PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR TAHUN 2010

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

PENGELOLAAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT PAPARAN TINGGI TIDAK DAPAT BAKAR DI INSTALASI RADIOMETALURGI (IRM)

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

DEKONTAMINASI MESIN BUSUR LISTRIK CENTORR FURNACES DI HR-16 IEBE PTBN

EVALUASI ASPEK KESELAMATAN KEGIATAN METALOGRAFI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMAN BAKAR EKSPERIMENTAL TAHUN 2011

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009

DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

Suhaedi Muhammad, Rimin Sumantri PTKMR BATAN

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009

PEMANTAUAN KONTAMINASI DAN DEKONTAMINASI ALAT POTONG ACCUTOM DI LABORATORIUM KENDALI KUALITAS HR-22 IEBE PTBN

Ngatijo, Pranjono, Torowati, Waringin Margi Yusmaman

PENENTUAN NILAI LIMIT DETEKSI DAN KUANTISASI ALAT TITRASI POTENSIOMETER UNTUK ANALISIS URANIUM

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

PENENTUAN EFISIENSI EKSTRAKSI URANIUM PADA PROSES EKSTRAKSI URANIUM DALAM YELLOW CAKE MENGGUNAKAN TBP-KEROSIN

ANALISIS KUALITAS DESTILAT, DOUBTFUL EFFLUENT DAN ACTIVE EFFLUENT UNTUK TINDAK LANJUT PELEPASAN PADA TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010

EKSTRAKSI STRIPPING URANIUM MOLIBDENUM DARI GAGALAN PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK

ANALISIS KADAR URANIUM DALAM YELLOW CAKE DENGAN TITRASI SECARA POTENSIOMETRI

PENGELOLAAN DAN KARAKTERISASI LIMBAH B3 DI PAIR BERDASARKAN POTENSI BAHAYA ABSTRAK

PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN

EVALUASI PENANGANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL (IEBE)

OPERASI SISTEM LAUNDRY PADA PROSES MESIN CUCI (WASHING MACHINE) Atam Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PERHITUNGAN NILAI SETTING ALARM ALPHA BETA AEROSOL MONITOR DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT

Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016)

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PENGUNJUNG DI TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI

PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

BAB III METODE PENELITIAN

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN PERLENGKAPAN KESELAMATAN RADIASI DAN PENGENDALIAN AKSES LABORATORIUM DI IEBE

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS

PT. BINA KARYA KUSUMA

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

KEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF

Pemungutan Uranium Dalam Limbah Uranium Cair Menggunakan Amonium Karbonat

PEMUNGUTAN URANIUM DARI LIMBAH URANIUM CAIR HASIL PROSES DENGAN TEKNIK PENGENDAPAN

IMPLEMENTASI SK. BAPETEN NOMOR : 01/KA-BAPETEN/V 1999, TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI DI INSTALASI NUKLIR.

PENGENDALIAN DAERAH RADIASI DAN KONTAMINASI IEBE DAN IRM TAHUN 2009

OPTIMASI PENENTUAN KONSENTRASI URANIUM DENGAN METODA POTENSIOMETRI

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar

KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

PERSYARATAN PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 1. Prosedur Analisis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

SAM PEL LlMBAH UNTUK ANALISIS DI LABORA TORIUM

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF

SISTEM PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT, CAIR DAN GAS. Arifin Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PENGUKURAN RADIASI DAN PENGOLAHAN DATA DI INSTALASI NUKLIR

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANGAN KERJA IEBE SAAT SISTEM VENTILASI UDARA TIDAK BEROPERASI

IMPLEMENTASI SALT DALAM PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DI PRSG

TRANSFER MATERIAL RADIOAKTIF DI HOTCELL 101 IRM VIA KH-IPSB3

EVALUASI PELAKSANAAN PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI INSTALASI RADIOMETALURGI KE KH-IPSB3 TAHUN 2010

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi

Transkripsi:

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR TAHUN 2010 Sunardi, Susanto, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek Gd. 20, Serpong 15311 ABSTRAK PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR TAHUN 2010. Telah dilakukan pengelolaan limbah radioaktif padat dan cair di Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN) tahun 2010. Pengelolaan limbah radioaktif tersebut meliputi pengumpulan, pengelompokan, pengepakan dan pengangkutan. Limbah radioaktif di PTBN ditimbulkan dari proses pembuatan elemen bakar nuklir dan uji pasca radiasi. Tujuan dari pengelolaan Limbah radioaktif ini adalah untuk mencegah terjadinya penyebaran radiasi dan kontaminasi dilingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat. Selama tahun 2010 telah dilakukan pengelolaan limbah radioaktif di PTBN dengan melaksanakan pengiriman limbah radioaktif padat ke Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) sebanyak 9 drum ukuran 100 liter dengan berat total 176,3 kg dan paparan tertinggi 0,339 µsv/jam pada permukaan luar drum limbah. Untuk limbah radioaktif dalam bentuk cairan sebanyak 35 m 3 dilepas kelingkungan setelah dinyatakan radioaktivitasnya tak terdeteksi dan mendapat persetujuan PTLR. Proses pengelolaan limbah tersebut hingga pengirimannya ke PTLR.mengacu kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2002, Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Nomor : 03/Ka-BAPETEN/V-99, Tentang Ketentuan Keselamatan Untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif serta Prosedur Pengelolaan Limbah radioaktif di PTBN. Kata Kunci : Limbah cair radioaktif, limbah padat radioaktif, pengepakan limbah, pengelolaan limbah ABSTRACT RADIOACTIVE WASTE MANAGEMENT OF SOLID AND LIQUID FUELS IN NUCLEAR TECHNOLOGY CENTER IN 2010. Management has made solid and liquid radioactive waste at the Nuclear Fuel Technology Center (PTBN) in 2010. Management of radioactive waste includes the collection, classification, packing and transportation. PTBN radioactive waste generated in the process of making nuclear fuel elements and uiji post-radiation. The purpose of the management of radioactive waste is to prevent the spread of radiation and contamination of working environment and community environment. During the year 2010 has made the management of radioactive waste in PTBN to implement the delivery of solid radioactive waste to the Radioactive Waste Technology Center (PTLR) by 9 size 100 liter drums with a total weight of 176.3 kg and the highest exposure to 0.339 μsv / h at the outer surface of the drum of waste. For radioactive waste in liquid form as much as 35 m3 kelingkungan after being released radioactivity was detected and subsequently approved by PTLR. Waste management process until its delivery to the PTLR. Refers to the Indonesian Government Regulation Number 27 Year 2002, On Radioactive Waste Management and Decision of the Head of Nuclear Energy Supervisory Agency (Bapeten) Number: 03/Ka-BAPETEN/V-99, On For Safety Provisions management of Radioactive Waste and Radioactive Waste Management Procedures in PTBN. Keywords : Liquid radioactive waste, radioactive solid waste, packaging waste, waste management Sunardi dkk 237 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

1. PENDAHULUAN Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN) mempunyai 2 Gedung Instalasi Nuklir, yaitu Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) dan Instalasi Radiometalurgi. Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) Berdasarkan Peraturan Kepala Batan No. 123/KA/VIII/2007 tentang rincian tugas unit kerja di lingkungan BATAN yaitu, Tugas PTBN adalah melaksanakan pengembangan teknologi bahan bakar nuklir. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 262 tentang Peraturan Kepala Batan No.123/KA/VIII/2007, PTBN menyelenggarakan fungsinya sebagai : Pelaksanaan pengembangan teknologi produksi teknologi produksi bahan bakar nuklir dan daur ulang antara lain sebagai pelaksanaan pengembangan radiometalurgi, analisis fisiko kimia dan teknik uji pasca iradiasi, pelaksanaan operasi penunjang, pelaksanaan pengendalian keselamatan kerja, pelaksanaan urusan tata usaha, pelaksanaan program jaminan mutu dan pelaksanaan pengamanan nuklir [1]. Pelaksanaaan tugas tersebut dilaksanakan oleh ke-dua instalasi nuklir, yaitu Instalasi Radiometalurgi (IRM) dan Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) yang dibangun di Kawasan PUSPIPTEK Serpong. Tugas dan fungsi masing-masing instalasi tersebut adalah [2,3] : Tugas dan fungsi dari IRM ialah melakukan kegiatan uji pasca iradiasi (UPI) berbagai bahan bakar, bahan struktur serta komponen reaktor. Untuk melaksanakan kegiatan UPI ini, IRM dilengkapi 12 bilik panas yang terdiri dari 3 bilik beton berat dan 9 bilik baja. Bilik beton berat dimulai dari bilik ZG 101 s.d. ZG 103 dan bilik baja dimulai dari bilik ZG 104 s.d. ZG 112. Disamping itu IRM juga dilengkapi dengan laboratorium pendukung lainnya, seperti laboratorium pencacahan bahan radioaktif, SEM, TEM, XRF,uji tarik dan sebagainya [2]. Tugas dan fungsi IEBE merupakan salah satu fasilitas laboratorium nuklir dan mempunyai dua fungsi pokok yaitu : memproses yellow cake menjadi serbuk UO 2 nuclear grade, dan memproduksi elemen bakar reaktor air berat (HWR) jenis cirene dengan menggunakan bahan baku utama uranium pengkayaan rendah [3]. Penggunaan sumber radioaktif untuk kegiatan di Instalasi Nuklir PTBN dapat menimbulkan limbah yang mengandung zat radioaktif dalam bentuk padat, cair maupun gas. Limbah radioaktif merupakan limbah yang mengandung sejumlah radionuklida yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia maupun lingkungan, sehingga harus dikelola dengan baik. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2002, Tentang Pengelolaan Limbah SEMINAR NASIONAL Radioaktif dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Nomor : 03/Ka- BAPETEN/V-99, Tentang Ketentuan Keselamatan Untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif [4,5], disebutkan bahwa Badan Tenaga Nuklir Nasional adalah satu satunya institusi yang berwenang mengelola limbah radioaktif. Dalam makalah ini yang dibahas adalah mengenai pengelolaan limbah radioaktif bentuk padat dan cair di PTBN. Limbah radioaktif ini terbentuk karena adanya kontaminasi uranium pada bahan yang dipakai untuk kegiatan di IRM dan IEBE seperti kertas merang, sarung tangan (kain atau karet), baju kerja, sepatu kerja, kertas filter, masker debu dan sebagainya yang tidak ekonomis untuk didekontaminasi serta dapat dimampatkan dan terbakar. Limbah padat umumnya terbentuk dari ruangan kerja yang dimasukkan ke dalam kotak limbah oleh pekerja radiasi. Kondisi muatan kotak limbah dipantau setiap dua minggu sekali oleh petugas limbah dari SB-ABNPL, BK-PTBN dan diamankan bilamana kantong plastik berwarna kuning yang terdapat di dalam kotak limbah terisi sekitar 80%. Kantong-kantong limbah dimampatkan untuk mengurangi volume dan dimasukkan ke dalam drum limbah berwarna kuning (volume 100 liter). Drum yang telah terisi ditutup dengan penutup drum yang berkunci dan kemudian ditimbang beratnya. Selain itu juga diukur paparan radiasigamma dan kontaminasi pada permukaan drum. Permukaan drum diberi keterangan/tanda seperti: simbol radiasi (hitam), asal atau nama instalasi seperti IRM atau IEBE, berat, paparan dan kontaminasi permukaan. Drum siap kemas disimpan di ruang penyimpan limbah padat dan dikirim ke PTLR jika dianggap sudah cukup banyak (biasanya 10 drum). Pengiriman limbah disertai dengan dokumen limbah yang disediakan oleh PTLR yang juga didokumentasikan oleh Sub Bidang Akunting Bahan Nuklir Dan Pengelolaan Limbah (SB- ABNPL) [5].. Limbah radioaktif cairan yang terbentuk dari ruangan kerja seperti dari wastafel di ruang kerja, ruang dekontaminasi dan sebagainya secara langsung dialirkan secara gravitasi ke tangki-tangki limbah radioaktif yang terdapat di basement IRM dan IEBE. Berdasarkan desain dari kegiatan di IRM dan IEBE, limbah radioaktif yang mengalir ke tangki-tangki tersebut adalah limbah radioaktif tingkat rendah (kandungan uraniumnya < 50 ppm). Adapun untuk kegiatan yang diperkiraan kandungan U yang terikut cukup tinggi pada media cairan (biasanya bahan-bahan kimia bersifat asam, basa dan organik sebagai pelarut dalam proses) ditampung pada jirigen khusus (lihat gambar) dan tidak dianggap sebagai limbah radioaktif cair. Limbah kimia (juga radioaktif) seperti ini dikelola oleh Bidang Bahan Bakar Nuklir. Kondisi muatan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 238 Sunardi dkk

limbah cair pada tangki-tangki dipantau setiap dua minggu sekali oleh petugas SB-ABNPL dan mulai diantisipasi pengirimannya jika limbah telah terisi sekitar 80% dari total daya tampung limbah. Untuk mendapatkan keterangan/data limbah, limbah diaduk dengan pompa sirkulasi limbah dan dicuplik untuk keperluan analisis. Analisis cuplikan limbah cair meliputi: ph, konduktivitas dan kandungan uiranium (dalam ppm) yang dikelola oleh Bidang Keselamatan (BK). Data analisis dan total volume limbah radioaktif dikirim ke PTLR untuk mendapatkan rekomendasi dan koordinasi pelepasan limbah cair ke lokasi penampungan limbah radioaktif cair melalui saluran pipa limbah yang terintegrasi. Bilamana waktu pelepasan limbah cair telah ditetapkan, petugas SB-ABNPL di bawah koordinasi petugas PTLR akan membuka saluran limbah cair untuk dialirkan ke penampungan limbah di PTLR [6]. Metode yang digunakan untuk mengelola limbah radioaktif bentuk padat dan cair melalui empat tahapan penampungan, reduksi volume, pengangkutan, penyimpanan dan pembuangan akhir limbah jika batasan aktivitasnya berada di bawah batasan. Pelaksanaan reduksi volume tingkat awal untuk limbah padat dan cair dilakukan di PTBN dan selanjutnya dilanjtkan di PTLR untuk pelaksanaan reduksi limbah tersebut.tujuan pengelolaan limbah radioaktif padat dan cair ini untuk mengantisipasi terjadinya kontaminasi baik dilingkungan kerja maupun masyarakat selain itu juga bertujuan agar peyimpanannya dapat menghemat tempat.. 2. TATA KERJA 2.1. Pengelolaan Limbah Radioaktif Padat [6]. Pengelolaan limbah radioaktif padat yang berada di PTBN secara garis besar meliputi : pengumpulan, pengelompokan jenis limbah, pengepakan dan pengangkutan ke instalasi pengolahan limbah. Diagram pengelolaan limbah radioaktif padat di PTBN ditunjukkan pada Gambar 1 [5] : Setelah limbah padat radioaktif dimasukkan kedalam kantong plastik kuning kemudian dikemas di dalam drum. Drum-drum tersebut kemudian disimpan ditempat penyimpanan sementara di PTBN. Di tempat penyimpanan sementara ini secara periodik dilakukan pemeriksaan baik secara visual maupun dengan menggunakan alat monitor radiasi (survey meter) guna mengetahui laju paparan dan kontaminasi permukaan untuk keperluan keselamatan. Proses selanjutnya drum limbah tersebut kemudian dikirim ke unit pengolahan limbah radioaktif di PTLR. Limbah padat Padatan dapat dibakar Padatan tidak dapat dibakar Non radioaktif Radioaktif Radioaktif Non radioaktif Dimasukkan dalam kantong plastik kuning dan dimasukkan dalam drum limbah. Dimasukkan dalam kantong plastik biru dan langsung dibuang Dimasukkan dalam kantong plastik biru dan langsung dibuang Tempat penyimpanan sementara limbah padat IPLR-PTLR Gambar 1. Diagram pengelolaan limbah radioaktif padat [6]. Sunardi dkk 239 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

2.2. Pengelolaan Limbah Radioaktif Cair [7]. Langkah langkah pengelolaan limbah radioaktif cair di PTBN adalah sebagai berikut : Apabila tangki limbah telah terisi limbah cair sebanyak minimal 80 %, maka dilakukan sampling limbah cair yaitu diambil sebanyak 500 ml. Sampel limbah tersebut dianalisa di fasilaitas lab. Kimia. Analisa limbah cair ini dilakukan dengan Titra redoks dan SEMINAR NASIONAL menggunakan alat Potensiometri. Hasil analisis menentukan proses penanganan boleh tidaknya limbah tersebut dibuang melalui saluran terpadu pembuangan limbah cair yang dikelola oleh PTLR. Apabila aktivitas radioaktifnya melebihi batasan ketentuan yaitu mengandung U > 50 ppm di dalam cairan, maka limbah cair tersebut harus dilakukan proses pemungutan uranium terlebih dahulu. Limbah Cair ( V > 80%) Analisa Sampel Aktivitas Tinggi Aktivitas Sedang Aktivitas Rendah Ka. PTLR Ka. PTBN Staf PTLR Staf PTBN Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Radioaktif Cair Keterangan : Garis Koordinasi Garis Komando Gambar 2. Diagram pengelolaan limbah radioaktif cair [7]. Adapun analisis kadar uranium dengan Titra redoks dan menggunakan alat Potensiometri adalah sebagai berikut : Langkah awal diambil 2 ml cuplikan dipipet dari pada bilik katoda maupun anoda ditambahkan dengan beberapa tetes HNO 3, lalu dipanaskan hingga kering. Kemudian ditambahkan 2 ml air, 2 ml HCIO 4 pekat dipanaskan hingga timbul asap putih, dan didinginkan. Langkah berikutnya ditambah 10 ml air bebas mineral, 2 ml asam ammidosulfonat, 16 ml asam fosfat dan 2 ml Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 240 Sunardi dkk

ferro sulfat, setelah itu dipanaskan hingga suhu 40 0 C selama 1 menit. Kemudian ditambah 4 ml larutan, diaduk dengan pengaduk magnet selama tiga menit, dan ditambahkan 40 ml larutan vanadium sulfonat 0,4 g/l, kemudian larutan dititrasi dengan 0,027 N kalium bikromat. Adapun kandungan uranium dihitung menggunakan persamaan (!) atau (2) [8] : VtxNtxFxV 1 U( mg)...(1) 2 Selanjutnya kadar uranium dalam persen ditentukan dengan persamaan : Vtx 3.2134xFxV 1 KadarU (%)...(2) GxVc dengan : Vt = Volume titran ( ml ) V1 = Volume labu takar ( ml ) Vc = Volume cuplikan ( ml ) G = Berat cuplikan ( mg ) F = Faktor koreksi (Fk) (Fk = analisis uranium standar : kadar uranium secara teoritis dibagi praktis) Nt = Normalitas titran BA = Berat Atom 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengelolaan limbah radioaktif padat yang berada di PTBN ditempuh melalui tahapantahapan proses pengumpulan, pengelompokan, pengepakan dan pengangkutan ke instalasi limbah radioaktif. Hasil kegiatan pengelolaan limbah radioaktif padat yang berada di PTBN selama tahun 2010 diuraikan sebagai berikut : 3.1. Pengumpulan. Penyebaran zat radioaktif dari radioaktif limbah dapat membahayakan pekerja radiasi maupun lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyebaran tersebut diperlukan wadah yang memadai berupa kantong plastik besar sebagai penampung limbah radioaktif padat yang dapat menahan limbah dari kebocoran. Untuk memudahkan identifikasi limbah radioaktif, digunakan kantong plastik berwarna kuning yang diletakkan di dalam drum limbah dari bahan logam berwarna kuning seperti pada Gambar 3. Pelaksanaan pengumpulan limbah dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali. Gambar 3. Penampung limbah radioaktif padat di PTBN. 3.2. Pengelompokan. Limbah padat yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikelompokkan menurut jenisnya yaitu limbah padat yang mudah terbakar (berupa : kertas bekas penyapu dalam analisis kimia, proses kimia dan lain-lain) dan limbah padat yang tidak mudah terbakar (berupa : botol bekas zat kimia, peralatan gelas untuk analisis yang tidak terpakai dan lainlain). Wadah untuk limbah yang mudah terbakar dipisahkan dengan limbah yang tidak mudah terbakar. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penanganan selanjutnya di instalasi pengolahan limbah radioaktif PTLR. 3.3. Pengepakan. Pengepakan limbah padat dilakukan di ruang limbah yang terletak di lantai basement dan lantai dasar. Limbah yang mudah maupun tidak mudah terbakar dimasukkan ke dalam sebuah drum limbah secara terpisah. Limbah yang telah dimasukkan ke dalam drum dipantau paparan radiasinya sebelum penyegelan drum. Pengepakan limbah padat dilakukan setiap 6 bulan sekali. Gambar desain pengepakan limbah padat tersebut seperti pada Gambar 4. Gambar 4. Pengepakan limbah radioaktif bentuk padat di PTBN. Sunardi dkk 241 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

Hasil pengepakan dan indentitas mengenai limbah radioaktif padat di PTBN selama tahun 2010 SEMINAR NASIONAL diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Data pemantauan limbah radioaktif padat di PTBN [9]. Instalasi No. Drum Berat Netto (kg) Paparan permukaan ( IEBE 1 21.6 0.211 2 19.0 0.255 3 23.5 0.339 4 18.5 0.225 5 23.0 0.235 6 21.4 0.159 7 19.9 0.246 8 11.9 0.106 IRM 1 17.5 0.36 Jumlah 9 176,3 - Pemantauan paparan radiasi terhadap limbah setelah dimasukkan ke dalam drum bertujuan agar limbah yang akan dikeluarkan dari PTBN dianggap aman. Selanjutnya drum limbah padat yang telah dimuat ini, diukur paparan radiasinya dan diberi label yang memuat index angkut, jenis limbah, berat limbah dan besarnya paparan radiasi pada permukaannya. 3.4. Pengangkutan. Pengangkutan dilakukan untuk memindahkan limbah dari PTBN ke Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif. Persiapan-persiapan yang harus ditempuh sebelum limbah diangkut keluar yaitu : a. Persediaan wadah untuk menampung limbah yang akan dipindahkan. Wadah tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan antara lain kuat dan dapat menahan limbah dari kebocoran. b. Lokasi yang telah ditentukan untuk pembuangan/penyimpanan limbah. Sebelum dilakukan pembuangan/penyimpanan limbah padat, lokasi yang berada di Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif harus benarbenar dalam kondisi aman, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitarnya c. Surat pemberitahuan pengiriman limbah radioaktif dari Ka. PTBN ke Ka. PTLR. Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa paparan radiasi limbah radioaktif padat tertinggi terdapat pada limbah yang berasal dari HR 05 yaitu sebesar ruang tersebut merupakan tempat untuk pengepresan, pengayakan, pencampuran, pengukuran fisik dan sintering sampel yang dilakukan secara rutin, sehingga memiliki potensi paparan radioaktif yang lebih besar dibandingkan ruang lain. Setelah dilakukan pengepakan dan pengukuran ke 9 Drum tersebut di atas, selanjutnya dilakukan pengangkutan dan pengiriman ke PTLR sebagai penyimpanan akhir limbah radioaktif. Pengelolaan limbah cair di PTBN mengacu kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2002, Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Nomor : 03/Ka- BAPETEN/V-99, Tentang Ketentuan Keselamatan Untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif serta Prosedur Pengelolaan Limbah Padat dan Cair di PTBN. Berdasarkan aturan BAPETEN Nomor : 03/Ka-BAPETEN/V-99, untuk pembuangan limbah cair kelingkungan adalah : Setiap zat radioaktif yang di buang ke lingkungan, tingkah lakunya dapat berbeda beda, sehingga dapat menimbulkan bahaya radiasi. Oleh karena itu untuk menentukan nilai batas yang berlaku secara umum harus diperhitungkan pengenceran zat radioaktif tersebut dengan cara (Nomor : 03/Ka-BAPETEN/V-99, BAB 2, Pengawasan Terhadap Pemanfaatan Zat Radioaktif Dan Pembuangan Limbah Radioaktif ayat 2.4.2) [5] : 1. Penambahan air yang banyak pada waktu pembuangan ke dalam bak cuci atau pipa saluran pengenceran ; 2. Dengan larutan buangan lain yang tidak radioaktif yang berasal dari fasilitas yang sama ; Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 242 Sunardi dkk

3. Pengenceran yang dialami oleh saluran yang terkontaminasi di dalam saluran penampungan dan saluran utama ; 4. Perlu juga diperhitungkan apakah pemanfaat zat radioaktif lain akan membuang ke dalam sistem pembuangan yang sama. Oleh karena berdasarkan aturan BAPETEN tidak secara jelas menyebutkan batasan untuk limbah cair yang dapat dilepas ke lingkungan, maka di Prosedur Pengolahan Limbah Cair di PTBN ditentukan setiap limbah cair yang kandungan uraniumnya (U) < 50 ppm dapat dilepas kelingkungan dengan koordinasi dengan PTLR. Limbah cair yang timbul di PTBN pada tahun 2010 ditampilkan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 limbah cair sebanyak 35 m 3 ini berasal dari kegiatan yang dilakukan di IEBE, hasil analisis kadar uraniumnya tak terdeteksi. Mengingat alat ukur untuk mengukur kadar uranium di dalam larutan ini mempunyai limit deteksi hingga 50 ppm, maka bearti kandungan uranium di dalam larutan limbah tersebut pasti di bawah 50 ppm dengan demikian limbah tersebut atas persetujuan PTLR dapat dilepas ke lingkungan melalui sistem saluran terpatu PTLR. Pada Tahun 2010 untuk Instalasi Radiometalurgi tidak mengirim/melepaskan limbah cair ke lingkungan, hal ini disebabkan tangki limbah cair di IRM belum menunjukkan kapasitas 80 % dari volumenya. Tabel 2. Hasil pemeriksaan kadar uranium dalam limbah cair yang berasal dari ruang HR-24 IEBE tahun 2010. Sampel ph Konduktifitas (µs) Kadar U (g/l) 6,80 408 ttd Limbah Tangki Basement IEBE asal limbah Ruang HR-24 6,78 407 ttd 6,79 406 ttd Rata - rata 6,79 407 ttd Keterangan : Volume Limbah Cair 35 m 3,Ttd = tidak terdeteksi, Limit deteksin alat 50 ppm ( Limbah cair ini dikirim ke IPLR tanggal 11 Nopember 2010 ) Adapun penampungan sementara limbah cair ini ditampung di ruang Basment IEBE. Limbah cair dari ruang-ruang laboratorium IEBE ini dialirkan melalui pipa saluran limbah menuju tangki2 limbah yang terdapat di Basment IEBE seperti pada Gambar 5. Adanya pengelolaan limbah radioaktif padat dan cair yang dilakukan secara prosedur ini tidak menimbulkan dampak radiologi ke masyarakat disekitar instalasi nuklir ini, Sunardi dkk 243 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

Gambar 5. Tangki penampungan limbah cair di IEBE. 4. KESIMPULAN Dari pengelolaan limbah radioaktif padat dan cair di PTBN tahun 2010 disimpulkan : Selama tahun 2010 telah dilakukan pengelolaan limbah padat dan cair serta pengiriman limbah radioaktif padat ke PTLR sebanyak 9 drum ukuran 100 l dengan berat total 176,3 kg dan paparan tertinggi 0,339 µsv, sedangkan untuk limbah cair yang berasal dari kegiatan di.iebe sebanyak 35 m 3 setelah mendapat persetujuan dari PTLR dilepas kelingkungan melalui sistem saluran terpadu pembuangan limbah cair yang di kelola oleh PTLR. Adanya pengelolaan limbah radioaktif ini tidak menimbulkan dampak radiologi terhadap pekerja, lingkungan dan masyarakat disekitarnya. 5. DAFTAR PUSTAKA 1. BATAN, Keputusan Kepala BATAN No.123/KA/VIII/2007 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan BATAN, Jakarta, Tahun 2007. 2. TIM PELAKSANA REVISI LAK, Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Radiometalurgi, revisi 6, Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN, Tahun 2006. 3. TIM PELAKSANA REVISI LAK, Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Elemen Bakar Eksperimental, revisi 6, Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN, Tahun 2007. 4. ANONIM, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2002, Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif, Jakarta, Tahun 2002. 5. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Nomor : 03/Ka- BAPETEN/V-99, Tentang Ketentuan Keselamatan Untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif, Jakarta. Tahun 1999. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2002, Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif, Jakarta, Tahun 2002. 7. ANONIM, Prosedur Pengelolaan Limbah Radioaktif Instalasi Elemen Bakar Eksperimental, Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir. Nomor dokumen : KK 33 D11 001, Revisi 2, Serpong, Tahun 2007. 8. SUNARDI, Pemisahan Uranium Dari Limbah Mengandung Fluorida Secara Elektrodialisis Menggunakan Membran Tukar Ion, Tugas akhir Pendidikan Ahli Teknik Nuklir Pusdiklat BATAN, Jakarta, Tahun 1999. 9. ANONIM, Prosedur Pengelolaan Limbah Radioaktif Dan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) DI Instalasi Radiometalurgi, Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Nomor dolumen KK 33 D11 002, Revisi 1, Serpong, Tahun 2002. 10. ANONIM, Laporan Tri Wulan I. II. III dan IV BK-Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir 2010, Serpong, Tahun 2010. ` Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 244 Sunardi dkk