BAB IV ANALISA. berangsur-angsur kehilangan naluri sebagai gerakan sosial. Gerakan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. 1. Teks critical Linguistik, Pesan Liberalisme situs karya Ulil

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

Islam dan Sekularisme

TRILOGI PEMBARUAN; SEBUAH WACANA AWAL. Muryanti Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

ISLAM INDONESIA-NUSANTARA Dialektika, Pluralitas Budaya dan Pergumulan Menemukan Jati Diri. Budhy Munawar-Rachman

IMPLEMENTASI KAJIAN KEAGAMAAN BAGI PEMBINAAN UMAT 1. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd 2

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

yang mungkin selama ini belum banyak yang membaca pertarungan wacana semacam ini sebagai sebuah fenomena politis. Kontribusi Teoritik

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

BAB IV KESIMPULAN. Talempong goyang awalnya berasal dari Sanggar Singgalang yang. berada di daerah Koto kociak, kenagarian Limbanang, kabupaten

Bab V. Penutup. yang menunjukkan adanya fenomena pembentukan gerakan sosial dengan basis

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

Bagaimana tanggapan Anda dengan digelarnya Pekan Kondom Nasional?

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

PENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

BAB V KESIMPULAN. yang sering dilakukan adalah dengan kriminalisasi melalui instrumen hukum.

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN

B. Refleksi Teoritis, tindaklanjut dan saran

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

Jangan membiarkan, jangan mengundang iblis. (*Dengan Komentar Shifu) Dengan Pikiran Lurus manfaatkan waktu menyelamatkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

KAJIAN JARINGANN ISLAM LIBERAL DI INDONESIA Oleh: Muhamad Nur

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

Apa reaksi Anda ketika tahun 1971 Cak Nur melontarkan gagasan Islam, yes! Partai Islam, No!?

02/07/2014. Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah)

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah

Difa Kusumadewi: Rasionalisme Sains Mendorong Kebebasan dan Anti-Diskriminasi

BAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor,

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan dalam Peta Politik Demokratisasi Indonesia* AE Priyono Peneliti Senior Demos

Щ6

MEMBANGUN BUDAYA BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. menganjurkan manusia untuk hidup berpasang-pasangan yang bertujuan untuk

Jelas tidak layaklah. Ini tidak apple to apple, atau orang pesantren bilang, baina as-sama' wa qa'r al-bi'r (antara langit dan dasar sumur).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab 4 PENUTUP. Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB V. Refleksi Hasil Penelitian

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme

TANGGUNG JAWAB SOSIAL MAHASISWA

Mengapa Anda ingin menambahkan syarat dalam revisi UU tentang Kepala Daerah nanti bahwa peserta pilkada harus bermoral?

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Rencana reklamasi Teluk Benoa ini digagas oleh PT Tirta Wahana Bali

UKDW BAB I PENDAHULUAN

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel

Dasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

BAB III PERSPEKTIF JOHN RAWLS TERHADAP KONDISI KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN DI INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pluralisme Hukum Dalam Pengalaman: Menggugat Kepastian dan Keadilan Sentralisme Hukum 1

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

BAB VI PENUTUP. rumah tangga sering dicurigai sebagai penyebab munculnya jenis incest yang seperti ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB IV ANALISA Dalam konteks wacana Islam sekarang, Islam khususnya di Indonesia berangsur-angsur kehilangan naluri sebagai gerakan sosial. Gerakan yang mempertautkan proses evolusi masyarakat yang tertikam oleh ambisi politik yang dalam prakteknya banyak mengalami kegagalan. Kesadaran sebagai gerakan sosial ini yang menghilang: gerakan sosial disini penulis artikan sebagai upaya untuk mempertahankan otonomi dan membebaskan diri dari pengaruh, baik negara maupun modal sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh kalangan kelas bawah yang selama ini dijadikan sapi perah, tidak hanya sampai disitu; kelas bawah selalu saja diberi wacana-wacana yang dapat mengumpulkan nalar kritis mereka atas beberapa fenomena yang kerap melingkupinya sehari-hari. Faktanya, tidak ada wacana yang paling menyentuh kesadaran masyarakat pada tingkatan bawah khususnya Indonesia selain wacana keagamaan. Wacana keagamaan, dalam konteks sekarang ini, kalau tidak menumpulkan kesadaran kritis masyarakat (umatnya) sebaliknya terjebak pada pertarungan gagasan yang melangit, akibatnya kenyataan sosial yang dirasakan oleh masyarakat sebagai fakta sosial tidak tersentuh sama sekali; parahnya gagasangagasan tersebut hanya menjadi hegemoni atau mitos demi mengukuhkan kelas sosial tertentu (dalam pandangan Marx) sehingga kemapanan akan selalu terjaga. 72

73 Latar demikian telah dilupakan oleh gagasan besar keagamaan yang diusung oleh jaringan Islam liberal; dengan hanya melakukan kritik deras serta mengutuk pada umat Islam yang tunduk pada otoritas teks. Mereka merasa perlu untuk menyadarkan ummat Islam akan badai perubahan global yang kini secara merata menimbulkan keresahan khususnya pada level masyarakat bawah. Dalam membangkitkan kesadaran tersebut maka yang pertama-tama dilakukan adalah melihat bahwa ajaran agama Islam itu berada dalam konteks situasi historis yang berbeda. Karenanya ajaran agama perlu perbaharuan secara total, termasuk melakukan penggalian kembali pada dasar-dasar keyakinan absolut yang selama ini diajarkan oleh Al Qur an. Mulailah kemudian dasar-dasar ajaran mendapat kritik: mulai dari bagaimana penghargaan pada kaum perempuan hingga bagaimana sesungguhnya kedudukan dan posisi syari ah. Tak ada usaha untuk melakukan kritikan pada yang ada diluar teks; dalam artian realitas sosial yang keji atau tatanan struktur global yang memang bertindak diskriminatif. Kaum yang menamai dirinya pembaharu atau lebih spesifik jaringan Islam liberal telah mengulang kembali perangai para mubalig kontemporer, yang meyakini bahwa kekeliruan terletak ada pada diri masing-masing. Aparatus efektif yang digunakan untuk mendesiminasikan (menyebarkan: mewacanakan) gagasan tersebut adalah media. Media banyak dimanfaatkan oleh mereka dengan menulis artikel sekaligus melakukan polemik yang dijadikan sebagai ajang bertukar pikiran dan bersifat gagasan. Tak urung muncul beberapa insiden yang menimpa sejumlah orang yang mengklaim sebagai jaringan Islam liberal ikut dalam

74 iklan kenaikan BBM. Ulil Abshar Abdala bersama teman-temannya di freedom institute berusaha dengan pengaruh dan gaya liberalisme pemikirannya mengaitkan rasionalitas kenaikan harga BBM, sehingga bukan saja kenaikan harga BBM menjadi pilihan yang rasional tanpa memandang alternatif lain yang lebih bijak. 1 Mereka percaya kalau kesadaran keagamaan memerlukan pembaharuan. Karena yang dinamakan pembaharuan kalau merujuk sikap mereka (Jaringan Islam liberal) adalah tak lain cara untuk membuat pemeluk agama bisa dan mampu beradaptasi dengan kondisi dan keadaan sosial yang saat ini ada, sehingga tidak sempat mempertimbangkan akibat domino yang diderita lagi-lagi oleh masyarakat pada tingkatan bawah yang secara apriori belum siap akan keputusan tersebut. Pada titik ini gagasan keagamaan yang selalu didesiminasikan oleh kelompok jaringan Islam liberal tidak lebih hanya sebagai fasion wacana dan jauh dari spirit pembebasan; minimal keberpihakan pada kelas-kelas yang didominasi. Selain itu, dibalik benturan yang keras dengan kapitalisme global maka gerakan Islam khususnya kelompok jaringan Islam liberal bukan berdiri dengan wacana-wacana atau gagasan-gagasan serta sistem tunggalnya, akan tetapi malah ikut larut dan mencampur aduk sistem pendekatan keagamaannya dengan sentuhansentuhan keji kapitalisme. Itulah yang menyulut kembali perdebatan tentang komodifikasi agama yang selama ini telah jadi sasaran kritik sejumlah kalangan dan menghanyutkan ajaran Islam dalam pusaran yang kejam. Pada sisi umat Islam pada umumnya, gerakan keagamaan jaringan Islam liberal yang terus menerus berusaha 1 Eko Prasetyo, Astagfirullah: Islam Jangan Dijual (Yogyakarta, Resist Book, 2007), hlm. ix

75 untuk disebarkan melalui media-media menjadi tidak sebegitu sensitif dengan isu-isu sosial; sedangkan pada sisi masyarakat, gerakan tersebut bertanggung jawab atas manipulasi kesadaran. Upaya perbaikan melalui proses liberalisasi gagal karena dilihat sebagai arus pandangan yang membawa pesan ideologis yang busuk dan sengaja diciptakan oleh sebuah sistem yang lama. 2 Terlampau lama wacana keagamaan dibiarkan untuk tidak bersentuhan dengan realitas sosial yang sebenarnya telah mengkarantina ajaran agama hanya sebagai fasion wacana yang melangit sehingga menina bobokkan atau dengan mengambil istilah Marx sebagai candu yang membuat masyarakat merasa seolah aman, tentram padahal sebaliknya menciptakan hegemoni dan kesadaran palsu yang mengeram di dalam dasar kesadaran masyarakat, itu yang disebut Rouger Groudy, filosof Perancis sebagai agama opium sehingga hanya terbatas fungsinya sebagai pembius individu dan masyarakat. 3 Roger Graudy menyebut kondisi ini timbul jikalau; Pertama, ketika orang beragama percaya kalau arah menuju Tuhan menghendaki untuk lari dari problem-problem kehidupan dan konflik-konflik sejarah. Kedua, bila upaya mencari Tuhan dalam keadaan lemah, bodoh dan goncang. Ini muncul melalui pengetahuan sekaligus tingkat aksi politik. Ketiga, jika agama mengambil bentuk ideologis atau aliran resmi. Ketiga situasi itulah yang kemudian 2 Jaringan Islam liberal terus menerus dikutuk karena disebut sebagai kekuatan kaki tangan dari negara-negara barat. Kebetulan sekali ada lembaga donor yang antusias membiayai sebagian dari program-program mereka. Terlebih-lebih program dari komunitas jaringan Islam liberal terus menerus berputar hanya pada arus wacana yang melangit dengan menggunakan tenaga intelektual yang berasal muasal dari kelas menengah, lihat Eko Prasetyo,.hlm. 10 3 Muhsil al Mayli, Pergulatan Mencari Iman: Perjalanan Religius Roger Groudy (Jakarta, Paramadina, 1996), hlm. 17

76 mengantar agama dalam pasungan kepentingan-kepentingan diluar ummat. Agama menjadi kiblat pelarian dari sekawanan orang yang tertekan oleh impitan kehidupan. Banyak ditemukan indikasi dalam tingkatan empiris, bagaimana gagasangagasan keagamaan dengan arus pemikiran liberalisnya hanya berhenti pada hanya sekedar gagasan tanpa berakibat langsung dengan situasi sosial masyarakat yang kian runyam atau melakukan keterlibatan praksis pembebasan dengan melakukan pembelaan kepentingan masyarakat tingkatan bawah yang sering, bahkan terlalu sering mengalami akibat-akibat langsung, baik dari kebijakan-kebijakan negara maupun institusi keagamaan, semacam MUI (Majelis Ulama Indonesia), dengan secara inplisit hanya memapankan kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. 4 Dalam gagasan keagamaan (yang secara panjang lebar telah diurai dalam bab terdahulu) Dalam soal pluralisme, multikulturalisme, dan toleransi, kelompok jaringan Islam liberal menggarisbawahi bahwa Islam yang riil dalam sejarah dan diekspresikan manusia sangat banyak ragamnya, bahkan tidak terbatas. Antara berbagai jenis Islam dan warna-warni Islam yang amat beragam sebaiknya saling memahami dan toleransi. Perbedaan dan keragaman harus disikapi secara damai, bukan dengan cara kekerasan. Sebagai mazhab pemikiran /gerakan agama (Islam) 4 Negara memprakarsai pembentukan MUI sebagai salah satu cara untuk menaklukkan potensi politik dan upaya untuk menyeragamkan semua keragaman ummat. Dengan antusias MUI kemudian jadi alat negara yang tidak pernah melakukan tindakan politik kecuali menyetujui semua inisiatif pemerintah. Fungsi regulatif negara kemudian dibantu oleh sejumlah gerakan agama melalui penetapan berbagai aturan yang seakan-akan membantu fungsi layanan rohani pabi publik. Antara lain; UU pendidikan, UU pornografi merupakan kebijakan nasional yang berusaha mencari muka pada gerakan agama. Perda syari ah juga mulai giat diberlakukan untuk mencegah moralitas publik yang kian mencemaskan. MUI juga berani mengeluarkan fatwa-fatwa yang berkaitan dengan moralitas; akan tetapi tidak cukup berani untuk mengeluarkan fatwa mati bagi yang terbukti terlibat dengan korupsi, misalnya.

77 dan kebudayaan yang cukup luas, ternyata wacana jaringan Islam liberal juga cukup kental dengan nuansa politik. Hal ini terasa dari wacana sekularisme yang dilansir oleh Nur Khalik Madjid dalam hubungannya dengan demokrasi (Negara sekular). Dalam negara sekuler, nilai-nilai agama (tertentu) yang dianggap universal dan bisa diterima oleh pemeluk agama yang lain atau bisa diterima manusia secara umum bisa diadopsi dalam institusi negara, akan tetapi dengan memakai retorika bahasa yang umum, bukan bahasa khas agama yang bersangkutan. Meskipun demikian, negara sekuler, gerakan sekularisasi, dan sekularisme, baik dalam dataran konsep maupun praktik riil dalam sejarah kadang (atau bahkan seringkali?) terjebak pada tindakan kekerasan (dalam arti yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya), misalnya kekerasan yang dilakukan oleh Negara terhadap entitas agama, hukum adat, kultur lokal, dan seterusnya seperti yang terjadi dalam beberapa kasus pada akhirakhir ini; salah satunya dengan kasus Ahmadiyah. Justru karena sangat gigih melansir wacana sekularisme dan demokrasi, gerakan pewacanaan jaringan Islam liberal dalam sisi-sisi tertentu tampaknya terjebak melakukan kekerasan, sebuah nilai yang ditentang oleh jaringan Islam liberal sendiri. Inilah salah satu paradoks dari gagasan pewacanaan jaringan Islam liberal. Kekerasan yang dimaksud adalah ketika jaringan Islam liberal mencoba melakukan upaya peminggiran (atau bahkan penyingkiran!) Islam dari wilayah publik, bahkan lebih dari itu jaringan Islam liberal melakukan upaya privatisasi Islam. Bukankan dengan dua upaya ini berarti jaringan Islam liberal melakukan kekerasan terhadap Islam itu sendiri.

78 Perdebatan tentang wacana sekularisme dan demokrasi adalah sebuah perbincangan tentang agama (Islam) kaitannya dengan politik, negara, pemerintahan, dan bangsa. Dan, tampaknya dalam persoalan ini, mazhab jaringan Islam liberal akan menendang dan mengusir jauh-jauh entitas agama dari wilayah publik, politik, negara, pemerintahan, bahkan bangsa. Selain itu, para eksponen jaringan Islam liberal seringkali terjebak pada semangat berlebihan, sehingga tampak mengidap arogansi karena menganggap komunitas jaringan Islam liberal jauh lebih baik dan lebih superior dari yang lain. Nada-nada seperti: Islib, demokrasi, dan teologi negara sekuler merupakan evolusi tertinggi dan final peradaban manusia, masa depan umat manusia tidak bisa lain kecuali jaringan Islam liberal, harus demokrasi, harus liberal, dan semacamnya. Hal itu menunjukkan bahwa gagasan pewacanaan jaringan Islam liberal terjebak melakukan upaya universalisasi dan totalisasi. Padahal, sebagaimana ditunjukkan dan diungkap oleh buku Agama Kolonial, gagasan jaringan Islam liberal mengidap banyak cacat, kelemahan, dan bias, bahkan sejak dari asumsi dasar, bangunan pemikiran, dan epistimologinya.