TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA SISWA DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF PADA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK SKRIPSI A Persyaratan

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN DI KALANGAN MASYARAKAT BERBUDAYA JAWA DI SOLO DALAM KONTEKS NONRESMI NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS. DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik)

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

STRUKTUR DAN PROSES ANALOGI DALAM TUTURAN SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 04 BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

TINDAK TUTUR PENOLAKAN PADA WACANA ARISAN KELUARGA DI KALANGAN MASYARAKAT BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA KELAS VII B SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

III. METODE PENELITIAN. dalam proses pembelajaran olahraga pada siswa kelas XI SMA Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI

RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

I. PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi karena tanpa adanya bahasa maka seseorang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

KAIDAH KESANTUNAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR: KAJIAN PRAGMATIK. Nanik Setyawati, S.S., M.Hum. Universitas PGRI Semarang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan.

ANALISIS CAMPUR KODE DAN GAYA BAHASA SARKASME PADA PEMENTASAN LUDRUK KIRUN CAMPURSARI GOBYOK. Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA DENGAN GURU DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar, sosial budaya, dan juga pemakaian bahasa. Levinson

TINDAK PROVOKATIF DALAM SPANDUK DI WILAYAH KOTA SURAKARTA KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN KOMISIF DI KALANGAN ANAK TK BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA DI KECAMATAN POLANHARJO KLATEN NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS CAMPUR KODE OPERATOR TAKSI GELORA TAKSI DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

IMPLIKATUR DAN KESANTUNAN POSITIF DALAM WACANA RAPAT DINAS DI LINGKUNGAN KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK)

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. landasan teoretis yang melandasi penelitian ini. Kemudian, definisi operasional

Analisis Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Novel Kembang Saka Persi Karya Soebagijo I. N.

Transkripsi:

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA SISWA DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan Oleh: Septi Candra Hapsari A310110184 Kepada: PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MARET 2015

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA SISWA DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA Septi Candra Hapsari dan Andi Haris Prabawa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surakarta Email: Candraoc@ymail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mengklasifkasikan bentuk tindak tutur direktif dan menganalisis kesantunan bertutur tindak tutur direktif yang digunakan oleh siswa di SMK Negeri 9 Surakarta. Metode pengumpulan data melalui metode simak dengan teknik dasar (teknik sadap), teknik lanjutan I (teknik simak libat cakap), teknik lanjutan II (teknik bebas libat cakap), dan teknik lanjutan III (teknik rekam), serta teknik lanjutan IV (teknik catat). Hasil penelitian ini terdapat 19 jenis tindak tutur direktif, meliputi: meminta, menyuruh, menyarankan, memperingatkan, memohon, melarang, mengajak, menyindir, menuntut, menantang, menasihati, mengancam, memesan, mengusulkan, menawarkan, mendesak, menegur, memaksa, dan membatasi. Kata kunci: pragmatik, tindak tutur direktif, kesantunan bertutur.

A. Pendahuluan Tindak tutur merupakan bagian dari aktivitas kebahasaan yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu. Aktivitas ini melibatkan penutur dengan lawan tutur, yang membentuk suatu peristiwa tutur. Tindak tutur dan peristiwa tutur tidak dapat dipisahkan dalam proses komunikasi, karena keduanya memiliki hubungan yang sangat erat untuk menghasilkan maksud tuturan. Selain digunakan untuk menyampaikan sesuatu, tindak tutur juga digunakan untuk menggerakkan seseorang melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Tindak tutur yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, tentu beragam bentuknya. Banyak hal yang dibicarakan oleh seseorang sesuai dengan kebutuhannya, seperti digunakan untuk mengekspresikan perasaan, ide atau pikiran, dan informasi. Hal penting yang hendak diperoleh dari tindak tutur adalah maksud tuturan. Maksud ini dapat diterima dengan baik oleh lawan tutur, bila disampaikan dengan baik dan tepat. Artinya, tuturan tersebut sesuai dengan konteks atau kondisi tuturan. Ketepatan ini harus dipahami bersama, antara penutur dengan lawan tutur guna tercapainya sebuah komunikasi. Komunikasi yang ideal dapat diperoleh apabila pesan atau maksud yang hendak disampaikan, bisa diterima dengan baik oleh lawan tutur dan menghasilkan respon yang tepat. Keberlangsungan ini akan memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam terjalinnya suatu hubungan komunikasi dengan lawan tutur. Hubungan ini perlu dijaga untuk memperoleh mitra bicara yang sesuai, baik ditinjau dari segi tuturannya, maupun perilakunya. Selanjutnya, dalam hubungan ini faktor kecocokan sangat berpengaruh untuk menjalin kerja sama dalam konteks tuturan. Di samping itu, banyak hal yang bisa mempengaruhi tindak tutur seseorang, misalnya perbedaan usia, pendidikan, pangkat, ekonomi, agama, dan budaya. Perbedaan yang muncul dari berbagai hal, dapat mempengaruhi proses komunikasi seseorang dalam lingkungannya. Proses komunikasi yang berlangsung dalam berbagai situasi, tentunya akan memunculkan

berbagai maksud tuturan. Kaitannya dengan maksud tuturan, hal ini termasuk ke dalam ranah kajian ilmu pragmatik. Selain itu, pragmatik mempelajari hubungan pengguna bahasa dengan konteksnya. Di dalam bidang ilmu pragmatik, pengguna bahasa dapat dianggap santun apabila tuturannya tersebut panjang dan sesuai dengan konteks. Berbeda bila tuturan itu singkat dan langsung menuju pada inti pembicaraan, maka seseorang dapat dianggap kurang santun. Oleh karena itu, kesantunan seseorang dapat diidentifikasi berdasarkan tindak tutur, sikap tuturan, dan konteks tuturan. Kesantunan bertutur seseorang merupakan cermin perilaku bagi dirinya sendiri. Perilaku-perilaku bertutur dapat dijumpai dalam lingkungan sosial, seperti sekolah, pasar, dan tempat umum lainnya. Misalnya perilaku bertutur yang ada di sekolah. Kesantunan bertutur seseorang dipengaruhi oleh perbedaan usia dan status sosial, seperti: siswa, guru, kepala sekolah, dan karyawan. Kesantunan bertutur lainnya dapat diperoleh dari data siswa yang ada di sekolah. Berbagai tuturan yang digunakan dapat diukur tingkat kesantunannya dengan melihat situasi dan lingkungan tuturan. Tindak tutur siswa SMK dianggap memiliki ragam yang khas untuk dijadikan sebagai bahan penelitian. Siswa SMK merupakan data yang unik, karena adanya peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Fase ini dapat mempengaruhi kemampuan bertutur seseorang berdasarkan kondisi psikologinya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis tindak tutur direktif yang digunakan oleh siswa di SMK Negeri 9 Surakarta. Siswa SMK memiliki keberanian yang sangat signifikan dalam hal berbicara. Terlebih lagi kepada seseorang yang dianggap dekat atau asing baginya. Kemampuan ini dapat dijadikan sebagai data yang sangat bernilai, terutama untuk penelitian terhadap tindak tutur direktif. Berdasarkan fase perkembangannya, siswa SMK sangat rentan sekali kaitannya dengan kesantunan bertutur. Hal ini dipengaruhi oleh faktor keluarga, teman sejawat dan lingkungan masyarakatnya. Faktor tersebut sangat berpengaruh pada

sikap siswa ketika berada di lingkungan sekolah. Perilaku bertutur pada siswa dapat menjadi dominan dan kondisional berdasarkan lingkungan pergaulannya. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada kegiatan tuturan siswa di SMK Negeri 9 Surakarta dalam berbagai situasi. Adapun penelitian relevan yang memiliki persamaan pada salah satu komponennnya adalah Widyaningrum (2011) meneliti tentang Tindak Tutur Direktif Guru Taman Kanak-Kanak dalam Proses Belajar Mengajar di Tk Aisyiyah Desa Kasegeran Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas, Nugroho (2012) meneliti tentang Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Dakwah Dialogis (Studi Kasus Dakwah Interaktif Radio di Solo dan Sekitarnya), Anwari (2013) meneliti tentang Tindak Tutur Direktif pada Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas X, Ciptaningtyas (2012) meneliti tentang Tindak Tutur Direktif dalam Film Astérix Et Obélix Mission Cléopâtre, dan Saputra (2013) meneliti tentang Tindak Tutur Direktif Anak Kepada Orang Tua dalam Bahasa Mandailing Di Kanagarian Panti Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatra Barat. Menanggapi berbagai permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengklasifkasikan dan menganalisis kesantunan bertutur tindak tutur direktif yang digunakan oleh siswa di SMK Negeri 9 Surakarta. B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya (Moleong, 2014:6). Adapun subjek penelitian ini adalah siswa di SMK Negeri 9 Surakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak. Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Metode ini menggunakan teknik dasar (teknik sadap), dan teknik lanjutan I (teknik simak libat cakap), teknik lanjutan II (teknik bebas libat cakap), teknik lanjutan III (teknik rekam), serta

teknik lanjutan IV (teknik catat). Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Teknik dasar yang digunakan yaitu teknik pilah unsur penentu dengan alat daya pilah secara pragmatis. Trianggulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah trianggulasi data atau sumber data. Pada trianggulasi ini, peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk dibandingkan dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan demikian, data yang sudah diperoleh dapat diuji keabsahannya. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Realisasi kesantunan tindak tutur direktif pada siswa di SMK Negeri 9 Surakarta sebagai berikut. 1. Kesantunan TTD Menyuruh (1) Eksplikatur : Turu kene wae Meg. Tidur sini saja Meg. Penanda lingual : Intonasi menyuruh. Penanda nonlingual : - Tuturan terjadi pada tanggal 8 Desember 2014, di samping kantor TU. - Siang hari, selesai ujian. - Pn dan Mt teman sekelas. Implikatur : Agar Mt tidak kesulitan untuk berangkat pagi dari rumahnya yang jauh. Status sosial : Pn (Laki-laki, kelas XI MM A), Mt (Perempuan, kelas XI MM A). Mengetahui besok ujian dimulai pukul 07.00 WIB, Mt mengeluh kepada Pn dan teman yang lain. Mt terus saja membahas jadwal tersebut, dan merasa bingung. Selain jarak rumahnya ke sekolah sangat jauh, Mt mengaku tidak terbiasa bangun pagi, sehingga Mt merasa takut bila terlambat masuk ujian. Selain itu Mt mengaku tidak bisa belajar di waktu pagi. Menanggapi hal itu, Pn memberikan saran agar Mt menginap saja di sekolah. Kesantunan bertutur Pn dapat diukur berdasarkan skala jarak sosial. Pn merasa dekat

dengan Mt, oleh sebab itu tuturan yang dituturkan Pn tidak mengenal adanya jarak. Keakraban inilah yang memperngaruhi tuturan tersebut menjadi tidak santun. 2. Kesantunan TTD Menawarkan (2) Eksplikatur : Nat, yen koe pingin sugih ayo nang Maluku wae yo. Ning tempate mbahku. Nat, kalau kamu ingin kaya ayo ke Maluku saja yuk. Ke tempat Nenekku. Penanda lingual : Intonasi berita. Penanda nonlingual : - Pn sedang membaca buku sambil bergurau dengan Mt. - Pn berbagai pengalaman ketika ia berada di Maluku. - Mt mendengarkannya dengan saksama. Implikatur : Pn ingin melihat kehidupan Mt jauh lebih baik, dengan memberikannya penawaran untuk transmigrasi ke Maluku. Status sosial : Pn dan Mt (Perempuan, kelas XI MM A). Penutur merasa memiliki pengalaman ketika di Maluku, barangkali jika itu diceritakan kepada Mt, maka dapat dijadikan sebagai referensi untuk merubah hidup menjadi lebih baik. Penutur menawarkan kehidupan yang lebih baik kepada Mt, jika ia mau menjadi nelayan di Maluku. Kemudian, hasil tangkapan dijual kepada Jepang. Maka hasil yang diperoleh akan berlipat ganda dibandingkan dengan nilai rupiah. TTD menawarkan ini dianggap santun, karena Pn menambah kerugian pada diri sendiri dan memberikan keuntungan kepada Mt. Keuntungan yang diberikan berupa informasi yang bermanfaat. Tuturan ini terjadi pada tanggal 3 Desember 2014. Pn dianggap santun, karena maksud tersebut disampaikan secara halus dan basa-basi terlebih dahulu. Pn hendak memaksimalkan keuntungan bagi Mt. Oleh karena itu Pn berbagi pengalaman dan memberikan saran kepada Mt.

3. Kesantunan TTD Menasihati (3) Eksplikatur : He! He! He! Nggonanmu tak geret tenan! He! He! He! Lala ki dadi wong nekad tenan ik. Nggonmu ra tak benekke hlo. He! He! He! Punyamu tak tarik beneran! He! He! He! Lala nih jadi orang nekad sekali. Punyamu tidak akan kubenahi. Penanda lingual : Intonasi keras disertai perasaan yang kesal. Penanda nonlingual : - Tuturan terjadi pada tanggal 6 Desember 2014, di ruang 10. - Pn dan Mt sedang duduk bersama dengan teman yang lain. - Pn sedang sibuk memperbaiki tugas di laptopnya. - Pn terlihat serius, karena tugas harus segera diselesaikan. Terlebih lagi Pn harus mengedit tugas-tugas dari teman-teman sekelas. - Mt mengganggu Pn. - Pn berwatak tegas, mandiri, sedangkan Mt manja. Implikatur Status sosial : Tidak ingin diganggu ketika suasana sedang terburu-buru untuk pengumpulan tugas. : Pn dan Mt (Perempuan, kelas XI MM C). Pn bertutur dengan tegas ketika diganggu oleh Mt. Mt sangat tidak sopan dan kurang peka terhadap kondisi Pn. Pn sudah berusaha memperingatkan dan bertutur dengan santun agar tidak menyinggung Mt. Akan tetapi, Mt tidak menghiraukannya dan membuat Pn merasa kesal. Kesantunan ini diukur berdasarkan skala ketidaklangsungan. Sebelum memberikan ancaman, Pn terlebih dahulu memberikan peringatan kepada Mt. Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan dalam penelitian ini ditemukan 19 jenis tindak tutur direktif pada siswa di SMK Negeri 9 Surakarta, antara lain: meminta, menyuruh, menyarankan, memperingatkan, memohon, melarang, mengajak, menyindir, menuntut, menantang, menasihati, mengancam, memesan,

mengusulkan, menawarkan, mendesak, menegur, memaksa, dan membatasi. 4. Kesantunan TTD Meminta (4) Eksplikatur : Hla nek umpamane ora enek surat ijine njur piye? Kalau tidak ada surat ijinnya terus bagaimana? Penanda lingual : Intonasi tanya. Penanda nonlingual : - Tuturan berlangsung ketika pulang sekolah. - Pn sedang duduk bersama teman-teman sekelasnya sambil menunggu hujan reda. - Pn merasa risau tentang surat ijin untuk menonton teater. - Pn dan Mt teman sekelas. Implikatur : Meminta pendapat kepada temannya. Status sosial : Pn dan Mt (Perempuan, kelas XI MM C). Tuturan di atas terjadi pada tanggal 16 November 2014. Tuturan berlangsung di depan ruang TU, ketika jam pulang sekolah. Pn dan Mt membicarakan masalah surat ijin untuk menonton teater yang diselenggarakan oleh sekolah. Pn merasa takut, jika tidak ada surat ijin, maka dia tidak akan diijinkan untuk keluar rumah oleh orang tuanya. Tuturan tersebut bila ditinjau berdasarkan skala kesantunan Leech, maka tindak tutur tersebut dianggap kurang santun. Skala kesantunannya diukur berdasarkan skala pilihan. Maksud Pn adalah meminta kepastian kepada Mt, namun pertanyaan tersebut tidak memberikan banyak pilihan. Mt merasa terdesak atas pertanyaan tersebut, dan Mt tidak memiliki banyak informasi untuk menjawab permasalahan itu. D. Simpulan Jenis tindak tutur direktif yang ditemukan dalam penelitian ini berjumlah 19, dengan total kajian 90 data. Tindak tutur direktif pada siswa di SMK Negeri 9 Surakarta, antara lain: meminta, menyuruh, menyarankan,

memperingatkan, memohon, melarang, mengajak, menyindir, menuntut, menantang, menasihati, mengancam, memesan, mengusulkan, menawarkan, mendesak, menegur, memaksa, dan membatasi. Adapun penanda lingual pada tindak tutur direktif ditandai dengan intonasi bertanya, berita, menyuruh, memohon, meminta, melarang, mengajak, menyindir, dan intonasi menantang. Kaitannya dengan kesantunan bertutur pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesantunan tindak tutur direktif lebih rendah daripada ketidaksantunan bertuturnya. Pemerolehan data yang sama terdapat pada jenis tindak tutur direktif menyarankan, menasihati, mengancam, menuntut, dan memesan. Adapun ketidaksantunan bertutur yang berjumlah paling sedikit terdapat pada jenis tindak tutur direktif menyindir, menantang, mengusulkan, mendesak, menegur, memaksa, dan membatasi.

DAFTAR PUSTAKA Anwari, dkk. 2013. Tindak Tutur Direktif pada Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas X. Dalam Jurnal Bahasa. Vol. 1 No. 1. http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/bindo/article/view/1424. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 09:47. Ciptaningtyas, Ika Septian. 2012. Tindak Tutur Direktif dalam Film Astérix Et Obélix Mission Cléopâtre. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id/8264/1/1-07204241013.pdf. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 11:48. Meleong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Rosda Karya. Nugroho, Miftah. 2012. Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Dakwah Dialogis (Studi Kasus Dakwah Interaktif Radio di Solo dan Sekitarnya). Dalam Jurnal Bahasa. Vol. 8 No. 2. http://www.balaibahasajateng.web.id/index.php/read/home/produk_jurnal_ detail/212/tindak-tutur-direktif-dalam-wacana- DAKWAH-DIALOGIS-STUDI-KASUS-DAKWAH-INTERAKTIF- RADIO-DI-SOLO-DAN-SEKITARNYA. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 10:06. Saputra, Andi. 2013. Tindak Tutur Direktif Anak Kepada Orang Tua dalam Bahasa Mandailing Di Kanagarian Panti Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatra Barat. Artikel E-Journal. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji. http://jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/gravity_forms/1ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/20 14/07/EJOURNAL-ANDI_SAPUTRA-090388201025-FKIP.2014.pdf. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 13:06. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Widyaningrum. 2011. Tindak Tutur Direktif Guru Taman Kanak-Kanak dalam Proses Belajar Mengajar di TK Aisyiyah Desa Kasegeran Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Muhammadiyah Purwokerto. http://digilib.ump.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jhptumpawidyaningr-609. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 09:54.