BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan, rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk beberapa orang yang menderita sakit. Definisi lain tentang rumah sakit, seperti dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 2.1.2 Fungsi Rumah Sakit Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dalam menjalankan tugasnya, rumah sakit menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit; 10
11 2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis; 3. Peyelenggaraan pedidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; 4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. 2. 1. 3 Klasifikasi Rumah Sakit Undang-Undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa berdasarkan pelayananan yang diberikan, rumah sakit diklasifikasikan menjadi dua, yakni rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanann kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan lagi menjadi empat, yakni: 1. Rumah Sakit Umum Kelas A 2. Rumah Sakit Umum Kelas B 3. Rumah Sakit Umum Kelas C 4. Rumah Sakit Umum Kelas D
12 Klasifikasi tersebut ditetapkan berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan manajemen. 1. Rumah Sakit Umum Kelas A Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, lima pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan medik spesialis lain dan 13 (tiga belas) pelayanan medik sub spesialis. Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik. pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu anak atau keluarga berencana. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Pelayanan medik spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi. Pelayanan spesialis penunjang medik terdiri dari pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik, patologi klinik dan patologi anatomi. pelayanan medik spesialis lain sekurang-kurangnya terdiri dari pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh
13 darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik. Pelayanan medik spesialis gigi mulut terdiri dari pelayanan bedah mulut, konservasi/endodonsi, periodonti, orthodonti, prosthodonti, pedodonsi dan penyakit mulut. Pelayanan keperawatan dan kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. Pelayanan medik subspesialis terdiri dari subspesialis bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, orthopedi dan gigi mulut. Pelayanan penunjang klinik terdiri dari perawatan intensif, pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen dan rekam medik. pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan laundry atau linen, jasa boga atau dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulance, komunikasi, pemulasaraan jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan penampungan air bersih. Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 18 (delapan belas) orang dokter umum dan 4 (empat) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. Pada Pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-masing minimal 6 (enam) orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. Pada pelayanan spesialis penunjang medik harus ada masingmasing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. Pada pelayanan medik
14 spesialis lain harus ada masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. Untuk pelayanan medik spesialis gigi mulut harus ada masingmasing minimal 1 (satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap. Pada pelayanan medik subspesialis harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter subspesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai tenaga tetap. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit. Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah. 2. Rumah Sakit Umum Kelas B Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar. kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik. Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan medik gigi mulut dan pelayanan
15 kesehatan ibu anak /keluarga berencana. pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. pelayanan medik spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi. pelayanan spesialis penunjang medik terdiri dari pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik. pelayanan medik spesialis lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas) pelayanan meliputi mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik. Pelayanan medik spesialis gigi mulut terdiri dari pelayanan bedah mulut, konservasi/endodonsi, dan periodonti. pelayanan keperawatan dan kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. Pelayanan medik subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi : bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi. pelayanan penunjang klinik terdiri dari perawatan intensif, pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen dan rekam medik. pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan laundry atau linen, jasa boga atau dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulance, komunikasi, pemulasaraan jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan penampungan air bersih. Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat
16 pelayanan. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 12 (dua belas) orang dokter umum dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. Pada Pelayanan medik spesialis dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap. Pada pelayanan spesialis penunjang medik harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu ) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. Pada pelayanan medik spesialis lain harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda. Pada pelayanan medik spesialis gigi mulut harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap. Pada pelayanan medik subspesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai tenaga tetap. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit. Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah. 3. Rumah Sakit Umum Kelas C Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar dan 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik. kriteria, fasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelas c meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan
17 spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik. Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu anak atau keluarga berencana. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Pelayanan medik spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi. pelayanan medik spesialis gigi mulut minimal 1 (satu) pelayanan. pelayanan spesialis penunjang medik terdiri dari pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik. Pelayanan keperawatan dan kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. pelayanan penunjang klinik terdiri dari perawatan intensif, pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen dan rekam medik. Pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan laundry atau linen, jasa boga atau dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulance, komunikasi, kamar jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan penampungan air bersih. Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. Pada Pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua)
18 orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda. Pada setiap pelayanan spesialis penunjang medik masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit. Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah. 4. Rumah Sakit Umum Kelas D Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) pelayanan medik spesialis dasar. kriteria, fasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelas d meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik. pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu anak /keluarga berencana. pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Pelayanan medik spesialis dasar sekurang-kurangnya 2 dari 4 jenis pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam,
19 kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi. pelayanan spesialis penunjang medik yaitu laboratorium dan radiologi. Pelayanan keperawatan dan kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. pelayanan penunjang klinik terdiri dari perawatan high care unit, pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen dan rekam medik pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan laundry atau linen, jasa boga atau dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulance, komunikasi, kamar jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan penampungan air bersih. ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 4 orang dokter umum dan 1 orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. Pada pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-masing minimal 1 orang dokter spesialis dari 2 jenis pelayanan spesialis dasar dengan 1 orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit. Jumlah tempat tidur minimal 50 buah. 2. 2 Konsep Kinerja Pelayanan 2.2.1. Pengertian Kinerja Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan seseorang. Banyak batasan yang diberikan para ahli mengenai istilah kinerja, walaupun
20 berbeda dalam tekanan rumusannya, namun secara prinsip kinerja adalah mengenai proses pencapaian hasil. Istilah kinerja berasal dari kata job performance (prestasi kerja) atau actual performance (prestasi sesungguhnya) yang dicapai oleh seseorang. Sehingga dapat didefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2004) Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2001). Sedangkan menurut Gibson, dkk (2003), job performance adalah hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan kinerja kefektifan kinerja lainnya. 2.2.2. Pengertian Kinerja Pelayanan Hessel (2007) mendefinisikan pelayanan sebagai pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas yang dilakukan oleh orang lain secara langsung. Agar pelayanan dapat memuaskan orang atau kelompok orang lain, maka pelaku yang bertugas harus memenuhi empat kriteria pokok, yaitu: 1. Tingkah laku yang sopan 2. Cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh ornag yang bersangkutan
21 3. Waktu penyampaian yang tepat 4. Keramahtamahan Kinerja pelayanan diartikan sebagai hasil secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam memberikan pelayanan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. 2. 3 Konsep Theory of Constraints (TOC) 2.3.1 Pengertian Theory of Constraints (TOC) Menurut Cox dan Schleier (2010) Theory of Constraints (TOC) atau Teori Kendala merupakan filosofi manajemen sistem yang dikembangkan oleh Eliyahu M. Goldratt sejak awal 1980-an. TOC didefinisikan sebagai suatu pendekatan ke arah peningkatan proses yang berfokus pada elemen-elemen yang membatasi kinerja untuk meningkatkan output. Render dan Heizer (2004) menjelaskan bahwa, Theory of constraints is the body of knowledge that deals with anything that limits organization s ability to achieve its goals. Tersine (1994) mendefinisikan TOC sebagai suatu filosofi perbaikan secara terus-menerus yang berfokus pada identifikasi atas kendala utnuk mencapai tujuan perusahaan. Teori ini berfokus pada kendala atau constraint, dengan memperbaiki kendala dan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki. Ketika kendala diperbaiki, maka perbedaan akan berkurang dan kualitas akan meningkat (Nave, 2002). Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka TOC merupakan suatu filosofi manajemen yang membantu suatu perusahaan atau organisasi dalam
22 memaksimalkan produksinya dengan cara mengelola kendala dari perusahaan atau organisasi tersebut. 2.3.2 Jenis Kendala Goldratt (2004) mendefinisikan kendala sebagai segala hal yang membatasi sistem, baik organisasi ataupun perusahaan, dalam mencapai tujuannya. Hansen dan Mowen (2000) mengelompokkan kendala berdasarkan beberapa hal, yakni: 1. Berdasarkan asalnya: a. Kendala internal (internal constraints) adalah faktor dari dalam perusahaan yang membatasi kinerja perusahaan, misalnya keterbatasan jam mesin. Kendala internal harus dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan throughput semaksimal mungkin tanpa meningkatkan persediaan dan biaya operasional. b. Kendala eksternal (external constraints) adalah fakor dari luar perusahaan yang membatasi kinerja perusahaan, misalnya permintaan pasar atau kuantitas bahan baku yang tersedia dari pemasok. Kendala eksternal yang berupa volume produk yang dapat dijual, dapat diatasi dengan menemukan pasar, meningkatkan permintaan pasar ataupun dengan mengembangkan produk baru. 2. Berdasarkan sifatnya: a. Kendala mengikat (binding constraints) adalah kendala yang terdapat pada sumber daya yang telah dimanfaatkan sepenuhnya.
23 b. Kendala tidak mengikat (loose constraints) adalah kendala yang terdapat pada sumber daya yang terbatas yang tidak dimanfaatkan sepenuhnya. Selain jenis kendala yang telah disebutkan di atas, Kaplan dan Atkinson (1998) membagi kendala menjadi tiga jenis, antara lain: 1. Kendala sumber daya (resource constraint). Kendala ini berupa kemampuan faktor input produksi, misalnya bahan baku, tenaga kerja, dan jam mesin. 2. Kendala pasar (market resource). Kendala yang merupakan tingkat minimal dan maksimal dari penjualan yang mungkin selama dalam periode perencanaan. 3. Kendala keseimbangan (balanced constraint) Kemudian Dettmer (2000) juga mengklasifikasi kendala menjadi dua, yakni: 1. Kendala fisik Kendala fisik terdiri dari alat, fasilitas, material, dan sumber daya manusia. 2. Kendala kebijakan Kendala kebijakan terdiri dari hukum dan peraturan. Kebijakan seringkali menyebabkan munculnya kendala fisik. 2.3.3 Langkah-Langkah TOC Goldratt (2004) menyebutkan bahwa ada lima langkah dalam mengimplementasikan TOC yaitu:
24 1. Identifikasi kendala (identify the system s constraint) Mengidentifikasi faktor yang menjadi kendala dalam sistem merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam implementasi TOC. Kendala yang dimaksud adalah kendala yang berhubungan dengan proses produksi. 2. Memanfaatkan sistem yang ada (exploit the system s constraint) Tahap kedua adalah mengatur sumber daya yang dimiliki untuk meminimalkan kendala. Apabila kendala yang ditemukan adalah kendala internal, maka sumber daya internal hendaknya dimaksimalkan. begitupun sebaliknya, apabila kendala yang ditemukan adalah kendala eksternal, maka sumber daya eksternal yang dimiliki harus dimanfaatkan secara maksimal. 3. Subordinasi sumber lainnya (subordinate everything else to the above decision) Mengevaluasi atau memastikan apakah kendala tersebut masih dianggap sebagai kendala atau tidak. Apabila kendala tersebut masih dianggap sebagai kendala maka dilanjutkan ke langkah keempat yaitu evaluasi kendala. Namun jika tidak, maka dilanjutkan ke langkah kelima yaitu mengulang proses secara keseluruhan. 4. Memaksimal sistem (elevate the system s constraint) Tahap ini dilakukan apabila langkah kedua dan ketiga tidak berhasil, artinya harus dilakukan reorganisasi atau perbaikan atau modifikasi modal dan sebagainya. 5. Mengulang proses keseluruhan (go back to step 1)
25 Langkah-langkah di atas dapat disimpulkan dalam suatu flowchart seperti di bawah ini: Identifikasi constraint Eksploitasi constraint Perbaiki performasi constraint YA TIDAK Constraint masih aktif Gambar 2.1 Flow chart Theory of Constraint (Tersine, 1994)