V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

III. METODE PENELITIAN

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Statistik KATA PENGANTAR

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BERITA RESMI STATISTIK

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

Statistik KATA PENGANTAR

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

III. METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BERITA RESMI STATISTIK

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar)

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

Produk Domestik Bruto (PDB)

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB III URAIAN SEKTORAL

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

PEREKONOMIAN PAPUA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB.

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA)

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

II.1. SEKTOR PERTANIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

Transkripsi:

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH 5.1. Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi Daerah Aceh terletak di kawasan paling ujung dari bagian utara Pulau Sumatera dengan luas areal 58.357.63 km 2. Letak geografis Provinsi Aceh terletak antara 2 o_ 6 o Lintang Utara dan 95 o -98 o Lintang Selatan dengan ketinggian ratarata 125 meter diatas permukaan laut. Provinsi paling barat Indonesia ini dibatasi oleh (BPS 2009b): 1. Selat Malaka di sebelah Utara dan Timur 2. Provinsi Sumatera Utara di sebelah Selatan 3. Samudera Indonesia di sebelah Barat Letak geografis Provinsi Aceh dikelilingi oleh perairan, satu-satunya hubungan darat hanyalah dengan Provinsi Sumatera Utara. Sehingga membuat Provinsi ini memiliki ketergantungan yang kuat dengan Provinsi Sumatera Utara. Semula Provinsi ini bernama Daerah Istimewa Aceh, namun sejak tanggal 9 Agustus 2001 diubah menjadi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, daerah ini berganti nama lagi menjadi Aceh sejak keluar Peraturan Gubernur no 49 pada tanggal 7 April 2009. Aceh merupakan salah satu dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia memang memiliki keunikan dan keistimewaan. Provinsi yang lahir pada tanggal 26 Mei 1959 ini memiliki keistimewaan, yaitu istimewa dalam hal pendidikan, adat, dan agama (BPS, 2009b). Secara administratif Aceh kini terdiri terdiri dari 5 kota dan 18 kabupaten. Untuk melihat nama kota/kabupaten dan luas daerah di Aceh disajikan pada Tabel 8.

67 Tabel 8. Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh No Kabupaten/Kota Ibukota Luas Wilayah (km 2 ) 1 Simeuleu Sinabang 2 051.84 2 Aceh Singkil Singkil 2 597.00 3 Aceh Selatan Tapak tuan 3 851.00 4 Aceh Tenggara Kutacane 4 189.96 5 Aceh Timur Idi Rayeuk 6 040.60 6 Aceh Tengah Takengon 4 315.14 7 Aceh Barat Meulaboh 2 927.95 8 Aceh Besar Jantho 2 969.00 9 Aceh Pidie Sigli 2 856.52 10 Aceh Jeumpa Bireuen 1 901.22 11 Aceh Utara Lhoksukon 2 334.01 12 Aceh Barat Daya Blangpidie 2 334.01 13 Gayo Luwes Blangkejeren 5 719.57 14 Aceh Tamiang Kuala Simpang 1 939.72 15 Nagan Raya Jeuram 3 938.00 16 Aceh Jaya Calang 3 817.00 17 Bener Meriah Simpang Tiga Radelong 1 457.34 18 Pidie Jaya Meureudu 574.44 19 Kota Banda Aceh Banda Aceh 61.36 20 Kota Sabang Sabang 153.00 21 Kota Langsa Langsa 262.41 22 Kota Lhokseumawe Lhokseumawe 181.06 23 Kota Subulussalam Subulussalam 1.011.00 Total Luas Wilayah 58 375.63 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (2009b) 5.2. Kependudukan dan Tenaga Kerja Jumlah penduduk di Provinsi Aceh berdasarkan hasil proyeksi Badan Pusat Statistik tahun 2009 sebanyak 4 363 477 jiwa, yang terdiri dari 2 171 388 laki-laki dan 2 192 089 jiwa perempuan. Distribusi penduduk di Kabupaten/Kota tidak terlihat perubahan signifikan dari tahun sebelumnya. Sebesar 12.20 persen penduduk di Aceh berdomisili di Kabupaten Aceh Utara atau sebesar 532 537 jiwa dan 8.85 persen di Kabupaten Pidie atau sekitar 386 053 jiwa. Sedangkan Kabupaten yang paling sedikit penduduknya adalah Kota Sabang yang merupakan daerah kepulauan, yaitu hanya dihuni oleh 0,67 persen dari total penduduk di

68 Provinsi Aceh atau sebanyak 29 184 jiwa. Kota sabang yang dahulu terkenal dengan pelabuhan bebasnya (tahun 1980-an), mempunyai penduduk paling sedikit dibandingkan dengan daerah lainnya. Status Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) dengan pelabuhan bebasnya, ternyata belum mampu menarik penduduk pindah ke daerah kepulauan itu. Kepadatan penduduk di Aceh tahun 2009 mencapai 75 orang/km 2. Namun, penduduk yang menyebar di 23 Kabupaten/Kota berbeda kepadatannya antar daerah. Daerah terpadat adalah Kota Banda Aceh yang rata-rata per kilometer wilayahnya dihuni oleh sekitar 3 459 jiwa. Kemudian diikuti oleh Kota Lhokseumawe dan Kota Langsa masing-masing 879 jiwa/km 2 dan 535 jiwa/km 2. Sabaliknya, daerah yang paling jarang penduduknya yaitu Kabupaten Gayo Lues yang dihuni hanya 13 jiwa/km 2. Masalah kependudukan merupakan suatu masalah yang kompleks, karena akan berimbas pada masalah lainnya seperti sosial dan ekonomi. Untuk itu persebaran penduduk yang tidak merata hendaknya di pecah secara berhati-hati, karena program pemerataan penduduk yang sedianya ditujukan untuk pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyat, menjadi berbalik menyengsarakan rakyat dan menimbulkan kerawanan sosial. Selain itu tiga masalah ketenagakerjaan yang menjadi perhatian Pemerintah Aceh adalah perluasan lapangan kerja, peningkatan kemampuan dan ketrampilan tenaga kerja, serta perlindungan tenaga kerja. Kondisi keamanan yang semakin baik di Aceh, akan membantu meningkatkan pertumbuhan perluasan lapangan usaha. Sehingga dengan demikian para investor dari luar Aceh merasa aman untuk menanamkan modalnya. Hal ini mengakibatkan akan bertambahnya

69 lapangan pekerjaan dan jenis lapangan pekerjaan yang bervariasi, sehingga penduduk tidak hanya terus bekerja di sektor formal, tapi juga bisa memperoleh pekerjaan di sektor lainnya. Pemerintah dan pihak-pihak terkait yang peduli pada masalah ketenagakerjaan, hendaknya melakukan sosialisasi tentang masalah ketenagakerjaan pada penduduk terutama yang akan masuk usia kerja. Sosialisasi yang terus menerus kepada masyarakat diperlukan agar mereka mengetahui bahwa bekerja bukan hanya untuk menjadi karyawan dan hanya bekerja pada lembaga tertentu, tetapi mampu juga berusaha sendiri dan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. 5.3. Struktur Perekonomian dan Potensi Ekonomi Perekonomian di Aceh didominasi oleh tiga sektor kegiatan ekonomi yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan industri pengolahan. Struktur perekonomian Aceh berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) periode tahun 2006-2009 masih didominasi oleh sektor pertanian. Sektor ini memberikan kontribusi berkisar antara 24-29 persen dengan kecenderungan terus meningkat setiap tahunnya. Kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi antara 11-14 persen dengan kecenderungan yang juga meningkat setiap tahunnya. Sementara itu sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2009 memberikan kontribusi sebesar 9.37 persen. Sektor industri pengolahan yang terdiri dari sub sektor industri pengolahan minyak dan gas serta industri pengolahan bukan minyak dan gas memberikan kontribusi yang relatif stabil

70 setiap tahunnya pada periode 2006-2009 yaitu berkisar antara 10-11 persen. Kontribusi ini lebih banyak diberikan oleh sub sektor industri pengolahan minyak dan gas, sedangkan kontribusi yang diberikan industri pengolahan bukan minyak dan gas hanya berkisar dua sampai tiga persen saja. Sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Aceh. Pada tahun 2009 sektor konstruksi memberikan andil sebesar 10.21 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan andil sebesar 10.97 persen, serta sektor jasa-jasa yang memberikan andil sebesar 11.87 persen (BPS, 2009b). Apabila dilihat dari persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan di Provinsi Aceh, sektor yang paling dominan dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor pertanian sebesar 48.89 persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga kerja, dikarenakan sebagian besar rumahtangga penduduk di Provinsi Aceh terutama mereka yang tinggal di daerah perdesaan bekerja di sektor ini. Kemudian diikuti oleh jasa sebesar 19.13 persen, sektor perdagangan 15.26 persen, sektor industri pengolahan sebesar 4.66 persen dan yang bekerja pada sektor lainnya yang ada di Provinsi Aceh sebesar 12.05 persen (BPS, 2010a). Perkembangan perekonomian di Provinsi Aceh tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ekspor dan impor. Apabila dilihat dari jumlah ekspor dan impor, total nilai ekspor Provinsi Aceh mencapai US$ 1 138.02 juta, hal ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2008 dengan total ekspor mencapai US$ 2 234.13 juta. Sementara itu nilai impor Provinsi Aceh tahun 2009

71 juga mengalami penurunan. Nilai impor pada tahun 2008 sebesar US$ 384.24 juta turun menjadi US$ 115.72 juta pada tahun 2009. Ekspor terbesar di Aceh adalah sektor pertambangan dengan nilai total sebesar US$ 1 049 156 895, kemudian diikuti oleh sektor industri pupuk sebesar US$ 81 107 904 juta dan sektor pertanian sebesar US$ 191 688 juta (BPS, 2009b). Secara umum kegiatan ekonomi Provinsi Aceh dibagi menjadi Sembilan sektor yaitu: 1. Sektor Pertanian, yang terdiri dari: a. Subsektor tanaman pangan; pembangunan pada subsektor ini diarahkan pada peningkatan produksi tanaman padi dan palawija dalam rangka mempertahankan swasembada pangan. b. Subsektor tanaman perkebunan; pengembangan pada subsektor ini diarahkan untuk menunjang peningkatan produksi tanaman perkebunan terutama yang mudah dipasarkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan devisa negara dari hasil ekspor. c. Subsektor peternakan dan hasilnya; pembangunan pada subsektor ini diarahkan pada peningkatan produksi daging, telur, dan susu untuk memenuhi gizi masyarakat. d. Subsektor kehutanan; kegiatan yang dilakukan meliputi pembangunan kayu, pengambilan hasil-hasil hutan dan perburuan binatang. e. Subsektor perikanan; pembangunan pada subsektor ini diarahkan untuk peningkatan produksi dalam upaya pemenuhan gizi masyarakat. 2. Sektor Pertambangan dan Galian

72 a. Subsektor tanpa migas; meliputi pengambilan dan persiapan pengolahan lanjutan benda padat, baik dibawah maupun pada permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan memanfaatkan biji logam dan hasil tambang lainnya. b. Subsektor penggalian; mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian batu-batuan, pasir besi, biji besi, biji perak serta komoditas barang tambang lainnya selain kegiatan yang tercakup yaitu penggalian batu-batuan, pasir, tanah, batu gunung, batu kali, batu kapur, batu koral, kerikil, dan batu marmer. 3. Sektor Industri Pengolahan Pembangunan pada bidang ini terutama diarahkan untuk industri pengolahan hasil pertanian, pemanfaatan limbah pertanian, industri rumah tangga, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Penekanan pembangunan pada industri selain untuk meningkatkan produksi tapi juga untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. 4. Sektor Listrik, Gas, dan Air minum, terdiri dari: a. Subsektor listrik; meliputi pembangunan dan penyaluran tenaga listrik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun non PLN. Yang dimaksud non PLN adalah perusahaan listrik yang dilakukan oleh perusahaan swasta atau perorangan. b. Subsektor air minum; kegiatan ini meliputi proses pembersihan, pemurnian, dan proses kimia lain untuk menghasilkan air minum termasuk penyaluran melalui pipa baik pada rumah tangga, instansi pemerintah maupun swasta.

73 5. Sektor Bangunan Kegiatan ini meliputi usaha pembangunan atau pembuatan, perluasan, pemasangan, perbaikan berat dan ringan, perombakan bangunan tempat tinggal, jalan, jembatan, bendungan, jaringan listrik, telekomunikasi, dan kontruksi. 6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, yang terdiri dari: a. Subsektor perdagangan besar dan eceran; subsektor perdagangan memainkan peranan penting dalam perekonomian di Provinsi Aceh, karena mendorong pertumbuhan dan perkembangan produksi. Perdagangan mampu menjamin kelancaran pemasaran dan pembelian jasa dari konsumen ke produsen. b. Subsektor perhotelan; kegiatan ini meliputi penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau keseluruhan bangunan berupa tempat penginapan, baik yang terbuka untuk umum atau hanya sebahagian anggota kelompok organisasi tertentu. Termasuk pula aktivitas penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu penginapan, yang seluruh kegiatan tersebut berada dalam suatu kesatuan manajemen penginapan. c. Subsektor restoran; kegiatan ini mencakup usaha penjualan unuk penyediaan makanan atau minuman, yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan di suatu tempat tersendiri ataupun dijajakan. 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi terdiri dari: a. Subsektor angkutan darat; meliputi angkutan jalan raya sebagai jasa penunjang angkatan darat seperti parker dan terminal. Akan tetapi yang

74 termasuk dalam hitungan hanya terbatas pada segala jenis angkutan jalan raya seperti angkutan bus, truk, becak dan angkot. b. Subsektor angkutan laut; meliputi kegiatan pelayanan samudera, perairan pantai, sungai dan jasa penumpang angkutan laut. Namun, yang termasuk dalam hitungan hanya terbatas angkutan perairan pantai saja. c. Subsektor komunikasi; kegiatan jasa komunikasi untuk umum seperti pengiriman surat, paket, dan wesel yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro, pengiriman berita dengan menggunakan telepon, telex, dan telegram yang diusahakan oleh Perum Telekomunikasi. 8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, yang terdiri dari: a. Subsektor keuangan (bank), kegiatan ini meliputi jasa pelayanan di bidang keuangan kepada pihak lain, seperti menerima simpanan dalam bentuk giro dan tabungan, memberi pinjaman, mengirim uang, memindahkan rekening koran, membeli atau menjual surat-surat berharga, dan memberi jaminan bank. b. Subsektor keuangan non bank; meliputi pelayanan asuransi baik jiwa maupun bukan jiwa seperti asuransi kebakaran, kecelakaan, kerusakan dan sebagainya. Termasuk juga agen perasuransian, unit penyaluran dana pensiun dan sebagainya. c. Subsektor persewaan dan jasa perusahaan; meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain seperti jasa hukum, jasa angkutan, jasa periklanan, jasa penyewaan mesin dan peralatan, jasa bangunan dan jasa arsitek. Tetapi yang termasuk dalam perhitungan terbatas pada jasa hukum (advokat/pengacara), notaris dan jasa konsultan.

75 9. Sektor Jasa, terdiri dari: a. Pemerintah Umum; meliputi jasa pelayanan sosial seperti rumah sakit umum dan panti asuhan b. Swasta, meliputi: 1. Subsektor jasa sosial kemasyarakatan; meliputi jasa pendidikan dan pendidikan swasta mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, termasuk guru perorangan yang berusaha sendiri dari kursuskursus. Jasa kesehatan mencakup panti asuhan, rumah ibadah dan sebagainya. 2. Subsektor kebudayaan dan hiburan; meliputi segala macam perusahaan dan lembaga swasta yang bergerak pada jasa hiburan, rekreasi serta kebudayaan seperti pembuatan dan distribusi film, usaha penyiaran film dan penyiaran radio swasta. Dari jenis kegiatan tersebut diatas, yang ternasuk dalam perhitungan terbatas pada kegiatan pemutaran film dan penyiaran radio swasta. 3. Subsektor perorangan dan rumah tangga; meliputi jasa yang diberikan untuk perorangan dan rumah tangga seperti reparasi, jasa binatu, tukang cukur, tukang jahit, tukang las dan jasa perorangan lain.