Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang digunakan tidak memberikan dampak negatif. Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa:

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

Judul BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai, dan sikap sehingga dapat berpikir lebih sistematis, rasional, dan

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam mewujudkan harapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka sudah saatnya sekolah yang merupakan salah satu lembaga pendidikan, mengemban tugas mempersiapkan SDM yang berkualitas. Sekolah dalam hal ini tidak hanya dibebani untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam hal ranah kognitifnya saja, akan tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. Apalah gunanya seorang anak yang kemampuan kognitif lebih, tetapi tidak didukung dengan sikap (afektif) dan psikomotor yang baik pula. Tenaga pendidik mengemban tanggung jawab untuk mendidik anak didiknya. Hal ini di pertegas oleh ahli pendidikan diantaranya Suryabrata (2008:293) dalam bukunya Psikologi Pendidikan, beliau mengatakan Pendidikan ialah suatu usaha manusia (pendidik) untuk d engan penuh tanggung jawab membimbing dengan teratur dan sistematis dan dilakukan oleh orang dan disertai 1

tanggung jawab untuk mempengaruhi anak (peserta didik/siswa) agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Nawawi dalam (Taqiy ya 2013: 26), siswa adalah anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikologis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan melalui lembaga pendidikan formal. Dalam amanat UU tersebut bahwa pada dasarnya tujuan pendidikan nasional adalah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya untuk mencapai tujuan tersebut sangat membutuhkan partisipasi dan peran serta seluruh masyarakat dan personil pendidikan dalam bentuk tindakan-tindakan nyata. Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input adalah peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar antara siswa dan guru, sedangkan output merupakan hasil dari proses yang dilaksanakan. Dari pelaksanaan proses pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini sehingga siswa akan sadar bahwa penggunaan waktu, cara berpakaian, berpikir, bersikap, bertingkah laku (beraktivitas) semua tertuju kepada tingkah laku edukatif. Siswa akan menunjukkan kesiapan mental untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan mengikuti aturan atau tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah merupakan peraturan yang mengatur segenap tingkah laku siswa untuk menciptakan suasana yang mendukung pendidikan. Keberadaan tata tertib sekolah adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tenang sehingga kelangsungan 2

hidup sosial dapat tercapai. Namun dalam kenyataannya banyak siswa yang tidak mengetahui dan memahami tata tertib sekolah, karena tata tertib yang ada di sekolah merupakan peraturan yang harus di patuhi oleh siswa. Tata tertib merupakan suatu aturan yang di dalamnya memuat suatu hak, kewajiban, larangan-larangan dan sanksi. Semua itu harus disosialisasikan kepada siswa, sehingga siswa mengerti, memahami dan melaksanakannya. Apabila tata tertib sekolah dilaksanakan dan ditegakkan secara konsisten maka akan tercipta suatu kehidupan yang harmonis, aman dan tertib di sekolah, yang akan menghantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang di harapkan. Berdasarkan uraian diatas, siswa merupakan cerminan langsung dari kepatuhan seorang siswa dalam melakukan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah. Kepatuhan siswa dalam melaksanakan tata tertib di sekolah akan mendukung terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan berguna untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Tata tertib sekolah dibuat secara resmi oleh pihak yang berwenang dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah tersebut. Tata tertib memuat hal-hal yang diharuskan dan dilarang bagi siswa selama ia berada di lingkungan sekolah. Tata tertib sekolah bukan hanya formalitas melainkan ada tujuan yang diharapkan yaitu terciptanya suasana yang mendukung terwujudnya tujuan pendidikan. Oleh karena itu keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah. Karena tata tertib berisikan keharusan yang harus dilaksanakan oleh siswa, dan berfungsi sebagai pengendali bagi perilaku siswa, maka secara tidak 3

langsung tata tertib sekolah akan membawa siswa kedalam kondisi yang baik dan teratur dalam belajar disekolah, dengan demikian tata tertib sekolah sangat erat kaitanya dengan belajar siswa disekolah. Untuk membentuk satu sikap hidup, perbuatan dan kebiasaan dalam mengikuti, menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, orang dapat mengembangkannya melalui kesadaran diri dan kebebasan dirinya dalam menaati dan mengikuti aturan yang ada. Peraturan dan tata tertib merupakan dua hal yang sangat penting bagi kehidupan sekolah sebagai sebuah organisasi yang menyelenggarakan pendidikan. Untuk menjaga berlakunya peraturan dan tata tertib diperlukan kesadaran dari semua personil sekolah. Di dalam kehidupan sekolah peraturan dan tata tertib dimaksudkan untuk menjaga terlaksananya kegiatan belajar mengajar siswa, disamping itu juga untuk memenuhi kebutuhan setiap pribadi yang terlibat di dalamnya karena mereka adalah individu yang mesti dipandang sebagai manusia seutuhnya. Peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam oraganisasi sekolah, seorang guru dituntut menampilkan suatu perilaku yang positif, sehingga dapat menampilkan persepsi yang baik dimata anak didik. Dalam tata tertib sekolah dikemukakan hal-hal yang diharuskan dianjurkan dan tidak boleh dilakukan dalam pergaulan sekolah. Tata tertib juga diikuti dengan sanksi atau hukuman. Ketaatan dan kepatuhan dalam menjalankan tata tertib kehidupan, tidak akan dirasa memberatkan bila dilaksanakan dengan 4

kesadaran akan penting dan manfaatnya. Kemauan dan kesediaan mematuhi disiplin itu datang dari dalam diri orang yang bersangkutan atau tanpa paksaan dari luar atau orang lain, khususnya diri anak didiknya. Akan tetapi dalam keadaan seseorang belum memiliki kesadaran untuk mematuhi tata tertib, yang sering dirasakannya memberatkan atau tidak mengetahui manfaat dan kegunaannya, maka diperlukan tindakan memaksakan dari luar atau dari orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan atau mewujudkan sikap disiplin. Kondisi seperti itu sering ditemui pada kehidupan remaja, yang mengharuskan pendidiknya melakukan pengawasan agar tata tertib kehidupan dilaksanakan, yang sering kali mengharuskan juga untuk memberikan sanksi atau hukuman karena pelanggaran yang dilakukan oleh anak didiknya. Secara ideal apabila telah ada tata tertib yang mengatur siswa untuk berdisiplin maka seluruh siswa harus dengan sadar mentaatinya. Sehingga, dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah akan berjalan dengan tertib, efektif dan efisien. Para guru akan merasa nyaman ketika mengajar di dalam kelas maupun ketika berada di luar kelas. Semua hal tersebut dapat di atasi apabila pemimpin dalam hal ini kepala sekolah mengimplementasikan kebijakan tata tertib sekolah yang telah disepakati bersama dan memahami tugas dan fungsinya terutama dalam kegiatan proses pembelajaran. Namun semua itu tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat didalam diri peserta didik itu sendiri, seorang pendidik tidak mengetahui dimensi- 5

dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang dimilikinya. Dunn (2003:80) mengemukakan bahwa, Implementasi kebijakan adalah pelaksanaan dan pengendalian arah tindakan kebijakan sampai dicapainya hasil kebijakan. Lester dan Stewart dalam (Winarno 2012:101) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan salah satu tahapan dari proses kebijakan yang dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam implementasinya, agar tujuan kebijakan dapat diwujudkan. Dengan demikian, tujuan kebijakan dapat tercapai dengan baik, maka, tahap implementasi perlu dipersiapkan dan direncanakan dengan baik, akan tetapi pada tahap perumusan dan pembuatan kebijakan dapat diimplementasikan. Sesuai dengan hasil pengamatan peneliti di SMA Negeri 1 Paguyaman bahwa pelaksanaan tata tertib belum dijalankan sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga masih ada pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa siswa. Pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, adalah keter-lambatan datang ke sekolah, siswa yang tidak memakai atribut sekolah yang lengkap, adanya siswa yang sering membolos pada saat jam pelajaran, tidak masuk sekolah tanpa izin dari orang tua/wali murid, sering melalaikan tugas yang diberikan oleh bapak dan ibu guru, tidak mengikuti apel pagi dan siswa yang kurang disiplin datang di sekolah. Dengan adanya pelaksanaan tata tertib diharapkan dapat berimplikasi dan 6

menciptakan sikap/perilaku siswa dalam mematuhi aturan dan meningkatkan prestasi belajarnya. Pelanggaran tata tertib sekolah yang sering dilakukan dan dilanggar oleh siswa antara lain, siswa yang datang terlambat disekolah, masuk sekolah tetapi tidak mengikuti apel pagi dan upacara bendera, pulang lebih awal dan tidak mengenakan seragam sekolah yang lengkap. Selain itu, masih ada siswa yang terlambat masuk dikelas untuk mengikuti jam pelajaran. Tata tertib sekolah bermanfaat bagi peserta didik yang harus diikuti oleh siswa terhadap peraturan sekolah. Tata tertib sekolah yang di terapkan dilingkungan sekolah kurang diperhatikan oleh peserta didik sehingga sekolah memegang peran penting dalam menanamkan kedisiplinan dan tata tertib di sekolah. Pelanggaran dari tata tertib sekolah terkait dengan karakteristik siswa yang dimiliki setiap individu dan dipengaruhi oleh sikap dan faktor lain. Tata tertib sekolah merupakan kesiapan yang ditanamkan oleh sekolah agar siswa memiliki sikap yang baik. Sesuai dengan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Implementasi Kebijakan Tata Tertib Sekolah (Studi Kasus Dalam Meningkatkan Disiplin Siswa di SMA Negeri I Paguyaman). 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah implementasi kebijakan tata tertib sekolah di SMA Negeri I Paguyaman? 7

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi implementasi kebijakan tata tertib sekolah yang belum optimal di SMA Negeri I Paguyaman? 3. Upaya apakah yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam menerapkan tata tertib sekolah di SMA Negeri I Paguyaman? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui dan mengkaji implementasi kebijakan tata tertib sekolah di SMA Negeri I Paguyaman 2. Untuk mengetahui dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan tata tertib sekolah yang belum optimal di SMA Negeri I paguyaman. 3. Untuk mengetahui dan mengkaji upaya yang dilakukan oleh sekolah SMA Negeri I Paguyman dalam mengimplementasikan kebijakan tata tertib sekolah. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis pada beberapa pihak sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh pengalaman dari penelitian serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti yang berkaitan dengan implementasi kebijakan tata tertib sekolah. 8

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi dan dapat sumbangan pengetahuan berkenaan dengan masalah yang akan diteliti. 1.4.2 Manfaat Bagi Sekolah Bagi Lembaga/ Sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam pelaksanaan tata tertib dilingkungan sekolah di SMA Negeri I Paguyaman. 1.4.3 Manfaat Praktis 1. Melatih kemampuan penulis dalam melakukan penelitian, khususnya yang berhubungan dengan implementasi kebijakan tata tertib sekolah. 2. Dapat memberikan informasi dan sumber pengetahuan kepada pihak sekolah hubunganya dengan permasalahan yang akan diteliti. 9