pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

PELAPORAN HASIL REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

PELAPORAN HASIL REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

PELAPORAN HASIL REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PELAPORAN HASIL REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

- 9 - PERENCANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pelaksanaan otonomi daerah tahun 1999, tata kelola pemerintahan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KOTA BANJAR TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

PERENCANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB XVII REVIU LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang

I. PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

STANDAR REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BABI PENDAHULUAN. Untuk terciptanya kemandirian pemerintah daerah, pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. oleh Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). kewajaran dari laporan keuangan pemerintah yang telah diperiksa.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, organisasi audit pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu : Auditor Eksternal

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. korupsi telah mengakar, khususnya dalam Penyelenggaraan Pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Gubernur/Bupati/Walikota wajib menyampaikan laporan keuangan kepada DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan Keuangan yang disampaikan tersebut meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tersebut harus disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) disusun oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) berdasarkan konsolidasi laporan keuangan yang disusun oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan dihasilkan dari suatu Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang memadai. Berdasarkan pasal 33 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 yang dijabarkan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, 1

diatur bahwa Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan reviu atas laporan keuangan. Selanjutnya hasil reviu tersebut menjadi dasar pertimbangan Gubernur/Bupati/Walikota membuat Penyataaan Tanggung Jawab (PTJ) yang merupakan lampiran LKPD yang dikirimkan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam rangka pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai korelasi dengan kewajiban reviu laporan keuangan pemerintah daerah adalah : 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanan Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Ruang lingkup reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah meliputi penilaian terbatas terhadap keandalan sistem pengendalian intern dan kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan. Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dilakukan untuk memberikan keyakinan terbatas atas kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

Reviu atas laporan keuangan ditujukan untuk menginformasikan kepada kepala daerah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaaan APBD yang menjadi tangggung jawab masing-masing organisasi perangkat daerahnya. Informasi tersebut selanjutnya digunakan kepada kepala daerah untuk memperbaiki ketepatan dan kesesuaian laporan keuangan dengan peraturan yang berlaku serta meningkatkan kinerja masing-masing organisasi perangkat daerahnya. Agar informasi yang disampaikan Inspektorat tersebut memiliki nilai tambah bagi upaya perbaikan dan peningkatan kinerja dimasa depan maka serangkaian proses dan teknik reviu harus dilakukan untuk : 1. Meneliti dan menilai baik tidaknya, memadai tidaknya penerapan pengendalian yang dilakukan oleh para auditan terhadap penyelenggaraan akuntansi, keuangan dan operasional, serta meningkatkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar; 2. Meyakinkan sejauhmana peraturan, kebijakan rencana dan prosedur yang ditetapkan telah ditaati auditan; 3. Memeriksa sejauhmana kekayaan/harta pemerintah daerah dapat dipertanggungjawabkan dan diamankan terhadap segala bentuk gangguan yang dapat menimbulkan kerugian/kehilangan; 4. Memeriksa sejauhmana pengelolaan administrasi yang dilakukan dapat diandalkan; 5. Menilai mutu hasil pekerjaan/kegiatan terkait dengan pelaksanaan tanggungjawab dan kewajiban;

6. Menyusun dan menyampaikan rekomendasi/saran untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas dan ke-ekonomisan dalam pencapaian kinerja auditan. Perencanaan Reviu merupakan tahap pertama dalam kegiatan pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah. Perencanaan reviu harus dilakukan dengan cermat dan dilakukan oleh aparat yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang cukup dibidang audit atau reviu agar menghasilkan program kerja reviu yang baik. Pelaksanaan Reviu merupakan tahapan yang dilakukan setelah tim reviu melaksanakan tahapan perencanaan. Tahap pelaksanaan merupakan tahapan dimana tim reviu melaksanakan langkah-langkah yang dituliskan dalam Program Kerja Reviu (PKR). Hasil dari pelaksanaan reviu akan dijadikan dasar oleh tim reviu untuk membuat Laporan Hasil Reviu (LHR). Pelaporan hasil reviu merupakan tahap akhir dimana tim reviu harus memberikan pernyataan mengenai apa yang telah mereka lakukan dalam proses reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah. Dasar untuk menghasilkan Laporan Hasil Reviu (LHR) adalah Kertas Kerja Reviu yang telah dibuat dan di supervisi. Apabila dalam pelaksanaan reviu, tim reviu tidak dapat melaksanakan langkah-langkah reviu maupun teknik-teknik reviu, maka reviu tersebut dinyatakan tidak lengkap. Reviu yang tidak lengkap bukanlah dasar yang memadai untuk menerbitkan Laporan Hasil Reviu. Apabila kondisi ini terjadi, maka tim reviu harus mengkomunikasikan secara tertulis kepada Kepala Daerah.

LHR yang dibuat oleh Inspektorat disampaikan kepada Kepala Daerah sebagai pihak yang memberikan tugas untuk melaksanakan reviu. LHR yang disampaikan berupa surat yang memuat Pernyataan Telah Direviu (PTD). PTD ini merupakan salah satu dokumen pendukung untuk penandatanganan Pernyataan Tanggung Jawab (PTJ) Kepala Daerah. PTD yang dibuat dapat berupa pernyataan dengan paragraf penjelas dan tanpa paragraf penjelas. Penyataan dengan paragraf penjelas dibuat apabila : 1. Terjadi pembatasan dalam pelaksanaan reviu; 2. Terjadi penyimpangan terhadap standar akuntansi dan entitas tidak melakukan koreksi seperti yang direkomendasikan oleh Inspektorat Daerah. Koreksi tidak dapat dilakukan antara lain karena membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga baru dapat dilakukan pada periode berikutnya, koreksi bukan wewenang entitas yang bersangkutan, maupun karena kelalaian entitas yang bersangkutan; 3. Prosedur reviu tidak dapat dilaksanakan. Pernyataan tanpa paragraf penjelas dibuat apabila tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan agar laporan keuangan sesuai dengan SAP. Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka jelas peranan Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisiensi, efektif, transparan dan akuntabel. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat permasalahan dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan daerah dari

pengawasan Inspektorat, yaitu masih rendahnya peranan Inspektorat Daerah dalam keseluruhan proses atau siklus pengelolaan keuangan daerah baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan. Permasalahan tersebut dapat dikaji berdasarkan dua aspek yaitu aspek sistem dan aspek individu. Dari aspek sistem, Inspektorat Daerah kurang independen dalam melaksanakan tugasnya, mereka bertanggungjawab pelaksanaan keuangan daerah secara keseluruhan, dimana dia bertanggungjawab terhadap Kepala Daerah. Jika ada kecurangan yang dilakukan kepala daerah melalui kepala SKPD, maka Inspektorat tidak dapat berbuat banyak dalam melaporkan hasil temuannya. Dari segi individu, Pegawai Inspektorat Daerah memiliki kelemahan. Wawasan dan pemahaman Pegawai Inspektorat terhadap pengelolaan keuangan daerah relatif rendah, demikian juga wawasan dan pemahaman mereka yang kurang mencukupi tentang proses pelaksanaan audit internal sehingga pelaksanaan audit internal tidak dilaksanakan secara benar. Kelemahan tersebut antara lain dalam pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah dan kelemahan dalam proses penyusunan laporan keuangan baik laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun laporan keuangan konsolidasian yang merupakan laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan pengamatan awal dan hasil Focus Group Discussion (FGD) dengan beberapa konsultan di Pemerintah Daerah dan juga dari aparat pemerintah daerah itu sendiri, kelemahan itu disebabkan lemahnya pengawasan internal yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah. Kelemahan ini disebabkan oleh pengetahuan

tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah baik secara simultan maupun secara parsial, studi kasus di Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah baik secara simultan maupun secara parsial?. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah baik secara simultan maupun secara parsial?.

1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pikiran dan manfaat yang berarti yaitu : a. bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pengawasan keuangan daerah; b. memberi kontribusi kepada Inspektoratnya sebagai pengawasan keuangan daerah dalam menjalankan perannya sebagai pengawas keuangan daerah; c. bagi akademis diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya pada khususnya dan bidang ilmu akuntansi sektor publik pada umumnya. 1.5. Originalitas Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian seperti ini belum pernah dilakukan. Tetapi penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan ide penelitian yang dilakukan oleh Amrullah (2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Amrullah adalah: 1. Variabel dependen penelitian terdahulu adalah peran auditor Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah, sedangkan penelitian saat ini mempunyai variabel dependen peran Inspektorat dalam reviu laporan keuangan daerah. 2. Variabel independen penelitian terdahulu terdiri dari (1) personal background, (2) pengetahuan tentang keuangan daerah, dan (3) pengetahuan tentang proses pelaksanaan audit internal, sedangkan variabel independen penelitian saat ini

adalah: (1) pengetahuan tentang proses audit internal, (2) intuisi, (3) pemahaman terhadap SAP, dan (4) pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah 3. Populasi penelitian terdahulu adalah seluruh auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, sedangkan penelitian saat ini populasinya adalah seluruh Pegawai di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.