PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

dokumen-dokumen yang mirip
Deztyra Nur Imamah 25, Hobri 26 dan Arika Indah K 27

Arynda 28, Susanto 29, Dafik 30

IMPLEMENTASI PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

Key Words: Accelerated learning, student s achievement, Linier Program

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Devi Yuniar 16, Hobri 17, Titik Sugiarti 18

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

Rini Tri Irianingsih 47

Wirdah Pramita N. 1, Didik S.P. 2, Arika I.K. 3

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

Pendahuluan. Novia Tri Yuniawati et al., Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples...

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

Idawati Mahanurani 1, Toto Bara Setiawan 2, Ervin Oktavianingtyas 3

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Tika Nurpitasari 23, Suharto 24, Arika Indah Kristiana 25

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA DI SDN SIDOMUKTI 02 JEMBER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI ROTATING TRIO EXCHANGE

Herdika Lestiyaningsih 6, Hobri 7, Arika Indah 8

Girlda Elynikie B. 25, Dinawati Trapsilasiwi 26, Arif Fatahillah 27

Putri et al., Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual...

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

Randi Pratama 1 Dinawati Trapsilasiwi 2 Susi Setiawani 3 ABSTRACT

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII 7 SMPN 1 SOLOK SELATAN

Athar Zaif 32, Sunardi 33, Nurcholif Diah 34

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

Key Words: Student Teams Achievement Division, mind mapping, students test result, students activities.

Anggraini Gandung Sugita Program Studi Pendidikan MatematikanUniversitas Tadulako Nia Kurniadin SMP Al-Azhar Palu. Abstrak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

Prakoso et al., Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar IPA Biologi...ister

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) MELALUI STRATEGI PROBLEM SOLVING

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Kadikma, Vol. 5, No. 3, hal 9-18, Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

masih rendah. Rendahnya prestasi belajar tersebut ditandai dengan masih banyakya

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

Key Words: Cooperative learning model with Mind Mapping technic, fraction, student s activity, student s mistakes, effectiveness

Bambang Supriyanto 36

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

Desi Wahyuningtyas 16, Didik Sugeng Pambudi 17, Dinawati Trapsilasiwi 18

Lukluk Ibana 1, Pujiastuti 2, Iis Nur Asyiah 3 PENDAHULUAN

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Pendahuluan. Handayani et al., Penerapan fase-fase Pembelajaran Geometri... 1

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.


MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM CREATING MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 TULUNGAGUNG

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI PUCANGAN

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus Dalam observasi

Tjiptaning Suprihati, Mirisa Izzatun Haniyah. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAME TOURNAMENT

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DISERTAI TUGAS PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

Kata Kunci: cooperative learning of jigsaw type, student activities and learning outcomes

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 PEKANBARU

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Sri Imawatin, Bambang Hari Purnomo Abstrak:

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

Dwi Ratnasari Dewi SMP Negeri 11 Madiun

Key Words: Missouri Mathematics Project, students test result, students activities

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Febryanti* ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 RAMBAH HILIR

Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1

APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE THINK PAIR SQUARE (TPS) TO IMPROVE MATHEMATICS ACHIEVEMENT GRADE X AP 1 SMK PGRI PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Transkripsi:

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBASIS PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 JEMBER SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL TAHUN AJARAN 2012/2013 Annas 20, Dinawati 21, Suharto 22 Abstract : Contextual Teaching and Learning is one of learning method that make students to learn mathematics by connecting the material to the real life. Polya model is one of problem solving type that help the students solving mathematic problems. This type of Learning can increase the ability of student activities and student achievement. Students were guided to learn with their teamwork in solving problem. The subject of the research is grade VIII F students of SMPN 5 Jember. The data collection method used in this research are observation, interview and test. From this learn, students can constructs their knowledge by themself. The result show the student activities and student achievement increase in every level. Key Words : Contextual Teaching and Learning, Polya Model Problem Solving, Student Activities, Student Achievement. PENDAHULUAN Matematika memegang peranan penting dalam suatu proses pembelajaran karena matematika berfungsi sebagai sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir logisnya (Tiro, 1999:336). Sebaliknya, sebagian siswa juga menganggap matematika lebih sulit dibandingkan pelajaran lain. Menurut Abdurrahman (1999:251) matematika termasuk pelajaran yang sulit dan ditakuti oleh kebanyakan siswa. dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan bidang studi yang memegang peranan penting dan mutlak untuk dipelajari. Sains modern dan teknologi tidak akan berkembang tanpa adanya matematika. Menurut Peraturan Pemerintah no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Standar Isi pembelajaran matematika memiliki batas kedalaman pembahasan materi dan penyebaran beban kompetensi. Menurut Sarbani (2008) pembelajaran Matematika yang dirumuskan oleh National Council of Teachers of Matematics atau NCTM (2000) menggariskan, bahwa siswa harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Ada lima standar proses dalam pembalajran matematika yaitu 20 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika-FKIP Universitas Jember 21 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika-FKIP Universitas Jember 22 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika-FKIP Universitas Jember

72 Pancaran, Vol. 2, No. 1, hal 71-82, Februari 2013 pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi serta representasi. Standar proses tersebut adalah jalan untuk memahami materi matematika agar lebih bermakna bagi siswa. Salah satu penyebab dari kesulitan memahami matematika adalah karena sifatnya yang abstrak (Triyadi, 2012). Bahasa matematika adalah bahasa yang abstrak, mengandung banyak lambang atau simbol yang tidak berwujud dalam dunia nyata. Selama ini proses belajar mengajar di sekolah masih cenderung berpusat pada guru sehingga mengakibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran masih kurang. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat membantu keaktifan siswa dalam pembelajaran. Di dalam menjelaskan materi, guru juga kurang mengontekstualkan atau mengaitkan materi matematika dengan kehidupan sehari-hari (Radiansyah, 2010). Hal ini juga yang mendasari untuk dilakukan penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Jember dalam pelajaran metematika sub pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Kenyataan yang dihadapi siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Jember adalah rendahnya hasil belajar siswa dan kurangnya pemahaman akan materi matematika. Berdasarkan keterangan dari guru bidang studi matematika di sekolah tersebut, metode yang digunakan dalam mengajar matematika adalah metode ceramah. Metode tersebut dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam pembelajaran matematika. Dengan sistem pemebelajaran yang demikian, aktivitas belajar siswa tidak maksimal. Di dalam pembelajaran siswa hanya diam mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Hanya beberapa siswa saja yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Ketika berhadapan dengan soal cerita, siswa mengalami kesulitan untuk menemukan jawaban soal tersebut. Menginterpretasikan atau menerjemahkan permasalahan ke dalam model matematika merupakan satu hal yang menjadi penyebab kurangnya pemahaman siswa dalam mencari penyelesaian SPLDV. Di samping siswa harus mampu dalam menerjemahkan ke dalam kalimat matematika, materi SPLDV menuntut siswa juga untuk pandai dan terampil dalam menyelesaikan masalah yang bisanya berupa soal cerita. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini. Menurut Elaine B. Johnson (Irianti; 2010) Contextual Teaching and Learning ( CTL ) adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di

Annas dkk : Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning 73 dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka yaitu dengan konteks keadaaan pribadi, sosial dan budaya. Selain siswa harus mampu aktif dengan mengonstruksi dan menemukan sendiri pemahaman dalam pembelajaran matematika, siswa juga dituntut untuk terampil dalam memecahkan permasalahan matematika. Salah satu tekhnik pemecahan masalah yang efektif dan efisien serta sistematis adalah tekhnik pemecahan masalah model Polya. Model pembelajaran Polya adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada keterampilan memecahkan masalah. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses penerapan penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis pemecahan masalah model Polya, bagaimanakah aktivitas belajar siswa selama penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis pemecahan masalah model Polya serta bagaimanakah hasil belajar siswa selama penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis pemecahan masalah model Polya pada sub pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Penelitian ini memberikan manfaat yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep matematika dan terampil dalam menyelesaikan soalsoal menggunakan strategi penyelesaian soal yang benar secara sistematis, dapat menyumbangkan pemikiran-pemikiran demi peningkatan mutu pendidikan khususnya perbaikan pembelajaran dalam bidang studi matematika dalam bidang pendidikan serta dapat menjadi masukan yang dapat dijadikan alternatif pembelajaran bagi guru. METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 5 Jember. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi pada sebuah kelas (Aqib, 2006:13). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model skema Hopkins yaitu model skema yang mengunakan prosedur kerja yang terdiri dari siklus-siklus antara lain perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Arikunto, 2010:105)

74 Pancaran, Vol. 2, No. 1, hal 71-82, Februari 2013 Tindakan pendahuluan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan guru bidang studi matematika untuk menelaah permasalahan kelas dan observasi kelas serta berdiskusi dengan guru bidang studi matematika untuk menentukan kelas yang akan dijadikan penelitian. Setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbasis Pemecahan Masalah Polya, siswa diberi tes akhir 1 pada akhir siklus 1 dan tes akhir 2 pada akhir siklus 2. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan atau penurunan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Data yang dikumpulkan adalah data hasil observasi adalah aktivitas siswa (individu dan kelompok) dan peneliti selama pembelajaran, skor lembar kerja siswa (LKS), skor pekerjaan rumah (PR) dan skor tes akhir siswa. Data yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah: 1. Penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis pemecahan masalah model Polya dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif terhadap observasi dan wawancara. 2. Aktivitas siswa dan guru selama penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbasis pemecahan masalah model Polya dianalisis deskriptif kualitatif terhadap observasi a. Persentase aktivitas siswa (P 1 ) diperoleh dengan rumus : p 1 A N Keterangan : P 1 100% : Persentase keaktifan siswa A : Jumlah skor yang diperoleh siswa atau guru N : Jumlah skor seluruhnya b. Persentase aktivitas guru (P 2 ) diperoleh dengan rumus : P 2 A N Keterangan : P 2 100% : Persentase keaktifan guru A : Jumlah skor yang diperoleh siswa atau guru N : Jumlah skor seluruhnya Tabel 1. Kriteria aktivitas siswa dan guru pada penelitian ini

Annas dkk : Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning 75 No Persentase Kategori Aktivitas 1 2 3 4 P 83,34% 66,67% P < 83,34% 50% P < 66,67% 33,33% P < 50% Sangat aktif Aktif Cukup Aktif Tidak Aktif 3. Hasil belajar siswa selama penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbasis pemecahan masalah model Polya diperoleh dengan menggunakan rumus : a. Skor akhir siswa secara individu ( setiap siklus ) dicari dengan rumus N 2P 3L 5T 10 Keterangan: N = Nilai akhir siswa secara individu P = Rata-rata nilai pekerjaan rumah pada setiap siklus L = Rata-rata nilai pengerjaan LKS pada setiap siklus T = Nilai tes pada setiap siklus b. Kriteria untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa sebagai berikut: 1). Ketuntasan secara individu. Seorang siswa telah tuntas belajar apabila telah mencapai skor akhir individu 70 dari skor maksimal 100. 2). Ketuntasan secara klasikal Suatu kelas dikatakan tuntas belajar apabila di kelas tersebut telah terdapat minimal 75% siswa yang telah mencapai skor akhir individu 70 dari skor maksimal 100. Percentage ketuntasan secara klasikal dapat diperoleh dengan rumus : Pt T S Keterangan: 100% Pt = Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal T = Jumlah siswa yang tuntas secara individu S = Jumlah seluruh siswa HASIL PENELITIAN Hasil Analisis Aktivitas Siswa Pelaksanaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbasis

76 Pancaran, Vol. 2, No. 1, hal 71-82, Februari 2013 pemecahan masalah model Polya di kelas VIII F dapat terlaksanakan dengan lancar meskipun ada beberapa hambatan. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa (secara individu dan kelompok) selama pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbasis pemecahan masalah model Polya. Berikut perkembangan kemampuan komunikasi lisan siswa. Tabel 2. Perkembangan aktivitas siswa secara individu pada siklus I dan siklus II No Aktivitas siswa Pertemuan (%) 1 2 4 5 1. Bertanya mengenai materi 50,92 69,4 71,3 80,56 2. Menjawab pertanyaan yang diberikan 62,96 66,7 82,41 78,7 3. Mengidentifikasi soal 85,18 86,1 92,59 90,74 4. Menyusun rencana penyelesaian 56,48 63 73,15 82,41 5 Melaksanakan rencana penyelesaian 55,55 58,3 71,3 81,48 6 Menyimpulkan permasalahan 62,96 63,9 73,15 85,19 Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada Siklus I pertemuan pertama, data aktivitas siswa (individu) menunjukkan: (1) bertanya mengenai materi 50,92%, (2) menjawab pertanyaan yang diberikan 62,96 %, (3) mengidentifikasi soal 85,18%, (4) menyusun rencana penyelesaian 56,48%, (5) melaksanakan rencana penyelesaian 55,55%, dan (6) menyimpulkan permasalahan 62,96%. Persentase ketercapaian aktivitas siswa pada pertemuan yang pertama ini mencapai 62,89 % dengan kategori Cukup Aktif. Pada pertemuan kedua menunjukkan: (1) bertanya mengenai materi 69,4%, (2) menjawab pertanyaan yang diberikan 66,7 %, (3) mengidentifikasi soal 86,1%, (4) menyusun rencana penyelesaian 63%, (5) melaksanakan rencana penyelesaian 58,3%, dan (6) menyimpulkan permasalahan 63,9%. Persentase ketercapaian aktivitas siswa pada pertemuan yang kedua mencapai 67,89 % dengan kategori Aktif. Pada siklus II pertemuan keempat data aktivitas siswa (individu) menunjukkan: (1) bertanya mengenai materi 71,3%, (2) menjawab pertanyaan yang diberikan 82,41 %, (3) mengidentifikasi soal 92,59%, (4) menyusun rencana penyelesaian 73,15%, (5) melaksanakan rencana penyelesaian 71,3%, dan (6) menyimpulkan permasalahan 73,15%. Persentase ketercapaian aktivitas siswa pada pertemuan yang pertama ini mencapai 77,31 % dengan kategori Aktif. Pada pertemuan kelima menunjukkan: (1) bertanya mengenai materi 80,56%, (2) menjawab pertanyaan yang diberikan 78,7%, (3) mengidentifikasi soal 90,74%, (4) menyusun rencana penyelesaian 82,41%, (5) melaksanakan rencana penyelesaian 81,48%, dan (6) menyimpulkan permasalahan 85,19%.Persentase ketercapaian aktivitas siswa pada pertemuan yang pertama ini

Annas dkk : Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning 77 mencapai 83,17 % dengan kategori Aktif. Hasil observasi aktivitas siswa dalam kelompok dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Perkembangan aktivitas siswa dalam kelompok pada siklus I dan siklus II Siklus Pertemuan Aktivitas Siswa (% ) Kategori Siklus 1 Pertemuan Ke-1 61,72 Cukup Aktif Pertemuan ke-2 69,12 Cukup Aktif Siklus 2 Pertemuan ke-4 77,77 Aktif Pertemuan ke-5 85,17 Sangat Aktif Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa dalam kelompok selama pembelajaran tiap pertemuan tiap siklus semakin meningkat. Aktivitas siswa secara kelompok pada siklus I pertemuan pertama 61,72% dengan kategori Cukup Aktif dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 69,12% dengan kategori Cukup Aktif. Pada siklus II pertemuan keempat aktivitas siswa secara individu 77,77% dengan kategori Aktif dan pada pertemuan yang kelima meningkat menjadi 85,17% dengan kategori Sangat Aktif. Hasil Analisis Data Aktivitas Guru Observasi aktivitas guru dilakukan untuk mengetahui sejauh mana guru melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis pemecahan masalah model Polya. Hasil persentase aktivitas guru dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Tabel 4. Presentase Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II Pelaksanaan Siklus I Siklus II Pertemuan ke- Jumlah Skor Nilai (% ) Kategori 1 24 80 Aktif 2 25 83,33 Aktif 4 26 86,66 Sangat Aktif 5 28 93,33 Sangat Aktif Dari Tabel 4.dapat dilihat bahwa aktivitas guru sudah aktif dalam setiap pembelajaran. Pada siklus I pertemuan pertama 80% dengan kategori Aktif dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 83,33% dengan kategori Aktif. Pada siklus II pertemuan keempat 86,66% dengan kategori Sangat aktif dan pada pertemuan kelima meningkat menjadi 93,33% dengan kategori Sangat Aktif. Analisis Data Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS)

78 Pancaran, Vol. 2, No. 1, hal 71-82, Februari 2013 Pada siklus I pertemuan 1 rata-rata skor hasil pekrjaan LKS adalah 66 dan pertemuan 2 sebesar 85. Pada pertemuan 1 siswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan latihan soal didalam LKS baik nomor 1 maupun nomor 2. Penyebabnya adalah waktu untuk mengerjakan LKS menggunakan metode grafik membutuhkan waktu yang cukup banyak sementara waktu yang disediakan terbatas. Sementara pada pertemuan 2 siswa memperoleh hasil yang lebih baik dalam mengerjakan LKS. Hal ini disebabkan karena pada pertemuan 2, siswa mengerjakan soal menggunakan metode eliminasi yang dianggap lebih mudah daripada metode grafik. Pada siklus 2 rata skor hasil pekerjaan LKS pertemuan 1 adalah 77 dan pada pertemuan 2 adalah 86. Kendala tidak terselesaiakannya pekerjaan LKS baik pada pertemuan 1 dan 2 adalah kurang maksimalnya bekerja secara berkelompok. Siswa perlu beradaptasi dengan teman sekelompoknya. Analisis Hasil Pekerjaan Rumah Pekerjaan rumah diberikan setiap akhir pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2. Pekerjaan rumah berupa soal essay sebanyak 2 soal. Rata-rata hasil pekerjaan siswa pada siklus 1 pertemuan pertama yaitu 82,7 dan pertemuan kedua yaitu 91,11. Pada siklus 2 rata-rata hasil pekerjaan siswa lebih baik yaitu sebesar 83,33 dan 92,63. Hal ini disebabkan karena siswa lebih menyukai metode pengerjaan SPLDV yaitu dengan menggunakan metode substitusi dan metode gabungan. Analisis Hasil Tes Akhir Berdasarkan hasil tes akhir pada siklus 1 terdapat 23 siswa tuntas dan 13 orang siswa belum tuntas. Rata-rata nilai tes akhir siklus 1 yaitu 61,64. Analisis ketuntasan secara klasikal menunjukkan percentage sebesar 63,88% dengan kategori kelas tersebut masih belum tuntas. Penyebab kurang maksimalnya hasil tes akhir 1 yaitu kemampuan siswa dalam memahami serta mengubah kalimat soal menjadi kalimat matematika masih kurang. Disamping itu pengerjaan soal SPLDV dengan menggunakan metode grafik cukup membingungkan siswa dan membutuhkan waktu yang cukup lama Berdasarkan analisis hasil tes akhir siklus 2 terdapat 28 siswa yang tuntas dan 8 siswa yang belum tuntas belajarnya. Rata-rata nilai tes akhir siklus 2 yaitu 79,21. Analisis ketuntasan secara klasikal menunjukkan percentage sebesar 77,77% dengan kategori tuntas. Pada hasil tes akhir siklus 2, siswa mengalami peningkatan nilai. Hal ini disebabkan karena pada silus 2 metode pengerjaan soal SPLDV dipandang lebih mudah

Annas dkk : Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning 79 yaitu dengan menggunakan metode substitui dan metode gabungan. Kedua metode ini tidak membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya. Analisis Nilai Akhir Siswa Berdasarkan analisi nilai akhir siswa secar individu pada siklus 1 terdapat 23 siswa tuntas dan 13 orang siswa belum tuntas. Rata-rata nilai tes akhir siklus 1 yaitu 61,64. Analisis ketuntasan secara klasikal menunjukkan percentage sebesar 63,88% dengan kategori kelas tersebut masih belum tuntas. Berdasarkan analisis nilai akhir siswa secar individu pada siklus 2 terdapat 28 siswa yang tuntas dan 8 siswa yang belum tuntas belajarnya. Rata-rata nilai tes akhir siklus 2 yaitu 79,21. Analisis ketuntasan secara klasikal menunjukkan percentage sebesar 77,77% dengan kategori tuntas. Analisis Data Hasil Wawancara Wawancara yang dilakukan terhadap guru bidang studi pada tindakan pendahuluan menghasilkan kesimpulan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Jember kurang aktif selama pembelajaran sehingga pembelajaran di kelas dirasa siswa membosankan. Selain itu, pembelajaran dilaksanakan dengan metode ceramah dan pemberian tugas. Wawancara setelah penelitian dihasilkan kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis pemecahan masalah model Polya pada sub pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel sudah berjalan lancar. Dengan pembelajaran ini siswa tampak lebih aktif dalam belajar matematika, aktivitas siswa (secara individu dan kelompok) meningkat pada setiap pertemuan. Hasil wawancara dengan siswa yang mempunyai kemampuan rendah menunjukkan siswa mengakami kesulitan dalam mengubah kalimat soal menjadi kalimat matematika. Sedangkan menurut siswa yang berkemampuan tinggi, pembelajaran yang diterapkan sangat menyenangkan karena siswa bisa lebih aktif berdiskusi dalam menyelesaikan permasalahan Penerapan penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis pemecahan masalah model Polya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Pembelajaran Pembelajaran CTL yang digunakan sebagai pemantapan konsep SPLDV bagi siswa tentang penerapan SPLDV dalam kehidupan sehari-hari dan pemecahan masalah yang digunakan untuk mendukung siswa dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV yang tidak mudah dikerjakan. Disamping itu dengan pembelajaran CTL siswa

80 Pancaran, Vol. 2, No. 1, hal 71-82, Februari 2013 dilatih untuk membangun dan mengonstruksi pemahamannya dengan sendirinya (Constructivism) dan menemukan penyelesaian soal (Inquiry) melalui kegiatan berkelompok. Pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan pembelajaran kontekstual dengan pemecahan masalah model Polya. Langkah-langkah dalam pembelajaran ini adalah penyampaian materi secara singkat dengan mengaitkan dunia nyata siswa dengan tanya jawab (Questioning), sehingga siswa lebih mudah memahami materi karena permasalahan tersebut dapat lebih mudah dibayangkan siswa (Constructivism dan Inquiry); pembentukan kelompok (Learning Community) untuk mengerjakan LKS menggunakan metode penyelesesaian masalah (memahami soal, menyusun rencana penyelesaian, modelling, melaksanakan rencana penyelesaian, memeriksa kembali jawaban / reflection), diskusi serta mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok; setiap akhir pertemuan diberi pekerjaan rumah; tes akhir dilaksanakan pada pertemuan terakhir setiap siklus. Berdasarkan hasil observasi pada aktivitas siswa secara individu dan kelompok, diperoleh peningkatan persentase setiap siklus. Peningkatan ini terjadi karena siswa yang awalnya masih malu saat bertanya (Questioning) dan menjawab pertanyaan serta belum terbiasa dengan kerja kelompok (Learning Community). Dalam mengerjakan soal, siswa mengalami kesulitan didalam mengubah kalimat soal menjadi kalimat matematika (modelling). Aktivitas guru (peneliti) dalam setiap pembelajaran juga mengalami peningkatan. Pada pembelajaran pertama, guru masih belum maksimal dalam membimbing siswa mneyelesaikan soal dengan menggunakan startegi penyelesaian yang benar dan kurang mengatur waktu untuk kegiatan presentasi. Tetapi hal ini tidak terjadi lagi pada pembelajaran-pembelajaran berikutnya dikarenakan guru memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran pertama. Hasil analisis nilai akhir siswa menunjukkan adanya peningkatan dalam ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan analisis pengerjaan LKS, pekerjaan rumah dan tes akhir siswa, secara umum diketahui bahwa kekurangan siswa dalam mengerjakan soal yaitu siswa kurang mampu dalam mengubah kalimat soal menjadi kalimat matematika (Modelling) dan tidak menyelesaikan soal dengan penyelesaian masalah yang runtut lengkap (tidak menyususn rencana penyelesiaan).

Annas dkk : Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning 81 Hal ini menyebabkan skor yang mereka peroleh kurang maksimal. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh persentase 63,88% dengan kategori kelas tersebut belum tuntas dan siklus II sebesar 77,77% dengan kategori kelas tersebut sudah tuntas. Dari keseluruhan rangkaian pembelajaran dalam penelitian ini juga terdapat kendala, adalah pengelolaan kelas pada saat kerja kelompok (Learning Community) dikarenakan siswa cenderung malu untuk bertanya (Questioning)dan bekerja secara berkelompok. Siswa juga belum terbiasa untuk melakukan presentasi di depan kelas. Selain itu kesulitan peneliti pada saat kegiatan bimbingan terhadap kelompok belajar yaitu banyaknya siswa yang meminta bimbingan sehingga suasana kelas menjadi tidak kondusif. Hasil analisis wawancara dengan guru bidang studi matematika kelas VIII F yaitu Mohamad Subarno, S.Pd., M.Pd diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis pemecahan masalah model Polya sangat bagus. Siswa terlihat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa dapat bekerja secara berkelompok (Learning Community) menyelesaikan masalah yang diberikan dan berlatih mengemukakan pendapat. Hal ini akan mendukung pada proses pemahaman materi (Constructivism) pada diri siswa. Sementara wawancara yang dilakukan pada siswa juga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis pemecahan masalah model Polya sangat menyenangkan dan memudahkan pengerjaan soal bagi siswa. Siswa merasa senang dan antusias karena mereka secara langsung dapat memahami (Constructivism) penerapan matematika dalam kehidupan nyata. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwaannya Penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Leraning (CTL) berbasis pemecahan masalah pada sub pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel secara umum berjalan dengan lancar meskipun terdapat beberapa kekurangan pada siklus pertama tetapi dapat diperbaiki pada siklus kedua. Melalui pembelajaran CTL berbasis pemecahan masalah ini, materi dikaitakan dengan kehidupan nyata dan siswa dipacu keaktifannya untuk membangun pemahaman konsep (Constructivism) serta

82 Pancaran, Vol. 2, No. 1, hal 71-82, Februari 2013 menemukan penyelesaian (Inquiry). Hal ini timbul melalui kegiatan bertanya (Questioning), dan belajar berkelompok (Learning Community) dalam menyelesaikan permasalahan menggunakan metode penyelesaian masalah yang runtut dan mudah dipahami siswa. Hasil yang diperoleh dari pembelajaran yang dilakukan menunjukkan peningkatan aktivitas siswa baik secara individu maupun secara berkelompok tiap pertemuan dan tiap tiap siklus. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1, terdapat 23 siswa tuntas dan 13 siswa belum tuntas dalam belajarnya. Secara klasikal hasil belajar pada siklus 1 memiliki percentage sebesar 63,88% yang menunjukkan kelas tersebut belum tuntas. Pada siklus 2 hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan bertambahnya siswa yang tuntas yaitu sebanayak 28 siswa dan 8 siswa belum tuntas dalam belajarnya. Secara klasikal hasil belajar pada siklus 2 memiliki percentage sebesar 77,77% yang menunjukkan kelas tersebut sudah tuntas. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Aqib,Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung : Yrama Widya Arikunto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Irianti. 2010. Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching and Learning. [online] tersedia di http://kopasbro.blogspot.com/2011/06/ pembelajaran-kontekstualcontextual.html Sarbani, B. 2008. Standar Isi dan Standar Proses Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia di http://bambangsarbani.blogspot.com/ Tiro, Muhammad A.1999.Meningkatkan kemampuan logika siswa melalui penyelesaian soal-soal kalimat verbal. Jakarta: Jurnal Ilmu pendidikan Depdiknas. Triyadi, T. 2012. Matematika itu Abstrak [online]. Tersedia di http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/14/matematika-itu-abstrak-terusgimana/