintah Aceh mampu melahirkan blue print pembangunan Aceh setidaknya untuk masa 20 tahun ke depan. Fraksi kami yakin dan optimis, dengan bantuan berbagai pihak, sumber daya manusia di Aceh yang ada sekarang mampu melakukan itu. Sidang yang kami hormati, Mengenai pengelolaan minyak dan gas bumi, telah dicapai sebuah jalan tengah yang menguntungkan, yakni pengelolaan sumber daya migas dilakukan bersama antara Pemerintah dan Pemerintah Aceh dalam status yang seimbang, artinya Pemerintah tidak lagi berada dalam posisi penentu mutlak, tanpa melibatkan Pemerintahan Aceh. Terkait dengan bagian Aceh yang lebih besar daripada Pemerintah dalam perimbangan pendapatan dari sumber minyak dan gas bumi, fraksi kami memandang ini tidaklah berlebihan. Ketentuan seperti ini sudah pernah kita atur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001, penguatan dalam Undang- Undang ini semakin diperlukan karena Aceh dipandang sangat membutuhkan dana besar untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi pascakonflik yang panjang dan bencana tsunami yang berdampak sangat luas terhadap banyak aspek kehidupan, terutama ekonomi masyarakat. Sidang Dewan yang kami hormati,

Dalam hal penegakan Hak Asasi Manusia, Fraksi Partai Amanat Nasional memandang bahwa UUD 1945 Pasal 28 A-J, dan Undang Undang tentang HAM berlaku universal untuk semua kawasan di Indonesia. Dan mengingat pelanggaran HAM yang terjadi di Aceh dilakukan oleh bukan satu pihak saja, maka Fraksi PAN memandang bahwa jika mampu memaafkan tetapi tidak melupakan adalah sebuah pilihan terbaik. Memaafkan adalah kearifan tertinggi untuk menciptakan perdamaian abadi. Dan dengan tidak melupakan, maka akan diambil pelajaran-pelajaran berharga agar di masa depan kejadian-kejadian yang sama tidak lagi terulang. Memang lembaga Pengadilan HAM yang akan dibentuk di Aceh tidak diberi beban mengadili perkara pelanggaran HAM di masa lalu. Tetapi sama sekali tidak benar adanya anggapan bahwa pelanggaran HAM masa lalu tidak dapat diadili melalui pengadilan HAM. Pengadilan HAM yang sudah dibentuk sebelum ini, berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tetap berlaku untuk Aceh khususnya untuk semua kasus pelanggaran HAM sebelum lembaga Pengadilan HAM di Aceh terbentuk nantinya. Masih dalam konteks penegakan HAM, pembahasan RUU PA telah melahirkan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi di Aceh, sebuah lembaga yang untuk menegakkan Hak Asasi Manusia eksistensinya tak terpisahkan kebutuhannya. KKR di Aceh mempunyai ciri tersendiri, dengan dibukanya ruang bagi kearifan lokal dalam upaya penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM dengan tetap mendahulukan ditemukannya kebenaran sebelum dipastikan rekonsiliasi (islah) antar pihak. Sidang Dewan yang kami hormati, Hasil pembahasan RUU PA juga memberikan perubahan signifikan dalam bidang politik. Salah satu hasil pembahasan RUU PA adalah diterimanya kehadiran partai lokal dalam perpolitikan lokal dan dibolehkannya calon perseorangan dalam Pilkada. Meskipun calon perseorangan dalam Pilkada hanya berlaku untuk Pilkada pertama sesudah Undang-Undang ini disahkan, kita berharap peristiwa ini akan memberi nilai tersendiri dalam proses tumbuh

kembangnya demokrasi di tanah air. Parpol lokal di Aceh ketentuannya dapat dikatakan setara dengan ketentuan mengenai partai politik nasional, hanya skalanya lokal. Parpol lokal juga dapat berafiliasi dengan parpol nasional, dan keanggotaan parpol lokal dapat dirangkap dengan keanggotaan parpol nasional. Ketentuan ini merupakan kearifan yang membuka ruang bagi partisipasi politik yang interaktif dan tidak isolatif, sehingga lembaga penyalur aspirasi politik rakyat di Aceh mempunyai saluran yang tepat dalam lingkup politik nasional. Karena itu pula, kami nyatakan partai politik nasional tidak perlu cemas, jika dalam Pemilu tahun 2009 yang akan datang bisa terjadi pemilih di Aceh akan memilih parpol lokal untuk mewakilinya di parlemen lokal. Parpol lokal akan berkompetisi dalam Pemilu untuk parlemen lokal dan pemilihan kepala pemerintahan setempat, sementara parpol nasional juga mempunyai wilayah kompetisi yang sama, ditambah kompetisi untuk pemilu parlemen nasional dan pemilihan Presiden/Wakil Presiden. Hal lain yang telah dicapai adalah penguatan DPRD. Satu kemajuan penting yang dicapai adalah adanya pengeloaan otonomi anggaran untuk kebutuhan DPRD Aceh. Fraksi kami sejak awal memperjuangkan otonomi anggaran ini dengan pertimbangan bahwa apabila pengelolaan anggarannya tidak luwes, maka DPRD Aceh akan kesulitan menjalankan tugas-tugas pengawasan. Dalam hal ini, yang diperlukan adalah pembatasan pemakaian anggaran, pengelolaan yang akauntabel, transparan, agar tidak terjadi penyelewengan. Dengan adanya kewenangan otonomi anggaran, diharapkan DPRD Aceh di masa yang akan datang dapat menjalankan fungsinya lebih baik, efektif, dan efisien. Dengan optimalnya fungsi pengawasan DPRD Aceh, maka demokrasi akan bisa berlangsung secara sehat. Prinsip checks and balances akan bisa terlaksana untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dari praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang telah nyata-nyata merugikan kehidupan rakyat. Dalam konteks ini, Aceh akan menjadi daerah yang berpotensi besar dalam menciptakan good governance and clean government.

Pemerintahan yang bersih dengan landasan hukum baru itu kita harapkan akan segera terwujud. Tak lama lagi, setelah RUU PA ini disahkan, akan ada 20 pemilihan kepala pemerintahan baik tingkat provinsi, maupun kabupaten/kota yang akan diselenggarakan secara serentak. Pemilihan 19 kepala pemerintahan lokal di Aceh tersebut akan tercatat dalam sejarah sebagai pemilihan kepala daerah terbesar karena berlangsung serentak. Pelaksanaan pemilihan kepala pemerintahan yang akan melahirkan pemerintahan definitif sangat diperlukan karena pemerintahan di Aceh saat ini memiliki keterbatasan kewenangan. Makin cepat kepala daerah definitif diperoleh, maka akan semakin memantapkan upaya pemerintahan di daerah Aceh. Sidang yang kami hormati, Harapan kami, hasil-hasil yang telah dicapai itu nantinya bisa dilaksanakan dengan baik dan dapat menjadi landasan konstitusional bagi Aceh di masa depan untuk membangun hubungan saling percaya antara masyarakat dan pemerintah Aceh dengan Pemerintah pusat, sehingga kehidupan dalam suasana kedamaian bisa terlaksana dengan baik dan berlangsung abadi, selamanya. Akhirnya, kami sadar benar bahwa bila nanti RUU ini disahkan menjadi Undang-Undang PA, tentu bukanlah Undang-Undang yang paling lengkap, paling komprehensif, dan integral. Tetapi harus diakui bahwa Undang-Undang ini akan menjadi Undang-Undang terbaik yang pernah dihasilkan oleh DPR dan Pemerintah untuk Aceh dan Indonesia. Karena itu diperlukan kearifan dalam memandangnya. Sebuah Undang-Undang harus tetap dipandang sebagai proses untuk menjadi. Mari kita berikan kesempatan kepada Aceh untuk segera memiliki dan melaksanakan Undang-Undang ini dengan berhasil dan selamat. Semoga Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa membimbing kita sekalian untuk bersama-sama, tolong-menolong untuk menciptakan Indonesia sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Amiin Ya Rabbal Alamin. Tidaklah berlebihan, jika Fraksi PAN menyatakan dengan Undang-Undang ini, terbuka

luas kesempatan bagi untuk kembali ke masa depan yang indah, makmur, sejahtera. Memang bertepuk tangan untuk kesuksesan masa lalu tidak dilarang, tetapi menyia-menyiakan kesempatan meraih masa depan adalah sebuah kutukan dari generasi yang akan datang. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada fraksi-fraksi lain dan pemerintah yang telah intensif melakukan kajian terhadap RUU PA ini. Juga terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada elemen-elemen masyarakat yang telah memberikan masukan-masukan yang sangat berharga bagi pembahasan RUU PA ini. Terima kasih khusus kami sampaikan kepada petugas sekretariat Pansus yang dengan cermat melakukan tugas, pagi, siang, dan malam. Sidang PANSUS RUU Pemerintahan Aceh yang kami hormati, Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Fraksi Partai Amanat Nasional menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Aceh disahkan menjadi Undang-Undang. Billahittaufiq wal hidayah. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jakarta, 11 Juli 2006 PIMPINAN FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Ketua, Sekretaris, Abdillah Toha Muhammad Najib