BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang mulai dicanangkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2016 di bagian

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. umum, dan dianggap memiliki tingkat keparahan paling tinggi. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di negara-negara maju dan berkembang setiap tahunnya, sebagai akibat

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM RSD Dr.

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya waktu untuk berolahraga ringan sekalipun merupakan kebiasaankebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

FORMULIR KLAIM CACAT TETAP DAN TOTAL

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data untuk penelitian dilakukan pada tanggal 21 Januari 2012 sampai dengan tanggal 28 Januari 2012. Pengambilan data dilakukan di Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon. Pengambilan data dilakukan pada saat pasien dengan diabetes mellitus datang ke puskesmas untuk kontrol, selain itu juga dengan mendatangi rumah pasien. Skala yang disebar sebanyak 35 eksemplar skala untuk 35 subjek penelitian. Tiap satu bendel skala yang disebar terdiri dari data diri, petunjuk pengisian, cope inventory dan BDI. Skala penelitian dapat dilihat pada lampiran. B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Lhoksukon. Puskesmas Lhoksukon berada 30 Km ke arah timur Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Terletak persis disebelah terminal di pusat kota Lhoksukon dengan luas lahan lebih kurang satu hektar. Tepatnya di jalan Diponegoro No. 1. Bangunan fisik terdiri atas gedung Poliklinik berlantai 2, unit gawat darurat (UGD), ruang rawat inap (RRI) serta ruang bersalin. Sebagai Puskesmas Rujukan serta cakupan wilayah kerja yang cukup luas, rata-rata kunjungan pasien one day care ke Poliklinik Puskesmas Lhoksukon sangat tinggi, hal ini dapat terlihat dari rata-rata 40

41 kunjungan pasien ke Poliklinik mencapai 300 orang per hari, bahkan pada hari-hari tertentu dapat menyentuh angka 500 orang per hari. Pelayanan kesehatan di poliklinik terdiri atas: Polikklinik pria, poliklinik wanita, poliklinik anak, poliklinik KIA, laboratorium dan layanan umum seperti rujukan, visum, dan lain sebagainya. Kasus-kasus yang ditangani beragam mulai dari yang kasus ringan sampai dengan berat seperti: Diare, Dyspepsia, Gastritis, Hipertensi, Diabetes, Ganggren, Miokard infark, TB Paru, Stroke, dan lain-lain. 2. Data Deskriptif Responden Berdasarkan data yang telah terkumpul, dapat diketahui deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan lamanya menderita. Penyakit diabetes mellitus yang diperoleh dari data identitas diri yang diisi oleh subjek. Secara rinci, deskripsi subjek penelitian tersebut disajikan dalam Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4. Tabel 2 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin Jenis kelamin No Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 SD 0 7 7 2 SLTP 1 1 2 3 SLTA 3 5 8 4 PT 6 12 18 Total 10 25 35 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa subjek penelitian berjumlah 35 orang dan yang terbanyak adalah perempuan.

42 Latar belakang pendidikan subjek dimulai SD sampai dengan perguruan tinggi dan yang terbanyak pendidikannya adalah perguruan tinggi. Tabel 3 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia No Usia Jumlah 1 27-31 1 2 32-36 0 3 37-41 4 4 42-46 3 5 47-51 15 6 52-56 8 7 57-61 2 8 62-66 2 Total 35 Berdasarkan usia, subjek penelitian yang paling banyak adalah usia 47-51 tahun. Tabel 4 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Sakit No Lama Sakit Jumlah 1 0-5 tahun 15 2 6-10 tahun 12 3 11-15 tahun 3 4 16-20 tahun 2 5 21-25 tahun 0 6 26-30 tahun 0 7 35-40 tahun 3 Total 35 Dari tabel di atas dapat diketahui lama subjek menderita penyakit diabetes mellitus mulai dari 0 tahun (baru di diagnosa menderita diabetes mellitus) sampai dengan 40 tahun.

43 3. Deskripsi Strategi Coping Berdasarkan data-data subjek penelitian yang telah dianalisis dapat diperoleh deskripsi statistik data penelitian pada variabel strategi coping. Pada variabel strategi coping juga dilihat dua dimensi dari coping yaitu adaptive coping dan maladaptive coping. Deskripsi statistik data-data tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Deskripsi AdaptiveCcoping dan Maladaptive Coping No Adaptive Coping Kategori Maladaptive Coping Kategori 1 56 T 38 T 2 53 S 29 S 3 45 T 25 S 4 60 T 27 S 5 52 T 30 S 6 57 T 27 S 7 52 T 19 R 8 56 T 29 S 9 53 T 25 S 10 55 T 27 S 11 51 T 29 S 12 42 S 28 S 13 57 T 27 S 14 52 T 25 S 15 46 S 24 S 16 51 T 26 S 17 59 T 27 S 18 49 T 26 S 19 59 T 27 S 20 59 T 27 S 21 59 T 27 S

44 Tabel 5 Deskripsi Adaptive Coping dan Maladaptive Coping (sambungan) No Adaptive Coping Kategori Maladaptive Coping Kategori 22 64 T 29 S 23 40 S 20 R 24 55 T 27 S 25 52 T 28 S 26 53 T 28 S 27 51 T 28 S 28 59 T 28 S 29 44 S 27 S 30 51 T 27 S 31 51 T 28 S 32 47 S 26 S 33 46 S 29 S 34 47 S 26 S 35 55 T 27 S Keterangan: T : tinggi R : rendah S : sedang Dari Tabel 5 terlihat bahwa sebanyak 27 orang subjek cenderung tinggi melakukan adaptive coping, sedangkan 8 orang kecenderungan melakukan adaptive coping tergolong sedang. Untuk maladaptive coping sebanyak 32 orang kecenderungan melakukan maladaptive coping tergolong sedang, sebanyak 2 orang rendah dan 1 orang tinggi. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa adaptive coping dan maladaptive coping menunjukkan gejala kontinum, dimana setiap penderita diabetes mellitus melakukan kedua bentuk coping tersebut meskipun frekuensinya berbeda. Hal ini pun terdapat dalam

45 penelitian yang dilakukan oleh Allman, dkk (2009) yang menyatakan bahwa penderita gagal jantung selain melakukan coping aktif juga melakukan penyalahan diri sendiri. 4. Deskripsi Tingkat Depresi Adapun deskripsi tingkat depresi pada penderita diabetes mellitus terdapat pada Tabel 6. Tabel 6 Deskripsi Tingkat Depresi No. Responden Skor BDI Kategori Kode 1 27 S 4 2 5 N 1 3 7 N 1 4 10 N 1 5 12 GM 2 6 23 S 4 7 4 N 1 8 15 GM 2 9 10 N 1 10 7 N 1 11 25 S 4 12 38 B 5 13 29 S 4 14 7 N 1 15 3 N 1 16 12 GM 2 17 5 N 1 18 23 S 4 19 8 N 1 20 8 N 1 21 8 N 1 22 14 GM 2 23 11 GM 2 24 20 R 3 25 8 N 1 26 9 N 1

46 Tabel 6 Deskripsi Tingkat Depresi (sambungan) No. Responden Skor BDI Kategori Kode 27 4 N 1 28 12 GM 2 29 0 N 1 30 5 N 1 31 32 B 5 32 4 N 1 33 35 B 5 34 3 N 1 35 11 GM 2 Keterangan: N : normal GM : gangguan mood R : rendah B : berat S : sedang Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 35 responden, sebanyak 20 responden hanya menunjukkan sangat sedikit gejala depresi dengan kata lain tergolong normal, 7 orang menunjukkan gangguan suasana hati, 1 orang tingkat depresinya tergolong rendah, 5 orang tingkat depresinya sedang, dan 2 orang tingkat depresinya termasuk berat. Selain itu, responden juga diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang disertakan dalam cope inventory tentang riwayat keturunan yaitu ada atau tidak anggota keluarga yang menderita diabetes, lamanya sakit, perasaan ketika didiagnosa diabetes, dan kemampuan coping dari subjek. Berdasarkan respon jawaban responden ditemukan

47 bahwa sebanyak 19 subjek tidak memiliki riwayat keturunan menderita diabetes, dan sebanyak 15 orang subjek memiliki riwayat keturunan menderita penyakit diabetes, sedangkan 1 subjek tidak menjawab. Selain itu sebagian besar dari subjek yaitu sebanyak 22 subjek merasakan kesedihan, gelisah, kaget dan kecemasan ketika pertama kali di diagnosa menderita diabetes mellitus. Sebanyak 8 subjek lebih cenderung menjelaskan gejala fisik, dan 2 subjek tidak merasa sedih dan merasa biasa saja karena subjek memiliki pengetahuan yang rendah akan penyakit diabetes mellitus. Sebanyak 2 subjek merasa pasrah. Sedangkan satu orang tidak menjawab. Dari data diatas juga terlihat bahwa seluruh subjek cenderung melakukan coping aktif untuk coping yang fokus pada masalah, sedangkan untuk coping yang fokus pada emosi, sebanyak 27 subjek cenderung melakukan coping agama, 2 subjek cenderung memilih untuk mencari pertolongan, sebanyak 2 subjek cenderung memilih mencari dukungan sosial, 1 subjek cenderung melakukan humor, 1 subjek cenderung melakukan pengalihan dan 1 orang cenderung melakukan penolakan. Sedangkan 1 orang tidak menjawab. C. Uji Hipotesis Berdasarkan uji korelasi, maka hasil uji hipotesis adaptive coping dan maladaptive coping dapat dilihat pada tabel 7.

48 Tabel 7 Uji Korelasi Adaptive Coping dan Maladaptive Coping terhadap Tingkat Depresi Adaptive Coping Tingkat Depresi Maladaptive Coping Tingkat Depresi Pearson Correlation (r) -0, 142 Pearson Correlation (r) 0,356 Signifikansi (P) 0,209 Signifikansi (P) 0,018 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa: 1. Adaptive coping memiliki korelasi negatif dengan tingkat depresi dengan nilai korelasi r = 0,142, p = 0,209. Hasil tersebut menunjukkan korelasi yang tidak signifikan antara adaptif coping dan depresi. Jadi, hipotesis ditolak. 2. Maladaptive coping memiliki korelasi positif dengan tingkat depresi dengan nilai korelasi r = 0,356, p = 0,018. Hasil tersebut menunjukkan korelasi yang signifikan antara maladaptif coping dengan tingkat depresi, dengan kata lain semakin besar kecenderungan melakukan maladaptive coping, maka semakin tinggi kecenderungan mengalami depresi. Jadi, hipotesis diterima. Selain itu, angka koefisien determinasi (r) 2 sebesar 0,127 menunjukkan bahwa sumbangan efektif variabel strategi coping (maladaptive coping) terhadap variabel depresi pada penderita diabetes mellitus sebesar 12,7 %. Adapun beberapa faktor sosiodemografi seperti jenis kelamin, usia, dan lamanya sakit tidak menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap depresi dan strategi coping, namun tingkat pendidikan menunjukkan korelasi yang signifikan pada depresi, dimana r = -0,393 dengan p = 0,020, dengan kata lain ada pengaruh negatif tingkat pendidikan terhadap depresi, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin rendah tingkat depresi.

49 D. Pembahasan 1. Pengaruh adaptive coping terhadap tingkat depresi Hasil uji hopotesis menunjukkan angka koefisien korelasi Pearson untuk adaptive coping sebesar -0,142 dengan tingkat signifikansinya sebesar 0,209. Hal ini menandakan adanya korelasi negatif yang tidak signifikan. Meskipun hasilnya tidak signifikan, tetapi ditemukan bahwa adanya korelasi yang negatif dimana para partisipan yang cenderung menggunakan adaptive coping memiliki tingkat depresi yang rendah bahkan, dari beberapa pertanyaan tentang kecenderungan coping yang diajukan kepada partisipan ditemukan bahwa sebagian besar subjek melakukan adaptive coping seperti coping agama dan humor, bahkan seluruh partisipan cenderung melakukan coping aktif ketika menderita diabetes mellitus. Hal yang serupa ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Allman, dkk (2009) tentang depresi dan coping pada penderita gagal jantung. Dalam penelitiannya Allman menemukan bahwa meskipun secara statistik tidak menunjukkan signifikansi namun para partisipan yang cenderung menggunakan adaptive dalam hal ini coping aktif menunjukkan tingkat depresi yang rendah dibandingkan partisipan yang jarang menggunakan aktif coping. Menurut Allman, tidak signifikannya penelitian yang dilakukan kerena pengaruhi oleh variabel pengacau yaitu usia dan jenis kelamin, dimana sebagian besar partisipan dari penelitian adalah wanita yaitu sebesar 52 persen. Partisipan wanita cenderung menggunakan emotional focused coping yang maladaptive seperti menyalahkan diri sendiri, ketidakberdayaan dan pelepasan. Selain

50 itu, responden yang berusia dibawah 60 tahun juga cenderung menggunakan emotional focused coping yang maladaptive seperti menyalahkan diri sendiri, ketidakberdayaan dan pelepasan. Hal ini pula yang dapat meningkatkan depresi pada penderita gagal jantung. Korelasi yang tidak signifikan pada adaptive coping jug adapt pula disebabkan oleh jumlah responden, yaitu sebanyak 35 orang. 2. Pengaruh maladaptive coping terhadap tingkat depresi Berbeda dengan adaptive coping, hasil uji hipotesis pada maladaptive coping menunjukkan angka koefisien korelasi pearson sebesar 0,356 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,018. Hal ini menandakan adanya korelasi positif yang signifikan antara maladaptive coping dengan tingkat depresi pada penderita diabetes mellitus, dimana semakin cenderung menggunakan maladaptive coping semakin tinggi tingkat depresi. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa ada pengaruh strategi coping terhadap tingkat depresi. Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit yang belum dapat disembuhkan sama sekali. Jika seseorang terkena penyakit ini, maka akan menyerang orang tersebut sepanjang hidupnya (Suganda,1990 dalam Rustiani, 2009:54). Penyakit diabetes melitus ini hanya dapat dikendalikan untuk mengurangi atau menghambat komplikasi-komplikasi yang terjadi agar tidak terlalu mengganggu. Pengaturan dan pengawasan hidup yang harus dilakukan penderita diabetes melitus tidaklah mudah. Beberapa penelitian menunjukkan

51 diagnosis, simtom-simtom, dan aturan pengobatan yang ketat pada penyakit kronis dapat menjadi penyebab munculnya permasalahan psikologis yang berbahaya, seperti meningkatnya kecemasan dan depresi pada pasien (Wilkinson, dalam Endler & Macrodimitris, 2001 dalam Rustiani, 2009:56). Depresi pada seseorang seseorang digambarkan dengan rendahnya harga diri, menyalahkan diri sendiri, dan mempunyai persepsi yang negatif terhadap peristiwa yang dialami. Beck (1967 dalam Davison, dkk, 2006 ; 382) mengatakan bahwa munculnya depresi dikarenakan adanya distorsi kognitif yaitu adanya interpretasi negatif terhadap pengalaman hidup atau situasi yang mengecewakan. Pasien yang menderita diabetes mellitus kerap mengeluh, merasa jenuh dan bosan karena harus minum obat dan berolahraga secara teratur (Hasanat, 2008). Meskipun pasien belum tentu mengalami depresi, namun perlu diketahui bahwa jenuh dan bosan merupakan sebagian dari ciri-ciri depresi. Depresi akan menjadi emosi negatif bila pasien menyalahkan kondisi dirinya ketika dia tidak dapat mengatasi kondisi depresinya (Prawitasari, 2012). Beberapa penelitian terdahulu ditemukan bahwa adanya tingkat depresi pada penderita diabetes. Kemungkinan mengalami depresi antara individu dengan diabetes tipe 1 dan 2, dua kali lipat lebih tinggi dari pada individu yang bukan penderita diabetes, dan 33% penderita diabetes diperkirakan mengalami gejala depresi parah dan dibutuhkan pengobatan yang rutin (Rilley dkk, 2009). Dalam mengatasi keadaan yang tertekan, individu melakukan suatu proses yang dikenal dengan strategi coping akan muncul atau dilakukan ketika ada tuntutan yang dirasa oleh penderita menantang atau membebani (Lazarus dan Folkman, 1984), yang tujuannya adalah untuk menyesuaikan diri terhadap

52 tuntutan atau tekanan baik dari dalam maupun dari luar. Carver, dkk (1989) mengatakan bahwa pemilihan coping yang kurang tepat dapat mempengaruhi hasil dari proses inividu itu sendiri dalam mengatasi situasi yang menekan. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa strategi coping berpengaruh terhadap kondisi psikologis dan kesehatan seseorang termasuk depresi. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Rosenberg dkk, 1987 dalam penelitiannnya tentang perilaku coping pada pasien rawat inap yang depresi dengan yang tidak depresi ditemukan bahwa adanya perbedaan pemilihan strategi coping, pasien rawat inap dengan depresi cenderung menggunakan avoidant coping, sedangkan pasien yang tidak depresi cenderung menggunakan coping aktif. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Allman, dkk 2009 ditemukan bahwa pasien dengan yang menggunakan maladaptive coping seperti menyalahkan diri sendiri, ketidak berdayaaan, dan pelepasan cenderung mengalami depresi dibandingkan mereka yang menggunakan adaptive coping seperti coping aktif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Bemana pada penderita kanker di Iran ditemukan bahwa pasien yang cenderung menggunakan menggunakan maladaptive coping yaitu menyalahkan diri sendiri dan coping menghindar lebih tinggi tingkat depresi yang dialami (Bemana, 2011). Selain faktor psikososial, faktor genetik, depresi juga dipengaruhi faktor biologis. Telah dilaporkan berbagai kelainan di dalam metabolit amin biogenik seperti serotonin diduga telah berperan penting dalam hubungannya dengan depresi, hal ini diduga dari pemberian serotonin spesifik reuptake pada pengobatan pasien-pasien depresi. Berbagai amin biogenik lainnya selain

53 serotonin yang diduga berperan penting dalam patofisiologi depresi adalah norepinefrin dan dopamin. Beberapa faktor neurokimia, walaupun dari hasil penelitian belum memuaskan pada saat ini, neurotransmitter GABA dan peptide neuro aktif diduga juga memiliki korelasi penyebab (Rustiani, 2009). Penelitian ini memiliki keterbatasan karena hanya melihat pengaruh strategi coping dengan tingkat depresi. Dalam penelitian ini peneliti tidak meneliti variabel lainnya yang mungkin berpengaruh terhadap tingkat depresi pada pasien dengan diabetes mellitus seperti jenis komplikasi penyakit, terapi yang dijalankan oleh penderita dan ciri kepribadian dari subjek penelitian. Selain itu, instrument yang digunakan adalah skala yang berisi beberapa pertanyaan yang dijawab sendiri oleh responden, sehingga akan berbeda dampaknya bagi masing-masing responden. Hambatan yang ditemui dalam penelitian ini adalah pada saat pengambilan data. Sebagian besar penderita diabetes mellitus mengalami kelelahan dalam mengisi instrumen yang diberikan. Selain itu tempat penelitian yang kurang kondusif yaitu puskesmas Lhoksukon yang ramai dikunjungi oleh pasien lain sehingga menganggu konsentrasi subjek.