PENGARUH STANDAR DEVIASI SHADOW FADING TERHADAP KINERJA ALGORITMA SUBOPTIMAL SIGNAL DEGRADATION HANDOFF (SDH)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EKSPONEN PATH LOSS DENGAN MEMBANDINGKAN METODE HISTERESIS ADAPTIF DAN METODE HISTERESIS TETAP

EVALUASI PARAMETER TRADEOFF HANDOFF PADA METODE THRESHOLD DENGAN HISTERESIS ADAPTIF

BAB 2 DASAR TEORI. Sistem telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi

STUDI SISTEM VERTICAL HANDOVER PADA JARINGAN WIRELESS HETEROGEN MENGGUNAKAN ALGORITMA ADAPTIVE LIFETIME BASED

EVALUASI KINERJA ALGORITMA HISTERESIS HARD HANDOFF PADA SISTEM SELULER

ANALISIS HANDOFF JARINGAN UMTS DENGAN MODEL PENYISIPAN WLAN PADA PERBATASAN DUA BASE STATION UMTS

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA

UNJUK KERJA ALGORITMA HARD HANDOFF TERHADAP VARIASI KECEPATAN MOBILE STATION

BAB I PENDAHULUAN. sinyal paling tinggi. Metode ini memperlihatkan banyaknya handover yang tidak

ANALISIS KINERJA ALGORITMA SUBOPTIMAL HANDOVER PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB I PENDAHULUAN. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER. Komponen fundamental dari suatu sistem GSM (Global System for Mobile

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT.

BAB I PENDAHULUAN. handoff pada jaringan 3G (third generation), para pengguna sudah dapat merasakan

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE

BAB II PROPAGASI SINYAL. kondisi dari komunikasi seluler yaitu path loss, shadowing dan multipath fading.

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA LEAST MEAN FOURTH BASED POWER OF TWO QUANTIZER (LMF-PTQ)

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER KANAL ADAPTIF DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SATO

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

ANALISIS PENGURANGAN DERAU PADA SINYAL LOUDSPEAKER MENGGUNAKAN FILTER ADAPTIF KALMAN

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

STUDI PENGGUNAAN LOGIKA FUZZY UNTUK PENGALOKASIAN KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER

BAB 2 DASAR TEORI. Selain istilah sel, pada sistem seluler dikenal pula istilah cluster yaitu kumpulan

TUGAS AKHIR ANALISIS HANDOFF JARINGAN UMTS DENGAN MODEL PENYISIPAN WLAN PADA PERBATASAN DUA BASE STATION UMTS

ANALISIS ALOKASI KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA TABU SEARCH

MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009

TUGAS AKHIR ANALISA KENDALI DAYA TERHADAP LAJU KESALAHAN BIT PADA SISTEM CDMA

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana :

BAB II SOFT HANDOFF. bergerak. Mobilitas menyebabkan variasi yang dinamis pada kualitas link dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

LAMPIRAN A. Code Program. A1. Source Code Program. A2. Fungsi Tuncnormrnd. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.

PERANCANGAN JARINGAN LAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CISCO PACKET TRACER

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

ANALISIS PERHITUNGAN FRESNEL ZONE WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO

BAB II STUDI LITERATUR

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER

fading konstan untuk setiap user dengan asumsi perpindahan mobile station relatif

TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN TELEKOMUNIKASI GSM. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN PADA SISTEM CDMA (STUDI KASUS TELKOM FLEXI MEDAN)

UNJUK KERJA NOISE RISE BASED CALL ADMISSION CONTROL (NB-CAC) PADA SISTEM WCDMA. Devi Oktaviana

ANALISIS TRAFIK SUARA DAN UNJUK KINERJA JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS

Komunikasi Bergerak Frekuensi 2.3 GHz Melewati Pepohonan Menggunakan Metode Giovanelli Knife Edge

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL PROPAGASI UNTUK KOMUNIKASI BERGERAK PADA SISTEM GSM 900. pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

LTE LOAD BALANCING DENGAN SKENARIO GAME THEORY

STUDI PENGGUNAAN ALGORITMA ANT COLONY DALAM PENGALOKASIAN KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

ANALISIS KINERJA SWITCHING MENGGUNAKAN MOBILE SOFTSWITCH

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO)

ANALISIS KINERJA JARINGAN SWITCHING BANYAN BUFFER TUNGGAL

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA STOP AND GO

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI

Rancang Bangun Model Komputasi Perambatan Gelombang Radio Tiga Dimensi menggunakan Metode UTD Modifikasi

ANALISIS PENGALOKASIAN KANAL PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL

ANALISIS KINERJA SPEKTRUM SENSING MENGGUNAKAN METODE ENERGY DETECTION PADA COGNITIVE RADIO

ANALISIS KINERJA ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL PADA TOPOLOGI MESH

PERANCANGAN DAN ANALISIS KINERJA ANTRIAN M/M/1/N PADA WIRELESS LAN MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

ANALISA PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM RUANG PADA KOMUNIKASI RADIO BERGERAK

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz

PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33

SIMULASI DAN ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI PADA LTE FEMTOCELL BERBASIS SOFT FREQUENCY REUSE

RANCANG BANGUN POWER HARVESTER UNTUK TRANSFER DAYA WIRELESS MENGGUNAKAN ANTENA TV FREKUENSI MHZ

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN CDMA BERDASARKAN DATA RADIO BASE STATION (RBS) PT INDOSAT DIVISI STARONE MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000

MOBILITY MANAGEMENT DALAM SISTIM NIRKABEL BERGERAK

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA X

ANALISA PENJADWALAN PAKET PADA CDMA xEV-DO

ANALISIS PENGARUH CROSSTALK PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK TERHADAP JARINGAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)

Transkripsi:

PENGARUH STANDAR DEVIASI SHADOW FADING TERHADAP KINERJA ALGORITMA SUBOPTIMAL SIGNAL DEGRADATION HANDOFF (SDH) Mediska Simanjuntak, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan 2155 INDONESIA email: mediskasimanjuntak@yahoo.com Abstrak Untuk kelangsungan komunikasi seluler, handoff sangat diperlukan agar percakapan yang terjadi antar pelanggan tetap berlangsung tanpa terputus, meskipun pelanggan berpindah sel/wilayah. Apabila terjadi kegagalan handoff berakibat dropcall yaitu terputusnya hubungan saat percakapan sedang berlangsung. Paper ini, membahas tentang bagaimana pengaruh standar deviasi shadow fading terhadap parameter kinerja, yaitu jumlah sinyal degradasi, delay, dan jumlah handoff. Algoritma handoff yang dievaluasi yaitu algoritma suboptimal Signal Degradation Handoff (SDH), dimana cost(c) adalah parameter pengendalian daya. Dari hasil simulasi, seiring meningkatnya nilai standar deviasi shadow fading yang telah divariasikan antara 3 db sampai 12 db, pada cost(c),45 sampai,1 kejadian handoff semakin sering terjadi. Pada cost(c),45 sampai,65 jumlah sinyal degradasi mengalami kenaikan, tetapi ketika nilai cost(c),45 sampai,1 waktu tunda (delay) semakin singkat. Kata kunci: Standar deviasi shadow fading, algoritma suboptimal Signal Degradation Handoff (SDH). 1. Pendahuluan Proses pengalihan kanal traffic secara otomatis pada Mobile Station (MS) yang digunakan untuk berkomunikasi tanpa terjadi pemutusan hubungan disebut Handoff. Beberapa kriteria yang digunakan untuk merencanakan algoritma handoff yang optimal yaitu ukuran kualitas sinyal yang masih layak diterima oleh MS, jumlah handoff yang diharapkan, banyaknya handoff yang tidak perlu, karena kuat sinyal masih dapat diterima oleh user, kejadian handoff yang gagal, dan delay handoff [1]. Standar deviasi shadow fading adalah gambaran karakteristik lingkungan propagasi seluler [2], dimana sinyalnya mengalami fluktuasi. Karena adanya penghalang antara pemancar dan penerima. Prinsip dasar dari arsitektur sistem seluler terdapat dalam dua fitur, yaitu frequency reuse dan cell splitting [3]. Tiga mekanisme yang terjadi pada fluktuasi sinyal, yaitu refleksi, difraksi, dan scattering [4]. Sinyal yang diterima MS terdiri dari tiga komponen, yaitu pathloss, shadow fading, dan fast fading [4],[5]. Model pengukuran level sinyal berdasarkan model waktu diskrit dan model waktu kontinu [6]. Handoff berdasarkan transfer kanal diantara BTS, yaitu hard handoff (break before make), dan soft handoff (make before break) [4]. Protokol handoff terdapat tiga jenis keputusan handoff, yaitu Network Controlled Handoff (NCHO), Mobile Assisted Handoff (MAHO), Mobile Controlled Handoff (MCHO) [4]. Tujuan paper ini adalah untuk menganalisis pengaruh standar deviasi shadow fading terhadap kinerja algoritma suboptimal Signal Degradation Handoff (SDH). Kriteria parameter kinerja yang dievaluasi yaitu jumlah sinyal degradasi, jumlah handoff, dan delay. 2. Model Sistem Pada jaringan seluler yang homogen direncanakan terdiri dari 3 BTS, yaitu,, dan, dengan mengasumsikan MS akan bergerak terhadap setiap sampel ke-k disepanjang lintasan lurus, dan masing-masing BTS diletakkan pada sistem kartesien dengan -91- copyright @ DTE FT USU

SINGUDA ENSIKOM VOL. 8 NO. 2/Agustus 214 titik koordinat (, ). Masingmasing BTS memiliki cakupan sel yang ekivalen, dengan model sel berbentuk heksagonal. Level sinyal dari,, dan adalah jarak sampel k dimana k adalah bersifat integer {k (1, D/ds)} dan adalah jarak sampling. Jarak, merupakan jarak MS terhadap setiap sampel ke-k dari [7]. Model lintasan dalam sistem kartesien terdapat pada Gambar 1., = + ( ) (1) Pergerakan MS dari,, dan, sampai ke titik tujuan (P) juga berubah-ubah setiap waktu sampel [7]. = cos + (2) = sin + (3), : distribusi Gaussian, yang merepresentasikan efek shadowing., merupakan zero mean AR-1 proses stasioner Gaussian yang dikarakteristikkan sebagai fungsi autokorelasi.,, = (5) Sehingga, dapat ditulis sebagai berikut [8]., =,, =, + 1, (6), (,1) : variabel acak : jarak korelasi shadow fading : variansi shadow fading : koefisien korelasi dari, ; = exp ( / ). 3. Model Simulasi Pengukuran laju delay dapat diukur berdasarkan jarak antara setiap titik sampel adalah k ( =v ), dimana adalah periode waktu sampling. Untuk memperhalus atau meminimalkan pengaruh sinyal fluktuasi, maka level sinyal yang diterima oleh MS diolah dengan proses rata-rata metode eksponensial [6]. Proses rata-rata yang dilakukan secara windows eksponensial, yaitu [6]: [ ] =, (7) Gambar 1. Model kartesien. lintasan dalam sistem Persamaan level sinyal setelah dirataratakan dinyatakan sebagai berikut: Level sinyal yang diterima oleh MS dari disepanjang lintasan,, yaitu [4]:, (, ) =, +, (4) i = 1,2,3., : kuat sinyal yang diterima dari pada sampel ke-., : jarak MS terhadap pada sampel ke-. : konstanta pathloss. : eksponen pathloss.,, =,, + 1,, (8) : panjang rata-rata window.,, : rata-rata sinyal diterima oleh MS dari sebagai fungsi jarak, pada sampel sinyal yang ke-.,, : rata-rata sinyal diterima oleh MS dari sebagai fungsi jarak, pada sampel yang ke- 1. -92- copyright @ DTE FT USU

SINGUDA ENSIKOM VOL. 8 NO. 2/Agustus 214 3.1 Metode suboptimal Signal Degradation Handoff (SDH) Metode Suboptimal SDH yang menentukan proses handoff dengan batasan waktu hanya pada saat k dan k+1, dinyatakan sebagai fungsi Q(.) [1],[8],[9]. = 1, c(cost) Saktif <, ( ) 1 2 ( ( ), ) ( ), / + : parameter tradeoff yang dapat divariasikan sesuai perubahan lingkungan seluler. (9) : kuat sinyal dari BTS yang sedang melayani MS Skandidat : kuat sinyal dari BTS tetangga yang merupakan kandidat melayani MS Apabila handoff = 1 menyatakan handoff terjadi, sebaliknya jika =, handoff tidak terjadi. 3.2 Parameter Kontrol Parameter kontrol yang berpengaruh terhadap parameter kinerja handoff dengan menggunakan algoritma SDH adalah standar deviasi shadow fading ( ). Standar deviasi shadow fading adalah gambaran karakteristik lingkungan propagasi seluler, dimana sinyalnya mengalami fluktuasi, karena adanya penghalang dari pemancar ke penerima dilingkungan yang memiliki kontur menonjol seperti penggunungan, hutan, bangunan, dan persimpangan jalan. Cakupan area disekitar daerah urban pada MS berkisar 3-12 db [2],[4]. Fenomena shadowing yang terjadi, sinyal yang terhalangi akan mengalami redaman. Hal ini terjadi, disebabkan karena sinyal mengalami absorption, reflection, diffraction, dan scatter. Kemudian sinyal dapat dirata-ratakan dengan menggunakan metode eksponensial, yang bertujuan untuk memperhalus sinyal berfluktuasi akibat adanya efek shadow fading. 3.3 Parameter Kinerja Parameter kinerja yang dibahas adalah jumlah sinyal degradasi, delay, dan jumlah handoff. a. Jumlah sinyal degradasi Kejadian sinyal degradasi merupakan kejadian ketika level sinyal berada dibawah level sinyal minimum ( ). Jika, (level sinyal minimum yang melayani MS) berada dibawah ambang batas maka kualitas sinyal akan semakin memburuk. Call Drop merupakan kejadian terputusnya link antara MS dengan BTS dalam suatu lintasan MS. Panggilan akan mengalami drop (call drop) karena sejumlah titik sampel sinyal secara berturut-turut dibawah level drop. Laju ekspektasi kejadian sinyal degradasi dalam suatu lintasan l yang terdiri dari N sampel sinyal,, dinyatakan Persamaan berikut [7],[8]: ( ) =, < (1) Maka, sinyal degradasi rata-rata dari sejumlah s lintasan l dirumuskan dengan Persamaan berikut: = (l) (11) b. Jumlah handoff ( ) Apabila handoff terjadi maka banyak kejadian handoff pada lintasan ( =1), sebaliknya, jika ( =), menyatakan bahwa handoff tidak terjadi [8]. Jumlah kejadian handoff ( ( )) pada lintasan l yang terdiri dari N titik sampel sinyal dapat dinyatakan pada Persamaan berikut [9]: ( ) = { = 1} (12) Nilai rata-rata handoff sejumlah s lintasan l, ditulis pada Persamaan berikut: = ( ) (13) -93- copyright @ DTE FT USU

SINGUDA ENSIKOM VOL. 8 NO. 2/Agustus 214 c. Delay Delay merupakan tundaan bahwa MS tidak dilayani oleh BTS yang terdekat dengan MS. Posisi MS melewati titik pertengahan sel dalam area BTS yang identik. Titik pertengahan mengindikasikan bahwa level sinyal dari BTS adalah sama, dengan asumsi tidak ada noise (ngangguan) dilingkungan seluler. Jumlah delay sepanjang lintasan l yang terdiri dari N (titik sampel sinyal) dapat dinyatakan pada Persamaan berikut [7]: ( ) = (14) =, Jadi, delay rata-rata ( ( )) sejumlah s lintasan l dirumuskan dengan Persamaan berikut: menyatakan nilai variansi pada standar deviasi shadow fading. = dbm menyatakan level sinyal minimum yang masih dapat diterima user. Panjang rata-rata ( = 1 meter). 4.1 Analisa Hasil Simulasi Pada parameter kontrol standar deviasi shadow fading ( ), nilai ( ) divariasikan antara (3-12 db) untuk dievaluasi terhadap parameter kinerja, yaitu jumlah sinyal degradasi, delay, dan jumlah handoff dengan menggunakan algoritma Suboptimal Signal Degradation Handoff (SDH). Nilai cost(c) yang digunakan yaitu (c =,45,,25,,1,,25,,65). Pada Gambar 2, memperlihatkan posisi BTS dengan jarak (D=2 meter), dan jarak sampling ( =1 meter). MS akan bergerak terhadap setiap sampel ke-k dari disepanjang lintasan lurus, dan disampel setiap 1 meter sebanyak 2 titik sampel. = ( ) (15) 3 4. Hasil Simulasi Simulasi dilakukan dengan menggunakan software Matlab 21a. Terdapat 3 BTS yang bersebelahan dengan jarak antara BTS adalah 1 3 meter yang berada dalam sistem kartesien. Masing-masing koordinat adalah (268, 11), (2,1), (2, 21). Dengan mengasumsikan MS bergerak lurus setiap 1 meter dimulai dari titik (2,), dengan arah (sudut ) setiap gerakan lurus 1 meter tersebut adalah berlintasan lurus. Sebanyak s=5 lintasan yang merupakan jalur MS dibangkitkan dalam area ketiga BTS. Setiap lintasan terdiri dari N=2 sampel kuat sinyal dengan jarak antara lintasan setiap sampel berdekatan =1 meter. Dengan mengasumsikan kuat sinyal yang dibangkitkan disetiap titik sampel sepanjang seluruh lintasan yang merupakan jalur MS bergerak, yaitu;, (, ) = - log(, ) +,, dimana = 15 dbm, = 3 dbm,, merupakan jarak MS (meter) pada sample ke-k terhadap BTS,, adalah distribusi Gaussian (N,(, )) yang merepresentasikan efek shadowing, = 3 meter menyatakan korelasi jarak shadowing, kecepatan MS v = 2, =,5 sekon menyatakan waktu setiap sampel, = 3-12 db 25 2 15 1 5-5 -1-5 5 1 15 2 25 3 Gambar 2. Posisi MS terhadap BTS dengan (D=2 meter), dan ( =1 meter). Level sinyal yang diterima mengalami fluktuasi, karena adanya penghalang antara pemancar dan penerima. Kemudian sinyal yang terhalangi mengalami redaman. Bentuk level sinyal diterima MS dari 3 BTS yang diproses tanpa menggunakan metode rata-rata eksponensial terdapat pada Gambar 3. -94- copyright @ DTE FT USU

SINGUDA ENSIKOM VOL. 8 NO. 2/Agustus 214-5 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 sample kelevel sinyal (db) 4 35 3 25 2 15 1 5 sinyal1 sinyal2 sinyal3 Gambar 3. Bentuk level sinyal diterima MS dari 3 BTS yang diproses sebelum menggunakan metode rata-rata eksponensial. Pada Gambar 4, menunjukkan level sinyal yang diterima MS dari masing-masing BTS yang diproses dengan menggunakan metode eksponensial. Level sinyal yang dirata-ratakan berdasarkan metode eksponensial, bertujuan untuk memperhalus atau meminimalkan pengaruh sinyal yang berfluktuasi karena adanya penghalang antara pemancar dan penerima, dilingkungan yang memiliki kontur menonjol seperti hutan, pengunungan, dan bangunan. Sinyal Degradasi (db) 4.2 Analisis Pengaruh Parameter Kontrol (Standar Deviasi Shadow Fading) terhadap Parameter Kinerja Algoritma SDH Pada Gambar 5, diperlihatkan hubungan antara jumlah sinyal degradasi dengan cost(c) pada standar deviasi shadow fading tertentu. Pada parameter pengendalian daya (cost(c)),45 sampai,65, nilai jumlah sinyal degradasi berdekatan untuk standar deviasi shadow fading yang sama antara 3 db sampai 6 db. Pada cost(c),45 sampai,65 jumlah sinyal degradasi mengalami kenaikan, seiring semakin besarnya nilai standar deviasi shadow fading yang telah divariasikan antara 3 db sampai 12 db. Semakin meningkatnya jumlah sinyal degradasi terjadi, maka sinyal akan mengalami keburukan. Hal ini dikarenakan sinyal degradasi lebih banyak terjadi berada di bawah sinyal minimum ( )..7.6.5.4.3 cost(c) =,45 -,65 c =.45 c =.25 c =.1 c =.65.2 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 sample kelevel sinyal (db) 35 3 25 2 15 1 5 sinyal rata-rata1 sinyal rata-rata2 sinyal rata-rata3 Gambar 4. Bentuk level sinyal dari 3 BTS yang diproses dengan menggunakan metode eksponensial untuk memperhalus sinyal shadowing yang berfluktuasi..1 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Standar Deviasi Shadow Fading (db) Gambar 5. Hubungan antara sinyal degradasi dengan cost(c) pada standar deviasi shadow fading. Pada Gambar 6, diperlihatkan hubungan antara jumlah handoff dengan cost(c) pada standar deviasi shadow fading tertentu. Pada cost(c),45 sampai,65 untuk standar deviasi shadow fading yang sama antara 3 db sampai 5 db nilai jumlah handoff berdekatan dan bernilai kecil. Pada cost(c),65 jumlah handoff bernilai hampir konstan, dan untuk cost(c),25 nilai jumlah handoff hampir konstan pada saat standar deviasi shadow fading bernilai 1 db sampai 12 db. Sementara, pada cost(c),45 nilai jumlah handoff hampir konstan, saat standar deviasi shadow fading bernilai 8 db sampai 1 db, dan saat standar deviasi shadow fading bernilai 11-95- copyright @ DTE FT USU

SINGUDA ENSIKOM VOL. 8 NO. 2/Agustus 214 db sampai 12 db jumlah handoff mengalami kenaikan. Pada cost(c),45 sampai,1 nilai jumlah handoff mengalami kenaikan seiring semakin besarnya nilai standar deviasi shadow fading. Jumlah Handoff 1.4 1.2 1.8.6.4.2 c =.45 c =.25 c =.1 c =.65 cost(c) =,45 -,65 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Standar Deviasi Shadow Fading (db) Gambar 6. Hubungan antara jumlah handoff dengan cost(c) pada standar deviasi shadow fading. Pada Gambar 7, diperlihatkan hubungan antara delay dengan cost(c) pada standar deviasi shadow fading tertentu. Pada cost(c),45 sampai,65 untuk standar deviasi shadow fading yang sama antara 3 db sampai 6 db, nilai delay berdekatan dan bernilai kecil. Sementara pada cost(c),65 nilai delay hampir konstan, tetapi ketika cost(c),45 sampai,1 terjadi penurunan delay seiring semakin besarnya nilai standar deviasi shadow fading antara 3 db sampai 12 db. Delay Rata-rata (m) 45 4 35 3 25 2 15 1 5 cost(c) =,45 -,65 c =.45 c =.25 c =.1 c =.65 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Standar Deviasi Shadow Fading (db) Gambar 7. Hubungan antara delay dengan cost(c) pada standar deviasi shadow fading. 5. Kesimpulan Berdasarkan analisis pengaruh standar deviasi shadow fading terhadap parameter kinerja algoritma SDH dari hasil simulasi diperoleh kesimpulan, yaitu: 1. Pada cost(c),45 sampai,65 jumlahsinyal degradasi mengalami kenaikan, seiring semakin besarnya nilai standar deviasi shadow fading yang telah divariasikan antara 3 db sampai 12 db. 2. Pada cost(c),45 sampai,1 delay handoff mengalami penurunan, seiring semakin besarnya nilai standar deviasi shadow fading. 3. Meningkatnya nilai jumlah handoff, seiring semakin besarnya nilai standar deviasi shadow fading yang terdapat pada cost(c),45 sampai,1. 4. Seiring meningkatnya nilai standar deviasi shadow fading yang telah divariasikan antara 3 db sampai 12 db, menyebabkan semakin sering terjadinya handoff (jumlah handoff bernilai tinggi), hal ini karena delay handoff semakin singkat (nilai delay menurun). Kejadian handoff yang sering terjadi karena delay handoff yang singkat berakibat pada semakin banyaknya level sinyal di bawah sinyal minimum (jumlah sinyal degradasi semakin tinggi). 6. Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada D. Simanjuntak dan A. Hutabarat selaku orang tua penulis, Rahmad Fauzi ST, MT, Naemah Mubarakah ST, MT, yang sudah membimbing penulis dalam menyelesaikan paper ini, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 7. Daftar Pustaka [1]. Veeravalli, V. V., Kelly. O. E, A Locally Optimal Handoff Algorithms for Cellular Communication, IEEE Trans. Veh. Technol, Vol. 46, No. 3, hal. 63-69, 1997. [2]. Singh, B., Aggrawal, K., K., Kumar, S, Sensitivity Analysis of Handover Performance to Shadow Fading in Microcellular Systems, IEEE, ICPW, hal. 446-45, 25. -96- copyright @ DTE FT USU

SINGUDA ENSIKOM VOL. 8 NO. 2/Agustus 214 [3]. Haykin, Simon., Communication System, 4 th edition. Singapore : John Wiley & Son, Inc., 21. [4]. Halgamuge, M. N, Performance Evaluation and Enhancement of Mobile and Sensor Networks, (Disertasi). Australia, University of Melbourne, hal.37-59, 26. [5]. Mahmood, M., Z. dan Dassanayake, P, Shadow Fading in Mobile Radio Channel, IEEE, hal. 291-295, 1996. [6]. Leu, A. E., Mark, B. L, A Discrete-Time Approach to Analyze Hard Handoff Performance in Cellular Networks, IEEE Trans. Wireless Commun., vol.3, no.5, hal. 1721-1733, 24. [7]. Siregar, L. 213. Optimalisasi Parameter Tradeoff Handoff Dengan Mengevaluasi Metode Handoff, Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara. [8]. Rajat, P. and Venugopal, V., V., Adaptive Hard Handoff Algorithm. IEEE J. Select. Areas Commun., vol.18, hal., 2456-1464, 2. [9]. Akar, M., Mitra,U, Variations on Optimal and Suboptimal Handoff Control for Wireless Communication Systems, IEEE J. Select. Areas Commun., vol. 19, hal. 1173-1185, 21. -97- copyright @ DTE FT USU