I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Wisata adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Tujuan utama pembentukan hutan wisata alam adalah dalam rangka optimalisasi aspek lingkungan, sosial dan ekonomi secara komprehensif dari sumber daya alam yang ada. Hutan Wisata Kaliurang terletak di lereng selatan bagian selatan Gunung Merapi yang berjarak sekitar 25 km dari Kota Yogyakarta. Secara geografis Hutan Wisata Kaliurang berada pada 110 o 25 BT dan 7 o 40 LS dan berada pada ketinggian 750 m sampai dengan 1300 m dpl. kawasan Kaliurang termasuk dalam Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hutan Wisata Kaliurang berada dibawah tanggung jawab Resort Polisi Hutan (RPH) Kaliurang, Dinas Kehutanan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berdasarkan wilayah administrasinya. Penetapan Kaliurang sebagai Hutan Wisata berdasarkan SK Menteri Pertanian No.147/kpts/Um/8/1975 tanggal 20 Agustus 1975, dengan alasan keindahan alam, udara sejuk dan kebutuhan akan wisata alam berupa hutan. Pengukuhan selanjutnya dilakukan pada tahun 1989 dengan dikeluarkannya surat keputusan Menteri Kehutanan No.758/kpts II/1989 tanggal 16 September 1989. dengan luas keseluruhan Hutan Wisata Kaliurang adalah
117,5 Ha. Dengan ditetapkannya kawasan Kaliurang sebagai Hutan Wisata yang salah satu tujuannya untuk kepentingan rekreasi, berdampak kawasan ini terlindungi, sehingga flora dan fauna Hutan Wisata menjadi rentan terhadap gangguan manusia, juga memungkinkan terjadinya banjir dan erosi tanah. Antara lain karena : 1. Adanya jalan yang dibuka bagi pengunjung yang dapat dengan leluasa masuk ke dalam kawasan hutan. 2. Kerusakan karena perbuatan manusia yang secara sengaja, misalnya membuka lahan pertanian, membangun tempat penginapan dan restoran-restoran. dll. Hutan Wisata Kaliurang memiliki potensi yang besar selain merupakan sumber mata air bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, ekosistem kawasan ini memiliki kombinasi biosystem, geosystem dan sociosystem yang unik, menarik dan dinamis. 1. Biosystem, hutan tropis yang terpengaruh aktivitas Gunung Merapi, dengan jenis endemik Castanopsis argentea (Bl), Vanda tricolor. 2. Geosystem, kawasan Hutan Wisata Kaliurang yang terletak di lereng selatan bagian selatan Gunung Merapi aktif dari tipe khas strato/andesif dari sesar transversal dan longitudinal Pulau Jawa. 3. Sociosystem, yang merupakan interaksi manusia dengan lingkungan alam. Mempunyai fungsi laboratorium alam untuk pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan, peningkatan kesadaran konservasi alam, dan mendukung kepentingan budidaya. Hutan Wisata Kaliurang
sebagai objek wisata alam dan soscioculture yang menjadi objek pariwisata yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Potensi alam lain yang terdapat di Hutan Wisata Kaliurang adalah adanya jenisjenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Antara lain tanaman bambu. Tanaman bambu termasuk dalam familia Graminae, tumbuh terutama di daerah tropika dan sub tropika walaupun ada beberapa dijumpai di daerah bermusim dingin seperti Jepang, China, Chili dan Amerika Serikat. Familia ini meliputi 60 genera disekitar 600-700 spesies, kurang lebih 300 spesies di Asia Barat terdapat di wilayah India sampai Asia Tenggara yang dianggap sebagai daerah asalnya. Seperti halnya tanaman tebu, bambu mempunyai ruas dan buku. Pada ruasnya tumbuh cabang-cabang yang ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini pula dapat tumbuh akar-akarnya, sehingga pada bambu dimungkinkan untuk memperbanyak diri dengan potonganpotongan batangnya. Selain dengan potongan batang, bambu memperbanyak diri dengan tunas-tunas rimpangnya. Tanaman bambu tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Bambu merupakan tanaman yang cepat tumbuh, pada umur 3 4 tahun sudah dapat di panen. Batang bambu mempunyai sifat yang sangat menguntungkan yaitu kuat, keras, ringan batang lurus dan ukurannya beragam. Selain itu batang bambu dapat dipakai langsung tanpa proses berlebihan dan dapat
digunakan berbagai keperluan. Jenis-jenis yang sering ditemui di antaranya adalah bambu apus, bambu petung, bambu kuning dll. Ada dua skala ruang mengenal distribusi populasi untuk dikaji. Pertama adalah distribusi lokal yang hanya melibatkan penentuan batas-batas populasi tanaman bambu apus. Kedua adalah distribusi geografis, yang didalamnya dapat dijumpai berbagai populasi tumbuhan. Distribusi jenis tanaman pada ekosistem hutan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor lingkungan abiotik dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain ketinggian, kelembaban tanah, kelembaban udara, suhu, dan kadar air tanah. Faktor kimia antara lain ph dan kadar bahan organik tanah. Faktor lingkungan biotik adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan golongan hewan lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, peneliti melakukan penelitian tentang Pola Distribusi dan Ekologi Gigantochloa apus (Bl. ex. Schult.f) Kurz di kawasan Hutan Wisata Kaliurang, khususnya pada lokasi Kalikuning, Muncar dan Plawangan. Dengan penelitian ini diharapkan dapat terkumpul data-data yang berguna bagi upaya konservasi tanaman bambu apus. 1.2 Perumusan masalah Bagaimana pola distrisbusi bambu apus dan pengaruh faktor fisik, kimia lingkungan terhadap distribusi bambu apus di kawasan Hutan Wisata Kaliurang?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pola distribusi dan ekologi tanaman bambu apus di kawasan Hutan Wisata Kaliurang. 2. Untuk mengetahui hubungan parameter fisik dan parameter kimia terhadap distribusi tanaman bambu apus di kawasan Hutan Wisata Kaliurang. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi tentang Pola Distribusi dan Ekologi Gigantochloa apus (Bl. ex. Schult.f) Kurz.di kawasan Hutan Wisata Kaliurang. Dengan adanya data dimungkinkan sebagai petunjuk memperoleh gambaran tentang tanaman bambu apus untuk penelitian lebih lanjut dan juga dapat memberikan informasi untuk konservasi Hutan Wisata Kaliurang agar pengelolaannya lebih terjaga dan terlindungi.