Sains dan Terapan Kimia, Vol.1, No.2 (Juli 2007),

dokumen-dokumen yang mirip
4. Hasil dan Pembahasan

3. Metodologi Penelitian

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Cd(II) MENGGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

PENGARUH WAKTU PROSES DEASETILASI KITIN DARI CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) TERHADAP DERAJAT DEASETILASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Pb(II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex

Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata)

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

VARIASI KONSENTRASI DAN ph TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENGADSORPSI METILEN BIRU. Turmuzi Tammi, Ni Made Suaniti, dan Manuntun Manurung

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI Ca 2+ MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

Bab III Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

PENJERAPAN LEMAK KAMBING MENGGUNAKAN ADSORBEN CHITOSAN

Jurnal ILMU DASAR Vol. 10 No : Bagus Rahmat Basuki & I Gusti Made Sanjaya Jurusan Kimia,FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

UTILIZATION OF Penaus monodon SHRIMP SHELL WASTE AS ADSORBENT OF CADMIUM(II) IN WATER MEDIUM

KAPASITAS ADSORPSI KOMPOSIT BESI OKSIDA KITOSAN TERHADAP ION LOGAM Pb(II) DALAM MEDIUM CAIR

PENGGUNAAN KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG SEBAGAI INHIBITOR TERHADAP KEASAMAN TUAK SKRIPSI. Oleh: FIKRIATUN NURHIKMAWATI NIM.

PENGARUH ph, DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Co(II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

2. Metodologi 2.1. Sampling Tanah Gambut 2.2. Studi Adsorpsi Kation Kobal(II) dengan Tanah Gambut (Alimin,2000) Pengaruh Waktu Adsorpsi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Osteoarthritis (OA) 2.2 Glukosamin hidroklorida (GlcN HCl)

DERAJAT DEASETILASI KITOSAN DARI CANGKANG KERANG DARAH DENGAN PENAMBAHAN NaOH SECARA BERTAHAP

PENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN KITOSAN DARI TULANG SOTONG (Sepia officinalis)

4 Hasil dan Pembahasan

Metodologi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

Mita Rilyanti, Buhani dan Fitriyah. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung Jl. S. Brodjonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145

BAB II LANDASAN TEORI

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

ADSOPSI Pb(II) OLEH KITOSAN TERLAPISKAN PADA ARANG AKTIF CANGKANG KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kulit udang yang diperoleh dari pasar Kebun Roek Ampenan kota

FILTRASI ION LOGAM Fe(III) DENGAN MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN-GLISEROL. FILTRATION OF Fe(III) METAL ION WITH CHITOSAN-GLYCEROL COMPOSITE MEMBRANE

Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

TUGAS AKHIR RK 0502 PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG UDANG PADA PROSES ADSORPSI LEMAK SAPI

OPTIMASI PEMBUATAN KITOSAN DARI KITIN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) UNTUK ADSORBEN ION LOGAM MERKURI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

4 Hasil dan Pembahasan

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) SEBAGAI ADSORBAN LOGAM Cu

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II)

3 Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

30 Adsorpsi Pb (II)...(Indah Sanjaya dan Leny Yuanita) Indah Sanjaya dan Leny Yuanita Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya

TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Ni(II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH. CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica)

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN KOMPOSIT KITIN/KITOSAN YANG DIEKSTRAK DARI CANGKANG KEPITING DAN KARAKTERISASINYA. Oleh: Fitrah Rama Dhony S. ABSTRAK

TRANSFORMASI KITIN DARI HASIL ISOLASI LIMBAH INDUSTRI UDANG BEKU MENJADI KITOSAN

Pengaruh ph dan Waktu Kontak pada Adsorpsi Zn(II) Menggunakan Kitin Terikat Silang Glutaraldehid

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Jurnal Teknologi Kimia Unimal

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

PENGGUNAAN MEMBRAN KITIN DAN TURUNANNYA DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI UNTUK MENURUNKAN KADAR LOGAM Co

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT SEBAGAI ADSORBAN LOGAM TEMBAGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

KAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF. INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan maret sampai juli 2013, dengan

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

KOADSORPSI Cr-Fe OLEH KITOSAN. Oleh: Endang Widjajanti Laksono, AK Prodjosantoso, Jaslin Ikhsan Staf Pengajar FMIPA UNY

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

Transkripsi:

102 PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG KEPITING SEBAGAI MEDIUM FILTER UNTUK FILTRASI Cr(VI) DALAM LARUTAN Utami Irawati, Umi Baroroh Lili Utami Program Studi Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat ABSTRAK Telah dilakukan isolasi kitosan dari cangkang kepiting melalui proses demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Kitosan yang telah diisolasi digunakan sebagai medium filter dalam suatu unit filtrasi bersama-sama dengan arang aktif dari limbah kayu ulin. Unit filtrasi yang dirakit digunakan untuk mengadsorp Cr(VI) dalam larutan. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi Cr(VI) dalam larutan mengalami penurunan setelah melalui pengolahan dengan unit filtrasi. Adsorpsi Cr(VI) pada proses filtrasi dipengaruhi oleh waktu kontak. Adsorpsi Cr(VI) maksimum terjadi pada menit ke-15 pengamatan, dimana konsentrasi Cr(VI) turun dari 125 ppm menjadi 55,5 ppm. Kata kunci : kitosan, adsorpsi, filtrasi, Cr(VI) ABSTRACT Isolation of chitosan from crab sheel has been conducted by demineralization, deproteination and deacetylation process. Isolated chitosan was used as a filter medium in a filtration unit together with activated charcoal. The filtration unit was used to remove Cr(VI) from its solution.. The result of the researh showed that by filtration treatment, the concentration of Cr(VI) in the solution reduced from its initial concentration. Removal of metal in this filtration process is highly affected by the period of contact between the metal and filter medium. Adsorption of Cr(VI) by this method reached its maximum removal of Cr(VI) after 15 minutes of contact, when the concentration of Cr(VI) in the solution was significantly decreased from 125 ppm to 55,5 pm. Key word : chitosan, adsorption, filtration, Cr(VI)

103 PENDAHULUAN Kitosan adalah senyawa organik yang strukturnya mirip glukosa. Kitosan berasal dari deasetilasi kitin dengan larutan basa pekat. Kitin merupakan senyawa organik alamiah yang menyusun bagian keras dari cangkang kulit hewan golongan Crustacea (Muzzarelli, 1977). Kitosan diperoleh dari sumber alamiah dengan tahapan proses yang sedikit lebih panjang dibanding dengan memperoleh kitin. Kitosan digunakan dalam berbagai keperluan, karena beberapa keunggulan. Kitosan lebih mudah dimodifikasi daripada kitin, karena dapat larut dalam beberapa pelarut sederhana. Selain itu, keberadaan gugus amina yang lebih banyak memudahkan kitosan berinteraksi dengan senyawa lain dibandingkan dengan kitin (Ogawa et al., 2004). Isolasi kitosan berlangsung melalui tahapan demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Tahapan deasetilasi bertujuan untuk melepaskan gugus asetil dari kitin sehingga tersisa lebih banyak gugus amina. Banyaknya gugus asetil yang terlepas menunjukkan efektivitas dari proses deasetilasi. Besaran proses deasetilasi dinyatakan sebagai derajat deasetilasi atau Degree of Deacetylation (Zhang et al., 2005). Sumber daya kelautan Indonesia yang melimpah memiliki potensi mengembangkan limbah cangkang kepiting sebagai sumber kitosan. Pemanfaatan cangkang kepiting di Indonesia belum optimal. Kitosan dari cangkang kepiting memiliki kemampuan sebagai biosorben, karena mengandung kitin. Penelitian Volesky dan Niu (2000) menunjukkan bahwa cangkang kepiting ternyata memiliki kemampuan biosorpsi yang lebih baik untuk mengikat logam dalam bentuk anion dibandingkan Bacillus, Penicillium dan Sargassum. Salah satu alternatif penggunaan kitosan untuk mengurangi kadar logam dalam larutan adalah metode filtrasi. Kitosan digunakan sebagai medium filter utama. Larutan yang mengandung logam dialirkan melalui suatu medium filter tersebut. interaksi antara medium filter dengan logam yang akan diserap terjadi melalui kontak antara logam dalam larutan dengan kitosan sebagai medium filter. METODOLOGI Isolasi Kitosan Cangkang kepiting dicuci dengan air panas, dikeringkan dan ditumbuk sampaii halus. Serbuk cangkang kepiting direfluks dengan NaOH 3,5% (perbandingan 1 : 10) selama 2 jam pada suhu 60 C. Campuran kemudian disaring, dan residu berupa serbuk dicuci dengan aquadest sampai tidak lagi bersifat basa. Serbuk dikeringkan dalam oven pada suhu 60 C selama 4 jam. Serbuk cangkang kepiting yang Pemanfaatan Citosan dari... (Utami Irawati dan Umi Barororoh L.U)

104 telah mengalami deproteinase kemudian didemineralisasi dalam HCl 1,0 M (perbandingan 1:15) pada suhu kamar selama 30 menit, dan disaring. Residu yang diperoleh adalah kitin yang berupa serbuk berwarna krem pucat. Kitin dicuci dengan aquadest sampai tidak bersifat asam, kemudian dikeringkan dalam oven. Untuk memperoleh kitosan dari kitin, dilakukan deasetilasi dengan mereaksikan kitin dan larutan NaOH 50% (perbandingan 1 : 10) pada suhu 100 C selama 30 menit. Serbuk kitosan yang diperoleh dicuci dengan aquadest sampai netral, disaring, dan dikeringkan dalam oven. Serbuk kitosan yang diperoleh dianalisis dengan metode Spektroskopi Infra Merah untuk menentukan gugus fungsi yang ada. Pembuatan Arang Limbah Kayu Ulin Wadah pengarangan dibuat dari suatu kaleng bekas yang lengkap dengan tutup. Tutup diberi lubanglubang ukuran 1x1 cm. Saat pembuatan arang, wadah diletakkan di atas dua buah pipa dengan bagian yang ada lubangnya berada dibawah. Sebelum pengarangan, pada bagian bawah wadah diberi bahan bakar berupa sabut kelapa secara merata serta menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Selanjutnya pada proses pengarangan, lubang-lubang udara dibiarkan terbuka, dan karakteristik asap yang terbentuk diperhatikan. Asap putih dan tebal menunjukkan bahwa kayu sedang mengering, sedangkan asap kuning tebal menunjukkan pengkarbonan sedang berlangsung. Pada fase pengkarbonan, tungku ditutup agar jumlah oksigen pada ruang pengarangan serendah-rendahnya. Pengaturan udara di dalam tungku diatur dengan melepaskan atau memasang pipa di bawah wadah. Pengarangan selesai saat asap semakin menipis dan berwarna biru. Arang yang diperoleh didinginkan, kemudian dihaluskan dengan lumpang, Arang disaring dengan ukuran 20-40 mesh. Arang direbus selama 3 jam, lalu disaring dan dikeringkan selama 1 jam. Hasil saringan disimpan dalam wadah tertutup. Pembuatan Unit Filtrasi Unit filtrasi dibuat dengan memanfaatkan botol plastik (bekas air mineral). Pada bagian botol plastik dilubangi dan diberi sumbat untuk mengalirkan limbah yang telah diolah keluar dari unit filtrasi. Medium filter disusun dalam unit filtrasi dengan urutan sebagai berikut : kerikil ijuk arang kitosan arang ijuk

105 Analisis Kadar Cr(VI) Larutan Cr 6+ dibuat dari dari K 2 CrO 4 yang dilarutkan dalam akuades. Konsentrasi awal larutan adalah 125 mg/l. Larutan limbah sintetik dialirkan ke dalam unit filtrasi, dan setiap selang waktu tertentu, sumbat pada unit filtrasi dibuka, dan limbah yang keluar ditampung. Limbah sintetik yang tertampung pada setiap interval waktu, dianalisis kadar Cr yang tertinggal di dalamnya dengan metode Spektroskopi Serapan Atom. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi kitosan dari cangkang kepiting yang selanjutnya akan digunakan sebagai medium filter untuk mengadsorpsi Cr(VI) dalam larutan. Beberapa perlakuan dalam isolasi kitosan meliputi demineralisasi dan deproteinasi hingga diperoleh kitin. Proses konversi kitin menjadi kitosan, dilakukan dengan langkah deasetilasi, yang bertujuan untuk melepaskan gugus asetil yang ada pada kitin,sehingga tersisa gugus amina. Mekanisme deasetilasi pada kitin dapat dilihat dalam gambar 1. Analisis keberhasilan konversi kitin menjadi kitosan dilakukan dengan melihat spektra IR. Hasil spektra infra merah hasil analisis kitin dan kitosan yang telah diisolasi dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar 2 dan Gambar 4... O.. RN C CH 3 + OH H kitin adisi R N H O C OH CH 3.. O RN C H O H CH 3 eliminasi dan serah terima proton O R NH 2 + C kitosan. O. CH 3 Gambar 1. Mekanisme deasetilasi pada kitin Pemanfaatan Citosan dari... (Utami Irawati dan Umi Barororoh L.U)

106 Gambar 2. Spektra inframerah kitin Berdasarkan spektra inframerah kitin pada Gambar 2, didapat beberapa buah puncak utama antara lain pada bilangan gelombang 3448,5 cm -1 menunjukkan adanya rentangan OH yang berikatan hidrogen sehingga puncaknya melebar. Serapan pada bilangan gelombang 3274,9 cm -1 merupakan vibrasi rentangan NH dari gugus amina skunder. Pada bilangan gelombang 3112,9 cm -1 menunjukkan adanya rentang =CH. Bilangan gelombang di sebelah kanan dari 3000 cm -1 menunjukkan adanya rentangan dan uluran CH, yaitu pada 2927,7 cm -1 dan 2858,3 cm -1. Serapan pada bilangan gelombang 1747,4 dan 1797,5 cm -1 menunjukkan rentangan C=O. Vibrasi rentangan C=O pada amida terdapat pada bilangan gelombang 1635,5 cm -1. Serapan ini merupakan serapan khas untuk kitin. Serapan dengan intensitas tinggi pada 1434,9 cm -1 menunjukkan adanya gugus CH 2 -. Selain itu, pada bilangan gelombang 1319,2 cm -1 menunjukkan adanya rentangan CH 3 - Adanya gugus C-O ditunjukkan dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang 1157,2 cm -1. Serapan pada bilangan gelombang 1033,8 cm -1 menunjukkan adanya rentang CN amina. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa senyawa di atas mengandung NHCO (amida), -OH, - CH jenuh, -CH 2 -. CN, dan adanya gugus C=O. Hal tersebut sesuai dengan struktur kitin yang mengandung gugus asetamida pada rantaipolimernya yang ditunjukkan pada gambar 3.

107 Gambar 3. Berdasarkan spektra inframerah kitosan pada Gambar 4, dapat dilihat bahwa terjadi beberapa perubahan antara spektra kitin dan kitosan. Beberapa perubahan tersebut antara lain adalah serapan yang muncul pada spektra kitin pada bilangan gelombang 3274,9 cm -1, yang menunjukkan adanya vibrasi rentangan NH dari gugus amina. Pada spektra kitosan serapan tersebut tidak terlihat jelas karena dimungkinkan terjadi tumpang tindih antara gugus NH dengan OH yang berikatan hidrogen sebagai akibat Struktur Kitin penambahan konsentrasi gugus amina hasil reaksi deasetilasi. Pada kitosan muncul serapan pada 3448,5 cm -1 yang berasal dari gugus OH berikatan hidrogen. Serapan CH jenuh tampak pada spektra kitosan di sebelah kanan 3000 cm -1 yaitu 2923,9 cm -1 dan 2877,6 cm -1 yang diperkuat oleh serapan CH 2 - pada bilangan gelombang 1454,2 cm -1. Serapan khas untuk kitosan terdapat pada bilangan gelombang 1654,8 cm -1 yangmenunjukkan adanya rentangan C=O dari gugus amida. Gambar 4. Spektra infra merah kitosan Pemanfaatan Citosan dari... (Utami Irawati dan Umi Barororoh L.U)

108 Berdasarkan spektra inframerah tersebut, terjadi perubahan pada bilangan gelombang 1747,4 dan 1797,5 cm -1 yang menunjukkan rentangan C=O. Pada spektra kitin, hal ini menunjukkan bahwa kitin mengandung adanya gugus amida (asetamida). Sedangkan pada spektra kitosan serapan pada bilangan gelombang 1747,4 dan 1797,5 cm -1 tersebut tidak muncul karena gugus asetil yang ada pada kitin telah dilepaskan sebagai akibat reaksi deasetilasi dengan larutan basa berkonsentrasi tinggi. Adsorpsi Cr(VI) dalam Larutan dengan Filtrasi Metode yang digunakan mengurangi kadar Cr(VI) dalam larutan adalah melalui filtrasi, dengan suatu sistem kontinyu. Larutan K 2 CrO 7 yang dialirkan ke dalam medium filter berisi kitosan ditampung untuk beberapa innterval waktu, dan dilakukan pengukuran konsentrasi Cr(VI) yang tersisa dalam filtrat tersebut. Hasil pengukuran terhadap konsentrasi Cr total yang tersisa dalam larutan disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 memperlihatkan bahwa sampai dengan menit kelima belas dari pengamatan, konsentrasi Cr yang tersisa dalam larutan terus mengalami penurunan. Penurunan jumlah Cr 6+ dalam larutan ini diakibatkan terjadi interaksi antara Cr 6+ dengan situs-situs aktif yang ada pada kitosan, yang didominasi oleh gugus amina. Mulai dari menit ketiga puluh dari pengamatan, konsentrasi Cr dalam larutan kembali mengalami kenaikan. Perubahan konsentrasi Cr dalam larutan sebagai fungsi waktu divisualisasikan dalam grafik berikut : Diperkirakan pola perubahan konsentrasi yang sedemikian dikarenakan pengikatan Cr oleh kitosan pada saat filtrasi berlangsung berjalan dengan efektif hingga menit kelima belas. Setelah jangka waktu pengamatan tersebut, situs-situs aktif yang ada pada kitosan kemungkinan telah jenuh dengan logam yang terikat, sehingga tidak lagi dapat mengikat logam yang ada dalam larutan. Tabel 1. Konsentrasi Cr yang Tersisa dalam Larutan untuk Setiap Interval Waktu yang Diamati t (menit) [Cr] dalam filtrat (mg/l) Persentase Cr 6+ yang terserap 0 109,9 12.08% 5 67,4 46.08% 10 61,5 50.80% 15 55,5 55.60% 30 58 53.60% 45 78,3* 43.52% 60 70,6 25.68% 120 92,9 24.08% 180 94,9 12.08%

109 120 [Cr6+] dalam filtrat (mg/l) 100 80 60 40 20 0 t (menit) 0 50 100 150 200 Gambar 4 Grafik Konsentrasi Cr untuk Setiap Interval Waktu yang Diamati Selain itu, interaksi yang terjadi antara ion logam dengan medium filter diperkirakan didominasi oleh adsorpsi fisik, sehingga ada kemungkinan Cr 6+ yang semula telah terikat terlepas kembali. Kemungkinan akan terjadinya adsorpsi fisik ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Xue et al (2000) yang menggunakan spektra infra merah dari kitosan yang telah diinteraksikan dengan Cr 6+ untuk menyatakan bahwa adsorpsi Cr 6+ oleh kitosan merupakan adsorpsi fisik. Selain mekanisme yang terjadi pada saat adsorpsi, banyaknya logam yang teradsorp oleh kitosan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti bentuk dan ukuran dari kitosan yang digunakan (Dambies et al., 2001), ukuran partikel kitosan (Qi dan Xu, 2004). Berdasarkan data hasil pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adsorpsi optimum Cr 6+ oleh medium filter yang digunakan tercapai pada menit ke-15. Mulai dari menit ke-30, adsorpsi tidak lagi dapat berlangsung secara optimum, dan konsentrasi logam dalam filtrat untuk interval waktu tersebut mulai mengalami kenaikan. KESIMPULAN 1. Kitosan yang diisolasi dari cangkang kepiting melalui proses demineralisasi,, deproteinasi, dan deasetilasi dari cangkang kepiting mengndung gugus amina. 2. Kitosan dapat dimanfaatkan sebagai medium filter untuk mengadsorp Cr(VI) dalam larutan, terbukti dari penurunan kadar logam tersebut setelah dialirkan melalui unit filtrasi yang berisi kitosan dan arang aktif. 3. Waktu optimum adsorpsi Cr 6+ dengan metode filtrasi dalam penelitian ini adalah 15 menit. Pemanfaatan Citosan dari... (Utami Irawati dan Umi Barororoh L.U)

110 DAFTAR PUSTAKA Dambies, L., Guimon,C., Yiacoumi, S., Guibal E., 2001, Characterization of metal ion interactions with chitosan by X-ray photoelectron spectroscopy, Colloids and Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects, Vol. 177, pp. 203 214 Muzzarelli, 1977, Chitin, Pergamon Press: Oxford, England Ogaw a, K., Yui, T., Okuyama, K., 2004, Three D Structures of Chitosan, International Journal of Biological Macromolecules, Vol. 34, pp.1 8 Qi, L., Xu, Z., 2004, Lead sorption from aqueous solutions on chitosan nanoparticles,colloids and Surfaces A: Physicochem. Eng. Aspects, Vol. 251, pp.183 190 Volesky, B., Niu, H., 2000, Biosorption of anionic metal complexes, diakses tanggal 25 Maret 2007 <http://www.mcgill.ca/biosorption/biosor ption.htm> Xue,A., Qian, S., Huang, G., and Chen, L., 2000, Separation and preconcentration of chromium speciation on chitosan and determination by graphite furnace atomic absorption spectrometry, J. Anal. At. Spectrom., Vol. 15, pp.1513-1515 Zhang, Y., Xue, C., Xue,Y., Gao, R., and Zhang, X., 2005, Determination of the degree of deacetylation of chitin and chitosan by X-ray powder diffraction, Carbohydrate Research, Vol 340, pp. 1914-1917