ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H

BAB II LANDASAN TEORI

Perekonomian Indonesia

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga dirasa perlu dilakukan

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H

Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang. liabilitas (penghimpunan dana) (Wuryandani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu yang pendek dan jangka waktu yang panjang. Investasi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perkembangan

penting. Menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan sangat ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

Suku Bunga dan Nilai Waktu Uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sektor riil melalui akumulasi kapital dan inovasi teknologi. Lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank menurut Muchdarsyah Sinungan (2003;3) dalam bukunya

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membawa pengaruh pada. berbagai sektor ekonomi, baik sektor riil maupun sektor moneter.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

1. Tinjauan Umum

Pasar Uang Dan Kurva LM

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seorang investor dalam melakukan pembelian dan penjualan suatu saham

BABI PENDAHULU~ Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM (GWM) TERHADAP TINGKAT KINERJA PERBANKAN INDONESIA OLEH WELLEM A. TENIWUT H

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU INFLASI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

I. PENDAHULUAN. harian bank (cash in vaults), dikurangi kewajiban Giro Wajib Minimum (Reserve

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. moneter terutama sudah sangat banyak dilakukan oleh para peneliti di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

PENDAHULUAN. untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk

Pengertian Suku Bunga. Suku bunga merupakan harga yang

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi, salah satunya ialah

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H14102081 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

RINGKASAN FEBRI DWIASTUTI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Deposito pada Bank-bank Umum Pemerintah di Indonesia. Dibawah bimbingan NUNUNG NURYARTONO. Investasi dan penanaman modal sangat dibutuhkan untuk pembiayaan sebagai modal dasar untuk mendukung terciptanya pembangunan nasional yang berkelanjutan. Industri perbankan yang sehat, tangguh dan efisien merupakan lembaga yang mampu menyediakan sumber pembiayaan bagi pembangunan dengan meningkatkan kegiatan investasi. Deposito merupakan produk simpanan perbankan yang dapat dijadikan alternatif sebagai sarana berinvestasi. Besarnya jumlah deposito yang berhasil dihimpun oleh perbankan dipengaruhi oleh besarnya suku bunga deposito yang ditawarkan oleh bank sebagai daya tarik masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Bank-bank umum pemerintah dan bank-bank umum swasta nasional menguasai sebagian besar produk deposito, sehingga bank-bank ini mendominasi persaingan dalam menentukan tingkat bunga (harga) dan jumlah deposito (dana deposito yang berhasil dihimpun). Namun, terdapat korelasi yang kuat antara suku bunga deposito kedua kelompok bank tersebut, sehingga analisis mengenai suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah dapat mewakili suku bunga deposito pada bank-bank umum swasta nasional di Indonesia. Tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank-bank umum pemerintah tidak lepas dari perubahan dalam indikator makroekonomi dan perbankan itu sendiri, karena tingkat bunga menjadi salah satu indikator penting yang menggambarkan kondisi perekonomian. Kondisi perbankan Indonesia yang mengalami perubahan dimulai dari dikeluarkannya paket deregulasi 1 Juni 1983 (Pakjun) dan 27 Oktober 1988 (Pakto) mengakibatkan terjadinya perubahan pada peta perbankan. Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan yang berimplikasi pada penarikan dana secara besar-besaran (rush). Kondisi perekonomian yang tidak menentu menyebabkan fluktuasi pada suku bunga deposito baik dipengaruhi oleh indikator makroekonomi maupun indikator perbankan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis pengaruh indikator makroekonomi dan indikator perbankan terhadap suku bunga deposito pada bankbank umum pemerintah di Indonesia dari tahun 1994-2005; (2) menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah di Indonesia. Analisis suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah di Indonesia dilakukan dengan menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM). Terdapat dua hal yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Pertama, estimasi VECM, yang akan menunjukkan persamaan jangka pendek dalam melihat pengaruh indikator makroekonomi dan perbankan terhadap suku

bunga deposito bank bank umum pemerintah. Kedua, Variance Decomposition (VD), dimana VD dapat menentukan variabel yang paling dominan mempengaruhi suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah. Model persamaan yang digunakan terdiri atas lima variabel yaitu suku bunga deposito bank-bank umum pemerintah (SBDEP), jumlah uang beredar dalam arti luas (M2), tingkat harga (CPI), suku bunga SBI (RSBI), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) bank-bank umum pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator makroekonomi yaitu jumlah uang beredar, tingkat harga dan suku bunga SBI serta indikator perbankan yaitu LDR signifikan mempengaruhi suku bunga deposito bank-bank umum pemerintah pada taraf 5 persen. Perubahan suku bunga deposito bank-bank umum pemerintah dipengaruhi oleh perubahan suku bunga deposito 2 dan 3 bulan sebelumnya, perubahan jumlah uang beredar 1 dan 2 bulan sebelumnya, perubahan tingkat harga (inflasi) 1 bulan sebelumnya, perubahan suku bunga SBI 2 bulan sebelumnya dan LDR 1 bulan sebelumnya. Berdasarkan hasil Variance Decomposition (VD) terhadap suku bunga deposito mengindikasikan bahwa suku bunga deposito pada 3 periode kedepan (jangka pendek) disebabkan oleh suku bunga deposito itu sendiri. Sedangkan suku bunga SBI memiliki pengaruh kedua terbesar setelah suku bunga deposito itu sendiri pada periode pertama yaitu sebesar 40,31 persen dan periode kedua sebesar 23,08 persen. Namun variabel yang paling dominan mempengaruhi suku bunga deposito pada jangka pendek adalah suku bunga deposito itu sendiri pada periode pertama sebesar 56,42 persen; 47,46 persen pada periode kedua dan 37,24 persen pada periode ketiga. Sedangkan tingkat harga berpengaruh dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap suku bunga deposito bank-bank umum pemerintah dari periode ke-4 hingga periode ke-60. Pada periode ke-60 (jangka panjang) LDR memiliki pengaruh kedua terbesar setelah tingkat harga terhadap suku bunga deposito bankbank pemerintah yaitu sebesar 19,34 persen. Saran yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah: (1) bank-bank umum pemerintah hendaknya lebih memperhatikan indikator makroekonomi dan perbankan yang dianalisis dalam penelitian ini sehingga bankbank umum pemerintah dapat mengantisipasi jika terjadi perubahan dalam indikator-indikator tersebut guna menetapkan suku bunga deposito; (2) Bank Indonesia sebagai otoritas kebijakan moneter harus lebih fokus bekerja dalam mengendalikan harga melalui kebijakan inflation targeting agar inflasi dapat terkendali.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA Oleh FEBRI DWIASTUTI H14102081 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Febri Dwiastuti NRP : H14102081 Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Deposito pada Bank-bank Umum Pemerintah di Indonesia. dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS. NIP 132104952 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP: 131846872 Tanggal Kelulusan:

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2006 Febri Dwiastuti H14102081

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Febri Dwiastuti lahir pada tanggal 27 Februari 1984 di kota Bogor. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Bambang Murdianto dan Ibu Sunarti. Penulis mulai menjalani pendidikan formal di TK Bhayangkari 5, dan kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri Pengadilan 5 sejak tahun 1990 hingga tahun 1996. Penulis menamatkan studinya di SLTP Negeri 8 Bogor pada tahun 1999. Tahun 1999-2002 penulis melanjutkan jenjang pendidikan di SMU Negeri 6 Bogor. Setelah lulus SMU pada tahun 2002, penulis meneruskan studinya di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Illahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi yang diajukan oleh penulis adalah Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Deposito pada Bank-bank Umum Pemerintah di Indonesia. Penyusunan skripsi ini merupakan suatu persyaratan bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah indikator makroekonomi dan indikator perbankan mempengaruhi penetapan suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah di Indonesia. Selain itu untuk mengetahui faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi penetapan suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah di Indonesia. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak keterbatasan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan selanjutnya. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung. Terutama kepada Bapak Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS selaku penguji utama dan Ibu Widyastutik, M.Si selaku komisi pendidikan yang telah menguji hasil karya ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Bambang Murdianto dan Ibu Sunarti serta saudara penulis, Funy Murdianti. Doa dan dukungan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan kritik, saran dan dukungannya.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2006 Febri Dwiastuti H14102081

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...xi I. PENDAHULUAN...1 1.1. Latar Belakang...1 1.2. Perumusan Masalah...8 1.3. Tujuan Penelitian...10 1.4. Manfaat Penelitian...11 II. TINJAUAN PUSTAKA...12 2.1. Suku Bunga...12 2.1.1. Teori Tingkat Bunga Fisher...12 2.1.2. Teori Tingkat Bunga Keynes...13 2.1.3. Teori Loanable Funds...15 2.2. Keseimbangan Credit Rationing...16 2.3. Jenis Suku Bunga...18 2.4. Pengertian dan Karakteristik Deposito...19 2.5. Mekanisme Transmisi Moneter...22 2.6. Penawaran Uang (Money Supply) dan Suku Bunga Deposito...24 2.7. Tingkat Harga dan Suku Bunga Deposito...25 2.8. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Suku Bunga Deposito...27 2.9. Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Suku Bunga Deposito...28 2.10. Kajian Penelitian Terdahulu...30 2.11. Kerangka Pemikiran Konseptual...32 2.12. Hipotesis Penelitian...34 2.13. Keterbatasan Penelitian...34 III. METODE PENELITIAN...36 3.1. Jenis dan Sumber Data...36

3.2. Metode Analisis Data...36 3.2.1. Model Umum Vector Autoregression...38 3.2.2. Pengujian Stasioneritas...39 3.2.3. Penentuan Lag Optimal...41 3.2.4. Kointegrasi...41 3.2.5. Vector Error Correction Model...42 3.2.6. Variance Decomposition...43 3.3. Model Penelitian...43 IV. GAMBARAN UMUM SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK UMUM PEMERINTAH SERTA KONDISI VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHINYA...46 4.1. Perkembangan Bank-bank Umum Pemerintah (Bank Persero)...46 4.1.1. Perkembangan Jumlah Kantor Bank...47 4.1.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga...48 4.1.3. Perkembangan Suku Bunga Deposito...49 4.2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar...51 4.3. Perkembangan Inflasi...53 4.4. Perkembangan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)...54 4.5. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)...55 HASIL DAN PEMBAHASAN... 57 5.1. Kestasioneran Data...57 5.2. Tingkat Lag Optimal...58 5.3. Kointegrasi...60 5.4. Estimasi Vector Error Correction Model...60 5.5. Variance Decomposition...64 KESIMPULAN DAN SARAN... 68 6.1. Kesimpulan...68 6.2. Saran...69 DAFTAR PUSTAKA...71 LAMPIRAN...74

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Indikator Umum Perbankan Nasional Tahun 1988 dan 1997...3 2. Indikator Umum Perbankan Nasional Tahun 2000 dan 2005...4 3. Kelebihan serta Kekurangan Produk Tabungan dan Deposito Berjangka...21 4. Deskripsi Data Model Penelitian...44 5. Uji Akar Unit (Level)...58 6. Uji Akar Unit (First Difference)...58 7. Perhitungan Schwarz Information Criteria (SIC)...59 8. Uji Johansen...60 9. Persamaan Suku Bunga Deposito dalam Jangka Pendek dengan Variabel-variabel yang Signifikan...61 10. Correlation Matrix...65 11. Variance Decomposition Terhadap Suku Bunga Deposito...66

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Dominasi Perbankan dalam Penghimpunan Dana Pihak Ketiga...5 2. Korelasi Antara Suku Bunga Deposito Bank-bank Pemerintah dan Bank-bank Swasta...6 3. Komposisi Dana Deposito Perbankan Tahun 2001...7 4. Perkembangan Suku Bunga Deposito Berjangka 1 Bulan pada Bank-bank Umum Pemerintah Tahun 1997 & 2005...9 5. Keseimbangan Pasar Uang Keynes...14 6. Kurva Permintaan dan Penawaran dari Loanable Funds...15 7. Keseimbangan Credit Rationing...17 8. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter...23 9. Kurva Liquidity Preference...24 10. Bagan Kerangka Pemikiran Konseptual...32 11. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Persero...47 12. Perkembangan Komposisi Dana Pihak Ketiga Bank Persero...48 13. Perkembangan Suku Bunga Deposito Bank Persero...51 14. Perkembangan M2...52 15. Perkembangan Inflasi...53 16. Perkembangan Suku Bunga SBI...55 17. Perkembangan LDR...56 18. Variabel yang Paling Dominan Mempengaruhi Suku Bunga Deposito...67

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data-data Penelitian...74 2. Uji Akar Unit pada Tingkat Level...77 3. Uji Akar Unit pada Tingkat First Difference...80 4. Uji Stabilitas...83 5. Lag Optimal...84 6. Uji Kointegrasi Johansen dengan Asumsi Summary...85 7. Uji Kointegrasi Johansen dengan Asumsi 3...86 8. Hasil Estimasi VECM...89 9. Variance Decomposition...92 10. Grafik-grafik Variance Decomposition...94

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional yang berkelanjutan dalam pelaksanaannya menuntut adanya suatu industri perbankan yang sehat, tangguh dan efisien dengan peranan yang semakin meningkat pula. Mengingat salah satu aspek dari pelaksanaan pembangunan pada dasarnya menyangkut kegiatan penanaman modal atau investasi, maka peningkatan pembangunan membutuhkan peningkatan investasi yang pada gilirannya menuntut peningkatan sumberdaya berupa dana guna pembiayaannya. Peningkatan sumberdaya tersebut diharapkan dapat disediakan oleh lembaga keuangan termasuk lembaga perantara keuangan. Dengan demikian peningkatan kegiatan pembangunan tidak dapat dipisahkan dari adanya peningkatan kinerja industri perbankan, yang dikuti dengan berkembangnya lembaga-lembaga keuangan lainnya (Djiwandono dalam Bank BNI, 1999). Saat ini industri perbankan telah mampu menyediakan sarana pembiayaan yang memadai bagi kebutuhan investasi pembangunan, serta sekaligus memungkinkan bekerjanya mekanisme pasar secara efektif dalam memobilisasi dan mengalokasi sumber-sumber keuangan secara lebih efisien. Dunia perbankan telah semakin mampu menciptakan produk-produk jasa keuangan yang dapat menyediakan berbagai alternatif pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha, maupun instrumen untuk menabung bagi masyarakat.

Salah satu produk perbankan yang dapat dijadikan alternatif oleh masyarakat sebagai sarana berinvestasi maupun untuk menyimpan uang adalah deposito. Deposito adalah produk simpanan di bank yang penyetoran maupun penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu saja atau sesuai dengan jatuh temponya sehingga deposito dikenal juga sebagai tabungan berjangka (Rini, 2003). Bunga yang diberikan oleh bank-bank pada masyarakat merupakan daya tarik utama bagi masyarakat untuk melakukan penyimpanan uangnya di bank. Begitu pula halnya produk deposito perbankan, dimana bank-bank bersaing dalam menetapkan suku bunga deposito berjangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan dalam menarik nasabah untuk menyimpan uangnya dibank. Lain halnya sebelum terjadi Deregulasi 1 Juni 1983 (Pakjun) dan Deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto), dimana pemerintah mengontrol langsung kegiatan perbankan dengan menetapkan suku bunga maksimal bagi perbankan. Namun setelah adanya deregulasi tersebut, maka terjadi perubahan dalam perbankan dimana perbankan diberi kebebasan untuk menetapkan suku bunga sendiri. Konsekuensi logis dari hal tersebut adalah munculnya persaingan antar kelompok bank yang ada di Indonesia. Persaingan antar kelompok bank tersebut dapat dilihat dari indikator perbankan nasional tahun 1988 dan tahun 1997 (Tabel 1). Paket Deregulasi Perbankan tersebut memberi peluang bagi berbagai pihak untuk mendirikan bank, yang menyebabkan pelonjakan jumlah bank dengan begitu cepat. Jumlah bank umum meningkat dari 111 bank pada tahun 1988

menjadi 240 bank pada tahun 1994 dan sampai dengan bulan Juli 1997 jumlah bank sebanyak 237 bank sebelum likuidasi 1 November 1997 (Zurianto, 1997). Tabel 1. Indikator Umum Perbankan Nasional Tahun 1988 dan 1997 Kredit Dana Kelompok Bank 1988 1997 1988 1997 (%) (%) (RpMilyar) (RpMilyar) (RpMilyar) (RpMilyar) Bank 331,35 436,23 35.024 151.077 22.166 118.861 Pemerintah Bank Swasta 10.849 188.882 1.641,00 12.165 192.073 1.478,89 Bank Pembangunan 1.147 9.212 703,13 1.234 8.557 593,43 Daerah Bank Asing & Bank 1.743 32.193 1.746,98 2.534 22.043 769,88 Campuran Seluruh Bank Umum 48.763 381.364 682,07 38.099 341.535 796,44 Sumber: Infobank, 1997 Catatan: Dana : total dana pihak ketiga (tabungan, deposito dan giro) : pertumbuhan Dari sisi kredit, total dana yang berhasil disalurkan meningkat sekitar 7 kali dengan pertumbuhan sebesar 682,07 persen, dari Rp 48,76 trilyun menjadi Rp 381,36 trilyun. Sementara itu total dana yang berhasil dihimpun oleh seluruh bank mengalami peningkatan secara tajam dari Rp 38,09 trilyun (Oktober 1988) menjadi Rp 341,53 trilyun (Juli 1997), atau meningkat hampir 8 kali dengan pertumbuhan sebesar 796,44 persen pada periode yang sama. Meningkatnya jumlah bank dan operasionalnya tersebut diiringi dengan perubahan peta perbankan nasional, yaitu dari perbankan yang didominasi oleh bank-bank pemerintah kemudian beralih ke perbankan yang lebih banyak dikuasai oleh bankbank swasta dilihat dari sisi kredit serta dana terbesar pada tahun 1997.

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada bulan Juli 1997, yang ditandai dengan melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang asing secara drastis, mengakibatkan tindakan pencabutan izin usaha 16 bank umum pada bulan November 1997. Hal tersebut selanjutnya menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank-bank umum yang diikuti dengan adanya penarikan dana secara besar-besaran (rush) terhadap bank-bank lain. Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi perbankan secara umum mengalami perubahan dimana semakin meningkatnya jumlah total kredit dan dana pihak ketiga (DPK) seluruh bank umum pada tahun 2000 dan 2005. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari indikator umum perbankan pada tahun 2000 dan 2005 (Tabel 2). Tabel 2. Indikator Umum Perbankan Nasional Tahun 2000 dan 2005 Kredit Dana Kelompok Bank 2000 2005 2000 2005 (%) (%) (RpMilyar) (RpMilyar) (RpMilyar) (RpMilyar) Bank 137,16 59,28 108.115 256.413 315.389 502.374 Pemerintah Bank Swasta 87.654 294.433 235,90 277.798 408.296 46,97 Bank Pembangunan 10.085 44.931 345,52 19.813 95.688 382,95 Daerah Bank Asing & Bank Campuran 77.243 99.872 29,29 86.860 162.737 87,35 Seluruh Bank Umum 283.097 695.649 145,72 699.860 1.169.095 67,04 Sumber: Bank Indonesia, 2006 Catatan: Dana : total dana pihak ketiga (tabungan, deposito dan giro) : pertumbuhan Kondisi perbankan di Indonesia seperti yang dijabarkan dalam uraian tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dalam peta perbankan seperti ketentuan-ketentuan dalam perbankan, manajemen perbankan, struktur perbankan

yang akan berakibat pada berubahnya posisi dana masyarakat yang dapat dihimpun oleh perbankan dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap fluktuasi suku bunga yang ditetapkan perbankan. Hal tersebut akan berimplikasi pada semakin meningkatnya persaingan perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat. Dominasi Perbankan dalam Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Jumlah DPK (Miliar) 250000 200000 150000 100000 50000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Bank Pemerintah BUSN Devisa BUSN Non- Devisa BPD Bank Asing Bank Campuran Sumber: Bank Indonesia, 2006 Gambar 1. Dominasi Perbankan dalam Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Kondisi dunia perbankan yang cenderung menunjukkan peningkatan setelah periode krisis semakin mendorong perbankan untuk bersaing secara ketat dalam meningkatkan kinerjanya yaitu dengan meningkatkan efisiensi, SDM (Sumber Daya Manusia), dan pelayanan pada nasabah guna bersaing dalam mengumpulkan dana segar dari masyarakat. Persaingan perbankan di Indonesia dalam menghimpun dana dari masyarakat lebih didominasi oleh kelompok bank pemerintah dan kelompok bank umum swasta nasional, sedangkan kelompok bank lainnya seperti bank pembangunan daerah, bank campuran dan bank asing

memiliki porsi yang lebih kecil dibandingkan dominasi kedua kelompok bank tersebut (Gambar 1). Pemilihan bank-bank umum pemerintah sebagai objek observasi didasarkan karena bank-bank pemerintah cenderung memiliki penghimpunan dana yang lebih besar dari bank-bank swasta. Namun pada tahun 2004 dan 2005 kelompok bank swasta memiliki penghimpunan dana yang lebih besar dari kelompok bank pemerintah. Sehingga kedua kelompok bank tersebut mendominasi persaingan suku bunga perbankan yang sangat ketat dalam hal ini adalah suku bunga deposito. Adanya korelasi suku bunga deposito antara bankbank pemerintah dan bank-bank swasta nasional (Gambar 2) mengindikasikan adanya perilaku yang sama antara kedua bank tersebut. Korelasi Antara Suku Bunga Deposito Bank-bank Pemerintah dan Bank-bank Swasta Persentase Suku Bunga 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 Suku Bunga Deposito Bankbank Swasta Suku Bunga Deposito Bankbank Pemerintah 1994 1999 Periode 2004 Sumber: Bank Indonesia, 2006 Gambar 2. Korelasi Antara Suku Bunga Deposito Bank-bank Pemerintah dan Bank-bank Swasta Terjadinya perubahan suku bunga deposito pada bank-bank pemerintah akibat dari perubahan variabel-variabel makroekonomi dan perbankan diharapkan

memiliki dampak yang sama terhadap suku bunga deposito pada bank-bank swasta nasional, karena adanya korelasi tersebut. Sehingga analisis mengenai suku bunga deposito pada bank-bank pemerintah dapat mewakili suku bunga deposito pada bank-bank swasta nasional. Komposisi Dana Deposito Perbankan Tahun 2001 Jumlah Dana Deposito 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Pembangunan Daerah Bank Campuran Bank Asing 0 1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan Deposito Berjangka Sumber: Bank Indonesia, 2006 Gambar 3. Komposisi Dana Deposito Perbankan Tahun 2001 Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa kelompok bank umum pemerintah dan bank umum swasta nasional menguasai pangsa produk deposito yang berimplikasi pada dominasi kelompok bank-bank tersebut dalam menentukan tingkat bunga (harga) dan jumlah deposito (dana deposito yang berhasil dihimpun). Penghimpunan dana deposito 1 bulan jauh mendominasi penghimpunan dana deposito berjangka lainnya seperti deposito berjangka 3, 6 dan 12 bulan yang memiliki porsi penghimpunan dana yang lebih kecil. Artinya, penghimpunan dana terbesar dikuasai oleh kelompok bank pemerintah dan bank swasta nasional. Oleh karena itu dengan banyaknya nasabah yang menyimpan dananya maka bank tersebut lebih responsif dalam menetapkan suku bunga

deposito berjangka jika terdapat perubahan dalam variabel-variabel yang mempengaruhi penetapan suku bunga deposito berjangka. 1.2. Perumusan Masalah Usaha pemerintah untuk meningkatkan peranan perbankan dalam hal pengelolaan dana masyarakat, dilakukan pemerintah dengan mengeluarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lebih dikenal dengan paket deregulasi bidang perbankan. Sebagaimana telah dikemukakan diatas, bahwa deregulasi 1 Juni 1983 dan deregulasi 27 Oktober 1988, mengakibatkan terjadinya perubahan pada perbankan dalam melakukan operasional aktif dan operasional pasifnya. Sebelum Pakjun 1983 dan Pakto 1988 Bank Sentral masih menerapkan direct control terhadap bank-bank, setelah Pakjun dan Pakto berubah menjadi indirect control (Syakir, 1994). Akibat dari kedua jenis deregulasi di bidang perbankan tersebut diatas, maka masyarakat mempunyai banyak pilihan untuk menempatkan dananya di bank-bank dan mendapatkan jasa yang lebih sesuai. Namun krisis moneter yang melanda Indonesia di pertengahan tahun 1997 pada gilirannya telah menyebabkan bank-bank mengalami krisis yang sangat parah. Ditutupnya 16 bank umum merupakan upaya restrukturisasi yang dilakukan untuk mengatasi krisis di sektor perbankan. Tujuan dari restrukturisasi perbankan itu sendiri yaitu untuk memperbaiki atau memperbaharui (to restore) kondisi suatu perbankan tertentu, sehingga cukup kuat, sehat dan mampu bersaing (Sheng, 1996). Kondisi perbankan yang sering mengalami perubahan ini menyebabkan bank-bank di Indonesia berlomba-lomba untuk menarik nasabah untuk

menyimpan uangnya baik dalam bentuk tabungan, deposito maupun giro dengan menetapkan suku bunga sebagai daya tarik nasabah. Deposito merupakan sarana investasi yang menarik bagi nasabah karena suku bunga yang dimiliki cenderung lebih besar dari suku bunga tabungan maupun giro. Perubahan dalam kondisi perbankan tersebut berimplikasi pada terjadinya fluktuasi suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah (Gambar 1). Perkembangan Suku Bunga Deposito 1 Bulan pada Bank Umum Pemerintah Persentase suku bunga deposito 30 25 20 15 10 5 0 Suku Bunga Deposito Tahun 1997 Suku Bunga Deposito Tahun 2005 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Periode Sumber: Bank Indonesia, 2006 Gambar 4. Perkembangan Suku Bunga Deposito Berjangka 1 Bulan pada Bankbank Umum Pemerintah Tahun 1997 & 2005 Perkembangan dari suku bunga deposito berjangka 1 bulan pada bankbank umum pemerintah tahun 1997 relatif stabil dari bulan Januari hingga Juli. Namun pada bulan berikutnya suku bunga cenderung meningkat hingga mencapai level tertinggi 26,58 persen pada bulan September kemudian semakin menurun hingga penghujung tahun sebesar 19,74 persen. Sedangkan pada tahun 2005 suku bunga deposito secara keseluruhan menunjukkan tren yang semakin meningkat

dari bulan Januari sebesar 6,31 persen hingga bulan Desember sebesar 11,84 persen. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang menarik untuk melakukan studi lebih lanjut mengenai persaingan antar bank-bank di Indonesia yaitu bank-bank umum pemerintah dalam menetapkan suku bunga deposito berjangka dari tahun 1994-2005. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka beberapa pertanyaan penting sehubungan dengan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh indikator makroekonomi dan indikator perbankan terhadap suku bunga deposito pada bank-bank pemerintah di Indonesia dari tahun 1994-2005? 2. Faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh indikator makroekonomi dan indikator umum perbankan terhadap suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah di Indonesia dari tahun 1994-2005. 2. Menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain: 1. Bagi pemerintah, sebagai masukan dan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dibidang ekonomi khususnya dalam kebijakan perbankan. 2. Bagi masyarakat, sebagai informasi serta pembanding dalam melakukan penelitian lebih lanjut. 3. Bagi penulis, sebagai proses belajar yang akan memberi banyak tambahan ilmu dan pengetahuan serta menyelaraskan apa yang didapat selama kuliah dengan kenyataan di lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pada bab tinjauan pustaka ini akan dijabarkan mengenai dasar teori dari suku bunga, serta penjelasan mengenai deposito (tabungan berjangka). Adapun penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut. 2.1. Suku Bunga Terdapat beberapa acuan teori mengenai suku bunga yang digunakan dalam menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Beberapa teori tersebut diantaranya adalah: 2.1.1. Teori Tingkat Bunga Fisher Suku bunga atau tingkat bunga adalah hal yang paling penting diantara variabel-variabel makroekonomi. Esensinya, tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan. Terdapat dua tingkat bunga yaitu tingkat bunga riil dan nominal. Ekonom menyebutkan bahwa tingkat bunga yang dibayar bank sebagai tingkat bunga nominal (nominal interest rate) dan kenaikan dalam daya beli masyarakat dengan tingkat bunga riil (real interest rate). Jika i menyatakan tingkat bunga nominal, r tingkat bunga riil, dan π tingkat inflasi, maka hubungan di antara ketiga variabel ini bisa ditulis sebagai: r = i π (2.1)

Tingkat bunga riil adalah perbedaan diantara tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi. Persamaan diatas disebut persamaan Fisher (Fisher Equation). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa tingkat bunga dapat berubah karena dua alasan yaitu karena tingkat bunga riil berubah atau karena tingkat inflasi berubah (Mankiw, 2000). 2.1.2. Teori Tingkat Bunga Keynes Keynes berpendapat bahwa bunga adalah semata-mata merupakan gejala moneter, bunga adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Berdasarkan pendapat tersebut, Keynes menganggap adanya pengaruh uang terhadap sistem perekonomian seluruhnya. Dalam buku klasiknya The General Theory, Keynes menjabarkan pandangannya tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek. Penjelasan itu disebut teori preferensi likuiditas, dimana teori ini menyatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh keseimbangan dari penawaran dan permintaan uang. Teori preferensi likuiditas adalah kerangka untuk kurva LM. Teori preferensi likuiditas mengasumsikan adanya penawaran uang riil tetap, yaitu: (M/P) s = M/P (2.2) asumsi ini menunjukkan bahwa penawaran uang riil adalah tetap dan biasanya tidak tergantung pada tingkat bunga. Teori preferensi likuiditas menegaskan pula bahwa tingkat bunga adalah sebuah determinan dari berapa banyak uang yang ingin dipegang oleh individu.

Ketika tingkat bunga naik, maka individu-individu hanya ingin memegang lebih sedikit uang, sehingga: (M/P) d = L(r) (2.3) dimana fungsi L(r) menunjukkan bahwa jumlah uang yang diminta tergantung pada tingkat bunga. r Penawaran r 2 A 2 Permintaan L (i) r 1 A 1 Keseimbangan uang riil, M/P M 2 /P M 1 /P Sumber: Mankiw, 2000 Gambar 5. Keseimbangan Pasar Uang Keynes Untuk menjelaskan berapa tingkat bunga yang berlaku dalam perekonomian perlu dikombinasikan penawaran dan permintaan terhadap uang riil. Menurut teori preferensi likuiditas, tingkat bunga menyesuaikan untuk menyeimbangkan pasar uang. Pada tingkat bunga keseimbangan, jumlah uang riil yang diminta sama dengan jumlah penawarannya. Penurunan dan peningkatan penawaran uang dalam teori preferensi likuiditas akan berpengaruh terhadap jumlah penawaran uang riil dan tingkat bunga keseimbangan (Gambar 5). Jika tingkat harga tetap, penurunan dalam penawaran uang dari M 1 ke M 2 akan mengurangi penawaran uang riil. Karena itu, tingkat bunga keseimbangan akan naik dari r 1 ke r 2. Sebaliknya, peningkatan dalam penawaran uang yang dilakukan oleh bank sentral akan meningkatkan penawaran uang riil, sehingga

tingkat bunga keseimbangan akan turun dari r 2 ke r 1. Jadi, menurut teori preferensi likuiditas, penurunan dalam penawaran uang akan menaikkan tingkat bunga, dan peningkatan dalam penawaran uang akan menurunkan tingkat bunga. 2.1.3. Teori Loanable Funds Teori suku bunga dengan pendekatan loanable funds menggunakan penawaran dan permintaan dana sebagai dasar peramalan dan analisis perubahan suku bunga. Dalam kasus ini barang yang ditransaksikan adalah loanable funds. r S(r) r 2 B r 1 A I 2 I 1 I 1 =S 1 I 2 =S 2 I, S Sumber : Mankiw, 2000 Gambar 6. Kurva Permintaan dan Penawaran dari Loanable Funds Kurva penawaran menunjukkan tabungan atau keinginan pemilik dana untuk meminjamkan dana kepada investor. Suku bunga dalam hal ini menunjukkan harga dari loanable funds. Slope kurva penawaran positif menunjukkan semakin tinggi tingkat suku bunga akan mempengaruhi pemilik dana untuk menyediakan dana dengan volume lebih besar. Kurva permintaan menunjukkan investasi atau permintaan peminjaman dana baik secara langsung ke publik atau melalui bank. Suku bunga bagi peminjam menunjukkan biaya dari

peminjaman. Slope kurva permintaan negatif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya maka semakin rendah dana yang diinginkan peminjam dan sebaliknya (Gambar 6). 2.2. Keseimbangan Credit Rationing Dalam konteks pasar kredit pandangan tradisional dalam ekonomi moneter mengenai adanya keseimbangan antara penawaran dan permintaan uang tidak berlaku lagi. Dengan semakin berkembangnya perbankan dan sektor keuangan, dewasa ini muncul pandangan yang mengkritisi pendekatan tradisional dalam teori ekonomi moneter yang mendasarkan pada permintaan uang untuk transaksi tersebut. Maka muncul fenomena credit rationing dimana menurut Stiglitz (1981) pasar kredit tidak dapat disamakan dengan pasar barang, dan karenanya tidak dapat diasumsikan bahwa suku bunga yang terjadi di pasar akan selalu menyeimbangkan besarnya permintaan dan penawaran pinjaman, hal tersebut merupakan konsekuensi dari ketidaksempurnaan informasi yang sering terjadi di pasar keuangan. Menurut Baltensperger (1978) dalam Freixas dan Rochet (1997), keseimbangan credit rationing terjadi apabila terdapat permintaan debitur terhadap kredit namun hal tersebut tidak dipenuhi oleh pihak bank dimana suplai kredit yang semakin berkurang walaupun debitur bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi. Harga yang dibayar oleh debitur dalam hal ini adalah faktor harga (suku bunga) dan faktor non-harga (jaminan). Secara garis besar credit rationing

menggambarkan kondisi dimana permintaan debitur terhadap kredit melebihi penawaran kreditur (bank) terhadap kredit pada tingkat bunga yang berlaku. Volume Kredit Equilibrium Demand L 2 D Supply S(ρ(R)) Demand L 1 D R 1 R * Suku Bunga Nominal Sumber: Freixas dan Rochet, 1997 Gambar 7. Keseimbangan Credit Rationing Gambar 7 menunjukkan bagaimana credit rationing terjadi dalam pasar kredit. Jika kurva permintaan kredit adalah L D 1 dan suplai kredit berpotongan pada tingkat bunga nominal R 1, maka akan terjadi keseimbangan dalam pasar kredit. D Sedangkan jika kurva permintaan kredit adalah L 2 dan kurva suplai kredit tidak berpotongan dengan kurva permintaan kredit karena kurva suplai kredit berbentuk backward bending. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya keseimbangan credit rationing pada tingkat bunga R * dimana permintaan kredit melebihi suplai kredit (excess demand). Terjadinya kelebihan permintaan kredit terhadap penawarannya disebabkan karena kurva suplai kredit berbentuk backward bending dan tidak terdapat fungsi yang linier antara suku bunga dan jumlah kredit yang ditawarkan. Hal tersebut mengakibatkan harga dari kredit (suku bunga kredit) tidak dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kredit yang dipinjamkan pada debitur.

Menurunnya suplai kredit yang disalurkan perbankan bukan disebabkan karena peminjam (debitur) tidak mampu memberikan jaminan (collateral) yang sesuai dengan banyaknya kredit, dan bukan karena bank akan mendapatkan resiko yang lebih tinggi dengan meminjamkan kredit tersebut. Penurunan suplai kredit yang menyebabkan kurva suplai berbentuk backward bending, lebih dikarenakan adanya ketidaksempurnaan informasi (asymetric information) yang sering terjadi di pasar keuangan. Menurut Stiglitz dan Weiss (1981) dalam Freixas dan Rochet (1997) adverse selection dan moral hazard yang timbul karena ketidaksempurnaan informasi dalam pasar keuangan dapat menyebabkan terjadinya credit rationing. 2.3. Jenis Suku Bunga Jenis suku bunga atau tingkat bunga dapat berbeda karena tiga hal, yaitu (Mankiw, 2000): 1. Jangka waktu pinjaman (terms). Beberapa jenis pinjaman memiliki jangka waktu pendek, bahkan ada yang berjangka semalam (over-night). Pinjaman lain memiliki jangka waktu 30 tahun atau bahkan lebih panjang dari itu. Tingkat bunga pinjaman tergantung pada jangka waktu pinjaman ini. Tingkat bunga pinjaman jangka panjang biasanya, namun tidak selalu, lebih tinggi dari pada tingkat bunga pinjaman jangka pendek. 2. Risiko kredit (credit risk) Dalam memutuskan pemberian pinjaman, seseorang pemberi pinjaman harus memperhitungkan probabilitas peminjam untuk membayar kembali

pinjamannya. Undang-undang memungkinkan peminjam untuk tidak membayar pinjamannya jika ia dinyatakan bangkrut menurut undang-undang. Semakin tinggi probabilitas ketidakmampuan membayar kembali pinjaman, maka semakin tinggi tingkat bunganya. 3. Pajak (tax) Pajak yang dikenakan pada tingkat bunga berbagai jenis obligasi berbedabeda. Pada obligasi yang diterbitkan pemerintah pusat dan daerah yang dinamakan municipal bonds, para pemegang obligasi tidak membayar pajak penghasilan untuk tingkat bunga yang diperolehnya. Oleh karena itu, municipal bonds hanya memberikan tingkat bunga yang rendah. 2.4. Pengertian dan Karakteristik Deposito Deposito adalah produk simpanan di bank yang penyetoran maupun penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu saja atau sesuai dengan jatuh temponya sehingga deposito dikenal juga sebagai tabungan berjangka (Rini, 2003). Sebagaimana layaknya tabungan yang sudah memasyarakat, deposito juga banyak dipilih orang sebagai alternatif lain dalam menyimpan uangnya. Walaupun deposito adalah tabungan juga tetapi mempunyai karakteristik berbeda dari tabungan biasa, yang menyebabkan deposito mempunyai kelebihan dan kekurangan, antara lain (Rini, 2003): 1. Setoran minimal. Tidak seperti tabungan yang dapat dibuka dengan setoran awal yang kecil. Minimal penempatan deposito lebih besar, sehingga memerlukan uang lebih

banyak untuk membuka deposito. Besarnya minimal pembukaan deposito pada tiap bank bervariasi. 2. Jangka waktu Penempatan deposito mengharuskan adanya pengendapan dana selama jangka waktu tertentu yang dapat dipilih oleh nasabahnya yaitu 1,3,6, atau 12 bulan. 3. Jika membutuhkan uang kemudian ingin mencairkan dana pada deposito. Karena adanya jangka waktu tadi maka deposito juga tidak bisa dicairkan setiap saat, tetapi pada saat jatuh tempo saja. Dengan demikian jka ingin menambah saldo deposito atau mencairkan deposito hanya bisa dilakukan pada saat jatuh temponya. 4. Jika terpaksa harus mencairkan deposito. Biasanya bank akan mengenakan denda penalty pada tiap penarikan dana deposito yang belum jatuh tempo. Besarnya denda penalty juga bervariasi diberbagai bank. Ada yang berupa prosentase dari nilai deposito pada saat dicairkan (pokok + bunga), atau berupa prosentase dari nilai pokok depositonya saja. 5. Bunga deposito. Bunga deposito selalu lebih besar dari bunga tabungan sehingga otomatis dana pun akan berkembang lebih cepat. Inilah biasanya yang menjadi daya tarik utama deposito, sehingga deposito lebih cocok dijadikan sarana investasi dibandingkan tabungan.

6. Risiko rendah. Walaupun tingkat suku bunga deposito lebih tinggi dari tabungan maupun giro, namun karena masih sama-sama produk simpanan di bank maka deposito bisa digolongkan produk simpanan berisiko rendah. 7. Biaya administrasi dan pajak. Keuntungan lainnya dari deposito adalah tidak dikenakannya biaya administrasi bulanan. Tidak seperti tabungan atau giro yang dikenakan biaya administrasi bulanan. Walaupun demikian pemotongan tetap ada yaitu sebesar pajak deposito yang diperhitungkan dari hasil bunga deposito saja tidak termasuk pokok. Berdasarkan karakteristik mengenai produk deposito berjangka tersebut, dapat disimpulkan kelebihan serta kekurangan antara produk simpanan tabungan dan deposito berjangka (Tabel 3). Tabel 3. Kelebihan serta Kekurangan Produk Tabungan dan Deposito Berjangka Produk Perbankan Kelebihan Kekurangan Tabungan 1. Dana awal yang 1. Suku bunga yang disetor lebih kecil dari diperoleh cenderung produk deposito lebih kecil dari produk deposito 2. Produk simpanan 2. Dikenakan biaya yang dapat dicairkan adminstrasi bulanan setiap saat 3. Produk simpanan yang beresiko rendah Sumber: Rini, 2003

Tabel 3. Lanjutan Deposito Berjangka Sumber: Rini, 2003. 1. Dana awal yang disetor lebih besar secara otomatis dana akan cepat berkembang 2. Sarana investasi yang memiliki resiko rendah 3. Suku bunga deposito lebih besar dari suku bunga tabungan 4. Tidak dikenakannya administrasi bulanan 1. Membutuhkan dana yang lebih besar untuk membuka rekening deposito 2. Pencairan dana deposito hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo 3. Dikenakan denda penalty tiap penarikan dana yang belum jatuh tempo 2.5. Mekanisme Kebijakan Moneter Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral dalam mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan akhir yang ditetapkan. Mekanisme transmisi moneter dimulai dari tindakan bank sentral dengan menggunakan instrumen moneter. Instrumen moneter utama yang dipergunakan Bank Indonesia untuk mencapai sasaran akhir adalah Operasi Pasar Terbuka (OPT), disamping instrumen lain seperti fasilitas diskonto, Giro Wajib Minimum (GWM), ataupun imbauan. Instrumen OPT dilakukan melalui lelang surat-surat berharga, yang

ditujukan untuk menambah atau mengurangi likuiditas di pasar uang, untuk mencapai sasaran operasional uang primer yang telah ditetapkan. Sementara itu, fasilitas diskonto ialah fasilitas kredit yang diberikan kepada bank-bank dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. GWM merupakan jumlah alat likuid minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam rekening gironya di Bank Indonesia. Selanjutnya imbauan digunakan oleh Bank Indonesia dengan tujuan agar semua bank dapat mengikuti langkah kebijakan moneter yang diinginkan Bank Indonesia (Warjiyo, 2004). Dalam pelaksanaannya, proses operasional pengendalian moneter kemudian berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan keuangan melalui berbagai saluran transmisi kebijakan moneter, yaitu saluran uang, kredit, suku bunga, nilai tukar, harga aset, dan ekspektasi. Instrumen Sasaran Operasional Sasaran Antara Sasaran Akhir OPT GWM Fasilitas Diskonto Imbauan Uang Primer (M0) Suku Bunga (SBI, PUAB) Uang Beredar (M1, M2) Nilai Tukar Suku Bunga (Deposito) Pertumbuha n Ekonomi Inflasi Sumber: Warjiyo, 2004 Gambar 8. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Gambar 8 menunjukkan mekanisme transmisi kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui berbagai instrumen kebijakan moneter untuk mencapai sasaran akhir melaui sasaran operasional dan antara. Dibidang

keuangan, kebijakan moneter berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga, nilai tukar, dan harga saham disamping volume dana masyarakat yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan bank kepada dunia usaha, penanaman dana pada obligasi, saham maupun sekuritas lainnya. Sementara itu, disektor ekonomi riil kebijakan moneter selanjutnya mempengaruhi perkembangan konsumsi, investasi, ekspor dan impor, hingga pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang merupakan sasaran akhir kebijakan moneter. 2.6. Penawaran Uang (Money Supply) dan Suku Bunga Deposito Berdasarkan teori preferensi likuiditas yang dikemukakan oleh Keynes tentang pandangannya terhadap tingkat bunga. Keynes menjelaskan bahwa penurunan dalam penawaran uang akan meningkatkan tingkat bunga dan peningkatan dalam penawaran uang akan menurunkan tingkat bunga (Gambar 9). r MS 1 MS 2 r 1 A 1 r 2 A 2 L(r) M 1 /P M 2 /P M/P Sumber: Lipsey, et al, 1995 Gambar 9. Kurva Liquidity Preference Apabila otoritas moneter yaitu bank sentral meningkatkan penawaran uang maka akan menyebabkan suku bunga riil menurun. Sebaliknya apabila bank sentral menurunkan penawaran uang maka akan meningkatkan suku bunga riil.

Sehingga terdapat hubungan negatif antara penawaran uang dan suku bunga riil dalam hal ini adalah suku bunga deposito. 2.7. Tingkat Harga dan Suku Bunga Deposito Perubahan tingkat harga dalam perekonomian dicerminkan dengan variabel inflasi. Inflasi adalah kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus (Mishkin, 2001). Menurut kaum monetaris, inflasi disebabkan oleh pertumbuhan penawaran uang yang tinggi, oleh sebab itu mereka berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Menurut kaum Keynesian, inflasi yang tinggi tidak bisa dikendalikan hanya dengan kebijakan fiskal. Perpaduan kebijakan moneter dan fiskal diperlukan untuk mengendalikan laju inflasi. Teori kuantitas menyatakan bahwa bank sentral yang mengawasi suplai uang memiliki kendala tertinggi atas tingkat inflasi. Jika bank sentral mempertahankan suplai uang tetap dalam kondisi yang stabil, maka tingkat harga pun akan stabil. Jika bank sentral meningkatkan suplai uang dengan cepat, maka tingkat harga akan meningkat dengan cepat (Mankiw, 2000). Terdapat dua penyebab awal inflasi yaitu cost-push inflation dan demandpull inflation. Cost-push inflation terjadi karena adanya tekanan biaya produksi. Demand-pull inflation terjadi karena permintaan masyarakat akan barang dan jasa terlalu tinggi. Berdasarkan besarnya, tingkat inflasi digolongkan menjadi inflasi ringan; dibawah 10 persen setahun, inflasi sedang; 10-30 persen setahun, inflasi berat; antara 30-100 persen setahun, hiperinflasi; diatas 100 persen setahun. Berdasarkan asal terjadinya, inflasi digolongkan menjadi (Shapiro, 1978):

1. Domestic inflation, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri. Inflasi ini dapat timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru (seigniorage). 2. Imported inflation, inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi ini disebabkan karena adanya kenaikan harga-harga di luar negeri atau negara yang menjadi partner dagang. Inflasi ini lebih mudah terjadi pada negara dengan perekonomian terbuka. Hubungan antara inflasi dan suku bunga dapat dilihat dari persamaan Fisher (Fisher equation) yang menunjukkan bahwa tingkat bunga dapat berubah karena dua alasan yaitu tingkat bunga riil yang berubah atau tingkat inflasi yang berubah (Mankiw, 2000). Sehingga terdapat hubungan positif antara tingkat inflasi dan tingkat bunga nominal, dimana kenaikan satu persen dalam tingkat inflasi akan menyebabkan kenaikan satu persen dalam tingkat bunga nominal. Misalnya tahun 2003 tingkat inflasi sebesar 10,03 persen suku bunga deposito nominal sebesar 9,60 persen, maka berdasarkan teori Fisher jika terdapat kenaikan satu persen pada tingkat inflasi sebesar 0,10 persen maka akan menyebabkan kenaikan 1 persen pada suku bunga deposito nominal sebesar 0,09 persen. Dari persamaan tersebut, jika terjadi inflasi maka akan menurunkan suku bunga riil, yang mengindikasikan adanya hubungan negatif antara inflasi dan suku bunga riil. Artinya, ketika terjadi peningkatan inflasi, suku bunga deposito riil akan menurun dan sebaliknya ketika terjadi penurunan inflasi, suku bunga deposito riil akan meningkat.

2.8. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Suku Bunga Deposito Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen Bank Indonesia (BI) dalam melaksanakan fungsi sebagai bank sentral dan otoritas moneter. Terdapat dua macam SBI, yakni yang berjangka waktu satu bulan dan tiga bulan. Setiap dua pekan sekali BI melakukan lelang SBI tenor satu bulan, sementara untuk tenor tiga bulan lelangnya dilakukan sekali dalam sebulan. Lelang SBI dilakukan untuk menyerap uang yang ada di masyarakat atau perbankan, biasa disebut likuiditas. Semakin besar kelebihan likuiditas maka semakin besar pula dana yang akan diserap oleh BI. Dengan menyerap kelebihan likuiditas itu berarti BI mengurangi ruang gerak pemilik dana dalam melakukan spekulasi, hal itu dilakukan agar mata uang rupiah tidak terpuruk. Dengan berkurangnya likuiditas yang berlebihan tersebut akan dapat memperlambat atau bahkan menekan laju inflasi yang diakibatkan melonjaknya permintaan uang (Suruji, 2005). Hubungan antara suku bunga SBI dan suku bunga deposito dapat dilihat dari salah satu instrumen kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral yaitu melalui Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation). Operasi pasar terbuka adalah pembelian dan penjualan obligasi pemerintah oleh bank sentral. Ketika bank sentral membeli obligasi dari masyarakat, basis moneter dan penawaran uang meningkat. Sebaliknya ketika bank sentral menjual obligasi kepada masyarakat, basis moneter dan penawaran uang menurun (Mankiw, 2000). Ketika terjadi kelebihan uang yang ada di masyarakat dan perbankan maka bank sentral akan menyerap kelebihan uang tersebut dengan menjual SBI. Dalam hal ini perbankan akan membeli obligasi tersebut dimana bank sentral

menawarkan suku bunga SBI yang tinggi, sehingga menyebabkan likuiditas perbankan berkurang. Untuk meningkatkan tingkat likuiditas maka perbankan bersaing untuk mendapatkan dana yang sebesar-besarnya dari masyarakat dengan meningkatkan suku bunga deposito simpanan yaitu suku bunga deposito. Dengan demikian terdapat hubungan positif antara suku bunga SBI dan suku bunga deposito. Artinya, apabila terjadi peningkatan pada suku bunga SBI maka suku bunga deposito perbankan cenderung meningkat pula. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan pada suku bunga SBI maka suku bunga deposito perbankan cenderung menurun. 2.9. Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Suku Bunga Deposito Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur sejauh mana sebuah bank menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dana masyarakat. Ketentuan Bank Indonesia (BI) tentang tingkat LDR bank yang sehat adalah sebesar 94,75 persen (Indef, 2003). Kredit LDR = (2.4) DPK Dimana: LDR : rasio kredit dan dana pihak ketiga, Kredit : dana yang disalurkan perbankan pada masyarakat, DPK : dana pihak ketiga (tabungan, giro, dan deposito). Apabila LDR perbankan meningkat maka dapat dikatakan bahwa perbankan tersebut menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi karena meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan perbankan pada masyarakat.

Peningkatan LDR disertai dengan meningkatnya kredit menyebabkan likuiditas perbankan menurun karena dana tersebut dipergunakan untuk penyaluran kredit. Penurunan likuiditas ini, menyebabkan perbankan berusaha untuk mendapatkan dana dari masyarakat dengan meningkatkan suku bunga simpanan, dalam hal ini adalah suku bunga deposito. Oleh karena terdapat hubungan yang positif antara LDR dan suku bunga deposito. Artinya, apabila terjadi peningkatan pada LDR perbankan maka suku bunga deposito perbankan cenderung meningkat pula. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan pada LDR perbankan maka suku bunga deposito perbankan cenderung menurun. Selain itu, LDR dan suku bunga deposito dapat memiliki hubungan yang negatif apabila diasumsikan bahwa terdapat hubungan yang searah antara suku bunga deposito (simpanan) dan suku bunga kredit (pinjaman), dimana apabila suku bunga deposito meningkat maka akan meningkatkan suku bunga kredit dan sebaliknya apabila suku bunga deposito menurun maka akan diikuti dengan penurunan suku bunga kredit. Peningkatan LDR karena meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan akan menyebabkan likuiditas perbankan tersebut menjadi semakin berkurang. Dengan kondisi tersebut maka perbankan akan meningkatkan DPK (Dana Pihak Ketiga) dengan meningkatkan suku bunga deposito. Peningkatan suku bunga deposito tersebut akan diikuti dengan peningkatan suku bunga kredit yang pada akhirnya akan menurunkan jumlah kredit yang disalurkan karena meningkatnya biaya dalam meminjam dana di bank. Menurunnya minat masyarakat untuk meminjam dana di bank menurunkan volume kredit yang disalurkan perbankan sehingga menyebabkan menurunnya LDR perbankan.