PENERAPAN POLA LATIHAN BERJENJANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LANGKAH POLIYA SISWA SMK. Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MAKALAH DASAR-DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

Kata Kunci: analisis kesalahan, perbandingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI SPLDV SISWA KELAS VIII DI SMP KRISTEN 2 SALATIGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan proses pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. zaman inilah yang mendorong para pendidik untuk lebih kreatif dalam. nasional (Marsigit dalam Renni Indrasari,2005:1).

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. formal yang mumi, matematika adalah sains yang memanipulasi simbol,

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan hidup dalam dunia yang semakin mengglobal amat berat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI A. Masalah Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menara Kudus), Jilid II, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Kudus:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semester ganjil tahun pelajaran pada mata pelajaran matematika,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar B el akang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

2 Namun pembelajaran matematika di sekolah memiliki banyak sekali permasalahan. Majid (2007:226) menyatakan bahwa masalah belajar adalah suatu kondisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically).

ANALISIS KESALAHAN KONSEP DASAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 4 PERCONTOHAN KARANG BARU SKRIPSI. Diajukan Oleh: MUHAMMAD SYAFARI NIM :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

BAB I PENDAHULUAN. yang baik, di antaranya kemampuan pemecahan masalah; kemampuan. penalaran dan bukti; kemampuan komunikasi; kemampuan koneksi; dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I PENDAHULUAN. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN KEPERYAAN DIRI (SELF EFICCACY) MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang paling sulit (Mulyono, 1999:25). Meskipun demikian, semua orang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Maju mundurnya suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu ilmu dan menjadi ilmu dasar bagi ilmu-ilmu yang lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Transkripsi:

PENERAPAN POLA LATIHAN BERJENJANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA Abu Syafik Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Jalan KHA. Dahlan 3 Purworejo Abstrak Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai peranan sangat penting yang dapat dijadikan pengembangan belajar agar siswa pada jenjang pendidikan dasar dapat menguasai dan memiliki kecakapan yang rasional. Mengingat pentingnya peranan matematika maka pengajaran matematika di berbagai jenjang pendidikan formal perlu mendapat perhatian khusus. Belajar matematika tidak lepas dari bagaimana cara menyelesaikan soal-soal matematika yang bertujuan untuk memperdalam penguasaan konsep, fakta, operasi, dan prinsip matematika dan sekaligus sebagai pelatihan mengaplikasikannya dalam menyelesaikan masalah. Pola latihan berjenjang merupakan pola latihan yang dirasa tepat dalam memenuhi prinsip pembelajaran yang salah satunya adalah prinsip berjenjang. Prinsip berjenjang digunakan dalam pembelajaran konsep maupun pada penguasaan keterampilan pemecahan masalah berupa soal cerita. Kata Kunci: pola latihan berjenjang, soal cerita Pendahuluan Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek penalarannya maupun aspek terapannya, mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Artinya, sampai batas tertentu, matematika perlu dikuasai oleh peserta didik, baik pola pikirnya maupun penerapannya. Ini berkaitan dengan peran matematika sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah yang sistematis dan konsisten. Matematika dapat diterapkan seawal mungkin kepada anak didik sejak memasuki bangku sekolah. Mengingat pentingnya peranan matematika maka pengajaran matematika diberbagai jenjang pendidikan formal perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemilihan 30 Abu Syafik: Penerapan Pola Latihan Berjenjang pada Penyelesaian Soal Cerita

metode dan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan materi dan pada jenjang mana akan diterapkan. Kenyataan menunjukkan bahwa masih ada siswa yang menganggap matematika sebagai momok. Ini berkenaan dengan sifat matematika yang abstrak serta berjenjang. Beberapa siswa bahkan menganggap bahwa matematika itu menjemukan. Untuk meminimalisir anggapan bahwa matematika sulit dan kadang menjemukan, perlu dirancang metode pembelajaran yang menyenangkan dan tidak menegangkan. Pada masing-masing standar kompetensi, indikator yang terakhir biasanya berupa kemampuan menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Biasanya terkait dengan soal cerita. Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya keterampilan siswa dalam menerjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam kalimat matematika. Kesulitan yang paling menonjol dalam menyelesaikan soal cerita adalah kesulitan dalam memahami soal dan dalam membuat model matematika. Ketika kesulitan tersebut tidak diatasi, tentu akan membuat matematika tetap menjadi mata pelajaran yang tidak menyenangkan dan pada akhirnya membuat siswa takut pada pelajaran tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam makalah ini akan dibahas prosedur penerapan pola latihan berjenjang dalam menyelesaikan soal cerita. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek penalarannya maupun aspek terapannya, mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Artinya, sampai batas tertentu, matematika perlu dikuasai oleh peserta didik, baik pola pikirnya maupun penerapannya. Ini berkaitan dengan peran matematika sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah yang sistematis dan konsisten. Matematika dapat diterapkan seawal mungkin Abu Syafik: Penerapan Pola Latihan Berjenjang pada Penyelesaian Soal Cerita 31

kepada anak didik sejak memasuki bangku sekolah. Mengingat pentingnya peranan matematika maka pengajaran matematika diberbagai jenjang pendidikan formal perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemilihan metode dan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan materi dan pada jenjang mana akan diterapkan. Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai momok. Ini berkenaan dengan sifat matematika yang abstrak serta berjenjang. Beberapa siswa bahkan menganggap bahwa matematika itu menjemukan. Untuk meminimalisir anggapan bahwa matematika sulit dan kadang menjemukan, perlu dirancang metode pembelajaran matematika yang menyenangkan dan tidak menegangkan. Pada masing-masing standar kompetensi, indikator yang terakhir biasanya berupa kemampuan menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Biasanya terkait dengan soal cerita. Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya keterampilan siswa dalam menerjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam kalimat matematika. Kesulitan yang paling menonjol dalam menyelesaikan soal cerita adalah kesulitan dalam memahami soal dan dalam membuat model matematika. Ketika kesulitan tersebut tidak diatasi, tentu akan membuat matematika tetap menjadi mata pelajaran yang tidak menyenangkan dan pada akhirnya membuat siswa takut pada pelajaran tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam makalah ini akan dibahas pola latihan berjenjang dalam menyelesaikan soal cerita. Pembahasan 1. Penyelesaian Soal Cerita Soal cerita matematika merupakan suatu bentuk soal yang permasalahannya dijabarkan dalam bentuk cerita, dan dalam penyelesaiannya diperlukan suatu keteram- 32 Abu Syafik: Penerapan Pola Latihan Berjenjang pada Penyelesaian Soal Cerita

pilan untuk merumuskan masalah yang terdapat di dalamnya. Permasalahan yang diangkat dalam suatu soal cerita pada umumnya adalah permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan dalam menyelesaikan soal cerita meliputi meliputi keterampilan menghitung, keterampilan membaca, dan kemampuan menyatakan hubungan. Mempelajari dan menyelesaikan soal cerita memiliki banyak manfaat. Berikut beberapa manfaat mempelajari soal matematika. a. Membantu siswa mengembangkan kemampuan analisisnya dan membantu mengaplikasikan kemampuan tersebut dalam situasi yang berlainan. b. Membantu siswa dalam mempelajari fakta, skill, konsep dan prinsip. c. Membangkitkan motivasi siswa sehingga siswa senang belajar matematika. d. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam menganalisis suatu informasi untuk mengambil simpulan dan putusan yang tepat. Dalam memecahkan masalah diperlukan strategi dan diperlukan juga pembiasaan memecahkan masalah dari unsur atau bagian masalahnya. Dalam soal cerita, permasalahan dapat dinyatakan dengan kalimat terbuka atau bentuk aljabar. Penyelesaian soal cerita seringkali diajarkan menggunakan variabel yang biasanya berupa huruf, sehingga siswa mengalami kesulitan memahaminya. Siswa mengalami kesulitan dalam membedakan huruf yang merepresentasikan objek atau benda dengan huruf yang merepresentasikan satu bilangan tertentu. Dalam memecahkan masalah matematika yang terkait dengan soal cerita, penyusunan model matematika merupakan salah satu kunci keberhasilan. Untuk menyusun model matematika diperlukan langkahlangkah sistematis. Sejalan dengan hal tersebut di atas, Hudoyo Herman (2001:12) mengemukakan untuk Abu Syafik: Penerapan Pola Latihan Berjenjang pada Penyelesaian Soal Cerita 33

menyelesaikan soal cerita matematika diperlukan kemampuan awal yang meliputi: a. kemampuan menentukan hal yang diketahui dalam soal; b. kemampuan menentukan hal yang ditanyakan dalam soal; c. kemampuan membuat model matematika; d. kemampuan menyelesaikan model matematika; dan e. kemampuan menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan soal semula. Kemampuan a dan b tersebut dapat dinyatakan sebagai kemampuan untuk memahami masalah. Oleh karena itu, tahapan penyelesaian soal cerita dapat dinyatakan dengan skema sebagai berikut. Memahami Masalah Jawaban atas Masalah Model Matematika Jawaban atas Model Gambar 1 Bagan Penyelesaian Soal Cerita Memahami masalah dilakukan dengan menggadakan penyederhanaan terhadap informasi-informasi yang ada pada soal cerita. Pada langkah ini ditentukan varabel keputusan yaitu variabel yang berkaitan dengan permasalahan. Selanjutnya dicari kaitan antara masing-masing variabel. Penyusunan model matematika dilakukan dengan merumuskan masalah dalam bahasa matematika, Pada langkah ini semua variabel, fakta, dan relasi-relasi yang ada dalam soal cerita dinyatakan dalam simbol matematika. Selanjutnya dicoba dikenali pola masalah matematika yang sesuai dengan masalah tersebut. Langkah selanjutnya adalah menyederhanakan masalah yang telah dirumuskan dalam bahasa matematika (model matematika) tersebut dengan alat matematika yang sesuai. Langkah ini disebut sebagai langkah menentukan penyelesaian atas model. Langkah keempat yaitu menafsirkan hasil yang diperoleh sesuai dengan masalah yang ada dalam soal cerita, dalam hal ini diperoleh jawaban atas masalah. 2. Pola Latihan Berjenjang Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh banyak hal.salah satunya adalah cara belajar. Karakteristik materi matematika yang 34 Abu Syafik: Penerapan Pola Latihan Berjenjang pada Penyelesaian Soal Cerita

berjenjang (hirarkis) memerlukan cara belajar yang berjenjang pula. Untuk memahami suatu konsep dan/atau rumus matematika yang lebih tinggi diperlukan pemahaman yang memadai terhadap konsep dan/atau rumus yang ada di bawahnya. Menurut Gagne dalam Setiawan(2008) setiap jenjang yang lebih tinggi bergantung pada penguasaan pelajaran terhadap jenjang yang lebih rendah serta berhubungan. Jadi siswa menggunakan fakta untuk mengenali konsep, kemudian membuat hubungan antar konsep untuk mengenali prinsip atau asas dan pada akhirnya menerapkan asas untuk mengembangkan pemecahan masalah. Seorang siswa belum dapat dikatakan memahami suatu konsep atau rumus dalam matematika jika dia hanya mampu menyebutkan atau menghafal definisi dari konsep atau rumus dan belum mampu menggunakannya dalam menyelesaikan soal-soal yang terkait. Berkenaan dengan karakteristik tersebut, matematika menjadi mata pelajaran yang dianggap sulit untuk dipelajari siswa. Oleh sebab itu, dalam mengajarkan matematika pada tiap jenjang pendidikan dibutuhkan kemampuan profesional dari seorang guru. Pola latihan berjenjang merupakan salah satu pola yang digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran matematika yang memiliki prinsip berjenjang. Proses belajar terbagi dalam tiga tahapan yaitu tahap Enaktif, Ikonic dan Simbolik. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive), tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda real atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak refleks dan coba-coba, belum harmonis. Memanipulasikan, menyusun, menjejerkan, mengutak-atik, dan bentuk gerak lainnya. Tahap Ikonic atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic), pada tahap ini anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental atau Abu Syafik: Penerapan Pola Latihan Berjenjang pada Penyelesaian Soal Cerita 35

anak dapat membayangkan kembali dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dialami atau dikenalnya pada tahap enaktif, walaupun peristiwa itu telah berlalu atau benda real itu tidak lagi berada dihadapannya. Tahap simbolik (Symbolic), pada tahap ini anak sudah mampu memahami simbol-simbol dan menjelaskan dengan bahasanya. Belajar matematika tidak lepas dari bagaimana cara menyelesaikan soal-soal matematika yang bertujuan untuk memperdalam penguasaan konsep, fakta, operasi, dan prinsip matematika dan sekaligus sebagai pelatihan mengaplikasikannya dalam menyelesaikan masalah. Robert Gagne dalam Setiawan(2008) mengembangkan taksonomi yang berbeda dari Bloom yang terdiri atas urutan kognitif, yaitu fakta, konsep, asas, dan pemecahan masalah. a. Belajar fakta Belajar fakta berkaitan dengan informasi verbal. Belajar fakta hanya menuntut hafalan, atau mengingat kembali. Dalam pembelajaran matematika aspek ini biasa dikenal dengan istilah pengenalan dan pengingatan pengetahuan siap. Banyak pengetahuan siap yang harus diingat siswa antara lain: lambang, istilah, kesepakatan, serta hasil pekerjaan matematika yang rutin yang digolongkan fakta. b. Belajar konsep Belajar konsep berkaitan dengan kemampuan seseorang mengembangkan ide abstrak yang memungkinkannya untuk mengelompokkan/menggolongkan suatu obyek. c. Belajar prinsip Prinsip (asas atau kaidah), merupakan rangkaian konsepkonsep beserta hubungannya. Umumnya prinsip berupa pernyataan. Beberapa prinsip merupakan prinsip dasar yang dapat diterima kebenarannya secara alami, tanpa pembuktian, prinsip dasar ini disebut aksioma atau postulat. Prinsip-prinsip lain diturunkan dari aksioma-aksioma atau prinsip-prinsip yang mendahuluinya. Pembelajaran suatu 36 Abu Syafik: Penerapan Pola Latihan Berjenjang pada Penyelesaian Soal Cerita

prinsip yang melibatkan penalaran, hendaknya lebih banyak melalui diskusi terhadap hasil suatu pengamatan, memperhatikan keteraturan (pola), pembuktian kebenaran dari pernyataan baik melalui pendekatan induktif atau deduktif. d. Belajar pemecahan masalah Pemecahan masalah merupakan penyelesaian untuk menjembatani jurang apa yang diketahui dengan apa yang dipertanyakan. Pembelajaran pemecahan masalah lebih mengarah ke pembentukan kreativitas siswa. Untuk menyelesaikan masalah, jelas siswa harus menguasai konsep-konsep prinsipprinsip yang terlibat dalam masalah tersebut. Pola latihan berjenjang adalah strategi pembelajaran dimana siswa diperkenalkan pada latihan yang bertahap. Pada awalnya siswa hanya diberikan latihan secara komprehensif sampai pada akhirnya diberikan soal yang bersifat aplikatif. Pola latihan berjenjang dilaksanakan dengan pemberian soal-soal kepada siswa dengan permasalahan yang ada dalam soal tersebut mirip dengan contoh soal yang telah diberikan dalam pelajaran. Selanjutnya diberikan soal dengan permasalahan yang berbeda dengan contoh soal yang telah diberikan dalam pembelajaran. Soal berbeda yang dimaksud adalah soal yang mirip dengan contoh soal yang diberikan tapi dengan kasus yang berbeda dan bentuk soal yang tidak mirip. Pola ini sesuai prinsip berjenjang pada pembelajaran PMRI yang disampaikan Marpaung dalam Supinah(2008) yang berarti dalam belajar matematika siswa melewati berbagai jenjang pemahaman, yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal, melalui skematisasi memperoleh pengetahuan tentang halhal yang mendasar sampai mampu menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal. Pola latihan berjenjang dapat dibagi dalam dua jenis yaitu pola Abu Syafik: Penerapan Pola Latihan Berjenjang pada Penyelesaian Soal Cerita 37

latihan berjenjang dari sisi konsep serta pola latihan berjenjang dari sisi teknis. Dari sisi konsep contohnya adalah pada konsep fungsi bijektif misalnya. Konsep tentang fungsi bijektif dikembangkan dari konsep fungsi, sedang konsep tentang fungsi dikembangkan dari konsep relasi dan sebagainya. Demikian juga penjenjangan konsep: segiempat trapesium jajargenjang belah ketupat persegi. Oleh karena itu pembelajarannya pun menggunakan pola berjenjang. Demikian pula dalam latihannya. Dari sisi teknis, pola latohan berjenjang lebih menekankan pada pelatihan per konsep sederhana, baru dilanjutkan pada pemecahan masalah yang lebih rumit. Pola latihan berjenjang ini terbukti ampuh dilakukan oleh seorang ayah dari Jepang yang bernama Kumon. Pelatihan berjenjang yang dilakukan berhasil terhadap anaknya dan popular serta dikembangkan sebagai bimbingan belajar. Pola latihan berjenjang pada pemecahan masalah berupa soal cerita diajukan untuk disusun dalam tingkatan sebagai berikut: a. pelatihan jenjang pemahaman konsep; b. pelatihan jenjang keterampilan menggunakan konsep, c. pelatihan jenjang penguasaan komunikasi matematis; d. pelatihan jenjang penyelesaian masalah berupa soal cerita; e. pelatihan jenjang pemberian soal cerita yang identik; dan f. pelatihan jenjang pemberian soal cerita yang berbeda. Contoh: Ada dua bilangan yang jumlahnya 72. Bilangan yang satu besarnya dua kali bilangan yang lain. Tentukan bilangan-bilangan tersebut! Sebelum guru menginginkan siswa dapat menyelesaikan soal tersebut, harus dipahami kemampuan apa saja yang harus dipersiapkan guru. Langkah-langkah penyelesaiannya sebagai berikut: a. Memahami masalah Memahami masalah dilakukan dengan membaca soal cerita 38 Abu Syafik: Penerapan Pola Latihan Berjenjang pada Penyelesaian Soal Cerita

tersebut sampai selesai untuk mengetahui permasalahan yang ada pada soal cerita tersebut. Contoh soal di atas tentang bilangan. Selanjutnya mencari pertanyaan pada akhir soal cerita. Hal ini merupakan cara yang baik untuk menemukan permasalahan yang harus dipecahkan. Pertanyaan pada soal cerita di atas adalah: tentukan bilangan tersebut!. b. Menyusun model matematika Menyusun model matematika dilakukan dengan menyusun pernyataan pada soal cerita dalam kalimat matematika. misalkan x = sesuatu (yaitu apa yang dicari) (biasanya digunakan huruf x untuk perubah). Sesuatu yang dicari itu disebut sebagai hal yang diketahui. Jika harus mencari lebih dari satu hal yang tak diketahui, hal yang tak diketahui yang lebih kecil dimisalkan dengan x. Pada contoh soal cerita tersebut, harus dicari dua bilangan (dua hal yang tak diketahui). oleh karena itu penyelesaian soal cerita itu diawali dengan memisalkan x = bilangan yang lebih kecil. Variabel x inilah yang nanti akan menjadi variabel keputusan. Selanjutnya kalimat soal cerita kalimat demi kalimat. Menerjemahkan kalimat demi kalimat tersebut menjadi persamaan-persamaan matematika. Pada contoh soal di atas, kalimat pertama menunjukkan bahwa ada dua bilangan. Sejauh ini baru mempunyai satu bilangan yang dinyatakan dengan x, oleh karena itu lanjutkan membaca. Kalimat berikutnya menyatakan bahwa bilangan yang satu besarnya dua kali bilangan yang lain. hal ini merupakan fakta mengenai hal yang tak diketahui yang kedua. Sekarang dimiliki kedua bilangan itu, misalkan x bilangan yang lebih kecil, dan 2x = bilangan yang lebih besar. Dengan demikian kedua hal yang tak diketahui sudah disajikan. Oleh karena itu dapat dibentuk persamaan dengan menggunakan fakta yang belum digunakan, yaitu jumlah kedua bilangan itu adalah Abu Syafik: Penerapan Pola Latihan Berjenjang pada Penyelesaian Soal Cerita 39

72. Dengan menerjemahkannya diperoleh bentuk persamaan: x + 2x = 72. c. Menyelesaian Model matematika Dari kalimat matematika yang diperoleh pada langkah c, selanjutnya ditentukan penyelesaiannya yaitu menggunakan konsep penyelesaian persamaan linear yaitu: x = 24. d. Menentukan jawaban atas masalah Jawaban atas masalah diinterpretasikan dari jawaban atas model. Dari x = 24 diperoleh kesimpulan bahwa bilangan yang pertama adalah 24 dan bilangan yang kedua yaitu 2x sama dengan 48. Jadi bilangan-bilangan yang dimaksud adalah 24 dan 48. Daftar Pustaka Hudoyo, Herman. 2001. Strategi Mengajar dan Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang. Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/fasil itasi/11-pembelajaranmatematika-kontekstual-sdktsp-supinah.pdf Setiawan. 2008. Prinsip-Prinsip Penilaian Pembelajaran Matematika SMA. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/fasil itasi/37-prinsip-penilaian- SMA-Setiawan.pdf. Penutup Pola latihan berjenjang dapat dipandang sebagai pola latihan yang tepat karena pola ini menjembatani karakteristik matematika yang berjenjang baik dari sisi konsep maupun sisi keterampilan pemecahan masalah berupa soal cerita. 40 Abu Syafik: Penerapan Pola Latihan Berjenjang pada Penyelesaian Soal Cerita