HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN FREKUENSI DAN LAMA MENYUSU DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN NEONATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

76 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS NORMAL 1-3 HARI TENTANG PEMBERIAN KOLOSTRUM DI RUANG NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organitation (WHO) dalam program Millenium Development

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

Widi Apriani Putri 1) Ai Sri Kosnayani, dan Lilik Hidayanti 2)

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENGELUARAN COLOSTRUM DI WILAYAH PUSKESMAS POLANHARJO KLATEN

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

RUTINITAS PIJAT BAYI DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN PERKEMBANGAN PADA BAYI USIA 3-12 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

1

Dukungan Suami dengan Kemauan Ibu Hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif 62

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUANG MAWAR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

ABSTRAK. Kata kunci : Berat Badan Bayi, ASI Eksklusif, MP-ASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals 4 (MDGs4) adalah Bangsa

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERCEPAT PENGELUARAN ASI PADA IBU PASCA SALIN NORMAL DI DUSUN SONO DESA KETANEN KECAMATAN PANCENG GRESIK.

Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 2, Nomor 2, September 2016 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

PERAN SERTA SUAMI DALAM PROSES MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JOGONALAN KLATEN. Sugita Dosen Poltekkes Surakarta Jurusan Kebidanan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. SOEWONDO KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS RATNA NEVYDA ARDYAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

Nisa khoiriah INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

KARAKTERISTIK IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU KACA PIRING, KOTA PALANGKA RAYA

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN LAKTASI PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH PUSKESMAS LAU BARANDASI MAROS

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

PENINGKATAN PERAWATAN KEHAMILAN MELALUI KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

JURNAL EDUHEALTH Volume 4 Nomor 1, April 2014

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

Sugiarti dan Vera Talumepa

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN Tati Purwani*, Nur Afi Darti** Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. Maas No.3 Kampus USU 20155, INDONESIA Phone : 087869870903 E-mail : tatipurwanypurwany@yahoo.co.id Abstrak ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal, sebab ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk bertahan hidup pada 6 bulan pertama, yang meliputi hormon, antibodi, faktor kekebalan, dan antioksidan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Parameter untuk pertumbuhan yang biasa digunakan untuk mengukur kemajuan pertumbuhan adalah berat badan dan tinggi badan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi dan durasi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui pada ibu yang berkunjung di Poliklinik. Penelitian termasuk deskriptif korelasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel penelitian adalah ibu yang memiliki bayi berusia 6 bulan dan bayinya yang memiliki riwayat mendapat ASI Eksklusif, memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS), bayi dalam keadaan sehat dan tidak memiliki riwayat prematur/bblr, dengan jumlah 32 responden. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman Rank Order Correlation dengan taraf signifikan (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi menyusui dengan berat badan bayi p=0,815 (p >0,05), dan juga antara durasi menyusui dengan berat badan bayi p=0,092 (p >0,05). penelitian selanjutnya diharapkan dapat diteliti dengan observasi langsung. Kata kunci : Frekuensi, Durasi menyusui, berat badan PENDAHULUAN Derajat kesehatan masyarakat salah satu nya ditentukan oleh tingkat kesejahteraan manusia secara menyeluruh termasuk bio-psiko-sosio-spiritual, baik pada lansia, dewasa, remaja, anak-anak, balita, dan bayi. Salah satu tingkat Kesejahteraan tersebut adalah dengan turunnya Angka Kematian Bayi (AKB). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dapat menurunkan risiko kematian bayi. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, angka kematian bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000 Kelahiran hidup. pada tahun 2007, Angka kematian bayi (AKB) menurun dari 68 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010 angka kematian bayi (AKB) mencapai 25,3 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes kota Banten). Tetapi belum mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes.go.id). Banyak hal yang dapat meyebabkan tingginya angka kematian bayi. Menurut hasil Riskesdas 2007, penyebab kematian bayi baru lahir 0-6 hari di Indonesia disebabkan oleh gangguan pernapasan 36,9%, prematuritas 32,4%, sepsis 12%, hipotermi 6,8 %. Salah satu upaya mencegah tingginya Angka kematian bayi tersebut (AKB) dapat dilakukan dengan memberikan ASI Eksklusif (Depkes, 2004). Praktek pemberian ASI di Negara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi per tahun dari kematian dan kesakitan, atas dasar tersebut (World

Health Organitation) (WHO) merekomendasikan untuk hanya memberikan ASI sampai 6 bulan. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi di Indonesia dan 1,3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dari kematian dengan pemberian ASI eksklusif (Depkes, 2005). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, hanya 3,7 % bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan data Survei sosial Ekonomi Nasional pada tahun 2006 cakupan ASI eksklusif di Indonesia hanya 21,2 %dan pada tahun 2007 mengalami penurunan hingga 7 %. Di Sumatera Utara pada tahun 2005 angka cakupan ASI hanya sekitar 34,63 % (Depkes, 2007). Kondisi diatas belum dapat mencapai target pemerintah, dimana di Indonesia cakupan ASI 0-6 bulan harus mencapai 80 % pada tahun 2010. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi serta makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya (Roesli, 2000). Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu (Perry & Potter, 2005) Parameter untuk pertumbuhan yang biasa digunakan untuk mengukur kemajuan pertumbuhan adalah berat badan dan tinggi badan/panjang badan (Hidayat, 2008). Normalnya, Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi dengan asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum lancar dan berat badan akan kembali pada hari kesepuluh (Nursalam dkk, 2005). Menurut Kristiyansari 2009, Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir. Seorang bayi yang dianggap cukup mendapatkan ASI jika terdapat penambahan berat badan yang signifikan, bayi merasa puas dan kenyang setelah menyusui, kemudian tidur selama 2-4 jam, serta buang air kecil atau besar dengan frekuensi minimal enam kali dalam sehari semalam (Arief, 2009). Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Paramitha (2010) Hubungan Frekuensi menyusui dan status Gizi ibu Menyusui dengan kenaikan Berat badan bayi usia 1-6 bulan menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2010) Perbedaan Berat dan panjang badan Bayi usia 0-6 Bulan yang diberi ASI eksklusif dan diberi MP-ASI, menunjukkan bahwa rata-rata besar pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif (4,1 kg) lebih besar dibanding yang diberi MP-ASI (3,4 kg) pada usia 0-6 bulan. Berdasarkan survei yang dilakukan di Poliklinik bersalin Mariani didapat ibu yang mengunjungi di klinik tersebut rata- rata sudah memberikan ASI kepada bayi nya dan pertumbuhan berat badan bayi sudah mengikuti garis pertumbuhannya tetapi belum melihat frekuensi dan durasi dalam menyusui, Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara frekuensi dan durasi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui pada ibu yang. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara Frekuensi dan durasi menyusui dengan berat badan bayiselama proses menyusui di poliklinik bersalin Mariani. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui dan bayinya sampai berusia 6 bulan yang berkunjung di Poliklinik Bersalin Mariani. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara Purposive

sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau kriteria tertentu (Hidayat, 2009) dengan jumlah sampel 32 orang. Kriteria yang ditentukan untuk subyek penelitian adalah Bayi dengan umur 6 bulan yang memiliki riwayat mendapat ASI Eksklusif, Ibu yang sedang menyusui sampai dengan usia 6 bulan, bayi dalam keadaan sehat dan tidak memiliki riwayat prematur/bblr, memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) dan bersedia menjadi responden. Analisa Data Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama mengecek kelengkapan identitas dan data responden kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya peneliti memasukkan data ke dalam komputer. Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik korelasi Spearman. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 3-31 Maret 2012. Dari sampel yang diambil sebanyak 32 bayi dan ibunya didapatkan data sebagai berikut: Hasil Frekuensi menyusui selama proses Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase frekuensi menyusui selama proses menyusui di Poliklinik (n=32) Frekuensi menyusui f % Kurang baik (<8x/ hari) - - Baik (8-12x/hari) 24 75,0 Sangat baik(>12x/hari) 8 25,0 kategori baik sebesar 75,0 % dengan jumlah pemberian ASI ±8-12 x per hari. Durasi menyusui selama proses Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase durasi menyusui selama proses menyusui di Poliklinik bersalin Mariani (n=32) Durasi menyusui f % Kurang baik (<10 menit) - - Baik (10-30 menit) 31 96,9 Sangat baik(>30 menit) 1 3,1 Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa mayoritas durasi menyusui dalam kategori baik sebesar 96,9 % dengan lamanya waktu menyusui ±10-30 menit setiap kali menyusui. Penambahan Berat badan bayi usia 6 bulan di Poliklinik bersalin Mariani Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase Penambahan berat badan bayi selama proses menyusui di Poliklinik (n=32) Penambahan berat badan f % BB kurang (<3,4 kg) - - BB normal (3,4-8,5 kg) 32 100 BB berlebih (>8,5 kg) - - Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa pertumbuhan berat badan bayi berada dalam kategori normal sebesar 100% dengan pertumbuhan berat badan ± 3,4 kg-8,5 kg. Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa mayoritas frekuensi menyusui dalam

Hubungan antara frekuensi menyusui dengan berat badan bayi selama proses Tabel 4 Hubungan antara frekuensi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui di Poliklinik bersalin Mariani Variabel 1 Variabel 2 p Frekuensi berat 0,815 menyusui badan Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui pada ibu yang berkunjung di Poliklinik bersalin Mariani. Hal ini dibuktikan dari nilai p(0,815)>0,05 berdasarkan uji spearman apabila p hitung > 0,05 memiliki makna bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hubungan antara durasi menyusui dengan berat badan bayi selama proses Tabel 5 Hubungan antara durasi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui di Poliklinik Variabel 1 Variabel 2 p Durasi berat 0,092 Menyusui badan Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa tidak terdapat hubungan antara durasi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui pada ibu yang. Hal ini dibuktikan dari nilai p(0,092) >0,05 berdasarkan uji spearman apabila p hitung > 0,05 memiliki makna bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Pembahasan Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diperoleh, Pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang hubungan antara frekuensi dan durasi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui pada ibu yang. Frekuensi menyusui di Poliklinik ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama periode menyusui ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI salah satu nya adalah frekuensi menyusui, dalam konsep frekuensi pemberian ASI sebaiknya bayi disusui tanpa di jadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Karena menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan dapat mencegah timbulnya masalah menyusui (Sujiyatini dkk, 2010). Berdasarkan hasil analisa data mengenai frekuensi menyusui di Poliklinik, menunjukkan bahwa mayoritas frekuensi menyusui dalam kategori baik sebesar 75,0% dengan jumlah pemberian ASI 8-12x per hari. Hal ini menunjukkan tingginya jumlah berapa kali bayi menyusu dalam satu hari, dikarenakan setiap bayi memiliki refleks mengisap untuk menelan ASI dari payudara ibunya (Arief,2009). Durasi menyusui di Poliklinik Arief (2009) menyatakan bahwa lama menyusui bayi berbeda-beda sesuai dengan pola hisap bayi. Bayi sebaiknya menyusu 10 menit pada payudara yang pertama, karena daya isap masih kuat. Dan 20 menit pada payudara yang lain karena daya isap bayi mulai melemah

Berdasarkan hasil analisa data mengenai durasi menyusui di Poliklinik, menunjukkan bahwa mayoritas durasi menyusui dalam kategori baik sebesar 96,9% dengan lamanya waktu menyusui 10-30 menit setiap kali menyusui. Hal ini menunjukkan banyaknya waktu yang digunakan bayi setiap kali menyusui, dikarenakan setiap bayi memiliki durasi menyusui yang berbeda-beda sesuai dengan pola hisap bayi (Arief,2009). Penambahan berat badan bayi selama proses menyusui di Poliklinik bersalin Mariani Supariasa (2001), Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang sifatnya normal, bayi baru lahir akan kehilangan 5% sampai 10% berat badannya selama beberapa hari pertama kehidupan karena keluarnya urin, tinja, dan cairan diekskresikan melalui paru-paru dan karena asupan bayi sedikit, dan berat badan bayi kembali seperti semula dalam waktu 10 hari (bobak,2004). Berdasarkan hasil analisa data mengenai berat badan bayi di Poliklinik, menunjukkan bahwa mayoritas berat badan bayi dalam kategori norma sebesar 100%. Tingginya bayi dengan berat badannya dalam kategori normal menunjukkan bahwa bayi sudah mendapatkan asupan nutrisi yang optimal seperti yang diungkapkan oleh Roesli (2008) bahwa ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi karena mengandung nutrisi yang optimal, baik kuantitas dan kualitas nya serta meningkatkan kesehatan bayi. Pendapat ini sejalan dengan penelitian Sinaga (2010) Perbedaan Berat dan panjang badan Bayi usia 0-6 Bulan yang diberi ASI eksklusif dan diberi MP- ASI, menunjukkan bahwa pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif (4,1 kg) lebih besar disbanding yang diberi MP-ASI (3,4 kg) pada usia 0-6 bulan. Hubungan antara frekuensi menyusui dengan berat badan bayi di Poliklinik Berdasarkan analisa data dengan menggunakan Uji statistik Spearman, diperoleh nilai signifikan p = 0,815> (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui pada ibu yang. Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi (Depkes.go.id). Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Paramitha (2010) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan seperti yang dijelaskan soetjiningsih (1997) bahwa bayi yang mendapat cukup ASI mempunyai kenaikan berat badan rata-rata 500 gram perbulan bila menyusui sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari. Hal ini dapat terjadi karena hampir semua responden frekuensi menyusui nya berada dalam kategori baik dan pertumbuhan berat badan nya juga baik/normal. Hubungan antara durasi menyusui dengan berat badan bayi di Poliklinik Berdasarkan analisa data dengan menggunakan Uji statistik, diperoleh nilai signifikan p = 0,092 > (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara durasi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui pada ibu yang berkunjung di Poliklinik. Durasi menyusui berkaitan dengan adanya refleks prolaktin yang merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi ASI. Stimulus isapan bayi akan mengirim

pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi ASI oleh sel-sel alveolar kelenjar mamaria. Jumlah prolaktin yang disekresikan dan jumlah ASI yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lama bayi mengisap (Bobak,2004). Arief (2009) lama menyusui bayi berbeda-beda sesuai dengan pola hisap bayi. Bayi sebaiknya menyusu 10 menit pada payudara yang pertama, karena daya isap masih kuat. Dan 20 menit pada payudara yang lain karena daya hisap bayi mulai melemah. Selama periode baru lahir, waktu menyusui bayi 20-45 menit, durasi menyusui juga berpengaruh terhadap ejeksi ASI saat menyusui, ketika bayi tidak dapat menyusu, stimulus untuk produksi ASI sangat diperlukan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan di Poliklinik dengan 32 responden, bahwa frekuensi dan durasi menyusui tidak berhubungan dengan berat badan bayi. Sebagian besar bayi di Poliklinik mendapat frekuensi menyusui dalam kategori baik (75,0%) dengan frekuensi menyusui ± 8-12x per hari, durasi menyusui dalam kategori baik (96,9%) dengan durasi menyusui ± 10-30 menit dalam setiap kali menyusui, dan Sebagian besar bayi di Poliklinik memiliki pertumbuhan berat badan dalam kategori normal (100%). Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan formula korelasi Spearman, Tidak terdapat hubungan antara frekuensi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui di Poliklinik dengan nilai p(0,815)>0,05 dan tidak terdapat hubungan antara durasi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui di Poliklinik dengan nilai p(0,092)>0,05. Saran Untuk praktek keperawatan Berdasarkan hasil penelitian yg dilakukan diharapkan para petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan pembinaan dan motivasi kepada para ibu menyusui sehingga mampu mencapai dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. Untuk Penelitian Keperawatan Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai data masukan bagi penelitian selanjutnya tentang hubungan antara frekuensi dan durasi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui, dilakukan dengan observasi Langsung. DAFTAR PUSTAKA Arif, Nurhaeni. (2009). Panduan Ibu cerdas- ASI dan tumbuh kembang bayi.yogyakarta: Media pressindo. Bobak, et al. (2004). Buku ajar keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta: EGC Departemen Kesehatan RI. (2004). Asi Eksklusif mencegah kematian bayi. Diakses tanggal 03 Juli 2012 dari http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid =2208. Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Jakarta: Salemba Medika. Kristiyanasari, Weni. (2009). ASI, Menyusui & SADARI, Yogyakarta: Nuha Medika. Nursalam, et al. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan, Jakarta: Salemba Medika.

Paramitha. (2010). Hubungan antara frekuensi menyusui dan status gizi ibu menyusui dengan kenaikan berat badan bayi 1-6 bulan di puskesmas Alalak sekta Banjarmasin utara. Skripsi. Universitas muhammadiyah, Malang. Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan praktik ed.4 vol.1, Jakarta: EGC. Roesli, Utami. (2000). Mengenal ASI eksklusif, Jakarta: Trubus Agriwidya. Roesli. (2008). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif, Jakarta: Pustaka Bunda. Sinaga. (2010). Perbedaan Berat dan Panjang Badan Bayi Usia 0-6 Bulan yang diberi ASI Eksklusif dan diberi MP-ASI di Puskesmas Deli Kecamatan Deli. Skripsi. Universitas Sumatera Utara,. Soetjiningsih. (1997). ASI: petunjuk untuk tenaga kesehatan, Jakarta: EGC. Sujiyatini, dkk (2010). Asuhan ibu Nifas, Yogyakarta: Cyrillus Publisher. Supariasa, I Dewa Nyoman. (2001). Penilaian Status Gizi, Jakarta: EGC.