BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 diatur bahwa pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, organisasi audit pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu : Auditor Eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

Sistem Pengendalian Internal dan Pemeriksaan Pengelolaan Tanggungjawab Keuangan Negara. Oleh : Lutfi Harris, M.Ak., Ak. Satuan Pengawasan Internal

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. isu yang strategis untuk dibahas. Salah satu topiknya adalah menyangkut Tindak

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia. Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

STANDAR PELAKSANAAN AUDIT KINERJA

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan berisikan data yang menggambarkan keadaan. keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan Otonomi Daerah sesuai dengan aturan Undangundang. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 INTRODUKSI. Bab 1 menguraikan tentang latar belakang riset dan rumusan masalah

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

Standar Audit? i Oleh: Revoldi H. Siringoringo

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi di Indonesia didesain agar bisa menciptakan birokrasi

BAB VII SIMPULAN, REKOMENDASI, DAN KETERBATASAN. maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Governance yang menjadi salah satu agenda reformasi sektor publik di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. intern daerah yang bersangkutan Badan Pengawas Daerah (BAWASDA).

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara/daerah yang modern, menuntut peran Aparat Pengawasan Intern

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing auditor berbeda. Auditor pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. penelitian ini, keterbatasan penelitian, dan rekomendasi.

tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

2018, No Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tamb

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam

Fungsi SPI Dalam Mengawal Pengawasan Eksternal INSPEKTUR III DR. YOHANES INDRAYONO, AK, MM, CA APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan atau audit. Audit pemerintah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

STANDAR PELAPORAN AUDIT KINERJA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bentuk pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik, atau biasa disebut good governance. Untuk mencapainya

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan

Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah yang kemudian dikerucutkan menjadi pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Dalam bab ini juga akan dijelaskan motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan rencana penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan intern pemerintah merupakan salah satu unsur yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 diatur bahwa pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Pengawasan intern pemerintah tersebut dilakukan oleh APIP yang terdiri dari BPKP, Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota melalui kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya. Inspektorat Kabupaten/Kota merupakan salah satu bagian dari aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota. Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota. Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) mengatur bahwa dalam pelaksanaan audit intern, auditor harus menggunakan metodologi audit untuk 1

2 mencapai sasaran audit berdasarkan ruang lingkup audit yang telah ditetapkan. Metodologi audit intern meliputi antara lain: penetapan waktu yang sesuai untuk melaksanakan prosedur audit intern tertentu, penetapan jumlah bukti yang akan diuji, penggunaan teknologi audit intern yang sesuai seperti teknik uji petik dan pemanfaatan komputer untuk alat bantu audit intern, pembandingan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perancangan prosedur audit intern untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan peraturan perundangundangan, kecurangan dan ketidakpatutan (abuse). Metodologi audit intern harus terdokumentasi dalam program kerja penugasan audit intern, yang salah satunya mencakup audit berbasis teknologi dan teknik uji petik audit yang digunakan dalam pelaksanaan audit (AAIPI, 2013). Namun dalam SAIPI tidak diatur secara rinci standar uji petik audit yang sebaiknya digunakan dalam audit intern pemerintah. Uji petik audit merupakan metodologi yang sering dilakukan dalam audit. Waktu audit seringkali terbatas dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit merupakan salah satu alasan digunakannya uji petik audit. Idealnya ketika memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk mendapatkan sampel yang representatif. Sebuah sampel yang representatif adalah sampel yang memiliki karakteristik kurang lebih sama seperti populasinya. Hal ini berarti bahwa item yang dijadikan sampel mirip dengan item yang tidak dijadikan sampel dalam suatu populasi. Dalam prakteknya, auditor tidak pernah tahu apakah sampel yang diambilnya representatif atau tidak, bahkan setelah semua pengujian selesai. Namun, auditor dapat meningkatkan kemungkinan kualitas sampel audit

3 mendekati representatif dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam merancang proses uji petik, pemilihan sampel, dan evaluasi hasil sampel (Arens et al., 2008). Metode uji petik audit dalam pelaksanakan audit sudah digunakan secara luas, baik oleh auditor intern maupun auditor eksternal. Namun, relatif masih sedikit yang kita ketahui mengenai praktek uji petik audit oleh auditor di sektor publik, industri, dan pemerintah (Hall et al., 2002). Terdapat dua pendekatan umum dalam uji petik audit yaitu nonstatistik dan statistik. PSA No. 26 menjelaskan bahwa kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan. Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo merupakan aparat pengawasan intern pemerintah yang mempunyai kewenangan melaksanakan audit intern di pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Setiap tahun Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo melaksanakan audit intern melalui kegiatan pemeriksaan reguler satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di lingkup Kabupaten Kulon Progo untuk mendukung tercapainya peningkatan akuntabilitas kinerja pemerintah. Kegiatan pemeriksaan reguler SKPD yang dilaksanakan secara berkala diharapkan akan mengurangi kesalahan manajemen di tingkat SKPD dan temuan hasil pemeriksaan dapat segera ditindaklanjuti sehingga tidak akan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kinerja SKPD.

4 Auditor di lingkungan Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo seringkali menghadapi waktu audit yang sangat terbatas dalam melaksanakan audit intern khususnya dalam kegiatan pemeriksaan reguler. Dalam pelaksanaan pemeriksaan reguler, rata-rata hari pemeriksaan yang ditetapkan bagi auditor untuk melakukan tugasnya rata-rata hanya selama kurang dari 20 (dua puluh) hari pemeriksaan untuk tiap obyek pemeriksaan. Dengan keterbatasan waktu pemeriksaan tersebut tentunya auditor Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo menggunakan metode uji petik audit agar dapat memperoleh bukti-bukti yang relevan, kompeten dan cukup dalam waktu audit yang telah ditentukan. Penelitian praktik uji petik audit di BPK dilakukan oleh Raharja (2005) menunjukkan bahwa 70,5% responden tidak menggunakan metode uji petik statistik. Hasil uji hipotesis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode uji petik audit dengan analisis regresi logistik penelitian tersebut menunjukkan nilai R square yang rendah dan masih banyak faktor yang belum tercakup dalam model. Dalam penelitian menggunakan metode kuantitatif tersebut hanya dapat menjelaskan ada tidaknya korelasi variabel faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode uji petik audit tetapi belum dapat menjelaskan secara lebih dalam mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pemilihan metode uji petik audit tertentu. Dengan latar belakang yang sudah diuraikan tersebut, penelitian ini hendak memahami lebih jauh mengenai praktik pemilihan uji petik audit di lingkungan Inspektorat Kabupaten Kulon Progo dan juga menganalisis faktor-faktor yang

5 mempengaruhi pemilihan metode uji petik audit secara lebih dalam dengan model penelitian kualitatif. 1.2 Rumusan Masalah Pengumpulan bukti audit dengan metode uji petik audit dalam pelaksanakan audit sudah digunakan secara luas oleh auditor. Setiap tahunnya Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo melaksanakan pemeriksaan reguler untuk mendukung tercapainya peningkatan akuntabilitas kinerja pemerintah. Rata-rata hari pemeriksaan untuk setiap objek pemeriksaan intern yang dilakukan auditor pada pemeriksaan reguler hanya selama kurang dari 20 (dua puluh) hari pemeriksaan untuk masing-masing objek pemeriksaan. Waktu audit tersebut seringkali sangat terbatas dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit. Oleh karena itu perlu diketahui mengenai pemilihan metode uji petik audit yang digunakan oleh auditor Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo dalam melakukan pemeriksaan reguler. Selanjutnya dapat dilakukan penelitian mendalam untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan metode uji petik audit. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan permasalahan tersebut dapat dirumuskan pertanyaan penelitian berikut ini: 1. Bagaimana pemilihan metode uji petik audit oleh auditor di Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo dalam pemeriksaan reguler?

6 2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode uji petik audit dalam pemeriksaan reguler? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Menganalisis pemilihan metode uji petik audit oleh auditor di Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo dalam pemeriksaan reguler. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode uji petik audit oleh auditor Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo. 1.5 Motivasi Penelitian Penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena waktu audit pada pemeriksaan reguler di Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo menurut penulis sangat terbatas yaitu rata-rata hanya kurang dari 20 (dua puluh) hari pemeriksaan. Hal ini tentunya sangat berpengaruh pada metode uji petik audit yang dipilih oleh auditor Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo dan metode uji petik audit apa yang dominan digunakan dalam pemeriksaan reguler tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan pemilihan metode uji petik audit tertentu tentunya sangat menarik untuk diteliti dan dibahas dalam keterbatasan waktu audit ini. Selanjutnya penulis juga ingin memberikan masukan terkait dengan masalah pemilihan metode uji petik audit tersebut.

7 1.6 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa pengetahuan dan informasi khususnya dalam pemilihan metode uji petik audit pada Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai penggunaan metode uji petik audit yang selama ini digunakan dan bagi organisasi khususnya Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo dan diharapkan dapat dijadikan dasar evaluasi penggunaan metode uji petik audit sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan pengembangan metodologi pemeriksaan.