KESEPAKATAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON NUTRITION KE 2 DI ROMA DAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (GERAKAN 1000 HPK)

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2/PMK.010/2018 TENT ANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

MENTER! KEUANGA.N REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 165/PMK.010/2015 TENT ANG

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang.

POKOK BAHASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya.

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN Objek Penelitian

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT

STUNTING DI INDONESIA DAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (GERAKAN 1000 HPK)

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 58/PMK.Oll/2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.268, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Dextrose. Monohydrate

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187jPMK.Ollj2012

LAPORAN MINGGU XI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 20 Maret 2017 pukul WIB

Laporan Keluarga Angkat (sedikitnya diisi 1 kali selama Inbound tinggal bersama keluarga angkat, dan bila dirasa perlu)

Indonesia dalam Menyampaikan Energi. Hivos

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi berbeda

MENTERI KEUANGAN, REPUBUK INDONESIA SALINAN

KETAHANAN PANGAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others)

LAPORAN MINGGU XIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 April 2017 pukul WIB

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN SEMENTARA TERHADAP IMPOR TEPUNG GANDUM

KK/BP(S)/DS10/791/441/6 Jld.2(s.k. 3/2009)(8) KEMENTERIAN KEWANGAN SURAT PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 8 TAHUN 2010

M SA D E D P E A P N PE P R E T R ANIAN INDO D N O ES E IA? NUH U FI F L HAN A AN A I A R

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru)

Food 1000 HPK. for Kids. Warisan untuk Anak Cucu. Asal... Luar Biasa! 1000 HPK. Kehamilan Usia 1 Tahun Usia 2 Tahun. GEN CERDAS Bisa Diturunkan,

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

Menyongsong SDGs: Kesiapan daerahdaerah

PERKEMBANGAN MASALAH GIZI DAN PENGUATAN PELAYANAN GIZI DALAM PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA

LAPORAN MINGGU XXVI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 Juli 2017 pukul WIB

Country Names - Bahasa Malay

PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014)

PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN

Tinjauan Ketimpangan Ekonomi di Negeri-Negeri Islam

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

Nutrition program priorities in dealing with maternal and child undernutrition in Indonesia

Posisi Human Development Indeks. (HDI) Indonesia (United Nations Development Program (UNDP) tahun 2008)

LAPORAN MINGGU I PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Januari 2018 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXVIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 17 Juli 2017 pukul WIB

Pembangunan Kapasitas Sumberdaya Manusia dalam tata-kelola dan manajemen pertambangan

LAPORAN MINGGU XXXI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Agustus 2016 pukul WIB

Bagian II. Bab III Proses Eksekusi Anggaran

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.GK. Disampaikan pada Seminar Hari Gizi Nasional, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 25 Februari 2015

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED)

LAPORAN MINGGU XXIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 12 Juni 2017 pukul WIB

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

STATUS GIZI. Website:

LAPORAN MINGGU LII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 1 Januari 2018 pukul WIB

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

MENTERII(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

KESEHATAN ANAK. Website:

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

INDONESIA Percentage below / above median

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005

LAPORAN MINGGU 3 PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 22 Januari 2018 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXIVPENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 19 Juni 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 7 November 2016 pukul WIB

Tika Widiastuti NPM: Ekonomi dan Keuangan Syariah. Abstrak

LAPORAN MINGGU X PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Maret 2017 pukul WIB

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUSLIK INDONESIA 108/PMK.Oll/2013_ TENTANG

LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 November 2017 pukul WIB

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Profile Perusahaan CEIC DATA COMPANY (HK)Limited.

fruiffly Dominica, Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rico, USA 5. Bactrocera jarvisi Fiji fruitfly Oceania: Australia

Transkripsi:

KESEPAKATAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON NUTRITION KE 2 DI ROMA DAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (GERAKAN 1000 HPK) oleh: Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Bappenas Disampaikan pada Temu Ilmiah Internasional dan Kongres Nasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) XV Yogyakarta, 27 November 2014

SISTEMATIKA A. PENDAHULUAN B. GAMBARAN MASALAH GIZI GLOBAL DAN INDONESIA C. STRATEGI MEMBENTUK KOMITMEN GLOBAL DALAM GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI D. DEKLARASI ROMA UNTUK GIZI E. PELAKSANAAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI 2

A. PENDAHULUAN 3

SAMBUTAN SEKJEN PBB PADA PEMBUKAAN ICN 2 Saat ini adalah babak baru untuk mencari jalan keluar dalam menghilangkan isu kelaparan dan kekurangan gizi untuk selamanya. Lebih dari 100 negara berkembang di Afrika, Latin Amerika dan Karibia, serta Asia Pasifik dan Timur Tengah telah menyampaikan komitmen untuk mengakhiri kelaparan pada tahun 2025. 54 negara telah melakukan gerakan percepatan perbaikan gizi (Scalling up Nutrition/SUN) dan mengarusutamakan gizi ke dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Diperlukan peningkatan upaya global dan komitmen nasional mengatasi masalah pangan dan gizi. Selamat bagi negara-negara yang telah menyatakan komitmennya untuk Deklarasi Roma untuk Gizi dan Kerangka kerjanya 4

SAMBUTAN DIRJEN WHO PADA ICN 2 Kebijakan yang cerdas dan kuat untuk mengatur pertanian, produksi pangan dan gizi saat ini makin diperlukan. Saat ini di tingkat dunia disparitas sosial yang berdampak pada status kesehatan dan gizi adalah yang tertinggi dalam sejarah. Ekonomi tumbuh namun kebijakan lebih memihak pada kaum elit dan gagal melindungi kaum miskin. Dunia ini tidak memerlukan negara kaya yang penuh dengan penduduk miskin. Kelaparan dan kemiskinan yang diderita jutaan manusia dunia berdampak pada kekurangan gizi, penyakit seperti anemia, gondok, kebutaan, BBLR, dan anak yang kurus dan pendek. Kekurangan gizi menghambat pertumbuhan, perkembangan kognitif dan membunuh anak pada hari-hari pertama kehidupannya. Produksi pangan tradisional telah digeser oleh industri pangan yang murah namun tidak sehat. Prevalensi obesiti yang tinggi juga telah menggejala di dunia yang berdampak pada penyakit jantung, diabetes dan cancer. Dukungan kesepatan ilmiah tentang asupan minimum dari zat gizi mikro terkait kekurangan gizi dan asupan maksimum yang tidak boleh dilanggar untuk terlindung dari penyakit kronis yang disebabkan Oleh karena itu dunia memerlukan kebijakan yang koheren lintas sektor meliputi pertanian, produksi pangan, distribusi dan pemasaranannya dan upaya melindungi lingkungan dan kehidupan petani. oleh pola diit. 5

SAMBUTAN DIRJEN FAO PADA ICN 2 ICN 2 adalah pertemuan yang dilakukan setelah 22 tahun yang lalu dilakukan di tempat yang sama. Dalam 2 dekade 210 juta penduduk dunia terbebas dari masalah kekurangan gizi namun 800 juta masih menderita kelaparan yang hebat; prevalensi stunting dunia turun dari 40% ke 25 % tetapi masih sekitar 160 juta anak adalah anak pendek, dan tidak diduga 22 tahun yang lalu penduduk yang menderita kegemukan naik menjadi 500 juta dewasa saat ini. Banyak negara berkembang terutama negara berpenghasilan menengah menderita double burden of malnutrition, oleh karena itu kita harus mengatur kembali sistem pangan dunia yaitu sistem pangan yang sustainable, inclusive, dan yang lebih sehat. Untuk itu harus dilakukan upaya bersama antara pemerintah dan dunia usaha serta masyarakat sipil untuk kepentingan para konsumen pangan terutama untuk melindungi mereka yang suaranya tidak terdengar yaitu kaum miskin yang menderita kelaparan dan kekurangan gizi. 6

SAMBUTAN DIRJEN FAO PADA ICN 2 (2) Koordinasi sektor sektor pemerintah yaitu pertanian, kesehatan, pendidikan dan perlindungan sosial harus mengatur kebijakan bersama yang bertujuan untuk mencapai status gizi yang lebih baik untuk semua (better nutrition for all). Zero hunger yang meresonansikan ketahanan pangan dan kecukupan gizi untuk masa depan dunia yang tercakup dalam Deklarasi Roma untuk Gizi, perlu didukung karena merupakan upaya pembaruan untuk mencapai status gizi yang lebih baik untuk semua. Marilah kita bekerjasama sebagai satu generasi manusia yang akan membuat kelaparan dan gizi salah sebagai bagian dari sejarah. 7

SAMBUTAN PAUS FRANSISKUS PADA ICN 2 Perumusan komitmen negara-negara untuk memerangi kelaparan dan kekurangan gizi harus diinspirasi oleh keyakinan bahwa hak atas pangan hanya dapat diwujudkan bila kita menyayangi subyek aktual yaitu manusia yang menderita kelaparan dan kekurangan gizi. Perbincangan tentang hak harus diikuti dengan pemenuhan kewajiban. Oleh karena itu rencana pembangunan dan pekerjaan dari organisasi internasional harus memperhitungkan harapan dari orang biasa atas haknya terhadap pangan. Yang diminta adalah martabat bukan belas kasihan. ST John Paul II pada pidatonya di ICN 1 meperingatkan dunia terhadap resiko paradox of plenty dalam persoalan pangan dan gizi ketika pangan cukup untuk setiap manusia, namun tidak semua bisa makan, sementara sisa makanan, konsumsi yang sangat berlebihan dan penggunaan pangan tujuan lain sangat nyata bagi kita. 8

SAMBUTAN PAUS FRANSISKUS PADA ICN 2 (2) Paus juga menekankan pentingnya manusia untuk bertanggung jawab, saling menghormati, daripada berselisih dan menghancurkan dunia. Negara sebagai kesatuan keluarga manusia harus bertindak secara nyata untuk saling menolong dengan menggunakan hukum alam yang tertulis di hati dan dimengerti oleh setiap manusia yaitu cinta kasih, keadilan dan keamanan. Beliau juga berharap dunia mendengar Konferensi ini sebagai satu cerminan kesadaran bersama untuk memberi makan bagi yang kelaparan, menyelamatkan hidup dan dunia. 9

GIZI MENURUT PANDANGAN TOKOH NASIONAL K.H. SALAHUDDIN WAHID Dari sisi keagamaan, upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan ibadah sosial disamping ibadah ritual. Artinya bila diketahui terdapat kejadian gizi buruk di masyarakat namun tidak dilakukan upaya penanganan, maka bagi yang mengetahui kejadian tersebut termasuk golongan pendusta agama. Ajaran agama telah secara jelas mendukung upaya perbaikan gizi. Sebagai contoh, konsep gizi seimbang yang ditekankan oleh Rasulullah SAW yang diambil dari pesan implisit Al-Qur'an: Makan dan minumlah kalian, tapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang (makan-minum) berlebihlebihan. 10

B. GAMBARAN MASALAH GIZI GLOBAL DAN INDONESIA 11

178 Million Children Under 5 Suffer from Stunting Prevalence of Stunting Source : The Lancet Maternal and Child Undernutrition Series (2008)

BASELINE STUNTING RATE AND ANNUAL REDUCTION IN STUNTING 13

COUNTRIES WITH OVERLAPING UNDERFIVE STUNTING, ANEMIA IN WOMEN OF REPRODUCTIVE AGE, AND ADULT OVERWEIGHT(1) Overlap /indicator group Under-five stunting only WRA anaemia only Adult overweight only Under-five stunting and WRA anaemia only Under-five stunting 20%, WRA anaemia 20%, Adult overweight 35% Number of Total Countries countries Population (millions) 3 194 Ethiopia, Rwanda, Viet Nam 3 102 Senegal, Sri Lanka, Thailand 12 873 Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Costa Rica, Germany, Mexico, Paraguay, Peru, The former Yugoslav Republic of Macedonia, United States of America, Uruguay 47 2758 Angola, Bangladesh, Benin, Bhutan, Burkina Faso, Burundi, Cambodia, Central African Republic, Chad, Comoros, Congo (Republic of the), Cote d Ivoire, Democratic People s Republic of Korea, Democratic Republic of the Congo, Djibouti, Eritrea, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Haiti, India, Indonesia, Kenya, Lao People s Democratic Republic, Liberia, Madagascar, Malawi, Mali, Mozambique, Myanmar, Namibia, Nepal, Niger, Nigeria, Pakistan, Philippines, Sierra Leone, Somalia, Sudan, Tajikistan, Timor-Leste, Togo, Uganda, United Republic of Tanzania, 14 Zambia, Zimbabwe

COUNTRIES WITH OVERLAPING UNDERFIVE STUNTING, ANEMIA IN WOMEN OF REPRODUCTIVE AGE, AND ADULT OVERWEIGHT(2) Overlap /indicator group Adult overweight and Under-five stunting only WRA anaemia and Adult overweight only WRA Anaemia and Adult overweight and Under-five stunting Below cut-off for all 3 indicators Number of countries Total Population (millions) 2 14 Honduras, Nicaragua Under-five stunting 20%, WRA anaemia 20%, Adult overweight 35% Countries 29 438 Algeria, Belarus, Belize, Bosnia and Herzegovina, Dominican Republic, Gabon, Georgia, Guyana, Iran, Jamaica, Jordan, Kazakhstan, Kuwait, Kyrgyzstan, Malaysia, Mongolia, Montenegro, Morocco, Oman, Panama, Republic of Moldova, Saint Lucia, Saudi Arabia, Serbia, Suriname, Tunisia, Turkey, Uzbekistan, Venezuela 24 321 Albania, Armenia, Azerbaijan, Bolivia, Botswana, Cameroon, Ecuador, Egypt, El Salvador, Equatorial Guinea, Guatemala, Iraq, Lesotho, Libya, Maldives, Mauritania, Papua New Guinea, Sao Tome and Principe, Solomon Islands, South Africa, Swaziland, Syria, Vanuatu, Yemen. 2 1426 China, Republic of Korea Indicator Sources: Total with data 122 - United Nations Children s Fund, World Health Organization, The World Bank. UNICEF-WHO-The World Bank: 2013 Joint child malnutrition estimates - Levels and trends. UNICEF, New York; WHO, Geneva; The World Bank, Washington, DC; 2014.Population. Data are from 2005-2013 Missing data for at 71 - Stevens GA et al (2013). Global, regional, and national trends in haemoglobin concentration and least one of the prevalence of total and severe anaemia in children and pregnant and non-pregnant women for three indicators 1995-2011: a systematic analysis of population-representative data. The Lancet Global Health 2013;1:e16-e25 - World Health Organization Global Health Observatory Data Repository, 2014. Data is from 2008. Total 193 Available from: http://apps.who.int/gho/data/node.main.a896?lang=en 15 Population source: United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division. World Population Prospects: The 2012 revision, 2013.

Overlap/ind icator group COUNTRIES WITH OVERLAPING STUNTING, WASTING, AND OVERWEIGHT IN UNDERFIVE (1) Number of countries (Total: 193) Under-five stunting 20%, Under-five wasting 5%, Under-five overweight 7% Total population (millions) Countries Stunting only Wasting only Overweight only Stunting and wasting only 12 212 Democratic People s Republic of Korea, El Salvador, Guatemala, Honduras, Liberia, Nauru, Nicaragua, Solomon Islands, Togo, Uganda, Viet Nam, Zimbabwe 6 68 Guyana, Oman, Saudi Arabia, Senegal, Sri Lanka, Suriname 25 603 Algeria, Argentina, Belarus, Belize, Bosnia and Herzegovina, Brazil, Chile, Costa Rica, Dominican Republic, Gabon, Georgia, Kazakhstan, Kuwait, Kyrgyzstan, Mexico, Mongolia, Montenegro, Morocco, Paraguay, Peru, Serbia, The former Yugoslav Republic of Macedonia, Tunisia, Uruguay, Uzbekistan 38 2462 Bangladesh, Burkina Faso, Burundi, Cambodia, Cameroon, Central African Republic, Chad, Congo (Republic of the), Cote d'ivoire, Democratic Republic of the Congo, Eritrea, Ethiopia, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Haiti, India, Kenya, Lao People s Democratic Republic, Maldives, Mali, Mauritania, Myanmar, Namibia, Nepal, Niger, Nigeria, Pakistan, Philippines, Somalia, South Sudan, Sudan, Tajikistan, Timor-Leste, United Republic 16 of Tanzania, Vanuatu, Yemen

Overlap/in dicator group COUNTRIES WITH OVERLAPING STUNTING, WASTING, AND OVERWEIGHT IN UNDERFIVE (2) Number of countries (Total: 193) Under-five stunting 20%, Under-five wasting 5%, Under-five overweight 7% Total population (millions) Countries Stunting overweight only Wasting and overweight only Stunting, wasting and overweight Below cutoff for all three indicators Total with data 7 45 Armenia, Bolivia, Equatorial Guinea, Lesotho, Malawi, Rwanda, Swaziland 2 70 Republic of Moldova, Thailand 17 468 Albania, Azerbaijan, Benin, Bhutan, Botswana, Comoros, Djibouti, Egypt, Indonesia, Iraq, Libya, Mozambique, Papua New Guinea, Sao Tome and Principe, Sierra Leone, Syria, Zambia 10 1914 China, Colombia, Germany, Jamaica, Jordan, Republic of Korea, Saint Lucia, Tuvalu, United States of America, Venezuela 117 5842 Indicator Source: United Nations Children s Fund, World Health Organization, The World Bank. UNICEF-WHO-The World Bank: 2013 Joint child malnutrition estimates - Levels and trends. UNICEF, New York; WHO, Geneva; The World Bank, Washington, DC; 2014. Data are from 2005-2013. 17

Afghanistan Yemen Guatemala Timor-Leste Madagascar Malawi Burundi Ethiopia Rwanda Nepal India Lao People's Bhutan Niger Guinea-Bissau Democratic Republic Zambia Democratic People's United Republic of Mozambique Eritrea Comoros Bangladesh Benin Papua New Guinea Central African Equatorial Guinea Pakistan Cambodia Somalia Lesotho Nigeria Myanmar Chad Sudan Cote d'ivoire Guinea Tajikistan Liberia Uganda Mali Indonesia Vietnam Cameroon Burkina Faso Sierra Leone Kenya Philipines Zimbabwe Djibouti PREVALENCE OF STUNTING : INDONESIA S POSITION 60 50 40 30 20 54 Prevalence of Stunting in countries part of ASEAN 48 42 41 (2003-2008) 37 36 34 World Average 26,9 16 10 0 Timor-Leste Laos Cambodia Myanmar Indonesia Vietnam Philipines Thailand Singapore 4 70 60 50 40 30 20 10 0 Prevalence of Stunting in 50 Countries World Average26,9 (Tahun 2003-2008) Indonesia rank 42 (37 percent) 59 37 33 Sumber : UNICEF 2009 20

NTT DIY Sulteng Babel Sulut Papua Jateng Sumsel Kalbar Sulsel Malut Lampung Kalteng Jambi Banten Jabar Indonesia Sulbar DKI Sumut Pabar NTB Sultra Kaltim Kep.Riau Jatim Riau Sumbar Gorontalo Kalsel Aceh Maluku Bengkulu Bali PROPORSI BAYI LAHIR PENDEK (<48 CM), 2013*) 35.0 30.0 28.7 25.0 20.0 20.2 15.0 10.0 9.6 5.0 0.0 *) Berdasarkan 45% sampel balita yang punya catatan

PREVALENSI STUNTING DI INDONESIA BERDASARKAN PROVINSI Laut Sulawesi Laut Jawa Laut Banda Lautan Hindia Laut Timor Laut Arafuru 0 200 400 km 0 200 400 mm Sumber Data : Riskesdas 2010 Indonesia : 35,6 % < 20 % (0 province) 30-39,9 % (18 province) 20-29,9 % (8 province) >= 40 % (7 province) 22

C. STRATEGI MEMBENTUK KOMITMEN GLOBAL DALAM GERAKAN PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (SUN MOVEMENT) 23

BENEFIT-COST RATIOS OF SCALING UP NUTRITION-SPECIFIC INTERVENTIONS FOR STUNTING REDUCTION, SELECTED COUNTRIES (HODDINOTT ET AL., 2013) 28

D. DEKLARASI ROMA UNTUK GIZI (ROMA, 19-21 NOVEMBER 2014) 37

Rome Declaration on Nutrition We reaffirm that: 1. the elimination of malnutrition is an imperative for health, ethical, political, social and economic reasons 2. nutrition policies should promote a diversified, balanced and healthy diet at all stages of life 3. coordinated action needs to be supported through cross-cutting and coherent policies, programmes and initiatives 4. food should not be used as an instrument for political or economic pressure; 5. volatility of prices of food and agricultural commodities can negatively impact food security and nutrition; 6. improvements in diet and nutrition require relevant legislative frameworks 7. nutrition data and indicators need to be improved 8. empowerment of consumers is necessary 9. national health systems should integrate nutrition 10. special attention to women and empower women and girls 38

Rome Declaration on Nutrition (1) We commit to: 1. Eradicate hunger and prevent all forms of malnutrition worldwide 2. Increase investments for effective interventions and actions 3. Enhance sustainable food systems by developing coherent public policies from production to consumption and across relevant sectors 4. Raise the profile of nutrition within national strategies, policies, actions plans and programmes, and align national resources accordingly 5. Strengthen human and institutional capacities to address all forms of malnutrition through, inter alia, scientific and socioeconomic research and development, innovation and transfer of technologies 39

Rome Declaration on Nutrition (2) 6. Strengthen and facilitate contributions by all stakeholders and promote collaboration within and across countries 7. Develop policies, programmes and initiatives for ensuring healthy diets, in particular during the first 1,000 days of life 8. Empower people and create an enabling environment through improved information and education; 9. Implement the commitments of this Declaration through the Framework for Action; 10. Integrate the vision and commitments of this Declaration into the post-2015 development agenda 40

E. PELAKSANAAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI 41

KERANGKA PIKIR PENYEBAB MASALAH GIZI PADA 1000 HPK Penanganan masalah gizi merupakan upaya lintas sektor untuk mengatasi penyebab langsung, tidak langsung, dan akar masalah melalui upaya intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif 42

SUN MOVEMENT Menyatukan komponen pemerintah, masyarakat madani, donor, PBB, swasta, media massa dan peneliti/akademisi dalam upaya perbaikan gizi secara kolektif. 54 member countries

SUN MOVEMENT (2) Indonesia telah menjadi bagian dari SUN Movement melalui surat keikutsertaan dari Menteri Kesehatan kepada Sekjen PBB pada bulan Desember 2011. Saat ini jumlah negara yang bergabung dalam Gerakan SUN sebanyak 50 negara, termasuk Indonesia. SUN Movement bukanlah inisiatif baru, maupun pendanaan baru, tetapi merupakan peningkatan efektivitas dari berbagai inisiatif dan program/kegiatan yang sudah ada melalui dukungan dari kepepimpinan nasional, penetapan prioritas, dan harmonisasi program. Dilakukan melalui upaya KOORDINASI dan dukungan teknis, advokasi tingkat tinggi, serta kemitraan. 44

SUN MOVEMENT (3) SUN Global Stewardship UN Secretary General SUN Lead Group SUN Secretariat SUN Global networks Country Donor UN Civil society Business Knowledge SUN Countries Government SUN focal point Multi-sector Multi-stakeholder platform Government Knowledge CSOs Donor UN Business 45

PENERAPAN SUN MOVEMENT DI INDONESIA SUN Movement di Indonesia di terapkan dalam Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi 46

PRINSIP DASAR INTERVENSI DALAM GERAKAN 1000 HPK 1. Intervensi Fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), yaitu dimulai dari 270 hari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun (730 hari). 2. Intervensi didasarkan kepada bukti (evidence based) 3. Intervensi harus dilakukan lintas sektor melibatkan pemerintah dan swasta Karena fokus SUN Movement pada 1000 HPK, maka disebut juga Gerakan 1000 HPK 47

48 STRATEGI NASIONAL 1. Tahap Pertama: Membangun komitmen dan kerjasama antar pemangku kepentingan. 2. Tahap Kedua: Mempercepat pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, meningkatkan efektifitas dan meningkatkan sumber pembiayaan. 3. Tahap Ketiga: Memperluas pelaksanaan program, meningkatkan kualitas pelaksanaan dan memelihara kesinambungan kegiatan untuk mencapai indikator dampak yang sudah disepakati.

INTERVENSI GIZI SPESIFIK I. Ibu Hamil II. Suplementasi besi folat PMT pada ibu hamil Kurang Energi Kalori (KEK) Penanggulangan kecacingan Suplemen kalsium Pemberian kelambu dan pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria Ibu Menyusui Promosi menyusui Komunikasi perubahan perilaku untuk memperbaiki pemberian makanan pendamping ASI 49 III. Bayi 0-23 Bulan Suplementasi zink Zink untuk manajemen diare Suplemen vitamin A Pemberian garam iodium Pencegahan kurang gizi akut Pemberian obat cacing Fortifikasi besi dan kegiatan suplementasi Pemberian kelambu

INTERVENSI GIZI SENSITIF No Kegiatan 1 Penyediaan air bersih dan sanitasi 2 Ketahanan pangan dan gizi 3 Keluarga Berencana 4 Jaminan Kesehatan Masyarakat 5 Perlindungan Sosial, termasuk PNPM 6 Fortifikasi Pangan 7 Pendidikan gizi masyarakat, termasuk PAUD 8 Intervensi untuk remaja perempuan, termasuk pemberdayaan perempuan 9 Pengentasan Kemiskinan, termasuk BLT bersyarat/pkh 50

3 2 GUGUS TUGAS GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (TIM GERAKAN NASIONAL 1000 HPK) SK Menko Kesra No.11 Tahun 2014 Tentang Keanggotaan Tim Teknis SK Deputi SDM&K Selaku Ketua Tim Teknis Gerakan 1000 HPK No.37 Tahun 2014 Tentang Kelompok Kerja Gerakan 1000 HPK TIM PENGARAH TIM TEKNIS Perpres No.42 Tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gerakan 1000 HPK) 1 KELOM- POK AHLI POKJA I: Kampanye Nasional & Daerah POKJA II: Advokasi dan Sosialisasi Lintas Sektor dan Lintas Lembaga POKJA III: Pelatihan 51 POKJA IV: Perencanaan dan Penganggaran POKJA V: Kemitraan POKJA VI: Kajian Faktor Risiko Lingk.

PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN PARLEMEN PEMERINTAH PEMDA inisiator, fasilitator dan motivator MITRA PEMBANGUNAN memperkuat kolaborasi ORGANISASI PROFESI & AKADEMISI Think Tank GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DUNIA USAHA pengembangan produk UN NETWORK memperluas dan mengembangkan kegiatan ORGANISASI KEMASYARAKATAN analisa kebijakan serta pelaksana pada tingkat masyarakat MEDIA MASSA menyebarluaskan informasi terkait pangan dan gizi secara terus menerus 52

INDIKATOR HASIL 2025 No Indikator Hasil 1. Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 persen. 2. Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) kurang dari 5 persen. 3. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30 persen. 4. Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih. 5. Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 persen. 6. Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan paling kurang 50 persen. 53

54