I. PENDAHULUAN. Praktis Beternak Kambing/ Domba 1

dokumen-dokumen yang mirip
TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

KAMBING. Oleh : Tatok Hidayatul Rohman. Linnaeus, 1758

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BETERNAK KAMBING INTENSIF

TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

PETUNJUK TEKNIS. Budidaya Ternak Kambing (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH) Agung Prabowo BPTP Sumatera Selatan. Report No. 51. STE.

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel. 2. Perbedaan Domba dan Kambing. Mempunyai kelenjar di bawah mata yang menghasilkan sekresi seperti air mata.

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

Inovasi Anyar Penggemukan Sapi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkuku genap dan memiliki sepasang tanduk yang melengkung. Kambing

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

BANGSA-BANGSA KAMBING PERAH

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

Teknologi Budidaya Kambing

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

PERSYARATAN MUTU BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK HASIL PRODUKSI DI DALAM NEGERI. No Nomor SNI Jenis Benih dan/atau Bibit Ternak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

PENGKAJIAN SISTEM BUDIDAYA SAPI POTONG PADA EKOREGIONAL PADANG PENGEMBALAAN PENDAHULUAN

PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KAMBING DI KALIMANTAN BARAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

Penulis: Yayan Rismayanti. Editor: Eriawan Bekti Ahmad Hanafiah Sri Murtiani. Layout/Disain Cover: Bambang Unggul PS Saepudin

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Ternak kambing/domba atau sering disebut juga ternak ruminansia kecil merupakan ternak yang sangat populer di kalangan petani di Indonesia terutama yang berdomisili di areal pertanian/ perkebunan. Selain lebih mudah dipelihara, cepat berkembang biak, dapat memanfaatkan limbah dan hasil ikutan pertanian, ternak kambing/domba juga memiliki pasar yang selalu tersedia setiap saat dan hanya memerlukan modal yang relatif sedikit bila dibandingkan ternak yang lebih besar seperti ternak sapi. Ternak kambing atau domba tersebar luas di daerah pedesaan yang pemeliharaannya bertujuan sebagai tabungan hidup yang bisa diambil sewaktu-waktu maupun sebagai ternak potong untuk kebutuhan konsumsi. Selain itu banyak manfaat yang bisa diperoleh dari usaha ternak kambing/ domba antara lain : 1. kotoran (feses) ternak kambing/domba dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik maupun biogas. 2. Urine kambing/domba juga dapat diolah menjadi pupuk cair. 3. Bulu (wool) domba dapat pula dimanfaatkan untuk membuat baju hangat atau bahan pengganti kapas/kapuk (untuk bantal, guling, dll.) 1

4. Kambing perah (etawah, peranakan etawah, saanen, dll) merupakan jenis ternak kambing yang dapat menghasilkan susu. Susu kambing juga memiliki protein yang tinggi dan dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan dan kecantikan. Apabila pengelolaan usaha ternak kambing/ domba dapat dilaksanakan secara optimal maka akan lebih memberikan manfaat yang nyata dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi petani peternak. Apalagi apabila didukung dengan ketersediaan sumber daya alam yang mendukung dan memadai sebagai sumber pakan ternak maka usaha ternak kambing/ domba akan lebih mudah untuk dilaksanakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Menyadari berbagai hal tersebut di atas, dengan potensi sumber daya alam yang mendukung maka diharapkan usaha peternakan kambing/ domba yang dibudidayakan oleh peternak akan semakin meningkat. Untuk tujuan tersebut di atas maka salah satu upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan menerbitkan buku praktis beternak kambing/ domba. Diharapkan akan dapat membantu petugas dalam melayani/ membina petani peternak di pedesaan dan sebagai panduan umum bagi petani peternak dalam teknis pemeliharaan ternak kambing/domba. 2

II. PENGENALAN UMUM TERNAK KAMBING/ DOMBA 1. Sejarah Domestifikasi Kambing/ domba adalah hewan yang pertama kali di domestifikasi oleh manusia atau yang kedua setelah anjing : hal ini ditemukan oleh situs arkeologi di persia (Iran), Jericho (Tepi Barat), Choga Marni Jutun dan Cayonu pada tahun 6.000 7.000 SM. Saat ini sudah dihasilkan jenis kambing/domba komposit dengan penyilangan dua atau lebih bangsa yang unggul. Pemeliharaan kambing/ domba telah lama dilakukan terutama masyarakat yang tinggal di pulau Jawa. Ternak ini diusahakan sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksinya relatif mudah. Untuk meningkatkan produksinya pemerintah sudah lama memprogramkan ternak kambing/ domba sebagai salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan di pedesaan. Kambing termasuk hewan ruminansia family Bovidae, genus capra dan species Capra hircus sedangkan domba termasuk family bovidae, genus ovis dan species ovis aries. 3

2. Perbedaan Kambing dengan Domba Sepintas kambing memang mirip dengan domba namun jika diteliti lebih jauh, antara keduanya memiliki perbedaan yang mendasar (Tabel 1). Sedangkan persamaan antara kambing dan domba adalah bentuk, berat badan, siklus reproduksi dan jumlah anak yang dilahirkan. Jika kambing dan domba dikawinkan maka akan memiliki keturunan yang fertil, karena perbedaan jumlah kromosom. Tabel 1. Perbedaan Kambing dan Domba No Karakteristik Kambing Domba 1 Jumlah kromosom 60 Jumlah kromosom 54 2 Ekornya Berdiri, kecuali jika ketakutan atau sakit Ekor domba menggantung ke bawah 3 Tingkah laku makan Merumput dengan dengan cara mengunyah memotong rumput sampai pakan hijauan (brosers) di permukaan tanah 4 Lebih menyukai dedaunan, kacang-kacangan atau pepohonan 5 Bulu lurus, tipis dan tidak dicukur 6 Mempunyai Sifat ingin tahu dan lebih Mandiri (grazers) Lebih menyukai rumput di atas tanah Bulu keriting, tebal dan harus dicukur (wool) Senang berkelompok dan sangat gelisah apabila terpisah dari kelompok 4

3. Diskripsi Bangsa-bangsa Kambing/ Domba yang ada di Indonesia Terdapat berbagai bangsa kambing dan domba di Indonesia, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Bangsa- bangsa kambing dan domba yang sudah dikenal dan menyebar luas di Indonesia adalah sebagai berikut : Kambing a. Kambing Kacang (Kambing Jawa) Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia. Kambing ini tersebar hampir di seluruh Indonesia. Ciri-ciri kambing kacang: badan kecil, telinga pendek tegak, leher pendek, punggung meninggi, jantan dan betina bertanduk, tinggi badan jantan dewasa rata-rata 60 65 cm, tinggi badan betina dewasa rata-rata 56 cm, bobot dewasa untuk betina ratarata 20 kg dan jantan 25 kg. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek. 5

Gambar 1. Kambing Kacang b. Kambing Etawah Kambing etawah berasal dari wilayah Jamnapari (India) memiliki ciri-ciri hidung melengkung, telinga panjang menggantung, kaki panjang dan bulu kaki panjang, ambing besar dan panjang. Tinggi Kambing jantan 100-125 cm dan betina mencapai 80-90 cm. Baik yang jantan maupun yang betina memiliki tanduk, tetapi kadang-kadang dijumpai induk yang tidak memiliki tanduk. Kambing etawah merupakan jenis kambing perah yang produksi susunya mencapai 3-4 liter per hari. 6

Gambar 2. Kambing Etawah c. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawah (asal India) dengan kambing Kacang. Kambing ini tersebar hampir di seluruh Indonesia. Penampilannya mirip kambing Etawah, tetapi lebih kecil. Kambing PE merupakan kambing tipe dwiguna, yaitu sebagai penghasil daging dan susu (perah). Peranakan yang penampilannya mirip kambing Kacang disebut Bligon atau Jawa randu yang merupakan tipe pedaging. Ciri-ciri Kambing PE: telinga panjang dan terkulai, panjang 7

telinga 18 30 cm, warna bulu bervariasi dari coklat muda sampai hitam. Bulu kambing PE jantan bagian atas leher dan pundak lebih tebal dan agak panjang. Bulu kambing PE betina pada bagian paha panjang. Berat badan kambing PE jantan dewasa 40 kg dan betina 35 kg, tinggi pundak 76-100 cm. Gambar 3. Kambing Peranakan Etawa (PE) d. Kambing Gembrong Bangsa kambing ini banyak terdapat di bagian timur pulau Bali. Asal usulnya belum dapat dipastikan, tetapi kemungkinan merupakan keturunan dari kambing kashmir. Ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan kambing kacang, memiliki tanduk, telinga agak kecil pendek dan tegak serta ekor kecil dan pendek. Rambut yang menutupi seluruhnya berukuran panjang dan halus. Pada jantan rambut di bagian leher dan pinggang lebih panjang dibandingkan betina. 8

Pada dahi kambing jantan ada jumbai yang sering kali menutupi muka dan mata. Gambar 4. Kambing Gembrong e. Kambing Boer Kambing ini merupakan keturunan kambing Afrika Selatan. Pola warna pada kepala dan leher berwarna coklat, badan dan kakinya berwarna putih, serta bulunya pendek dan mengkilap, bertanduk, kaki pendek, hidung cembung serta telinga lebar dan menggantung. Kambing ini merupakan tipe pedaging, betina dewasa dapat mencapai berat badan 60-70 kg dan jantan dewasa dapat mencapai berat 120-150 kg. 9

Gambar 5. Kambing Boer f. Kambing Saanen Kambing Saanen berasal dari Saanen, Swiss. Baik kambing jantan maupun betinanya tidak memliki tanduk. Warna bulunya putih atau krem pucat. Hidung, telinga dan kambingnya berwarna belang hitam. Dahinya lebar, sedangkan telinganya berukuran sedang dan tegak. Kambing ini merupakan jenis kambing penghasil susu yang berasal dari lembah Saanen Swiss bagian barat. Merupakan jenis kambing terbesar di Swiss. Sulit berkembang di wilayah tropis karena kepekaannya terhadap matahari. Ciriciri telinga tegak dan mengarah ke depan, bulu dominan putih, kadang-kadang ditemui bercak hitam pada hidung, telinga atau ambing. Produksi susu 740 kg per masa laktasi. Di Indonesia 10

jenis kambing ini di silangkan lagi denga jenis kambing lain yang lebih resisten terhadap cuaca tropis, misalnya dengan jenis etawa. Gambar 6. Kambing Saanen Domba a. Domba Garut Domba Garut merupakan hasil persilangan antara domba lokal, domba Ekor Gemuk dan domba Merino. Bentuk tubuh Domba Garut hampir sama dengan domba lokal dan bentuk tanduk yang besar melingkar diturunkan dari Domba Merino, tetapi Domba Merino tidak memiliki insting beradu. Berat badan domba garut dapat mencapai 40-80 kg. Menurut beberapa ahli, bahwa Domba Garut selain memilki keistimewaan juga sebagai penghasil daging yang sangat baik 11

dalam upaya meningkatkan produksi ternak domba. Jenis Domba Garut tergolong jenis domba terbaik, bahkan dalam perdagangannya dan paling cocok serta menarik perhatian banyak masyarakat, mudah dipelihara oleh petani kecil karena relatif lebih mudah pemeliharaannya. Ciri khas Domba Garut yaitu pangkal ekornya kelihatan agak lebar dengan ujung runcing dan pendek, dahi sedikit lebar, kepala pendek dan profil sedikit cembung, mata kecil, tanduk besar dan melingkar ke belakang. Sedangkan betina tidak bertanduk, telinga bervariasi dari yang pendek sampai yang panjang dan memiliki warna bulu yang beraneka ragam. Domba Garut banyak dijumpai memiliki daun telinga rumpung. Gambar 7. Domba Garut 12

b. Domba Ekor Tipis Domba ekor tipis merupakan domba yang banyak terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Berat domba jantan dapat mencapai 30-35 Kg dan domba betina dapat mencapai 15-20 Kg. Domba jantan memiliki tanduk yang kecil dan melingkar, sedangkan domba betina tidak bertanduk. Warna bulu dominan putih, dengan warna hitam di seputar mata, hidung, dan beberapa bagian tubuh lainnya. Domba ekor tipis atau sering disebut domba gembel dalam istilah Indonesia, merupakan domba asli Indonesia, bersifat prolifik (dapat melahirkan anak kembar 2-5 ekor). Baik domba jantan atau betina merupakan domba penghasil daging atau sering disebut jenis domba potong atau domba pedaging. Gambar 8. Domba Ekor Tipis 13

c. Domba Ekor Gemuk Domba ekor gemuk banyak terdapat di Jawa Timur, Madura, Lombok, dan Sulawesi yang dibawa ke Indonesia oleh pedagang Arab pada abad XIX. Ciri-ciri domba ini adalah bentuk badan besar, bobot domba jantan mencapai 50 kg dan domba betina 40 kg; domba jantan bertanduk, sedangkan domba betina tidak bertanduk; ekor panjang, pada bagian pangkalnya besar untuk menimbun lemak yang banyak, ujung ekornya kecil tak berlemak; warna bulunya sebagian besar putih, tetapi ada juga yang berwarna hitam atau kecoklatcoklatan. Gambar 9. Domba Ekor Gemuk 14

d. Domba Merino Domba merino sangat terkenal dengan kualitas wolnya yang prima, domba ini berasal dari asia kecil dan telah menyebar ke berbagai belahan dunia, khususnya bagi Negara yang memiliki 4 musim, seperti Australia, Newzealand, Prancis, Inggris dan Spanyol, domba merino tidak tahan dengan iklim panas dan lembab, seperti daerah tropis karena bulu wolnya yang panjang dan tebal. Domba merino jantan bertanduk, sementara yang betina tidak bertanduk, domba ini termasuk domba ukuran sedang dengan berat badan dewasa mencapai 70 80 kg untuk jantan dan untuk betina 50-60 kg, domba merino pernah didatangkan ke Indonesia namun tidak dapat berkembang degan baik. Gambar 10. Domba Merino 15

III. PEMILIHAN BIBIT KAMBING/ DOMBA Pemilihan bibit diperlukan untuk menghasilkan keturunan (anak) yang lebih baik. Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk produksi susu, dll). Secara Umum ciri-ciri bibit yang baik adalah berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih mengkilap serta daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi. Berikut ini adalah kriteria ternak kambing/ domba pejantan dan betina yang baik sebagai bibit. Pejantan Kondisi tubuh sehat, tubuh besar (sesuai umur), bulu bersih dan mengkilap, badan panjang, kaki lurus, tidak cacat, tumit tinggi, penampilan gagah, aktif dan nafsu kawin tinggi, mudah ereksi, buah zakar normal (2 buah, sama besar dan kenyal), dari keturunan kembar, umur antara 1,5 sampai 3 tahun. Betina Kondisi tubuh sehat, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk dan tidak cacat, tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, gigi lengkap, mampu merumput dengan baik, rahang atas dan bawah rata bulu bersih dan mengkilap, alat kelamin normal, jinak dan sorot matanya ramah, mempunyai sifat keibuan (mengasuh anak dengan baik), 16

ambing normal (halus kenyal tidak terinfeksi atau terjadi pembengkakan), dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda. Selain hal tersebut di atas kriteria lain yang juga harus diperhatikan adalah kecepatan pertumbuhan berat badan. Dengan memilih ternak yang cepat pertumbuhannya akan dihasilkan keturunan yang baik pula. Oleh karena itu penimbangan bobot badan yang dilaksanakan setiap bulan dapat digunakan untuk mengontrol pertumbuhan badan. Untuk menghindari penampilan ternak yang semakin jelek, sebaiknya dihindari perkawinan ternak yang masih ada hubungan keluarga dekat (misalnya anak kawin dengan induk/bapak atau antara saudara kandung). Oleh karena itu perlu dicatat asal usul ternak induk-induk kambing/ domba yang produktif harus segera diafkir/ dijadikan ternak potong, karena apabila terus dipelihara akan merugikan secara ekonomi 17

IV. REPRODUKSI PADA KAMBING/ DOMBA Organ Reproduksi Kambing/ Domba Organ reproduksi adalah bagian organ (alat) kelamin ternak baik jantan maupun betina dimana pada tingkat kematangannya (pada usia tertentu) akan dapat berfungsi untuk berkembang biak. Untuk dapat berkembang biak organ/ alat kelamin ini harus normal (tidak cacat). Organ alat kelamin betina yang normal terdiri dari sepasang ovarium (indung telur atau alat penghasil sel telur dan saluran reproduksi) yang terdiri dari : - Tuba falopi atau ovidak, merupakan saluran untuk turunnya sel telur dari indung telur menuju rahim - Uterus atau rahim, tempat janin berkembang sampai sesaat lahir - Cervix atau leher rahim, pintu saluran beranak - Vagina, saluran untuk masuknya alat kelamin jantan dan penempatan sperma saat kovulasi (kawin) yang juga merupakan saluran beranak. Organ alat kelamin jantan yang normal terdiri dari tiga bagian besar yaitu : - Gonad atau testes (kelenjar benih), yang merupakan bagian alat kelamin utama, dikenal pula sebagai pabrik sperma. Testis diselaputi/ dibungkus alat pelindung yang 18

disebut scrotum yang berfungsi sebagai alat pengatur suhu agar testis dan epididymis tetap pada suhu 4-7ºC di bawah suhu tubuh. - Saluran reproduksi yang terdiri dari saluran jalan sperma dari kelenjar-kelenjar yang berfungsi mematangkan sperma sebelum dipancarkan. - Alat bagian luar yaitu penis, yang merupakan alat kopulasi dan penyalur sperma dan air kencing (urin). Mengatur Perkawinan Kambing/ domba telah dewasa kelamin dapat dikawinkan. Agar kambing/ domba bisa beranak minimal 3 (tiga) kali dalam dua tahun, Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur perkawinan adalah : a. Kambing/domba betina mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan mencapai 55-60 kg. Untuk kambing jantan dikawinkan setelah umur satu tahun. b. Lama birahi 24-45 jam, siklus birahi berselang selama 17-21 hari. c. Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila dinaiki. d. Ratio jantan dan betina = 1 : 10 19

e. Masa bunting 144-156 hari (± 5 bulan). f. Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan. Cara Menaksir Umur Kambing/ Domba a. Dengan mencatat tanggal lahir Dilakukan pencatatan tanggal lahir di buku ternak atau di dinding kandang. Selanjutnya untuk mengetahui umur ternak tinggal melihat tanggal lahir dan tanggal saat ingin diketahui umurnya. b. Dengan melihat keadaan gigi seri Umur ternak kambing/ domba dapat juga diperkirakan dengan melihat keadaan gigi serinya. Ternak ruminansia hanya mempunyai gigi seri di rahang bawah yang berjumlah 4 pasang (8 buah), gigi geraham depan ada 12 buah dan geraham belakang ada 12 buah juga. Jadi jumlah gigi kambing/ domba ada 32 buah. Gigi seri yang tumbuh pada umur muda disebut gigi seri susu. Gigi susu ini kecil dan agak tajam serta tumbuhnya agak renggang satu sama lain. Gigi seri susu ini sifatnya hanya sementara karena suatu saat akan tanggal (rontok) dan digantikan dengan gigi seri tetap. Gigi seri tetap inilah yang dijadikan untuk menaksir umur ternak. 20

Sedangkan pada ternak tua, ditaksir berdasarkan keausan (pergesekan) gigi seri tetap tersebut. Perlu diketahui bahwa tingkat ketanggalan atau keausan gigi seri ini berhubungan dengan kondisi pakan ternak yang dilepas di padang rumput (diangon), gigi serinya relatif lebih cepat tanggal/ aus daripada ternak yang dikandangkan. Menentukan umur ternak kambing/ domba dapat dijelaskan seperti pada Gambar berikut : Umur kurang 1 Tahun Umur 1-2 tahun Umur 2-3 tahun Umur 3-4 tahun Umur 4-5 tahun Umur di atas 5 tahun Gambar 11. Penentuan umur ternak kambing/ domba 21

Waktu Mengawinkan Waktu mengawinkan yang tepat adalah 12-18 jam setelah terlihat tanda-tanda birahi. Untuk memudahkan proses kawin dan mengurangi resiko kegagalan, maka kambing betina dan pejantan dikandangkan dalam satu kandang. Kelahiran Kambing yang akan melahirkan nampak gelisah, menggaruk-garuk tanah atau lantai kandang, mengembik, pinggul mengendur, ambing sangat besar dan bila dipencet keluar cairan (kolostrum), alat kelamin membengkak dan nafsu makan turun. Perawatan Anak Kambing Baru Lahir Kambing yang habis melahirkan kadang-kadang kurang perhatian terhadap anak yang baru saja dilahirkan. Apabila induk tidak mau menyusui, dekatkan induk pada anaknya sehingga anak kambing dapat menyusui. Jika induk tetap tidak mau menyusui, anak kambing dapat diberi susu buatan. Susu buatan ini dapat dibuat dari susu bubuk putih, gula satu sendok teh, satu butir telur ayam dan satu cangkir air matang. Susu buatan ini diberikan dua kali sehari sampai induk mau menyusui sendiri. Kambing akan menyusui 2,5 3 bulan, pada sistem peternakan tradisional dapat sampai 5 6 bulan. 22

V. PAKAN Ternak kambing menyukai macam-macam daun-daunan sebagai pakan dasar dan pakan tambahan (konsentrat). Pakan tambahan dapat disusun dari bungkil kelapa, bungkil kedelai, dedak, tepung ikan ditambah mineral dan vitamin. Pakan dasar umumnya adalah rumput kayangan, daun lamtoro, gamal, daun nangka, dsb. Pemberian hijauan sebaiknya mencapai 3 % berat badan (dasar bahan kering) atau 10-15 % berat badan (dasar bahan segar). Pemberian pakan induk Selain campuran hijauan, pakan tambahan perlu diberikan saat bunting tua dan baru melahirkan, sekitar 1,5 % berat badan dengan kandungan protein 16 %. Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makanan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral). Cara pemberiannya : a. Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan kambing, berikan garam berjodium secukupnya. 23

b. Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5-1 kg/ekor/hari. Sumber Pakan Rumput merupakan sumber tenaga atau energi bagi ternak kambing. Jenis rumput yang umum diberikan ternak adalah rumput alam (rumput lapangan). Jenis rumput yang dibudidayakan (ditanam) antara lain: rumput setaria, brachiaria dan clitoria ternatea. Selain rumput, sisa hasil pertanian juga dapat digunakan sebagai sumber tenaga atau energi antara lain: dedak padi, kulit dan daun singkong, daun pepaya, batang kangkung, daun jagung dan jerami padi. Pakan sebagai sumber protein yang baik untuk pertumbuhan kambing antara lain: daun kacang tanah, daun kacang panjang, daun kedelai, daun gamal, daun turi, daun lamtoro dan daun kaliandra. Gambar 12. Gambar Pohon Gamal, Turi, dan Lamtoro 24

Kebutuhan Pakan Pakan hijauan: 10% dari berat badan, Pakan konsentrat: 0,5 kg. Jika hanya diberi pakan hijauan, maka pakan hijauan tersebut diberikan dengan jumlah 10% dari berat badan dengan susunan pakan sebagai berikut: a. Kambing Dewasa: 1 bagian daun + 3 bagian rumput. b. Kambing yang akan dikawinkan: 2 bagian daun berprotein + 3 bagian rumput. c. Kambing bunting: 3 bagian daun + 3 bagian rumput. Kambing/ domba dapat mengkonsumsi bahan kering relatif lebih banyak yaitu 5-7% dari berat badan. Selain itu kambing/ domba juga mampu mengkonsumsi pakan yang tidak biasa dikonsumsi ternak lain. Kambing mempunyai kebiasaan makan yang agak berbeda dari domba, yaitu dengan bantuan gerak aktif bibir atas dan lidah yang dapat memegang dedaunan. Dedaunan ini berasal dari semak atau pohon,merupakan sumber pakan yang sangat penting bagi kambing. Sedangkan domba lebih suka memakan hijauan (rumput) yang ada di permukaan tanah dengan mereggutnya secara berkelompok. Sehingga domba dapat digembalakan di padang rumput, sedangkan kambing sebaiknya dikandangkan atau diikat di areal padang rumput yang ada semak dan gulmanya. 25

VI. KANDANG Kandang mempunyai fungsi yang penting dalam usaha beternak kambing/ domba. Kandang harus dapat melindungi kambing dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan pengganggu. Kandang harus dapat mempermudah kambing dalam melakukan aktifitas keseharian kambing seperti makan, minum, tidur, kencing, atau buang kotoran. Kandang dapat mempermudah peternak dalam melakukan pengawasan dan menjaga kesehatan ternak. Membangun kandang merupakan tindakan preventif supaya kambing tidak merusak tanaman dan fasilitas lain yang berada di sekitar lokasi kandang, serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi kesehatan kambing. Kandang di usahakan di bangun dilokasi yang jauh dari pemukiman warga. Hal ini di maksudkan agar supaya kotoran yang ditimbulkan oleh kambing tidak menganggu warga masyarakat. Dianjurkan juga lokasi kandang sebaiknya berada di tanah yang memiliki tanaman yang rimbun. Hal ini dimaksudkan agar angin yang bertiup tidak terlalu kencang. Angin yang terlalu kencang dapat menyebabkan kambing sering kembung perut. Luasan kandang sebaiknya disesuaikan dengan jumlah kambing yang akan dipelihara. Standar luas kandang untuk 26

seekor kambing adalah 1,5 m persegi, sehingga untuk memelihara kambing 10 ekor, dibutuhkan lahan seluas 15 m persegi. Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah sebagai berikut: 1. Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekor 2. Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor 3. Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor 4. Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor 5. Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor Pembuatan kandang di sarankan untuk melihat potensi pengembangan, sehingga perlu di buat kandang yang lebih luas. Pembuatan kandang memang membutuhkan biaya yang ekstra, tetapi manfaatnya akan lebih terasa pada masa yang akan datang. Jika dipandang terlalu luas dengan jumlah kandang yang ada, kandang bisa diberi sekat untuk pemisah sehingga gerak untuk kambing jadi terbatas. Usahakan pembangunan kandang di hindari dari tempat genangan air. Desain dan konstruksi kandang tidak usah terlalu mewah, tetapi cukup sederhana saja, apalagi kalau pemeliharaannya sekala kecil, di bawah 5 ekor. Namun, apabila pemeliharaannya bersekala komersil atau di atas 10 ekor, jelas diperlukan desain dan konstruksi khusus yang ideal di area yang cukup luas. Ini 27

disebabkan pemeliharaan kambing sekala komersial memerlukan penanganan yang lebih serius. Kandang di usahakan berbentuk panggung, karena Selain lebih menjamin kesehatan, kandang panggung juga menjamin kondisi lingkungan lebih bersih dan pada dasarnya akan lebih mudah bagi peternak untuk melakukan pengawasan terhadap ternakan itu sendiri. Dasar kandang di buat agak miring dengan kemiringan 60 derajat. Dasar kandang ini berada di bawah lantai karena konstruksi kandang di buat sistem pangggung. Fungsinya agar limbah kotoran kambing dapat langsung mengalir ke parit atau bak penampungan kambing yang disediakan di sekitar kandang. Tujuan utama pembagunan dasar kandang yang miring adalah agar supaya tercipta kebersihan kandang. Karena kandang yang bersih merupakan cara pencegahan penyakit pada ternak. Bila nanti di lantai kolong kandang masih ada kotoran kambing sebaiknya setiap hari kandang disapu atau dibersihkan agar supaya tidak muncul bau yang dapat mengancam kesehatan ternak. Berikut contoh desain kandang kambing yang baik : 28

Gambar 13. Desain Kandang Kambing/ Domba 29

VII. PENYAKIT Pengendalian Penyakit Dalam pengendalian penyakit hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi. Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis (scabies), diare, keracunan, kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis. Penyakit Cacingan Penyebab Penyakit cacingan pada kambing dapat disebabkan oleh cacing gilig, pipih dan cacing pita. Gejala Kambing semakin kurus, bulu berdiri dan kusam, nafsu makan berkurang, kambing terlihat pucat, kotoran lembek sampai mencret. Penanganan 1. Obat tradisional a. Daun nanas yang dikeringkan dan dihaluskan, kemudian ditimbang 300 mg untuk 1kg berat badan kambing, dicampur air, selanjutnya diminumkan dan diulang 10 hari sekali (jangan diberikan pada ternak bunting). 30

b. Daun nanas segar dihilangkan durinya, ditimbang 600 mg untuk 1 kg berat badan kambing, kemudian diberikan pada kambing dan diulang 10 hari sekali (jangan diberikan pada ternak bunting). 2. Obat Pabrikan Biasanya menggunakan albendazole, valbanzen atau vermectin yang diulang setiap 3 bulan sekali. Pencegahan a. Jagalah kandang tetap bersih dan kering. b. Buanglah kotoran, sampah dan sisa pakan jauh dari lokasi kandang atau dibuat kompos. c. Jangan menggembalakan kambing pada pagi hari dan pada satu area (usahakan berpindah-pindah). d. Jangan berikan rumput yang masih berembun. e. Sabitlah rumput 2-3 cm di atas permukaan tanah. Penyakit Kudis (Scabies/Kurap) Penyebab Parasit kulit (Sarcoptes sp) Gejala a. Kulit merah dan menebal. b. Gatal dan gelisah, sering menggaruk-garukkan kulit yang terinfeksi pada dinding kandang. c. Bulu rontok. 31

d. Bagian tubuh yang sering diserang muka, telinga, pangkal ekor dan leher. Penanganan 1. Obat tradisional a. Oli 1 cangkir + cuka 1 sendok makan + belerang yang sudah dihaluskan 1 sendok makan atau 4 siung bawang merah yang sudah dihaluskan, kemudian semua bahan dicampur dan oleskan 2x sehari pada kulit kambing sampai sembuh. b. Belerang dihaluskan 3 sendok makan + 1 sendok makan minyak goreng oleskan 2xsehari sampai sembuh. 2. Obat pabrikan Suntik dengan Ivermectin secara sub cutan (dibawah kulit). Pencegahan a. Jauhkan kambing sakit dengan kambing sehat. b. Bersihkan kandang setiap hari, lebih baik lagi menggunakan sabun atau zat pembersih kandang. c. Jagalah kebersihan kambing dengan memandikan kambing dengan larutan asumtol 2%. d.mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan kambing. 32

Diare Penyebab Pakan berjamur atau terlalu muda, bakteri, virus dan protozoa. Gejala a. Kotoran encer dan warnanya hijau terang/hijau gelap sampai hijau kekuningan. b. Kambing lemas, bila dibiarkan dapat menyebabkan kematian. c. Bulu-bulu sekitar dubur kotor akibat kotoran. Penanganan a. Pisahkan kambing sakit dari kambing sehat. b. Berikan larutan oralit, larutkan 2 sendok makan garam + 2 sendok makan gula dalam 2,5 liter air dingin yang sudah dimasak. Bila keadaannya tidak membaik segera hubungi petugas kesehatan hewan (dokter hewan). Pencegahan a. Hindari pemberian pakan yang menyebabkan diare. b. Jagalah kandang tetap bersih. Keracunan Penyebab Tanaman beracun atau tanaman yang tercemar pestisida. Gejala Mulut berbusa, kejang-kejang, muka kemerahan dan bengkak, diare berdarah, dan kematian mendadak. 33

Penanganan a. Berikan air kelapa. b. Berikan norit 2-3 tablet. c. Hubungi petugas kesehatan hewan (dokter hewan). Pencegahan a. Jangan menggembalakan kambing di tempat yang banyak tanaman beracun. b. Jauhkan kambing dari sawah atau ladang yang sedang dipupukan atau disemprot pestisida. Kembung Perut (bloat) Penyebab Gas yang ditimbulkan oleh makanan (rumput muda). Gejala Perut sebelah kiri membesar, napas pendek dan cepat, tidak mau makan. Penanganan Berikan larutan gula merah dan asam jawa, keluarkan gas dengan cara mengurut-urut perut kambing. Pencegahan Jangan diberi rumput muda. 34

Penyakit Orf Penyebab Virus dari genus parapa virus Gejala Peradangan yang menebal dan mengarah yang terjadi pada bibir dan gusi atau kadang-kadang terlihat pada ambing atau pada bagian lain yang berbulu jarang Penanganan a. Memberikan salep pelunak sehingga dapat membantu agar makanan dan minuman mudah masuk b. Memberikan makanan yang lunak dan disukai oleh ternak. Pencegahan a. Menggembalakan ternak setelah rumput bebas dari embun pagi b. Berikan rumput atau daun yang sudah dilayukan c. Memberikan vaksinasi pertama setelah ternak berumur satu tahun. Tempat vaksinasi di bagian tubuh yang tidak berbulu. 35

Daftar Pustaka Anonymous. 2012. Budidaya Kambing / Domba. Medan : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Sumatera Utara Agung Prabowo. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Kambing (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH). Sumatera Selatan: BPTP Sumatera Selatan. Anonymous. 1997. Brosur Ternak Kambing. Jakarta Pusat : Dinas Peternakan Pemerintah DKI Jakarta. Sutama, I Ketut, dan IGM Budiarsana. 2009. Panduan Lengkap Kambing & Domba. Jakarta : Penebar Swadaya. Anonymous. 2009. Domba ekor tipis. Info Ternak. http://www.infoternak.com/domba-ekor-tipis/. 29 Desember. Anonymous. Profile Domba Garut. http://www.garutkab.go.id/galleries/pdf_link/khas_daer ah/profil_domba_garut.pdf 36

37